BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Latar Belakan Belakang g
Peran organ dalam tubuh seseorang merupakan hal terpenting dalam proses ekresi obat. Obat yang masuk kedalam tubuh akan mengalami absorsi, distribusi, metabolisme metabolisme dan yang terakhir ekresi. Dalam proses tersebut dibutuhkan organ yang sehat dan kuat jika tidak obat dapat menjadi racun dalam tubuh kita. Peran Peran seoran seorang g farmasis farmasis dalam dalam pemberi pemberian an obat obat dan pengob pengobatan atan telah telah berkem berkemban bang g dengan dengan cepat cepat dan luas luas seiring seiring dengan dengan perkem perkemban bangan gan pelaya pelayanan nan kesehat kesehatan. an. Farmasis Farmasis diharapkan terampil dan tepat saat melakukan pemberian obat. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh seorang farmasis. Keberhasilan promosi kesehat kesehatan an sangat sangat terga tergantu ntung ng pada pada cara pandan pandang g klien klien atau atau pasien pasien sebagai sebagai bagian bagian dari dari pelayanan kesehatan, yang juga bertanggung jawab terhadap menetapkan pilihan perawatan dan pengobatan, baik itu berbentuk obat alternatif, diresepkan oleh dokter, atau obat bebas tanpa tanpa resep resep dokter dokter.. Sehing Sehingga, ga, tenaga tenaga kesehat kesehatan an terutama terutama seoran seorang g farmasis farmasis harus harus dapat dapat membagi pengetahuan tentang obatobatan sesuai dengan kebutuhan klien atau pasien. !ute pemberian obat "!outes of #dministration$ merupakan salah satu faktor yang mempengaru mempengaruhi hi efek obat, karena karakteristik lingkungan lingkungan fisiologis fisiologis anatomi dan biokimia biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah supl suplai ai dara darah h yang yang berb berbed eda, a, en%im en%imen en%im %im dan dan geta getah hge geta tah h fisio fisiolo logi giss yang yang terd terdapa apatt di lingkungan tersebut berbeda.
1.2 Tujuan &. 'engenal 'engenal tekniktekn teknikteknik ik pemberian pemberian obat obat melalui melalui berbagai berbagai rute pemberian pemberian obat obat (. 'enyadari 'enyadari berbagai berbagai pengaruh pengaruh rute rute pemberian pemberian obat obat terhadap terhadap efeknya efeknya ). Dapat Dapat menyatak menyatakan an beberap beberapaa konsekue konsekuensi nsi prakti praktiss dari pengaru pengaruh h rute pember pemberian ian
obat terhadap efeknya *. 'engen 'engenal al manifes manifestasi tasi berb berbagai agai obat obat yang yang diberi. diberi.
BAB II 1
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Pustaka
!ute pemberian obat "!outes of #dministration$ merupakan salah satu faktor yang mempengaru mempengaruhi hi efek obat, karena karakteristik karakteristik lingkungan lingkungan fisiologis fisiologis anatomi dan biokimia biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah supl suplai ai dara darah h yang yang berb berbed eda, a, en%im en%imen en%im %im dan dan geta getah hge geta tah h fisio fisiolo logi giss yang yang terd terdapa apatt di lingk lingkung ungan an tersebu tersebutt berbed berbeda. a. +alhal +alhal ini menyeb menyebabk abkan an bahwa bahwa jumlah jumlah obat obat yang yang dapat dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat. !ute pemberian obat dibagi (, yaitu enternal dan parenteral "Priyanto, (-$.
alur /nternal alur alur enteral enteral berarti berarti pember pemberian ian obat obat melalu melaluii saluran saluran gastro gastroint intesti estinal nal "01$, "01$, seperti seperti
pemberian obat melalui sublingual, bukal, rektal dan oral. Pemberian melalui oral merupakanjalur pemberianobat paling banyak digunakankarena paling murah, paling mudah, dan paling aman. Kerugian dari pemberian melalui jalur enternal adalah absorpsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar atau tidak dapat menelan. Kebanyakan obat diberikan melalui jalur ini, selain alasan di atas juga alasan kepraktisan dan tidak menimbulkan rasa sakit. 2ahkan dianjurkan jika obat dapat diberikan melalui jalur ini dan untuk kepentingan emergensi "obat segera berefek$, obat harus diberikan secara enteral.
alur Parenteral Parenteral berarti tidak melalui enteral. 3ermasuk jalur parenteral adalah transdermal
"topikal$, injeksi, endotrakeal "pemberian obat ke dalam trakea menggunakan endotrakeal tube$, dan inhalasi. Pemberian obat melalui jalur ini dapat menimbulkan efek sistemik atau lokal. 3abel 3abel & merupakan deskripsi cara pemberian obat, keuntungan, dan kerugiannya. Tabel 1. Keuntungan an Kerugian ari !asing"#asing Jalur Pe#berian $bat
Deskripsi Aer%sal Partikel halus atau tetesan
yang dihirup Bukal Obat diletakkan diantara pipi
dengan gusi Obat diabsorpsi
Keuntungan
Kerugian 1rtasi pada mukosa
4angsung masuk ke paru
paru paru atau saluran
paru
pernafasan, memerlukan alat
3idak sukar, tidak perlu
khusus, pasien harus sadar. 3idak dapat untuk obat yang
steril, dan efeknya cepat
rasanya tidak enak, dapat terjadi iritasi di mulut, pasien
menembus membran 2
harus sadar, dan hanya bermanfaat untuk obat yang sangat non polar +anya berguna untuk obat In&alasi Obat bentuk gas diinhalasi
Pemberian dapat terus
yang dapat berbentuk gas
menerus walaupun pasien
pada suhu kamar, dapat
tidak sadar
terjadi iritasi saluran
Intra#uskular Obat dimasukkan kedalam
#bsorbsi cepat, dapat di
pernafasan Perlu prosedur steril, sakit,
berikan pada pasien sadar
dapat terjadi infeksi di
5ena
atau tidak sadar
tempat injeksi Perlu prosedur steriil, sakit,
Intra'ena Obat dimasukkan ke dalam
Obat cepat masuk dan
5ena
bioa5ailabilitas &6
dapat terjadi iritasi di tempat injeksi, resiko terjadi kadar obat yang tinggi kalau diberikan terlalu cepat !asa yang tidak enak dapat mengurangi kepatuhan, kemungkinan dapat menimbulkan iritasi usus dan
$ral Obat ditelan dan diabsorpsi
di lambung atau usus halus
'udah, ekonomis, tidak perlu steril
lambung, menginduksi mual dan pasien harus dalam keadaan sadar. Obat dapat mengalami metabolisme lintas pertama dan absorbsi dapat tergganggu dengan
Subkutan Obat diinjeksikan dibawah
kulit Sublingual Obat terlarut dibawah lidah
dan diabsorpsi menembus membran
Pasien dapat dalam kondisi sadar atau tidak sadar
adanya makanan Perlu prosedur steril, sakit dapat terjadi iritasi lokal di
'udah, tidak perlu steril dan
tempat injeksi 3idak dapat untuk obat yang
obat cepat masuk ke sirkulasi
rasanya tidak ennak,dapat
sistemik
terjadi iritasi di mulut, pasien harus sadar, dan hanya bermanfaat untuk obat yang
3
sangat larut lemak Obat dapat menembus kulit Transer#al Obat diabsorpsi menembus
secara kontinyu, tidak perlu steril, obat dapat langsung ke
kulit
pembuluh darah
+anya efektif untuk %at yang sangat larut lemak, iritasi lokal dapat terjadi
'emilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalahmasalah seperti berikut7 a$ b$ c$ d$ e$ f$ g$
3ujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik #pakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama Stabilitas obat di dalam lambung atau usus Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacammacam rute !ute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter +arga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacammacam rute Kemampuan pasien menelan obat melalui oral. 2entuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat
yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat. 2entuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. /fek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempat misalnya salep.
