LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN GANGGUAN ALAM PERASAAN : DEPRESI
Oleh: NAMA
: NI PUTU RATNA MARTHA SARI
NIM
: P07120215071
KELAS/PRODI
: 3B / DIV KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI)
A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Depresi
Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari ( National National Institute of Mental Health, Health, 2010). Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood , kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi Depresi dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang berlebihan terhadap suatu kejadian yang menjadi pemicunya. Depresi juga dapat diartikan suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab
(rasa
dingin),
tekanan
darah
dan
denyut
nadi
sedikit
menurun.Depresi biasanya terjadi saat stress saat stress yang yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda. Depresi yang dialami ini berkolerasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Pada umumnya, mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depresi adalah kata yang memiliki banyak nuansa arti. Sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau jengkel, menjalani kehidupan yang penuh masalah, merasa kecewa, kehilangan dan frustasi, yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan.( World Health Organization, Organization, 2010).
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI)
A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Depresi
Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari ( National National Institute of Mental Health, Health, 2010). Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood , kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi Depresi dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang berlebihan terhadap suatu kejadian yang menjadi pemicunya. Depresi juga dapat diartikan suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab
(rasa
dingin),
tekanan
darah
dan
denyut
nadi
sedikit
menurun.Depresi biasanya terjadi saat stress saat stress yang yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda. Depresi yang dialami ini berkolerasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Pada umumnya, mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depresi adalah kata yang memiliki banyak nuansa arti. Sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau jengkel, menjalani kehidupan yang penuh masalah, merasa kecewa, kehilangan dan frustasi, yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan.( World Health Organization, Organization, 2010).
2. Penyebab/Faktor Penyebab/Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada pasien-pasien dengan gangguan mood. Pada penelitian akhir-akhir ini, monoamine
neurotransmitter
seperti
norephinefrin,
dopamin,
serotonin, dan histamin merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood (Kaplan, et al , 2010). b. Biogenic amines Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. 1) Norephinefrin Hubungan norephinefrin dengan gangguan depresi berdasarkan penelitian dikatakan bahwa penurunan regulasi atau penurunan sensitivitas dari reseptor α2 adrenergik dan penurunan respon terhadap antidepressan berperan dalam terjadinya gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010). 2) Serotonin Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan terjadinya gangguan depres, dan beberapa pasien dengan percobaan bunuh diri
atau
megakhiri
hidupnya
mempunyai
kadar
cairan
cerebrospinal yang mengandung kadar serotonin yang rendah dan konsentrasi rendah dari uptake serotonin pada platelet (Kaplan, et al, 2010). Penggunaan obat-obatan yang bersifat serotonergik pada pengobatan depresi dan efektifitas dari obat-obatan tersebut menunjukkan bahwa adanya suatu teori yang berkaitan antara gangguan depresi dengan kadar serotonin. 3) Gangguan neurotransmitter lainnya Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi secara menyebar pada korteks cerebrum. Pada neuron-neuron yang bersifat kolinergik terdapat hubungan yang interaktif terhadap semua sistem yang mengatur monoamine neurotransmitter . Kadar
