MAKALAH AKUNTANSI SYARI’AH “AKUNTANSI
MUSYARAKAH ”
Dosen Pengampu: Arista Fauzi Kartika Sari. SPd.,M.SA
Oleh : Kelompok 6 Nur Yayat
21401082164
Sergio
21401082009
M. Sukron
21401082044
Ainul Huda
21621082210 21621082210
Desti Wahyuningrum
21401082129 21401082129
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2017 i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih l agi maha penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, kehadirat-N ya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang AKUNTANSI MUSYARAKAH ini sampai selsai.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal, dengan kerja keras bersama sehingga dapat mempermudah pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatanan bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah AKUNTANSI MUSYARAKAH ini dapat memberikan sedikit pemahaman dan inspirasi kepada pembaca.
Malang, November 2017 Penyusun,
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iii BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................... 4 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4 C. Tujuan .................................................................................................. 5 BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................. 6
A. Pengertian Transaksi Musyarakah ........................................................ 6 B. Karakteristik Dalam Transaksi Musyrakah ......................................... 8 C. Dasar-dasar Hukum Transaksi Musyrakah .......................................... 11 D. Jenis-Jenis Dalam Transaksi Musyarakah ............................................ 12 E. Perlakuan Akuntansi Dalam Transaksi Musyarakah ........................... 15 BAB III : PENUTUP ..................................................................................... 21
A. Kesimpulan .......................................................................................... 21 B. Saran .................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk melakukan kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat merencanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, namun tidak ada seorangpun yang dapat memastikan hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun direncanakan dengan sebaik-baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal. Faktor ketidakpastian adalah faktor yang sudah menjadi sunnatullah. Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu prinsip yang sangat mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat mendukung aspek keadilan. Keadilan merupakan aspek mendasar dalam perekonomian Islam. Penetapan suatu hasil usaha didepan dalam suatu kegiatan usaha dianggap sebagai sesuatu hal yang dapat memberatkan salah satu pihak yang berusaha, sehingga dapat melanggar keadilan. Bahwa kegiatan-kegiatan investasi baik pada bank maupun dalam raung lingkup non bank. Islam oleh para teoritisi medefinisikan tentang transaksi pada pembia yaan atau dalam transaksi syirkah atau musyarakah adalah suatu perkongsian antara dua pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek, dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggung jawab terhadap kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan modal masing-masing pemilik modal. Salah satu sebab yang melatarbelakangi pada penulisan makalah ini adalah. Apakah konsep teoritis yang ditawarkan dengan sistem transaksi syarikah atau musyarakah dalam literature fiqih terkait transaksi syarikah atau musyarakah dapat diaplikasikan dalam realitas.? Makalah ini akan menjelaskan bagaimana konsep transaksi dalam syarikah atau musyarakah dan apa hal-hal yang berkaitan dengan ruang lingkup yang ada dalam transaksi syarikah atau musyarakah. B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Transaksi Musyarakah…? 2. Bagaimanakah Karakteristik Dalam Transaksi Musyarakah …?
4
3. Apa Saja Dasar-Dasar Hukum Dalam Transaksi musyarakah …? 4. Apa Saja Jenis-Jenis Dari Transaksi Musyarakah…? 5. Bagaimana Perlakuan Akuntansi Dalam Transaksi Musyarakah…? C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah tentang Akuntansi Mudharabah ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan memahami bagimana transaksi musyarakah. 2. Untuk mengetahui dasar-dasar hukum dan karakteristik dalam transaksi musyarakah. 3. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang ada dalam transaksi musyarakah. 4. Untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah Akuntansi Syari’ah.
5
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Transaksi Musyarakah
Istilah lain dari musyarakah adalah shirkah atau syirkah. Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masingmasing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua jenis yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan wasiat at au kondisi lainnya yang berakibat pemilikan suatu asset oleh atau dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad tercipta dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan kerugian. Dalam musyarakah semua modal disatukan untuk dijadikan model proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksanaan proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tindak boleh melakukan tindakan : 1. Menggabungkan dana proyek dengan kekayaan pribadi. 2. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin modal pemilik modal lainnya. 3. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau diganti oleh pihak lainnya. 4. Setiap pemodal dianggap mengakhiri kerjasama apaila menarik diri dari persekutuan perserikatan, meninggal dunia dan menjadi tidak cacat hukum. 5. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka proyek harus diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal. 6. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. Rukun Dan Syarat a. Rukun 6
Rukun merupakan sesuatu yang wajib dilakukan dalam suatu transaksi (necessary condition), begitu pula pada transaksi yang terjadi pada kerja sama bagi
hasil
al-Musyarakah.