2.2
Abs%r(si
#bsorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna "mulut sampai dengan rectum$, kulit, paru,otot, dan lain lain. 8ang terpenting adalah cara pemberian obat per oral dengan cara ini tempat absorbs utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorbsi yang sangat luas, yakni ( m ( "#nonim,(9$. :ara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah pemberian obat per oral, karena mudah, aman, dan murah . Dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus, karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni ( m (. Pada pemberian secara oral, sebelum obat masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dahulu harus mengalami absorbsi pada saluran cerna. &. 2entuk Sediaan 3erutama berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi intensitas respon biologis obat. Dalam bentuk sediaan yang
4
berbeda, maka proses absorpsi obat memerlukan waktu yang berbedabeda dan jumlah ketersediaan hayati kemungkinan juga berlainan. (. Sifat Kimia dan Fisika Obat 2entuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari bahan obat dapat mempengaruhi kekuatan dan proses absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal atau polimorfi, kelarutan dalam lemak atau air, dan derajat ionisasi juga mempengaruhi proses absorpsi. #bsorpsi lebih mudah terjadi bila obat dalam bentuk nonion dan mudah larut dalam lemak. ). Faktor 2iologis #ntara lain adalah p+ saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakan saluran cerna, waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus, serta banyaknya pembuluh darah pada tempat absorpsi. *. Faktor 4ainlain #ntara lain umur, makanan, adanya interaksi obat dengan senyawa lain dan adanya penyakit tertentu. Kerugian pemberian per oral adalah banyak faktor dapat mempengaruhi bioa5aibilitas obat. Karena ada obatobat yang tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik. Sebagian akan dimetabolisme oleh en%im di dinding usus dan atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organorgan tersebut "metabolisme atau eliminasi lintas pertama$. /liminasi lintas pertama obat dapat dihindari atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral, sublingual, rektal, atau memberikannya bersama makanan. Selain itu, kerugian pemberian melalui oral yang lain adalah ada obat yang dapat mengiritasi saluran cerna, dan perlu kerja sama dengan penderita, dan tidak bisa dilakukan saat pasien koma. Pemberian obat dibawah lidah hanya untuk obat yang sangat larut dalam lemak, karena luas permukaan absorbsinya kecil sehingga obat harus melarut dan diabsorbsi dengan sangant cepat, karena darah dari mulut langsung ke 5ena ka5a superior dan tidak melalui 5ena porta, maka obat yang diberikan sublingual ini tidak mengalami metabolisme lintas pertama oleh hati. "#nonim,(9$ Pada pemberian obat melalui rektal misalnya untuk pasien yang tidak sadar atau muntah, hanya ;6 darah dari rectum yang melalui 5ena porta, sehingga eliminasi lintas pertama oleh hati juga hanya ;6. #kan tetapi, adsorpsi obat melui rectum sering kali tidak teratur dan tidak lengkap dan banyak obat menyebabkan iritasi rectum. "#nonim,(9$ 2entuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat. 2entuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. /fek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempat misalnya salep "#nief, &<<*$. 5
E)ek siste#ik a(at i(er%le& engan *ara +Anie), 1--/0
a. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal b. Parenteral dengan cara intra5ena, intra muskuler dan subkutan c. 1nhalasi langsung ke dalam paruparu. E)ek l%kal a(at i(er%le& engan *ara +Anie), 1--/0
a. 1ntraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung, telinga b. 1ntrarespiratoral, berupa gas masuk paruparu c. !ektal, uretral dan 5aginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur, saluran kencing dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada keringat badan atau larut dalam cairan badan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat, antara lain : 1. Bi%l%gis Haati
#. Kecepatan pengosongan lambung
Kecepatan pengosongan lambung besar = penurunan proses absorpsi obatobat yang bersifat asam.
Kecepatan pengosongan lambung kecil = peningkatan proses absorpsi obatobat yang bersifat basa
2. 'otilitas usus ika terjadi motilitas usus yang besar "e> 7 diare$, obat sulit diabsorpsi. :. p+ medium
4ambung 7 asam = untuk obatobat yang bersifat asam
?sus 7 basa = untuk obatobat yang bersifat basa.
6
D. umlah pembuluh darah setempat
1ntra muskular dengan subkutan
1ntra muscular absorpsinya lebih cepat, karena jumlah pembuluh darah di otot lebih banyak dari pada di kulit.
2. Hakiki $bat
Polaritas = koefisien partisi Semakin non polar semakin mudah diabsorpsi 3. !akanan
Paracetamol terganggu absorpsinya dengan adanya makanan dalam lambung, maka dapat diberikan & jam setelah makan. . $bat lain
Karbon aktif dapat menyerap obat lain. 4. 5ara (e#berian
Per oral dan intra5ena berbeda absorpsinya.