choline yang abnormal yang dimana merupakan prekursor untuk pembentukan Ach ditemukan abnormal pada pasien-pasien yang menderita gangguan depresi (Kaplan, et al , 2010). 4) Faktor neuroendokrin Hormon telah lama diperkirakan mempunyai peranan penting dalam gangguan mood, terutama gangguan depresi. Sistem neuroendokrin meregulasi hormon-hormon penting yang berperan dalam gangguan mood, yang akan mempengaruhi fungsi dasar, seperti : gangguan tidur, makan, seksual, dan ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan senang. 3 komponen penting dalam sistem neuroendokrin yaitu : hipotalamus, kelenjar pituitari, dan korteks adrenal yang bekerja sama dalam feedback biologis yang secara penuh berkoneksi dengan sistem limbik dan korteks serebral (Kaplan, et al , 2010). 5) Abnormalitas otak Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography (CT) scan, positron-emission tomography (PET), dan magnetic resonance imaging (MRI) telah menemukan abnormalitas pada 4 area otak pada individu dengan gangguan mood. Area-area tersebut adalah korteks prefrontal, hippocampus, korteks cingulate anterior, dan amygdala. Adanya reduksi dari aktivitas metabolik dan reduksi volume dari gray matter pada korteks prefrontal, secara partikular pada bagian kiri, ditemukan pada individu dengan depresi berat atau gangguan bipolar (Kaplan, et al , 2010). 6) Susunan kimia otak dan tubuh Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan adanya perubahan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormon adenalin yang memegang peranan utama dalam mengendalikan otak dan aktivitas tubuh, tampaknya berkurang pada mereka yang mengalami depresi. Pada wanita,
perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menopause juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. 7) Faktor Psikososial Penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai. Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan
mental
pada
lanjut
usia
yang
pada
umumnya
berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif. Faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik. Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa
kehidupan
dan
stressor
lingkungan,
kepribadian,
psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial. Peristiwa
kehidupan
dan
stresor
lingkungan.
Peristiwa
kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan. Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi. Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya
depresi.
Sedangkan
kepribadian
antisosial
dan
paranoid
(kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah. Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan
bahwa
kehilangan
objek
yang
dicintai
dapat
menimbulkan depresi. Dalam upaya untuk mengerti depresi, adalah suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian. Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulangulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip. Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi. 8) Faktor usia Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari masa anak-anak kemasa remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke
masa kuliah atau bekerja, serta masa pubertas hingga ke pernikahan. Namun sekarang ini usia rata-rata penderita depresi semakin menurun, yang menunjukkan bahwa remaja dan anakanak semakin banyak yang terkena depresi. Survei masyarakat terakhir melaporkan adanya prevalensi yang tinggi dari gejalagejala depresi pada golongan usia dewasa muda yaitu 18-44 tahun. 9) Gender Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi daripada pria. Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa saja karena wanita lebih sering mengakui adanya depresi daripada pria. Dan dokter lebih dapat mengenali depresi pada wanita. Bagaimanapun, tekanan pada wanita yang mengarahkan pada depresi. Misalnya, seorang diri dirumah dengan anak-anak kecil lebih jarang ditemui pada pria daripada wanita. Ada juga perubahan hormonal dalam siklus menstruasi yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran dan juga menopause yang membuat wanita lebih rentan menjadi depresi atau menjadi pemicu penyakit depresi. 10) Gaya hidup Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi. Tingginya tingkat stress dan kecemasan digabung dengan makanan yang tidak sehat dan kebiasaan tidur serta tidak olahraga untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor beberapa orang yang mengalami depresi penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat pada pasien berisiko penyakit jantung. Gaya hidup yang tidak sehat misalnya tidur tidak teratur, makan tidak teratur, pengawet dan pewarna buatan, kurang berolahraga, merokok, dan minum-minuman keras.