Pada
umumnya,
rukun
dalam muamalah
iqtishadiyah (muamalah dalam bidang ekonomi) ada tiga yaitu: 1. Pelaku, bisa berupa penjual dan pembeli (dalam kad jual beli), penyewa pemberi sewa (dalam akad sewa-menyewa), dan dalam hal ini pemberi modal pelaksana usaha (dalam akad al-Musyarakah) 2. Objek, dari semua akad diatas dapat berupa uang, barang atau jasa. Tanpa objek transaksi, mustahil transakasi akan tercipta. 3. Ijab-kabul, adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertransakasi. b. Syarat
Syarat adalah sesuatu yang keberadaanya melengkapi rukun ( sufficient condition) Bila rukun dipenuhi tetapi syarat tidak dipenuhi, rukun menjadi tidak lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid (rusak). Demikian menurut mazhab hanafi. Seperti syarat berikut: 1. Perserikatan itu merupakan transaksi yang boleh diwakilkan. Artinya, salah satu pihak jika bertindak secara hukum terhadap objek perserikatan itu dengan izin pihak lain, dianggab sebagai seluruh wakil pihak yang berserikat. 2. Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah. 3. Presentase pembagian keuntungan untuk masin-masing pihak yang berserikat dijelaskan ketika berlangsungnya akad. Keuntungan itu diambil dari hasil laba harta perserikatan, bukan dari harta lain. 4. Modal, harga barang dan jasa harus jelas. 5. Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi. 6. Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan. Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal. Ketentuan Transaksi Musyarakah (FATWA DSN – MUI No. 08/DSN-
MUI/IV/2000).
7
1. Perlakuan dan modal Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil. (Ps.2b). 2. Nisbah Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra. (Ps.3c.3). 3. Keuntungan Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya satu pihak saja. (Ps2:4a). 4. Kerugian Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham atau kekayaan dari masing-masing proporsi modal yang disetor, (Ps.3d) 5. Jaminan Pada prinsipnya dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan. Namun menghindari terjadinya penyimpangan LKS dapat meminta jaminan (Ps3:3a) 6. Manajemen setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset atau kekayaan musyarakah dalam proses bisnis normal (Ps.2c). Sifat Transaksi Musyarakah
Dalam transaksi musyarakah terdapat dua sifat transaksi yang biasa dilakukan dalam kegiatan transaksi musyarakah diantaranya: 1. Musyarakah Permanen Adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dan setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. 2. Musyarakah Menurun ( Musyarakah Mutanaqisah). Adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana entitas akan dialihkan seca ra bertahap kepada mitra sehingga bagian dana entitas akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik penuh dari usaha tersebut. B. Karakteristik dalam transaksi Musyarakah
8
Dalam setiap transaksi pasti mempunyai karakteristik yang mendasari pada setiap transaksi tersebut. Adapun berbagai karakteristik dalam transaksi Mus yarakah adalah sebagai berikut: 1. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. 2. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas. 3. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. 4. Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersangkutan maka kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan instuisi yang berwenang. 5. Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para mitra. Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan. 6.
Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya.
7.
Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari pendapatan usaha yang diperoleh selama priode akad bukan dari jumlah investasi yang disalurkan.
8. Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang terkait dengan investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan akuntansi tersendiri. Dalam transaksi musyarakah terdapat bebagai macam istilah-istilah yang biasa diterapkan atau diaplikasikan pada transaksi musyarakah yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda-beda, pada cara pengakuan pendapatan, pembagian modal sampai dengan cara pencatatan dari setiap transaksi yang terjadi, dapat disebutkan diantaranya: Transaksi Mitra Aktif 1. Pada saat akad
9
a. Investasi musyarakah diakui pada saat menyisihkan kas atau aset non kas untuk usaha musyarakah. b. Pengukuran investasi musyarakah 1). Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang disisihkan dan; 2). Dalam bentuk aset non kas dinilai sebesar nilai wajar dan apabila terdapat selisih antara nilai wajar dengan nilai buku aset non kas maka selisih tersebut di akui sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam ekuitas. 3). Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama akad musyarakah. Aset musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar yang disusutkan dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan: Penyusutan yang di hitung dengan historical cost models di tambah dengan Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali saat penyisihan aset non kas untuk usaha musyarakah. 1. Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai aset, maka penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugaian 2. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah 3. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif diakui sebagai investasi musyarakah dan disisi lain sebagai dana syirkah temporer sebesar : 1. Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang di terima 2. Dana dalam bentuk asset non kas di nilai sebesarnilai wajar dan di susutkan selama masa akad apabila aset tersebut tidak akan di kembalikan kepada mitra pasif. 2. Selama Akad
Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra diakhir akad dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan dan nilai tercatat aset musyarakah non kas. Jumlah kas yang di sisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad di kurangi dengan kerugian. Di nilai tercatat aset musyarakah non kas pada saat penyisihan untuk usaha musyarakah setelah di kurangi penyusutan dan kerugian. Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad di tambah
10
dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah di kembalikan kepada para pemilik akad. 3. Akhir Akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dibayarkan kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban. Akuntansi Mita Pasif 1. Pada Saat Akad
a. Invetasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada mitra aktif musyarakah. b. Pengukuran investasi musyarakah. c. Investasi musyarikah yang diukur dengan nilai wajar aset yang di serahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang di serahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan. d. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah. 2. Selama Akad
a. Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra diakhir akad dinilai sebesar; Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad di kurangi dngan kerugian dan nilai tercatat aset musyarakah non kas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah
di kurangi penyusutan dan
kerugian. b. Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar jumlah kas yang di bayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad di kurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian. 3. Akhir Akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang. C. Dasar Hukum Dalam Transaksi Musyarakah
1. Al-Qur’an
11
Ayat-ayat al-qur’an yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi syarikah adalah: “jikalau saudara-saudara lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu. (QS. An-Nisa:12) “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian lai n kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal yang sholeh” (QS.Ash-shad:24) 2. Hadits Hadit-hadits rasul yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi syarikah adalah: “Dari hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW Telah bersabda: “ Allah SWT telah bersabda kepada saya, mengenai dua pihak yang sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak menghianati yang lain, seandainya berkhianat maka saya keluar dari pernyataan tersebut” . (HR. Abu Daud, menurut hakim hadits ini sahih adanya, lihat subbulussalam 3/21) “Rahmat Allah s.w.t tercurah atas dua pihak yang sedang berkongsi selama mereka tidak melakukan penghianatan, manakala berkhianat maka bisnisnya akan tercela dan keberkatannyapun akan hilang dari padanya”. (HR. Abu Daud, Baihaqi, dan Al-Hakim) 3. Ijma Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-mughni telah berkata,” kaum muslimin telah berkonsensus akan legitimasi syarikah secara global, bahawa perbedaan pendapat tedapat dalam beberapa elemen dari padanya”. D. Jenis-Jenis Dalam Transaksi Musyarakah
Secara garis besar dapat dibagi atas syarikah Amlak dan syarikah uqud. 1. Syarikah Amlak Berarti eksistensi suatu perkongsian tidak perlu kepada suatu kontrak membentuknya tetapi terjadi dengan sendirinya. Bentuk syarikah amlak ini terbagi atas Amlak Jabr dan Amlak ikhtiar. a. Amlak Jabr Terjadinya suatu perkongsian secara otomatis dan paksa, otomatis berarti tidak memerlukan kontrak untuk membentuknya. Paksa berarti tidak ada