Beberapa Faktor Fisiologi Biologi Yang Berpengaruh Pada absorpsi Gastro Intestinal 1.
(H i lu#en gastr% intestinal
Keasaman cairan gastro intestinal yang berbeabeda di lambung "p+ &($ duodenum "p+ *@$= sifatsifat dan kecepatan berbeda dalam absorpsi suatu obat. 'enurut teori umum absorpsi 7 obatobat golongan asam lemah organic lebih baik di absorpsi di dalam lambung dari pada di intestinum karena fraksi non ionic dari %atnya yang larut dalam lipid lebih besar dari pada kalau berada di dalam usus yang p+nya lebih tinggi. •
#bsorpsi basabasa lemah seperti antihistamin dan anti depressant lebih berarti atau mudah di dalam usus halus karena lebih berada dalam bentuk non ionic daripada
7
bentuk ionik. Sebaliknya sifat asam cairan lambung bertendensi melambatkan atau mencegah absorpsi obat bersifat basa lemah. •
Penyakit dapat mempengaruhi p+ cairan lambung.
•
4emaklemak dan asamasam lemak telah diketahui menghambat sekresi lambung
•
Obatobat anti spasmodic seperti atropine, dan anti histamine +( bloker seperti cimetidin dan ranitidin= pengurangan sekresi asam lambung
2. !%tilitas gastr% intestinal an 6aktu (eng%s%ngan la#bung
4ama kediaman "residence time$ obat di dalam lambung juga menentukan absorpsi obat dari lambung masuk ke dalam darah. Faktorfaktor tertentu dapat mempengaruhi pengosongan lambung akan dapat berpengaruh terhadap lama kediaman obat di suatu segmen absorpsi. Pengosongan
lambung
diperlama
oleh
lemak
dan
asamasam
lemak
dan
makanan,depresi mental, penyakitpenyakit seperti gastro enteritis, tukak lambung "gastric ulcer$ dll. Pemakaian obatobat juga dapat mempengaruhi absorpsi obat lainnya, baik dengan cara mengurangi motilitas "misal obatobat yang memblokir reseptorreeptor muskarinik$ atau dengan cara meningkatkan motilitas "misalnya metoklopropamid, suatu obat yang mempercepat pengosongan lambung$. 3. Aliran ara& +bl%% )l%6/ ala# intestine.
Debit darah yang masuk ke dalam jaringan usus dapat berperan sebagai kecepatan pembatas "rate limited$ dalam absorpsi obat. Dalam absorpsi gastro intestinal atau in 5i5o sebagai proses yang nyata untuk proses penetrasi %at terlarut lewat barrier itu sendiri. 'aka ditentukan oleh ( langkah utama, 8aitu 7 •
Permeabilitas membrane 01 terhadap obat, dan
•
Perfusi atau kecepatan aliran darah didalam barrier 01 membawa %at terdifus ke hati
#liran darah normal disini A <mlBmenit.
Eek- Eek Makanan Atas Absorpsi
Secara umum absorpsi obat lebih disukai atau berhasil dalam kondisi lambung kosong.
8
•
Kadangkadang tak bisa diberikan dalam kondisi demikian karena obat dapat mengiritasi lambung. /> 7 #setosal "dapat menyebabkan iritasi karena bersifat asam$
•
Kecepatan absorpsi kebanyakan obat akan berkurang bila diberikan bersama makanan. /> 7 Digoksin, Paracetamol, Phenobarbital "obat sukar larut$
•
Pemakaian antibiotika setelah makan seringkali = penurunan bioa5ailabilitasnya maka harus diberikan sebelum makan. /> 7 3etraciklin, Penisilin, !ifampisin, /rytromycin strearat
•
#bsorpsi griseoful5in meningkat bila makanan mengandung lemak
Pengaruh Faktor-Faktor Fisika !imia Atas Absorpsi GI
'isal 7 #ntibiotik penisilin
•
Penisilin oral bisa diformulasikan sebagai asam bebas yang bersifat sukar larut, atau dalam bentuk garam yang mudah larut. ika penisilin dalam bentuk garam kalium diberikan, maka obat tersebut akan mengendap sebagai asam bebas setelah mencapai lambung, dimana p+ nya rendah, membentuk suatu suspensi dengan partikelpartikel halus dan diabsorpsi dengan cepat. 3etapi bila diberikan dalam bentuk asam, maka penisilin bentuk asam ini sukar larut dalam lambung dan absorpsinya jauh lebih lambat, sebab partikelpartikel yng terbentuk adalah besar. •
#ntibiotik 3etrasiklin 3etrasiklin mengikat ionion :a dengan kuat, dan makanan yang kaya kalsium "terutama
susu$ dapat mencegah absorpsi tetrasiklin •
Pemberian paraffin cair sebagai pencahar akan menghambat absorpsi obatobat yang bersifat lipofilik seperti 5itamin K.
9
2.3
7akt%r 8ang !e#(engaru&i Dengan Pe#berian $ral
Faktor yang mempengaruhi penyerapan obat dari saluran pencernaan terdapat pada tabel (. Tabel 2. 7akt%r")akt%r ang #e#(engaru&i (enera(an %bat ari saluran (en*ernaan
Faktor yang mempengaruhi penyerapan obat melalui saluran pencernaan &. Formulasi Obat Caktu hancur Caktu disolusi (. Karakteristik Pasien Pengosongan lambung Caktu transit diusus 4uas permukaan saluran pencernaan #danya penyakit cerna ). #danya :ampuran at 4ain Pada Saluran Pencernaan 1nteraksi dengan obat lain 1nteraksi dengan makanan *. Karakteristik Farmakokintek Obat 'etabolisme obat oleh bakteri usus 'etabolisme diusus tanpa bakteri Formulasi obat memiliki efek dramatis pada penyerapan, misalnya eksipien yang terkandung dalam kapsul fenitoin yang ada di Eegara #utralia berubah bioa5aibilitasnya meningkat dan hal ini dapat mengakibatkan keracunan epidemi fenitoin. #danya obat lain di dalam usus juga dapat mengubah dan merusak faktor penyerapan obat tersebut. Diketahui juga bahwa penyerapan tetrasiklin terganggu dengan adanya garam besi serta kation lain seperti kalsium atau magnesium. !esin penukar anion seperti cholestiramine dapat mengganggu penyerapan obat, mengingat pada saat yang sama seperti warfarin. Sering dinyatakan bahwa makanan yang ada di dalam lambung akan merusak penyerapan obat, tetapi tidak ada pola yang konsisten dalam efek ini. Penyerapan beberapa obat seperti propanolol dapat ditingkatkan jika berinteraksi dengan makanan. 2eberapa faktor pasien yang paling penting yang dapat mempengaruhi penyerapan obat adalah pada waktu pengosongan lambung. ika pengosongan lambung berjalan lambat, maka penyerapan obat senyawa asam di dalam perut dapat ditingkatkan. Pada umumnya, faktor perlambatan pengosongan lambung akan cenderung untuk memperlambat tingkat dimana obat diserap tetapi biasanya tidak akan mengurangi jumlah obat yang diserap.