11) Penyakit fisik Penyakit fisik dapat menyebabkan depresi. Perasaan terkejut karena
mengetahui
kita
memiliki
penyakit
serius
dapat
mengarahkan pada hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri, juga depresi. Alasan terjadinya depresi cukup kompleks. Misalnya, depresi sering terjadi setelah serangan jantung, mungkin karena seseorang merasa mereka baru saja mengalami kejadian yang dapat menyebabkan kematian atau karena mereka tiba-tiba menjadi orang yang tidak berdaya. Pada individu lanjut usia, penyakit fisik adalah penyebab yang paling umum terjadinya depresi. 12) Sinar matahari Kebanyakan dari kita merasa lebih baik dibawah sinar matahari daripada mendung, tetapi hal ini sangat berpengaruh pada beberapa individu. Mereka baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi depresi ketika musim dingin. Mereka disebut menderita seasonal affective disorder (SAD). 13) Kepribadian Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada individu-individu yang lebih negative, pesimis, juga tipe kepribadian. 14) Obat-obatan Beberapa obat-obatan untuk pengobatan dapat menyebabkan depresi. Namun bukan berarti obat tersebut menyebabkan depresi, dan menghentikan pengobatan dapat lebih berbahaya daripada depresi. 15) Obat-obatan terlarang Marijuana/Ganja, Heroin/ Putauw, Kokain, Ekstasi dan Sabu-sabu. (Pravita,Brian. Askep Lp Depresi)
3. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri
Gangguan alam perasaan: depresi
Koping maladaptif
(Universitas Sumatera. Chapter II Psikologi Depresi)
4. Klasifikasi
Gangguan depresi terdiri dari berbagai jenis, yaitu: 1) Gangguan depresi mayor Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi, perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya ± 2 minggu (Kaplan, et al , 2010). 2) Gangguan dysthmic Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejalagejala dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2 tahun atau lebih. Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan dengan gangguan depresi mayor, tetapi individu dengan gangguan ini masi dapat berinteraksi dengan aktivitas sehari-harinya ( National Institute of Mental Health, 2010). 3) Gangguan depresi minor Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih singkat ( National Institute of Mental Health, 2010). Tipe-tipe lain dari gangguan depresi adalah:
4) Gangguan depresi psikotik Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti: halusinasi dan delusi ( National Institute of Mental Health, 2010). 5) Gangguan depresi musiman Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan menghilang pada musi semi dan musim panas ( National Institute of Mental Health, 2010). (Nurcholis, M. Makalah Psikologi Depresi)
5. Gejala Klinis
Gejala-gejala dari gangguan depresi sangat bervariasi, gejala-gejala tersebut adalah: 1) Merasa sedih dan bersalah 2) Merasa cemas dan kosong 3) Merasa tidak ada harapan 4) Merasa tidak berguna dan gelisah 5) Merasa mudah tersinggung 6) Merasa tidak ada yang perduli Selain gejala-gejala diatas, gejala-gejala lain yang dikeluhkan adalah: 1) Hilangnya ketertarikan terhadap sesuatu atau aktivitas yang dijalani 2) Kekurangan energi dan adanya pikiran untuk bunuh diri 3) Gangguan
berkonsentrasi,
mengingat
informasi,dan
membuat
keputusan 4) Gangguan tidur, tidak dapat tidur atau tidur terlalu sering 5) Kehilangan nafsu makan atau makan terlalu banyak 6) Nyeri kepala, sakit kepala, keram perut, dan gangguan pencernaan ( National Institute of Mental Health, 2010) Tingkat depresi dibagi menjadi 5 tingkat, yang akan dijelaskan di bawah ini: 1) Gangguan mood ringan dan depresi sedang ditandai dengan gejala depresi berkepanjangan setidaknya 2 tahun tanpa episode depresi utama. Untuk dapat diagnosis depresi ringan-sedang seseorang harus
harus menunjukkan perasaan depresi ditambah setidaknya dua lainnya suasana hati yang berhubungan dengan gejala. 2) Batas depresi borderline ditandai dengan gejala perasaan depresi yang berkepanjangan disertai perasaan depresi lebih dari dua suasana hati yang berhubungan dengan gejala. 3) Depresi berat ditandai dengan gejala depresi utama selama 2 minggu atau lebih. Untuk dapat didiagnosis depresi berat harus mengalami 1 atau 2 dari total 5 gejala depresi utama. Depresi