12
alasan untuk menolaknya, hal ini terjadi dalam proses waris mewaris manakala dua saudara atau lebih menerima warisan dari orang tua. b. Amlak Ikhtiar Mereka Terjadi suatu perkongsian secara otomatis tetapi bebas. Otomatis seperti pengertian diatas. Bebas berarti ada pilihan/ option untuk menolak. Contoh dari jenis perkongsian ini dapat dilihat apabila dua orang atau lebih mendapatkan hadiah atau wasiat bersama dari pihak ketiga. Penjelasan:
Kedua bentuk syarikah diatas mempunyai karakter yang agak berbeda dari syarikat-syarikat lainnya karena dalam kedua syarikat ini masing-masing anggota tidak mempunyai ( hak untuk mewakilkan dan mewakili) terhadap patnernya. 2. Syarikat Uqud Berarti pengkongsian yang terbentuk karena suatu kontrak, syarikat ini sendiri terbagi menjadi lima jenis. a. Inan Syarikat inan atau limited company mempunyai karakter sebagai berikut: 1. Berdasarkan penyertaan modal dari amsing-masing anggota tidak harus identik. 2. Masing-masing anggota mempunyai hak penuh untuk aktif langsung dalam mengelola usaha, tetapi juga dapat menggugurkan hak tersebut dari dirinya. 3. Pembagian keuntungan dapat didasarkan atas prosesntase modal masingmasing, tetapi dapat pula atas dasar negosiasi. Hal ini diperkenankan karena adanya kemungkinan tambahan kerja atau penanggung resiko dari salah satu pihak. 4. Kerugian keuntungan bersama sesuai dengan besarnya penyertaan modal masing-masing. Kedua item terakhir (3&4) dalam penjelasan tertuang dalam suatu kaidah fiqih “Keuntungan dibagikan sesuai dengan kesepakatan besama, sedang kerugian ditanggung sampai batas modal masing-masing”. b. Mufawadhah
13
Berbeda dari syarikah inan, syarikah mufawadhah mengharuskan: 1. Keidentikan penyertaan modal dari setiap anggota. 2. Setiap anggota menjadi wakil dan kafil ( yang mewakilkan / guarantor) bagi patner lainnya. Untuk itu keaktifan semua anggita dalam pengelolaan usaha menjadi suatu keharusan. 3. Pembagian keuntungan dan kerugian didasarkan atas besarnya modal masing-masing. Penjelasan: Melihat ketatnya syarat-syarat bentuk syarikat ini, mufawadhah hanya dapat diterapkan dalam keenam produk usaha diatas jikalau semua pihak aktif langsung dalam pengelolaan dan menyertakan dana rasio yang sama. c. Wujuh Syarikah wujuh dinamakan demikian karena dalam syarikah , para anggota hanya mengandalkan wujuh( wibawa dan nama baik) mereka dan unsur modal / dana sama sekali absen dari padanya. Pembagian untung rugi dilakuakn secara negosisasi diantra anggota. Penjelasan:
Sesuai dengan pengertian diatas syarikah wujuh dapat diterapkan dalam: 1. Suatu kelompok nasabah yang terbentuk dalam suatu perkongsian dan mendapat kepercayaan dari bank untuk suatu proyek tertentu. Dalam kredit ini, pihak debitur tidak menyediakan koleteral apapun, kecuali wibawa dan nama baik. 2. Suatu perkongsian diantara para pedagang yang membeli secara kredit dan menjua dengan tunai. d. Abdan Syarikah abdan atau syarikah A’mal yatu syarikah kerja dimana dua orang atau lebih yang sama atau berdekatan bentuk kerjanya menerima pesanan dari pihak ketiga dan membagi keuntungan melalui negosiasi bersama. Contoh perkongsian ini antara lain: - Beberapa penjahit yang membuka toko jahit mengerjakan pesanan secara bersama.
14
- Perkongsian antara insinyur listrik, tukang kayu, penata taman, tukang bangunan dalam suatu kontrak pembangunan rumah. e. Mudarabah Adalah suatu perkongsian antara dua pihak dimana pihak pertama( shahibul maal) menyediakan dana, dan pihak kedua( mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan dibagikan sesuai dengan ratio laba yang telah disepakati bersama secara advance, manakala rugi shahubul maal akan kehilangan sebagian imblan dari kerja keras dan keterampilan manajerial ( manageial skill) selama proyek berlangsung. Dalam akad musyarakah, manfaat (pay off) yang diterima oleh kedua belah pihak( misalnya dalam konteks pembiayaan bertindak sebagai principal adalah LKS dan agent-ny peminjam/mitra) adalah : 1. Pihak principal akan meminta keuntungan sesuai dengan peningkatan produktivitas mitra. 2. Principal akan bersikap hati-hati terhadap penentuan portofolio investasi. Sedangkan dari pihak mitra, maka ia akan sehat secara finansial, dimana dalam pengambilan pokok pinjaman akan disesuaikan dari arus kasnya. Resiko yang dihadapi oleh LKS adalah perilaku mitra, seperti nasabah dapat saja menggunakan dana tersebut bukan seperti yang disebutkan didalam kontrak, lalai atau kesalahan yang disengaja dan penyembunyian keuntungan oleh nasabah. Namun, resiko tersebut dapat dieliminir karena kontrak musyarakah ini mensyaratkan adanya keterbukaan informasi. Dan keduanya akan saling bergantung pada keterbukaan tersebut. Didalam analisis ekonomi biya transaksi institusi musyarakah ini berkecendrungan menjadi strategic alliance. Aliansi strategis seperti ini memiliki tiga karakteristik yaitu dapat didefinisikan adanya tujuan bersama, pengendalian bersama dalam proses pengembalian keputusan dan berbagai keuntungan dan kerugian bersama. E. Perlakuan Akuntansi Dalam Transaksi Musyarakah 1. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Musyarakah
PSAK 106: Akuntansi Musyarakah merupakan penyempurnaan dari PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah (2002) yang mengatur mengenai musyarakah.