2.
9ute Alternati) Pe#berian $bat 10
1. Pe#berian Se*ara Intra#uskular atau Intra'ena
Pemberian dapat diberikan melalui suntikan intramuskular. Pemberian ini akan bekerja dengan obat yang diberikan dapat hancur di dalam perut, sebagai contoh ben%ilpenicillin, lignokain karena biasa diperuntukkan sebagai terapi atau untuk mempercepat laju timbulnya efek terapetik. Eamun, masalah dapat timbul jika obat tersebut tidak larut dalam air dan dapat mengendap dari larutan sebelum penyerapan dapat terjadi, misalnya seperti dia%epam. Penyerapan setelah pemberian intramuscular dapat terhambat jika pemberian obat dikurangi akan menyebabkan efek lambat pada aliran darah, hal ini dapat terjadi misalnya pada pasien syok diberikan mrofin secara intramuscular setelah terjadi infark miokard.
2. Pe#berian Se*ara Bukal +Diantara :usi engan !e#bran !uk%sa Antara Pi(i/ Pemberian ini digunakan untuk memastikan kedua onset yang cepat misalnya
sebagai contoh adalah gliseril trinitrat. 2erdasarkan data yang pernah ada, penyerapan obat tersebut langsung kesirkulasi sistemik dan penyerapan obat yang akan dihancurkan oleh keasaman lambung atau metabolisme pertama cukup luas, sebagai contoh misalnya morfin atau buprenorphine. Dalam beberapa tahun terakhir industri farmasi telah menyadari bahwa keuntungan dari rute pemberian bukal dan formulasi agen terapi untuk pemanfaatan lebih cepat efeknya dibandingkan dengan pemberian lainnya, seperti contoh yaitu morfin, buprenorfin, turunan nitrat seperti gliseril atau isosorbid. 3. Pe#berian Se*ara 9ektal Obat dapat diberikan sebagai suppositoria karena alasan yang sama seperti pemberian secara bukal, tetapi secara umum kurang memberikan efek. /fek pertama yang tidak dapat benarbenar dihindari adalah karena aliran 5ena ganda rektum ke aliran portal dan sistem sistemik. Karena luas permukaan rectum yang kecil, sehingga penyerapan menjadi lambat. Eamun, hal ini memiliki keuntungan yaitu ketika pasien asma diberikan suppositoria yaitu aminofillin pada malam hari untuk memastikan efek yang berkepanjangan . Pe#berian Se*ara Perkutan 2anyak obat yang diserap dengan baik dikulit, terutama jika kulit dalam keadaan sakit atau meradang. Obat diberikan dengan cara diserap langsung ke dalam sirkulasi sistemik sehingga untuk menghindari metabolisme yang akan terjadi. 2ahkan pada kulit yang normal akan mudah menyerap obat yang mengandung lipid, meskipun
11
penyerapannya lebih cepat dimana kulit kurang keratin, misalnya pada lengan atas, di dada atau dibelakang telinga. !ute pemberian ini memiliki keuntungan lebih cepat dalam pemberian obat dan dapat dihentikan cepat dengan menghapus obat yang telah dioleskan dari kulit. #da kemungkinan bahwa obat lain akan diberikan untuk pemberian perkutan dalam waktu dekat. 4. Pe#berian 8ang Diberikan !elalui Paru"(aru +Pul#%nar/ Pemberian melalui anatesi atau secara bius biasanya diserap dengan cara ini. Stimulan beta, salbutamol atau terbutalin diberikan secara inhaler memberikan efek lebih cepat dan dalam dosis lebih kecil dari pada ketika diberikan secara oral. Eatrium kromoglikat tidak baik diserap dari saluran pencernaan dan hanya aktif dalam mencegah asma ketika serbuk dihirup. Pasien perlu dilatih dalam penggunaan inhaler, kemudian lebih dari <6 obat akan ditelan. Partikel inhalasi dalam ukuran (; m untuk mencapai bronkiolus terkecil. !ute lain dalam pemberian obat dapat digunakan misalnya secara konjungti5, 5aginal, tetapi diantara pemberian tersebut masingmasing memiliki indikasi, efek keuntungan dan kerugian yang utama.