ekstrim
ditandai
dengan
gejala
depresi
utama
yang
berkepanjangan. Untuk dapat diagnosis depresi ekstrim mengalami lebih dari 2 dari total 5 gejala depresi utama. (Latipah, Eva. 2012)
6. Pemeriksaan Diagnostic
Beck Depression Inventory dibuat oleh dr.Aaron T. Beck, BDI merupakan salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk mengukur derajat keparahan depresi. Para responden akan mengisi 21 pertanyaan, setiap pertanyaan memiliki skor 1 s/d 3, setelah responden menjawab semua pertanyaan kita dapat menjumlahkan skor tersebut, Skor tertinggi adalah 63 jika responden mengisi 3 poin keseluruhan pertanyaan. Skor terendah adalah 0 jika responden mengisi poin 0 pada keseluruhan pertanyaan. Total dari keseluruhan akan menjelaskan derajat keparahan yang akan dijelaskan di bawah ini. 1-10 = normal 11-16 = gangguan mood ringan 17-20 = batas depresi borderline 21-30 = depresi sedang 31-40 = depresi berat >40 = depresi ekstrim (Lumongga Namora. 2009)
7. Penatalaksanaan Medis a. Pengobatan secara biologis 1) Tricyclic Antidepressants
Obat ini membantu mengurangi gejala-gejala depresi dengan mekanisme mencegah reuptake dari norephinefrin dan serotonin di sinaps atau dengan cara megubah reseptor-reseptor dari neurotransmitter norephinefrin dan seroonin. Obat ini sangat efektif, terutama dalam mengobati gejala-gejala akut dari depresi sekitar 60% pada individu yang mengalami depresi. Tricyclic antidepressants yang sering digunakan adalah imipramine, amitryiptilene, dan desipramine. 2) Monoamine Oxidase Inhibitors
Obat lini kedua dalam mengobati gangguan depresi mayor adalah Monoamine Oxidase Inhibitors. MAO Inhibitors menigkatkan ketersediaan neurotransmitter dengan cara menghambat aksi dari Monoamine Oxidase, melemahkan
atau
suatu
enzim
mengurangi
yang
normalnya
neurotransmitter
sambungan sinaptik (Greene, 2005).
akan dalam
MAOIs sama efektifnya
dengan Tricyclic Antidepressants tetapi lebih jarang digunakan karena secara potensial lebih berbahaya. 3) Selective Serotonine Reuptake Inhibitors and Related Drugs
Obat ini mempunyai struktur yang hampir sama dengan Tricyclic Antidepressants, tetapi SSRI mempunyai efek yang lebih langsung dalam mempengaruhi kadar serotonin. Pertama SSRI lebih cepat mengobati gangguan depresi mayor dibandingkan dengan obat lainnya. Pasien-pasien yang menggunakan obat ini akan mendapatkan efek yang signifikan dalam penyembuhan dengan obat ini. Kedua, SSRI juga mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Ketiga, obat ini tidak bersifat fatal apabila overdosis dan lebih aman digunakan dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Dan yang keempat SSRI juga efektif dalam pengobatan gangguan
depresi mayor yang disertai dengan gangguan lainnya seperti: gangguan panik, binge eating, gejala-gejala pramenstrual. 4) Terapi Elektrokonvulsan
Terapi ini merupakan terapi yang paling kontroversial dari pengobatan biologis. ECT bekerja dengan aktivitas listrik yang akan dialirkan pada otak. Elektroda-elektroda metal akan ditempelkan pada bagian kepala, dan diberikan tegangan sekitar 70 sampai 130 volt dan dialirkan pada otak sekitarsatu setengah menit. ECT paling sering digunakan pada pasien dengan gangguan depresi yang tidak dapat sembuh dengan obat-obatan, dan ECT ini mengobati gangguan depresi sekitar 50%-60% individu yang mengalami gangguan depresi. 5) Berolahraga
Keadaan mood yang negative seperti depresi, kecemasan, dan kebingungan disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negative pula. Salah satu cara yang dapat dilakuakan untuk menghasilkan pikiran
dan
perasaan
positifyang
dapat
menghalangi
munculnya mood negative adalah dengan berolahraga. a) Diet (mengatur pola makan)
Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin parah yaitu:
Konsumsi kafein secara berkala.
