MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN
JUST IN TIME
Oleh Kelompok 8 : Angelia Taarega Familia Sarimamu Gratia C Pandelaki Ronaldo Kapojos
UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS EKONOMI KONSENTRASI AKUNTANSI PUBLIK DAN PERPAJAKAN SEMESTER IV (EMPAT) 2012
1
PENDAHULUAN
Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang yang normal atau persediaan barang barang yang masih dalam proses ataupun persediaan bahan baku. Persediaan merupakan salah satu aset paling mahal (40% dari total investasi). Harus ada keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan pela yanan konsumen. Maka dari itulah timbul yang namanya Konsep Just
In Time
adalah suatu konsep di
mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang/penyimpanan barang/stocking cost. Tujuan utama Just In
Time
adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan
yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman. Perhitungan serta kerja sama yang baik antara penyalur, pemasok dan bagian produksi haruslah baik. Keterlambatan akibat salah perhitungan atau kejadian lainnya dapat menghambat proses produksi sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Just In Time
merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting
dalam manajemen biaya. Ide dasar Just
In Time
sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya
apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just
In Time
didasarkan pada konsep
arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just
In Time
dipertangguh dengan perluasan
tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
2
PEMBAHASAN
I.
PENGERTIAN JIT
Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahan baku, WIP, dan produk jadi. Konsep dasar dari sistem produksi JIT adalah memproduksi produk yang diperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien melalui eliminasi pemborosan (waste elimination) dan perbaikan terus – menerus (contionous process improvement). Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen segmen-segmen internal lainnya l ainnya dalam suatu organisasi. JIT mempunyai mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut: 1.
Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2.
Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga tinggi.Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3.
Selalu
diupayakan
penyempurnaan
yang
berkesinambungan berkesinamb ungan
( Continuous
Improvement )dalam )dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4.
Menekankan pada penyederhanaan aktivitas aktivit as dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah. JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya
pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya. Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi berikut , dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja sebelumnya sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai Pull System (system tarik). Dalam system JIT , hanya final assembly line yang menerima jadwal produksi, sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier) menerima pesanan produksi dari subkuens operasi berikutnya. 3
Tujuan strategis JIT adalah : 1. Meningkatkan laba 2. Memperbaiki posisi persaingan perusahaan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara : 1. Mengeliminasi atau mengurangi persediaan 2. Meningkatkan mutu 3. Mengendalikan Mengendalikan aktivitas supaya biaya rendah rendah (sehingga memungkinkan memungkinkan harga jual rendah dan laba meningkat) 4. Memperbaiki kinerja pengiriman. JIT pemanufakturan didasarkan pada konsep :
Hanya memproduksi memproduksi produk sejumlah yang yang diminta oleh konsumen (tepat (tepat kuantitas)
Memproduksi produk bermutu tinggi
Memproduksi produk berbiaya rendah
Memproduksi produk berdaur waktu yang tepat
Mengirimkan produk pada konsumen tepat waktu
JIT pembelian didasarkan pada pada konsep konsep :
Hanya membeli sejumlah barang yang diperlukan untuk produksi
Membeli barang bermutu tinggi
Membeli barang berharga murah
Pengiriman barang yang dibeli tepat waktu
JIT mempunyai empat aspek pokok yaitu sebagai berikut : 1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau kepuasan konsumen harus dieliminasi 2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu menjadi lebih tinggi 3. Selalu diupayakan diupayakan penyempurnaan penyempurnaan berkesinambungan berkesinambungan 4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan pemahaman terhadap aktivitas II.
ELEMEN-ELEMEN KUNCI SISTEM JIT
Lima Elemen Elemen kunci demi keberhasilan keberhasilan JIT : 1.
Jumlah Pemasok yang terbatas Tingkat persediaan yang minimal Sistem JIT memotong biaya dengan mengurangi : 4
2.
a.
Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku
b.
Jumlah penanganan bahan baku
c.
Jumlah persediaan yang usang.