12
BAB III PE!BAHASAN
3.1
!EKANIS!E $BAT 'ekanisme obat meliputi ) fase yaitu fase farmasetik, fase farmakokinetik, dan fase
farmakodinamik. 1. 7ase 7ar#asetik Pada fase farmasetik ini sediaan yang sering dipakai adalah sediaan padat atau cair. ?ntuk dapat diabsorpsikan harus dapat melarutkan dalam tempat absorpsinya. adi obat bentuk tablet untuk dapat diabsorpsikan harus mengalami prosesproses seperti pecah "terdegradasi$ menjadi granul, lalu granulgranul terpecahkan menjadi partikelpartikel yang lebih kecil, berikutnya terjadi pelepasan %at aktif dari %at pembawa "tambahan$, berikutnya %at aktif terdisolusi "larut$ dan diabsorpsi. Sediaan obat yang cepat larut, secara teoritis akan lebih cepat diabsorpsi dan cepat menimbulkan relati5e. ?rutan kecepatan melarutkan atau kecepatan absorsi dari beberapa sediaan obat adalah sebagai berikut. 4#!?3#E G S?SP/ES1 G S/!2?K G K#PS?4 G3#24/3 G 3#24/3 S#4?3. 2. 7ase 7ar#ak%kinetik Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi "#D'/$ obat dari dalam tubuh. #tau mempelajari pengaruh tubuh terhadapa obat. a. Abs%rbsi adalah proses masuknya obat dari tempat obat kedalam sirkulasi sistemik "pembuluh darah$. kecepatan obat tergantung dari kecepatan obat melarutkan pada tempat absorpsi , derajad ionisasi, p+ tempat absorpsi dan sirkulasi darah di tempat obat melarutkan. 13
a. 3ranspor obat dari saluran cerna Obatobat dapat diabsorbsi dari saluran cerna dengan cara difusi pasif dan transpor aktif. &$ Difusi pasif 3enaga dari penggerak difusi pasif dari suatu obat adalah perbedaan konsentrasi
yang
melewati
suatu
membran
yang
memisahkan
dua
kompartemen tubuh, obat tersebut bergerak dari suatu bagian yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasinya yang rendah. Sebagian besar obat masuk kedalam tubuh dengan mekanisme ini. ($ 3ranspor aktif :ara masuk obat ini melibatkan proteinprotein karier terutama yang terentang pada membran sel. 3ranspor aktif mampu membawa obat melawan suatu concentration-gradient , yaitu dari bagian yang konsentrasi rendah ke bagian yang konsentrasinya tinggi. Pada proses menunjukkan titik jenuh suatu kecepatan maksimum pada kadar substrat yang tinggi ketika ikatan ke en%im tersebut sudah maksimal. Kecepatan obat tergantung dari kecepatan obat melarutkan pada tempat absorpsi , derajad ionisasi, p+ tempat absorpsi dan sirkulasi darah di tempat obat melarutkan. a. Kelarutan ?ntuk dapat di absorpsi, obat dapat melarut atau dalam bentuk , yang sudah terlarut. Sehingga kecepatan melarut dari suatu obat akan sangat menentukan kecepatan absorpsi.untuk itu , sediaan obat, obat padat sebaiknya di minum dengan cairan yang cukup untuk membantu mempercepat kelarutan obat. b. p+ adalah derajad keasaman atau kebasaan jika %at berada dalam bentuk larutan. Obat yang terlarut dapat berupa ion atau non ion. 2entuk non ion relatif lebih mudah larut dalam lemak sehingga lebih mudah menembus membran, karena sebagian besar membran sel tersusun dari lemak. Kelarutan obat menembus membran dipengaruhi oleh p+ obat dalam larutan dan p+ dari lingkungan obat berada. Obat yang bersifat asam lemah akan mudah menembus membrane sel pada suasana asam. Karena dalam suasana asam, obat relatif tidak terionisasi atau bentuk ionnya sedikit sehingga lebih mudah menembus membrane sel. Sebagai contoh aspirin "suatu obat yang bersifat asam$ akan lebih mudah menembus membrane lambung yang relati5e asam jika dibandingkan dengan p+ usus 14
halus. ika p+ obat berubah "di tambah buffer$ atau p+ lambung beruban karna pemberian antasida "basa$ absorpsi aspirin akan melambat. Sebaiknya obat yang bersifat basa lemah akan mudah di absorpsi di usus halus karena juga relatif tidak terionisasi. c. 3empat absorpsi Obat dapat diabsorpsi pada berbagai tempat, misalnya dikulit, membran mukosa, lambung, dan usus halus. Eamun demikian, untuk obat oral absorpsi banyak berlangsung di usus halus karena paling luas permukaannya. 2egitu pula obat yang diberikan melalui nhalasi di absorpsi sangat cepat karena epithelium paruparu juga sangat luas. #bsorpsi obat yang menembus lapisan sel tunggal "tipis$, seperti pada epithelium intestinal akan lebih cepat jika dibandingkan kalau menembus membrane kulit yang berlapislapis karena kecepatan absorpsi berbanding lurus dengan luas membran dan berbanding terbalik dengan tebal membran. d. Sirkulasi darah Obat umumnya diberikan pada daerah yang kaya akan sirkulasi darah "5askularisasi$. 'isalnya pemberian melalui sublingual akan lebih cepat di absorpsi jika di bandingkan dengan kalau diberikan melalui subkutan. Karena
sirkulasi
darah
di
subkutan
lebih
sedikit
dibandingkan
disublingual. Selain itu aliran darah secara keseluruhan juga berpengaruh pada absorpsi obat. Sebagai contoh, obat yang diberikan pada pasien yang syok, absorpsinya akan melambat atau tidak konstan. b. Distribusi adalah penyebaran obat dari pembulu darah kejaringan atau tempat kerjanya.
Kecepatan distribusi di pengaruhi oleh permeabilitas membrane kapiler terhadap molekul obat. Karena membran kapiler kebanyakan terdiri dari lemak, obat yang mudah larut dalam lemak juga akan mudah terdistribusi. Faktor lain yang mempengaruhi distribusi adalah fungsi kardio5askuler, ikatan obat dengan protein plasma, dan adanya hambatan fisiologi tertentu. Holume distribusi obat adalah suatu 5olume cairan, yang secara hifotesis, tempat obat tersebar didalamnya. *. !etab%lis#e 'etabolisme atau biotransformasi ialah reaksi perubahan %at kimia dalam jaringan biologi yang dikatalisis oleh en%im menjadi metabolitnya. Proses metabolisme mengubah obatobat lipofilik mejadi produk yang bersifat lebih polar
15
dan mudah diekresi. 4okasi utama pada proses metabolisme adalah hati tetapi pada obatobat tertentu dapat mengalami biotransformasi dalam jaringan lain seperti pada ginjal dan usus. 2eberapa obat yang pada awalnya berbentuk senyawa tidak aktif harus dimetabolisme menjadi bentuk aktif. 3. 7ase 7ar#ak%ina#ik Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia selular dan mekanisme kerja obat. !espons obat dapat menyebabkan efek fisiologi primer atau sekunder atau keduaduanya. /fek primer adalah efek yang diinginkan, dan efek sekunder bisa diinginkan atau tidak diinginkan. Salah satu contoh dari obat dengan efek primer dan sekunder adalah difenhidramin "benadryl$ suatu antihistamin. /fek primer dari difenhidramin adalah untuk mengatasi gejalagejala alergi, dan efek sekundernya adalah penekanan susunan saraf pusat yang menyebabkan rasa kantuk. /fek sekunder ini tidak diinginkan jika sedang mengendarai mobil, tetapi pada saat tidur, dapat menjadi diinginkan karena menimbulkan sedasi ringan.