Konsumsi sukrosa (gula)
Kekurangan biotin, asam folat dan vitamin B, C, kalsium, tembaga, magnesium
Kelebihan magnesium
Ketidakseimbangan asam amino
Alergi makanan
b) Hidroterapi dan Hidrotermal
Hidroterapi penyakit
adalah
penggunaan
terapi.Hidrotermal
air
adalah
untuk
pengobatan
penggunaan
efek
temperature air misalnya mandi air panas, sauna, dan lainlain.Pengobatan dari hidroterapi berdasarkan efek mekanis dan atautermal dari air. Tubuh bereaksi pada stimulus panas dan dingin. Saraf mengantarkan rangsangan yang dirasakan kulit kedalam tubuh, dimana merangsang system imun, memengaruhi hormone stres, meningkatkan aliran tubuh dan mengurang rasa sakit. b. Pengobatan secara psikologikal 1) Terapi Kognitif
Terapi kognitif merupakan terapi aktif, langsung, dan time limited yang berfokus pada penanganan struktur mental seorang pasien. Struktur mental tersebut terdiri ; cognitive triad, cognitive schemas, dan cognitive errors . 2) Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah terapi yang digunakan pada pasien dengan gangguan depresi dengan cara membantu pasien untuk mengubah cara pikir dalam berinteraksi denga lingkungan sekitar dan orangorang sekitar. Terapi perilaku dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, sekitar 12 minggu. 3) Terapi Interpersonal
Terapi ini didasari oleh hal-hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal seorang individu, yang dapat memicu terjadinya gangguan mood (Barnett & Gotlib, 1998: Coyne, 1976). Terapi ini berfungsi untuk mengetahui stressor pada pasien yang mengalami gangguan, dan para terapis dan pasien saling bekerja sama untuk menangani masalah interpersonal tersebut. a) CBT
Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan
psikologi klien. Pendekatan ini akan berupaya membantu klien mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negative dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak rasional. Jadi fokus teori ini adalah mengganti cara-cara berfikir yang tidak logis menjadi logis. b) Konseling kelompok dan dukungan sosial
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling professional
yang
dilakukan
dengan
beberapa
antara pasien
seorang
konselor
sekaligus
dalam
kelompok kecil c) Terapi Humor
Sudah lama professional medis mengakui bahwa pasien yang mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai tawa, merespons lebih baik terhadap pengobatan. Respons psiologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernapasan, sirkulasi, sekresi hormone dan enzim pencernaan dan peningkatan tekanan darah. d) Berdoa
Banyak orang mempunyai kecenderungan alami untuk berpaling pada agama dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. Bagi yang percaya,keyakinan yang kuat dan menjadi anggota aliran agama tertentu serta tujuan yang sama dapat menanggulangi penderitaan dan depresi.Berdoa merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi. Mengambil waktu untuk berdoa memberi kesempatan kepada kita menghentikan kegiatan kita dan jalan arus hidup kita. (Maramis. 2012)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1.
Pengkajian Keperawatan
a. Faktor Predisposisi 1)
Faktor Genetik Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan pada kembar monozigote dari dizigote.
2)
Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan dari perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Diawali dengan proses kehilangan terjadi ambivalensi terhadap objek yang hilang tidak mampu mengekspresikan kemarahan marah pada diri sendiri.
3)
Teori Kehilangan Berhubungan dengan faktor perkembangan : misalnya kehilangn orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatsi kehilangan.
4)
Teori Kepribadian Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi atau mania.