Pembenahan Pembenahan Tata Letak Pabrik Arus Lini adalah jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak
melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman barang jadi. Manfaat Arus Lini Ganda: a.
Meminimalkan biaya penanganan bahan baku
b.
Meniadakan penyimpanan unit produk dalam proses pada saat unit tersebut menunggu proses berikutnya.
3.
Pengurangan Pengurangan Setup Time Masa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir terkait dan bergerak cepat untuk mengakomodasikan produk unsure yang berbeda. 4.
Kendali Mutu Terpadu (Total Quality Control) TQC berarti bahwa perusahaan perusahaan tidak akan memperbolehkan memperbolehkan penerimaan penerimaan penerimaan
komponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, pada BDp maupun pada barang jadi. 5.
Tenaga kerja yang fleksibel
III.
KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN SISTEM JIT
Keuntungan JIT - seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien - Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya. - Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali. - kertas kerja dapat lebih simple - Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan di gunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan mengadakan promosi tambahan. Kelemahan JIT
Satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.
5
IV.
PERBEDAAN SISTEM JIT DAN SISTEM TRADISIONAL
Perbandingan Sistem Manajemen JIT dan Tradisional JIT
TRADISIONAL 1. Sistem tarikan
1. Sistem dorongan
2. Persediaan tidak signifikan
2. Persediaan signifikan
3. Basis pemasok sedikit
3. Basis pemasok banyak
4. Kontrak
jangka
panjang
dengan
pemasok 5. Pemanufakturan Pemanufakturan berstruktur seluler 6. Karyawan berkeahlian ganda
4. Kontrak
jangka
pendek
pemasok 5. Pemanufakturan
berstruktur
departemen
7. Jasa terdesentralisasi terdesentralisasi
6. Karyawan terspesialisasi
8. Keterlibatan karyawan tinggi
7. Jasa tersentralisasi
9. Gaya manajemen sebagai penyedia
8. Keterlibatan karyawan rendah
fasilitas 10. Total quality quality control control (TQC)
dengan
9. Gaya
manajemen
sebagai
pemberi
perintah 10.Acceptable 10.Acceptable quality level (AQL)
V.
PEMBELIAN JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara: 1.
Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
2.
Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
3.
Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
4.
Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
5.
Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
6
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut: 1.
Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
2.
Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulka m engumpulkan n biaya.
3.
Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya bia ya langsung.
4.
Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara individual
5.
Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
VI.
PRODUKSI JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan. Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara: 1.
Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol). Mengurangi atau meniadakan “ Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu
2.
tunggu nol). 3.
Secara berkesinambungan berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk ( workstation).
4.
Menekankan Menekankan pada penyederhanaan penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi. Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam
bidang: 1.
Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan pemanufakturan
2.
Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
3.
Waktu perpindahan
4.
Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
5.
Ruangan pabrik
6.
Biaya mutu
7.
Pembelian bahan
7
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut: 1.
Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
2.
Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya ( cost pools) untuk aktivitas tidak langsung
3.
Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual
4.
Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”
1.
Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui dalam pemanufakturan tradisional. Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai dampak pada: 1.
Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.
2.
Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.
3.
Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
4.
Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
5.
Mempengaruhi Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses. Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional: Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan ( Demand-Pull). Tujuan
pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi: a.
Persediaan Rendah
b.
Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner
c.
Filosofi TQC (Total Quality Control ) JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead
Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi terdesentralisasi adalah adalah karakteristik utama JIT. JIT.
8
JIT
TRADISIONAL
Sistem Pull-through
Sistem Push-through
Persediaan tidak signifikan
Persediaan signifikan
Sel-sel pemanufakturan
Berstruktur departemen
Tenaga kerja terinterdisipliner
Tenaga kerja terspesialisasi
Pengendalian mutu (TQC)
Level mutu akseptabel (AQL)
Desentralisasi jasa
Sentralisasi jasa
Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT
Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk). Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit. JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa
Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung. Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung
Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat: 1.
Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi berkurang
2.
Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.
Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan
Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan t ujuan pelaporan keuangan.