3.2 Prinsi( ; Prinsi( Pe#berian $bat Paa Pasien
'enggambarkan @ hal yaitu benar dalam pemberian obat, agar dapat tercapainya pemberian obat yang aman, seorang farmasis harus dapat melakukan hal tersebut7
3epat pasien 3epat obat 3epat dosis 3epat waktu 3epat rute pemberian dan dokumentasi yang benar.
'emberikan pedoman keamanan dalam pemberian obat. 2eberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam prosedur pemberian obatobat yang benar yang terdiri dari * langkah "persiapan, pemberian, pencatatan, dan halhal yang tidak boleh dalam pemberian obat$.
3.3
7akt%r 8ang !e#engaru&i Kerja $bat
#kibat perbedaan cara dan tipe kerja obat,respon terhadap obat sangat ber5ariasi. Faktor selain karakteristik obat juga mempengaruhi kerja obat. Pasien atau klien mungkin tidak memberi respon yang sama terhadap setiap dosis obat yang diberikan.2egitu juga obat yang sama dapat menimbulkan respons yang berbeda pada klien yang berbeda. 16
&. Perbedaan 0enetik Susunan genetik memepengaruhi biotransformasi obat. Pola metabolik dalam keluarga seringkali sama.Faktor genetik menentukan apakah en%im yang terbentuk secara alami ada untuk meembantu penguraian obat.#kibatnya anggota keluarga sensitif terhadap suatu obat. (. Hariabel Fisiologi Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu. +ormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua senyawa tersebut terurai dalam proses metabolik yang sama. Hariasi diurnal pada sekresi estrogen bertanggung jawab untuk fluktuasi siklik reaksi obat yang dialami wanita. ?sia berdampak langsung pada kerja obat. 2ayi tidak memiliki banyak en%im yang diperlukan untuk metabolisme obat normal. Sejumlah perubahan fisiologis yang menyertai penuaan memengaruhi respon terhadap terapi obat. Sistem tubuh mengalami perubahan fungsi dan struktur yang mengubah pengaruh obat. Sebagai seorang farmasis harus berupaya untuk meminimalkan efek obat yang berbahaya dan meningkatkan kapasitas fungsi yang tersisa pada kien. #pabila status nutrisi klien buruk, sel tidak dapat berfungsi dengan normal, sehingga biotransformasi tidak berlangsung seperti semua fungsi tubuh, metabolisme obat bergantung pada nutrisi yang kuat untuk membentuk en%im dan protein. Kebanyakan obat berikatan dengan protein sebelum didistribusi ke tempat kerja obat. Setiap penyakit yang merusak fungsi organ yang bertanggung jawab untuk farmakoniketik normal juga merusak kerja obat. Perubahan integritas kulit, penurunan absorpsi atau motilitas saluran cerna, dan kerusakan fungsi ginjal dan hati hanya beberapa kondisi penyakit yang berhubungan dengan kondisi yang dapat mengurangi kemanjuran obat atau membuat klien berisiko mengalami toksikasi obat. ). Kondisi 4ingkungan Stres fisik dan emosi yang berat akan memicu respons hormonal yang pada akhirnya menggangu metabolisme obat pada klien atau pasien. !adiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan mengubah kecepatan akti5itas en%im. panas dan dingin dapat memengaruhi respons terhadap obat. Klien atau pasien hipertensi diberi 5asodilator untuk mengatur tekanan darahnya. Pada cuaca panas,dosis 5asodilator perlu di kurangi karnar suhu yang tinggi meningkatkan efek obat. :uaca dingin cenderung meningkatkan 5asokontriksi, sehingga dosis 5asolidator perlu di tambah. !eaksi suatu obat ber5ariasi, bergantung pada lingkungan obat tersebut digunakan. Klien atau pasien yang dilindungi dalam isolasi dan diberi analgesik memperoleh efek peredaan nyeri yang lebih kecil dibanding klien yang 17
dirawat di ruang tempat keluarga dapat mengunjungi klien atau pasien. :ontoh lain ialah jika minum alkohol sendirianI efek yang timbul hanya mengantuk. Eamun. 'inum bersama sekelompok teman membuat indi5idu menjadi ceria dan bergaul. *. Faktor Psikologis Sejumlah faktor psikologis memengaruhi penggunaan obat dan r espons terhadap obat. Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atau pengaruh keluarga. 'elihat orangtua sering menggunakan obatobatan dapat membuat anak menerimat obat sebagai bagian dari kehidupan normalnya.'akna obat atau signifikansi mengonsumsi obat mempengaruhi respon klien terhadap terapi.Sebuah obat
dapat
digunakn sebagai cara untuk mengatasi rasa tidak aman.Pada situasi ini ,klien bergantung pada obat sebagai media koping dalam kehidupan .Sebaliknya jika klien kesal terhadap kondisi fisik mereka ,rasa marah dan sikap bermusuhan dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan terhadap obat.Obat seringkali memberi rasa aman .penggunaan secara teratur obat tanpa resep atau obat yang dijual bebas.misalnya 5itamin,laksatif,dan aspirin,banyak orang merasa mereka dapat mengontrol kesehatannya.Prilaku perawat saat memberikan obat dapat berdampak secara signifikan pada respon klien terhadap pengobatan.#pabila perawat memberi kesan bahwa obat dapat membantu pengobatan kemungkinan akan memberi efek yang positif.#pabila perawat terlihat kurang peduli saat klien merasa tidak nyaman,obat yang diberikan terbuktif relatif tidak efektif. ;.
Diet 1nteraksi obat dan nutrien dapat mengubah kerja obat atau efek nutrien dapat mengubah kerja obat atau efek nutrien. :ontoh 5itamin K "terkandung dalam sayuran hijau berdaun$ merupakan nutrien yang melawan efek warfarin natrium ":oumadin$ mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan darah. 'inyak mineral menurunkan absorbsi 5itamin larut lemak. Klien atau pasien membutuhkan nutrisi tambahan ketika mengonsumsi obat yang menurunkan efek nutrisi. 'enahan konsumsi nutrien tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat.
3.