5)
Teori Kognitif Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
6)
Teori Belajar Ketidakberdayaan Mengemukakan bahwa depresi dilmulai dari kehilangan kendali diri, lalu menjdi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemidian
individu
timbul
dengan
keyakinan
akan
ketidakmampuam mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif. 7)
Model Prilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian positif selama berinteraksi dengan lingkungan. 8)
Model Biologis Mengemukakan bahwa depresi terjadi prubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.
b. Faktor Presipitasi Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis, psikologis, dan social budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan ketidakseimbangan metabolisme. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang dan kehilangan harga diri. Faktor
social
budaya
meliputi
kehilangan
peran,
perceraian,
kehilangan pekerjaan. c. Perilaku dan Mekanisme Koping Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Gangguan alam perasaan: depresi
a.
Data subyektif: Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara. Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
b.
Data obyektif: 1)
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.Kadang-kadang
dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis. 2)
Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham Data Obyektifsa, depersonalisasi dan halusinasi.
3)
Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.
Koping maladaptive
a.
Data Subyektif : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
b.
Data Obyektif : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls. (Keliat, 2010)
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
b.
Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif. (Keliat, 2010)
3.
Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan umum: Klien dapat mengendalikan alam perasaan. a. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: 1) Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal. 2) Perkenalkan diri dengan sopan. 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan 5) Jujur dan menepati janji 6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. 7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar b. Tujuan khusus : Klien dapat mengungkapkan perasaanya. Tindakan: 1) Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien. 2) Beri kesempatan klien mengutarakan keinginan dan pikirannya dengan teknik focusing. 3) Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien. c. Tujuan khusus : Klien dapat menggunakan koping adaptif Tindakan: 1) Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan kesal, sedih, dan tidak menyenangkan 2) Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan 3) Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping. 4) Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima 5) Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih 6) Anjurkan
pasien
untuk
mencoba
alternatif
lain
dalam
menyelesaikan masalah. d. Tujuan khusus : Klien terlindung dari perilaku mencederai diri. Tindakan: 1) Tempatkan klien di tempat yang tenang, tidak banyak rangsangan, tidak banyak terdapat peralatan. 2) Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan oleh pasien untuk mencederai dirinya di tempat yang aman dan terkunci.
3) Temani klien jika nampak tanda-tanda sedih yang berlebihan seperti menangis. 4) Lakukan pengekangan fisik jika klien tidak dapat mengontrol perilakunya. e. Tujuan khusus : Klien dapat melakukan kegiatan terarah Tindakan: 1) Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan motorik yang terarah misalnya: menyapu, olahraga, dll. 2) Beri kegiatan individual sederhana yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh klien. 3) Berikan kegiatan yang tidak memerlukan kompetisi. 4) Bantu klien dalam melaksanakan kegiatan. 5) Beri reinforcement atas keberhasilan pasien. f. Tujuan khusus : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. 1) Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat. 2) Pantau klien saat penggunaan obat 3) Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar 4) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter 5) Anjurkan klien untuk konsultasi kepada perawat/dokter jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
4.
Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan,
dirasakan,
itu
yang
dilaksanakan.