9
Dalam JIT diusahakan diusahakan
persediaan nol (atau paling paling tidak pada pada tingkat yang yang tidak
signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya: (a) penetapan harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trend biaya, (c) analisis profitabilitas lini produk, (d) perbandingan dengan biaya para pesaing, (e) keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb. Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang. Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biaya dapat dikelompokkan dikelompokkan pada level level selular. lagi pula, pula, karena ukuran lot sekarang sekarang lebih sangat sangat kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok proses. Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
Dalam metode proses, perhitungan perhitungan biaya per unit akan akan menjadi lebih rumit karena karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada penyederhanaan. JIT dan Otomasi
Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan otomasi dalam beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang menggunakan JIT untuk mengikutinya dengan pemilikan teknologi pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk : (a) menaikkan kapasitas produksi, (b) menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan pelayanan, pelayanan, (d) menurukan waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran. Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai produk secara individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari sel-sel pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak langsung dalam lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung. 10
Penentuan Harga Pokok Backflush
Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses dan membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut : 1.
Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana.
2.
Setiap produk ditentukan biaya standarnya.
3.
Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira mengasilkan informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan. Ada dua perubahan relatif pada sistem konvensional yaitu :
1.
Perubahan Akuntansi Bahan
2.
Perubahan Akuntansi Biaya Konversi
2.
Analisis Biaya-Volume-Laba
Analisis CPV Konvensional Konvensional Analisis biaya-volume-laba (CPV) konvensional menganggap bahwa semua biaya,
produksi dan non produksi, dap[at digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu: a.
Biaya yang bervariasi dengan volume, disebut biaya variabel
b.
Biaya yang tidak bervariasi dengan volume, disebut biaya tetap. Dalam anlisis tersebut biaya dianggap sebagai fungsi linier volume penjualan sehingga
persamaannya adalah: L = P-B
Dalam hal ini:
P =HX
L = Laba bersih sebelum pajak
B = T + VX
P = Pendapatan Total
Sehingga:
B = Biaya Total
L = HX - T - VX
H = Harga jual per unit
X(H - V) = L + T
X = Unit atau volume produk yang
X = (L+T)/(H-V)
T = Biaya tetap total V = Biaya variabel per unit
11
Analisis CPV dalam JIT
Dalam sistem JIT,biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya tetapnya naik.Dalam JIT,biaya variabel berdasar batch tidak ada karena batch menjadi satu kali.Jadi,rumus biaya dalam JIT dapat digambarkan sebagai berikut: B = T + V1X1 + V3X3 B = Biaya Total
X1 = Jumlah unit
T = Biaya tetap
X3 = Jumlah kegiatan
V1 = Biaya variabel berdasar unit penjualan (berdasar unit) V3 = Biaya variabel berdasar non unit 3.
Titik Impas
Titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi.jadi dapat dikatakan kondisi pendapatan perusahaan dalam keadaan seimbang. Sistem Konvensional Konvensional
X = (I + F) / (P - V)
Dalam hal ini: X = Unit produk yang yang harus dijual untuk mencapai laba laba tertentu I = Laba sebelum pajak penghasilan F = Total biaya tetap P = Harga jual per unit V = Biaya variabel per unit Sistem JIT
X1 = (I + F1 + X2V2 ) / (P - V1)
Dalam hal ini: X1 = Unit produk yang yang harus dijual untuk untuk mencapai laba laba tertentu I
= Laba sebelum pajak penghasilan
F1 = Total biaya tetap X2 = Jumlah kuantitas kuantitas berbasis berbasis nonunit nonunit V2 = Biaya variabel variabel per basis non unit P
= Harga jual per unit
V1 = Biaya variabel per per unit
12
Illustrasi :
PT.KIRANA, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan suku cadang menggunakan dua sistem biaya yang berbeda yaitu: 1.
Sistem biaya konvensional
2.