9ute (e#berian %bat
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat serta tempat kerja yang diinginkan. Pemberian obat ikut juga dalam menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi suatu obat.
18
3ergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik "di seluruh tubuh$ atau efek lokal "setempat$ dapat dipilih di antara berbagai cara untuk memberikan obat. 1. $ral
#dalah rute pemberian yang paling umum dan palin g banyak dipakai karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorbsi melalui rongga mulut "sublingual atau bukal$ seperti tablet 1SDE. 2entuk sediaan obatnya dapat berupa 3ablet, Kapsul, 4arutan "solution$, Sirup, /liksir, Suspensi, 'agma, el, dan 2ubuk. Kelebihan7
relatif aman, praktis, ekonomis, meminimalkan ketidak nyamanan pada klien dan dengan efek samping yang paling kecil.
Kekurangan
7
bioa5aibilitasnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, iritasi pada saluran cerna, perlu kerjasama dengan penderita "tidak bisa diberikan pada
penderita koma$, timbul efek lambat, tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak
sadar, tidak kooperatifI untuk obat iritatif rasa tidak enak penggunaannya terbatas, obat yang inaktifBterurai oleh cairan lambungB usus tidak bermanfaat "penisilin 0,
insulin$, obat absorpsi tidak teratur, kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama.
2. Bukal
Pemberian obat melalui rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membran mukosa pipi sampai obat larut. Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi, diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama obat. Kelebihan7
onset cepat, mencegah “first-pass effect” tidak diperlukan kemampuan menelan
Kekurangan7
absorbsi tidak adekuat, kepatuhan pasien kurang "compliance$, mencegah pasien menelan
3. Parenteral
19
!ute parenteral adalah memberikan obat dengan meninginjeksi ke dalam jaringan tubuh, obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut "tanpa melalui saluran pencernaan$ tetapi langsung ke pembuluh darah. 'isalnya sediaan injeksi atau suntikan. 3ujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran. Kelebihan0
bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak kooperatif, tidak dapat untuk obat yang mengiritasi lambung, dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati, bekerja cepat dan dosis ekonomis.
Kekurangan0
kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan, tidak disukai pasien, berbahaya "suntikan J infeksi$.
Pe#berian (arenteral #eli(uti e#(at ti(e uta#a injeksi berikut0 a. Intra'ena +i'/
3idak mengalami tahap absorpsi. Obat langsung dimasukkan ke pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita. Kelebihan7
cepat mencapai konsentrasi, dosis tepat, mudah menitrasi dosis
kekurangan7
obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek toksik lebih mudah
terjadi. ika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi. Pemberian intra5ena "i5$ harus dilakukan perlahanlahan sambil mengawasi respons
penderita. konsentrasi awal tinggi toksik, in5asi5e resiko infeksi, memerlukan keahlian. b. Intra#us*ular +i#/ Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi. Obat yang sukar larut seperti di%epam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur. Kelebihan7 20
tidak diperlukan keahlian khusus, dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak, absorbsi cepat obat larut dalam air.
Kekurangan7
rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah ":lotting time$, bioa5ibilitas ber5ariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan. *. Subkutan +S5/ +anya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan. #bsorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama. #bsorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi. Pemberian obat bersama dengan 5asokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsinya Penyuntikkan dibawah kulit Kelebihan7
diperlukan latihan sederhana, absorpsi cepat obat larut dalam air, mencegah kerusakan sekitar saluran cerna.
Kekurangan0
dalam pemberian subkutan yaitu rasa sakit dan kerusakan kulit, tidak dapat dipakai jika 5olume obat besar, bioa5ibilitas ber5ariasi sesuai lokasi. /feknya agak lambat
. 9ektal
Ob at da pat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal. 2entuknya suppositoria dan clysma obat pompa. Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan supositoria.
Kelebihan7
2aik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung, diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat, tidak dapat dipakai jika pasien tidak biasa peroral, tidak dapat mencegah firstpassmetabolismL, pilihan terbaik untuk anakanak.
Kekurangan7
absorbsi tidak kuat, banyak pasien tidak nyaman B risih perrektal. 4. Transer#al 21
3ransdermal adalah rute administrasi dimana bahan aktif yang disampaikan dikulit untuk distribusi sistemik. :ara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat menyerap secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke jantung. ?mumnya untuk gangguan jantung misalnya angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan (* jam. Kelebihan7
Durasi yang lama dari tindakan yang mengakibatkan penurunan frekuensi dosis, Peningkatan kenyamanan untuk mengelolah obatobatan yang tidak akan membutuhkan dosis sering, meningkatkan bioa5aibilitas, lebih seragam plasma le5el, mengurangi efek samping dan terapi karena pemeliharaan kadar plasma sampai akhir inter5al pemberian dosis, Obat terhindar dari first passed effect, terhindar dari degradasi oleh saluran gastro interstinal, #bsorbsi obat relati5e konstan dan kontinyu.
Kekurangan7
'emiliki koefisien partisi sedang "larut dalam lipid maupun air$, memiliki titik lebut yang relati5e rendah, memiliki effecti5e dose yang relati5e rendah, range obat terbatas "terutama terkait untuk molekulnya$, dosis harus kecil, kemungkinan terjadinya iritasi dan sensiti5itas kulit, tidak semua bagian tubuh dapat menjadi tempat aplikasi obatobat transdermal. 'isalnya telapak kaki,dll,
<. In&alasi
8aitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara local, pada salurannya, misalnya salbutamol "5entolin$, combi5ent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen. Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut atau disemprotkan Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan pernafasan. 2entuk sediaan 7 0as dan at padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistemik. Kelebihan0
absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus.
Kekurangan7
'etode ini lebih sulit dilakukan,
22
memerlukan alat dan metode khusus sukar mengatur dosis sering mengiritasi paru.