15
a. PSAK 106 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi musyarakah baik sebagai mitra aktif dan mitra pasif b.Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi untuk mitra aktif dan akuntansi untuk mitra pasif dalam transaksi musyarakah c.Kewajiban bagi mitra aktif untuk membuat catatan akuntansi terpisah atas usaha musyarakah yang dilakukan d. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra aktif, penyempurnaan dilakukan untuk:
pengukuran pada akad atas penyetoran infestasi musyarakah aset non kas di ukur sebesar nilai wajar.
penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif di akui sebagai musyarakah dan di sisi lain di akui syirkah temporer.
e. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra pasif, penyempurnaan di lakukan untuk:
pengukuran pada saat akad atas penyetoran investasi musyarakah aset non kas di ukur sebesar nilai wajar
keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset non kas diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan dari investasi musyarakah
2. Studi Kasus Transaksi Musyarakah
Bank syariah mitra umat setuju memberikan pembiayaan musyarakah untuk modal kerja pengusaha tempe “ emang enak “ dengan data -data sebagai berikut: 1.
Keutuhan modal kerja seluruhnya sebesar Rp.1.000.000.000 (satu milyar). Dibiayain oleh bank syariah sebesar 70% dan sisanya dibiayai sendiri oleh pengusaha tersebut.
2.
Porsi pembagian keuntungan (nisbah) yang disepakati 80% untuk bank syariah dan 20% untuk pengusaha tempe emang enak dari laba kotor yang diperoleh dari usaha tempe tersebut.
3.
Jangka waktu pembiayaan 12 (dua belas) bulan, dimulai tanggal satu maret 2008 sampai dengan 28 februari 2009.
16
4. disepakati pengusaha tempe akan mengembalikan modal musyarakah secara bertahap sebagai berikut: Tanggal
Jumlah Modal
02 Juni
Rp. 150.000.000
10 Agustus
Rp. 250.000.000
10 Oktober
Rp. 250.000.000
10 Desember
Rp. 350.000.000
Selama pelaksanaan kegiatan tersebut diperoleh data-data sebagai berikut (selama tahun 2008): No
Tanggal
Transaksi
Penyelesaian /Jurnal (Bank Syariah sebagai mitra pasif)
1
20 Februari
Bank syariah mitra umat
Dr. Uang Muka pra akad
telah mengeluarkan biaya
musyarakah Rp. 1.000.000,-
untuk
study
kelayakan
sebesar Rp. 5.000.000 dan ditanggung
sendiri
Cr. Kas Rp. 1.000.000,-
oleh
bank syariah.
2
2 Maret
Bank syariah mitra umat
Dr.
Investasi
menyerahkan uang tunai
Rp.5.000.000,-
Musyarakah
kepada pengusaha tempe sebesar
Rp.200.000.000
sebagai modal kerja dalam
Cr. Kas/Rekening syirkah Rp.5.000.000,-
bentuk uang tunai. Dr. Kewajiban Komitmen Invest
Musy
Rp.