JIT Sistem biaya konvensional membebankan BOP menggunakan pengarah biaya ( cost
driver ) berbasis unit. Sistem JIT menggunakan pendekatan yang terfokus pada penelusuran
biaya dan penentuan harga pokok berbasis aktivitas untuk biaya yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan suatu sel pemanufakturan. Untuk mengetahui perbedaan antara kedua metode, berikut ini disajikan data biaya produksi untuk bulan desember 1997 :
ELEMEN BIAYA
SISTEM BIAYA KONVENSIONA
JIT
L
Bahan Baku
Rp 800
Rp 800
Tenaga kerja langsung
70
100
BOP Variabel berbasis unit
90
20
BOP Variabel berbasis no
-
30
30
30
unit BOP tetap langsung BOP tetap bersama
100 Rp 1.090
20 Rp 1.000
Diminta: 1.
Hitunglah jumlah maksimum dari masing-masing sistem biaya yang harus dibayar seandainya seandainya perusahaan memutuskan untuk membeli pada pemasok luar.
2.
Bila diketahui perusahaan berproduksi pada kapasitas 1500 unit dengan harga jual Rp 1.100, susunlah laporan L/R untuk periode yang bersangkutan bersangkutan
3.
Lakukan analisis terhadap kasus tersebut. t ersebut.
13
Penyelesaian :
1.
Jumlah maksimum yang harus dibayar kepada pemasok luar, biasa dianggap sebagai biaya terhindarkan yang harus diputuskan oleh perusahaan tersebut. Biaya yang dapat dihindarkan: - Sistem biaya konvensional konvension al = Rp 800 + 70 + 90 + 30 - Sistem biaya JIT
= Rp 990
= Rp 800 + 100 +30 +20 +30 = Rp 980
2. Laporan L/R
KETERANGAN
SIST. KONVENSIONAL
Penjualan :
Rp 1.650.000
SIST. JIT
Rp 1650.000
( 1500 u x Rp 1.100) Biaya Variabel :
1.440.000
1)
(Rp 960 x 1.500 u) 2)
(Rp 820 x 1.500 u)
1.230.000 210.000
420.000
Laba Kontribusi Biaya Tertelusur :
-
45.000
3)
y. variabel berbasis non unit
45.000
195.00
4)
y. tetap langsung
45.000
240.000
165.000
180.000
Jumlah Biaya Tertelusur Laba Langsung Produk
1)
Rp 800 + Rp 70 + Rp 90 = Rp 960
2)
Rp 800 + Rp 20 = Rp 820
3)
Rp 30 x 1.500 u = Rp 45.000
4)
(Rp 100 + Rp 30) x 1.500 u = Rp 195.000
3. Sistem penentuan harga pokok konvensional menyediakan laporan yang menunjukkan profitabilitas produk sedangkan sistem JIT menunjukkan adanya efisiensi karena JIT dapat mengubah mengubah beberapa jenis jenis biaya mis: Biaya tenaga kerja langsung menjadi biaya biaya tetap langsung.
14
KESIMPULAN
JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki impilkasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada permintaan (pull system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta dan hanya sebesar kuatitas yang diminta. Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur dijepang . Bila JIT merupakan suatau filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan. Sasaran utama JIT adalah menngkatkan produktivitas system produksi atau opersi dengan cara nenghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menembah nilai bagi suatui produk. Just In Time
(JIT) mendasakan pada delapan kunci utama, yaitu
1.
menghasilakn produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.
2.
memproduksi dengan jumlah kecil
3.
menghilangkan pemborodan
4.
memperbaiki aliran produksi
5.
menyempurnakan kualitas produk
6.
orang-orang yang tanggap
7.
menghilangkan ketidakpastian
8.
penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.
15
DAFTAR PUSTAKA
http:// “just in time (jit)” _ jane dalam cerita , berita , tanpa derita.html derita.html http:// Just-In-Time-Alena19' http:// Just-In-Time-Alena19'ss Blog.html http:// just-in-time/normal-0-false-false-false.html just-in-time/normal-0-false-false-false.html http://just-in-time-part-1.html http:// 79-sepintas-tentang-just-in-time-jit.html http:// 79-sepintas-tentang-just-in-time-jit.html
16