=. Intranasal
Pemberian obat secara intranasall merupakan alternati5e ideal untuk menggantikan sistem penghantaran obat sistemik parenteral. Kelebihan7
Pencegahan eliminasi lintas perta hepatic 'etabolisme dinding saluran cerna atau destruksi obat disaluran cerna kecepatan dan
jumlah absorpsi Profil konsentrasi obat 5ersus waktu relatif sebanding dengan pengobatan secara intra5ena
Kekurangan7
Secara kosmetik tidak menarik #bsorbsi tidak kuat
>. Per'agina#
Obat diberikan melalui selaput lendirBmukosa 5agina, Diberikan pada antifungi dan anti kehamilan, Obat yang dimasukkan pada umumnya bekerja secara local. Obat ini tersedia dalam bentuk krim, tablet yang dapat larut dengan perlahan ataupun dapat juga dalam bentuk salep dan suppositoria
Kelebihan7
Obat cepat bereaksi /fek yang ditimbulkan bersifat lokal
Kekurangan7
Dapat membangkitkan rasa malu Kesulitan dalam melakukan prosedur terhadap wanita lansia Setiap rabas yang keluar memungkinkan berbau busuk
7ar#ak%kinetika Klinik Tetrasiklin
3etrasiklin merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba. ?ntuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan m!E# dan t!E#. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai 23
ribosom )S dan ;S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai m!E# menjadi ribosom 9S. 0olongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin kemudian ditemukan oksitetrasiklin. 3etrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari species Streptomyces lain. Demeklosiklin, doksisiklin dan minosiklin juga termasuk antibiotic golongan tetrasiklin. a. !ekanis#e kerja
0olongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi ( proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatifI pertam yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom )S dan menghalangi masuknya t!E#asam amino pada lokasi asam amino. b. E)ek Anti#ikr%ba
Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama "sebab mekanismenya sama$, namun terdapt perbedaan kuantitatif dan akti5itas masingmasing dri5at terhadap kuman tertentu. +anya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini. 0olongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.
*. 7ar#ak%kinetik •
Abs%r(si
Sekitar )-6 tetrasiklin diserap dalam salura cerna. Doksisiklin dan minosiklin iserap lebih dari <6. #bsorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus. #danya makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. #bsorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh p+ tinggi dan
24
pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu %at lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. 3etrasiklin diberikan sebelum makan atau ( jam sesudah makan. •
Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang ber5ariasi. Dalam cairan cerebrospinal ":SS$ kadar golongan tetrasiklin hanya & (6 kadar dalam serum. Penetrasi ke :SS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang serta di sentin dan email gigi yang belum bererupsi. 0olongan tetrasiklin menembus sawar uri dan terdapat dalam #S1 dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik. •
Ekskresi
0olongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu. Pemberiaan per oral kirakira (;;6 golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. 0olongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar & kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatikI maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. 2ila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja. . E)ek sa#(ing 0angguan lambung. Penekanan epigastrik biasanya disebabkan iritasi ari mukosa
lambung dan sering kali terjadi pada penderita yang tidak patuh yang diobati dengan obat ini. /fek terhadap kalsifikasi jaringan. Deposit dalam tulang dan pada gigi timbul selama
kalsifikasi pada anak yang berkembang. +al ini menyebabkan pewarnaan dan hipoplasi pada gigibdan menganggu pertumbuhan sementara.
25
+epatotoksisitas fatal. /fek samping ini telah diketahui timbul bila obat ini diberikan
pada perempuan hamil dengan dosis tinggi terutama bila penderita tersebut juga pernah mengalami pielonefritis. Fototoksisitas . Fototoksisitas, misalnya luka terbakar matahari yang berat terjadi bila
pasien menelan tetrasiklin terpajan oleh sinar matahari atau ?H. 3oksisitas ini sering dijumpai dengan pemberian tetrasiklin, doksisiklin dan deklosiklin. 0angguan keseimbangan. /fek samping ini misalnya pusing, mual, muntah terjadi bila
mendapat minosiklin yang menumpuk dalam endolimfe telinga dan mempengaruhi fungsinya. Pseudomotor serebri. +ipertensi intrakranial benigna ditandai dengan sakit kepala dan
pandangn kabur yang dapat terjadi pad orang dewasa. 'eskipun penghentian meminum obat membalikkan kondisi, namun tidak jelas apakah dapat terjadi sekuela permanen. Superinfeksi. Pertumbuhan berlebihan dari kandida "misalnya dalam 5agina$ atau
stafilokokus resisten "dalam usus$ dapat terjadi. e. Penggunaan klinik
Penyakit yang obat pilihannya golongan tetrasiklin adala h7 !iketsiosis. Perbaikan yang dramatik tampak setelah penggunaan obat golongan ini.
Demam mereda dalam &) hari dan ruam kulit hilang dalam ; hari. Perbaikan klinis tampak (* jam setelah terapi. 1nfeksi klamidia. 4imfogranuloma 5enereum7 0olongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama
penyakit ini. 3erapi )* minggu dan &( bulan untuk keadaan kronik. Psitakosis7 pemberiaan golongan tetrasiklin selama beberapa hari mengatasi gejala
klinis. ). Interaksi %bat
26
2ila tetrasiklin diberikan dengan metoksifluoran maka dapat menyebabkan nefrotoksisk. 2ila dikombinasikan dengan penisilin maka akti5itas antimikrobanya dihambat. 2ila tetrasiklin digunakan bersamaan dengan produk susu maka akan menurunkan absorpsinya karena membentuk khelat tetrasiklin dengan ion kalsium yang tidak dapat diabsorpsi.
BAB I? PENUTUP
.1
Kesi#(ulan
'ekanisme kerja obat setelah melalui proses absorpsi, distribusi, dan metabolisme obat akan dikeluarkan dari tubuh. Fase ini dinamakan fase ekskresi. /ksresi dapat melalui ginjal, urin, feses, keringat dan lainlain. 0injal adalah eksresi paling sering terjadi. Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia pasien. Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis yang tepat agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan yang kita berikan. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi distribusi obat yaitu7 •
Formulasi obat
•
Karakteristik pasien
•
#danya %at lain pada saluran pencernaan
•
Karakteristik farmakokinetik obat !ute lain dari pemberian obat dapat digunakan misalnya secara konjungti5, 5aginal
dan intranasal, tetapi diantara masingmasing terapi tersebut memiliki indikasi, kekurangan dan kelebihan dari masingmasing obatnya.
27
.2
Saran
Dalam proses ekskresi juga dibutuhkan organ yang sehat agar semua berjalan dengan lancer, dan menjaga kesehatan adalah hal yang utama. Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan kemampuan untuk mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan dosis. adi, kita sebagai perawat yang profesi professional harus mampu menguasai tentang dosis obat.
28