Rp.5.000.000,Cr. Kontra komitmen Inv Musy Rp.5.000.000,-
17
3
10 Maret
Bank syariah mitra umat
Dr.
menyerahkan
Rp.800.000.000,-
kedelai
Investasi
Musyarakah
sebanyak 5 Ton seharga Rp.800.000.000
yang
Cr. Persediaan /Aset Musy
sebelumnya dibeli dengan
Rp.740.000.000,-
harga Rp.740.000.000
Cr.
Keuntungan
Musy
Tangguhan Rp.60.000.000,-
Dr. Kewajiban Komitmen Invest
Musy
Rp.
Rp.800.000.000,Cr. Kontra komitmen Inv Musy Rp.800.000.000,-
4
5 April
Diterima laporan dari mitra
Perhitungannya:
aktif bahwa dalam bulan
80% x Rp. 1.000.000,- = Rp.
maret 2008 telah diperoleh
800.000,-
hasil sebesar Rp.1.000.000. sebagai hasil ujicoba pasar Dr. Hak Mitra atas bagi namum
belum
dapat
hasil Rp. 800.000,-
dibayarkan Cr. Bagi hasil sudah di umumkan belum dibagi Rp. 800.000,-
5
2 juni
Diterima
pengembalian Dr.
Kas
/Rekening
modal musyarakah sebesar Rp.100.000.000,Rp. 100.000.000 sebagai
18
Kas
pengembalian
sebagai
modal musyarakah.
6
10 Agustus
Cr.
Musyarakah
Rp.100.000.000,-
Diterima secara tunai bagi Dr. hasil usaha dari pengusaha tempe
Investasi
Kas
/
Rekening
Syirkah Rp.25.000.000,-
sebesar Cr. Pendapatan Bagi hasl
Rp.25.000.000
Musyarakah Rp.25.000.000,-
7
10 Agustus
Sampai akhir 10 agustus
Dr.
2008
Rp.250.000.000
pengusaha
tempe
belum
Piutang
Mitra
dapat
mengembalikan musyarakah
modal
yang
disepakati
telah
Cr.
Investasi
Musyarakah
Rp.250.000.000
sebesar
Rp.250.000.000
8
25 Agustus
Diterima
pembayaran Dr. Kas / Rekening Syirkah
pengembalian
modal
Rp.250.000.000
musyarakah dari pengusaha sebesar Cr.
tempe
10 Oktober
Diterima
Mitra
Rp.250.000.000
Rp.250.000.000
9
Piutang
pembayaran Dr. Kas/ Rekening Syirkah
secara tunai pengembalian Rp.250.000.000 modal
10
musyarakah
dari
pengusaha tempe sebesar
Cr.
Rp.250.000.000
Rp.250.000.000
10 Desember Pengembalian
moal
musyarakah
Dr.
Investasi
Piutang
sebesar Rp.350.000.000
Rp.350.000.000 telah jatuh tempo namun pengusaha
19
Musyarakah
Mitra
tempe
belum
membayar.
dapat
Cr.
Investasi
Rp.350.000.000
20
Musyarakah
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Kesimpulan nya adalah Musyarakah (partnership) adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah termasuk kedalam akad tijarah (for profit transaction). B. Saran
Demikian makalah ini dalam mata kuliah yang tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Kami sadar bahwa ini merupakan proses dalam menempuh pembelajaran, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan hasil diskusi kami. Harapa n kami dapat dijadikan sebagai ilmu yang bermanfaat bagi kita semua, Aamin.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aziroh Nur.2014. Musyrakah Dalam Fiqih Dan Perbankan Syari’ah. SMA Wali Songo Jepara, Indonesia. Afifudin.2016. Sak Syariah Dalam Tafsiran Ilmu Sosial Profetik. Malang, Jatim:Penerbit Empatdua. Kasmir.2013. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:Penerbit Salemba Empat.(SAK) Susyanti,jeni. 2016. Pengelolaan Lembaga keuangan syari’ah. Malang:Penerbit Empat Dua. Sehendi, Hendi.2002. Fiqih Muamalah: membahas ekonomi islam. Jakarta:Penerbit PT. Raja Grafindo Persada http://shariaeconomics.blogspot.co.id/2010/10/al-musyarakah.html https://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/05/musyarakah-dalam-syariah.html http://blog.stie-mce.ac.id/istutik/2011/06/20/perlakuan-akuntansi-transaksi musyarakah/ http://www.contohjurnal.xyz/download/jurnal-akuntansi-musyarakah-pdf/
22