Hal
ini
sangat
membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien (Keliat, 2010). 5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian
yang
sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP: S
:Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O
:Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A
:Analisa
ulang
atas
data
subyektif
dan
objektif
untuk
menyimpulkan apakah masih tetap atau masuk giliran baru. P
:Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien. (Tim Direktorat Keswa. 2000)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI)
Hari/Tanggal
: Senin, 5 Februari 2018
Waktu
: Pukul 11.00 WITA
Pertemuan Ke
: I (TUK 1)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien : Pasien nampak ramah. 2. Diagnosa Keperawatan Gangguan alam perasaan : Depresi. 3. Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 4. Tindakan Keperawatan Pasien dapat membina hubungan saling percaya. a. Bina hubungan saling percaya. 1) Salam trapeutik 2) Perkenalkan diri dengan sopan 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 4) Jelaskan tujuan pertemuan 5) Jujur dan menepati janji 6) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien 8) Ciptakan lingkungan yang tenang 9) Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Orientasi a. Salam Terapeutik: “Selamat pagi, dik, perkenalkan nama saya Ratna, saya perawat dari Puskesmas Bangli I, saya yang hari ini akan berbincang-bincang dengan adik dan keluarga. Nama lengkap adik siapa ? biasanya dipanggil siapa ?” b. Validasi “Tapi sebelumnya kalau boleh tau bagaimana perasaan adik hari ini ?” c. Kontrak 1) Topik : “Dapatkah kita berbincang-bincang sekarang mengenai pengalaman dan perasaan yang adik rasakan?” 2) Waktu : “Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 15 menit? Apakah adik bersedia? ” 3) Tempat : “Dimana enaknya kita berbincang-bincang dik ? Bagaimana kalau kita berbincang- bincang di ruang tamu ?” 2. Kerja “Bagaimana perasaan dan keadaan adik hari ini?Apakah ada yang dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang- bincang?” “adik, bisa saya bertanya tentang identitas adik, baik alamat, keluarga, hobi atau mungkin keinginan untuk saat ini?” “Bagus sekali adik sudah dapat menceritakannya dengan sangat detil. “Wah terima kasih adik karena sudah mau berkenalan dengan saya dan sekarang saya akan memberitahu identitas saya, adik mau kan mendengarkan?” “Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman, jadi adik tidak perlu sungkan lagi.Bila ada masalah bisa diceritakan pada saya, adik mau kan berteman dengan saya? 3. Terminasi a. Evaluasi 1) Subyektif : “Bagaimana perasaan adik setelah kita berbincang bincang?”
2) Obyektif : Klien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat dengan teratur. Kontak mata kurang dan gerak motorik normal. b. Rencana Tindak Lanjut “Coba bisa diulang tadi, nama saya siapa?Wah, bagus sekali adik bisa ingat nama saya.” “Saya sangat senang bisa berkenalan dengan adik dan adik sudah bisa mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan dan berteman dengan saya.” “Baiklah, sesuai janji di awal, hari ini kita akan berbincang bincang selama 15 menit dan ternyata waktunya sudah habis.” c. Kontrak 1) Topik
: “Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang
lagi? Nanti kita akan membahas tentang perasaan adik.” 2) Tempat: “Mau dimana kita bincang-bincang, dik? Bagaimana kalau tetap disini?” 3) Waktu:“Kira-kira kita ngobrol pukul 14.30 ya. Kalau begitu, Saya pamit dulu. Terima kasih dik . Sampai jumpa lagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI)
Hari/Tanggal
: Selasa, 6 Februari 2018
Waktu
: Pukul 14.30 WITA
Pertemuan Ke
: II (TUK 2)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien : Pasien nampak bermain dengan keponakannya dan menerima perawat dengan terbuka. 2. Diagnosa Keperawatan Gangguan alam perasaan : Depresi. 3. Tujuan Khusus : Klien dapat mengungkapkan perasaanya. 4. Tindakan Keperawatan a. BHSP ; Salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, lingkungan yang terapeutik, kontrak yang jelas. b. Dorong
dan
beri
kesempatan
klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati. d. Bantu klien mengidentifikasi perasaannya. e. Beri reinforcement positifitas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya. B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1.
Orientasi a. Salam Terapiutik “Om, Swastiastu. Selamat sore, dik. Apa kabar saat ini ?. Masih ingat dengan saya ? Bagus, adik masih ingat " b. Evaluasi “Bagaimana, dik, apa yang adik rasakan saat ini?”
c. Kontrak 1) Topik : " Sesuai janji, kita akan melanjutkan berbincang-bincang lagi untuk lebih saling mengenal dan adik bisa mengungkapkan masalah adik ?" 2) Waktu: " Janji kita kemarin, kita akan berbincang-bincang jam 14.30
WITA
hari
ini.Untuk membicarakan
hal
tersebut
bagaimana kalau kita bicara ± 20 menit. Setuju?" 3) Tempat "adik,bagaimana kalau kita ngobrol sambil duduk di ruang tamu saja?" 2.
Kerja a. Kalau boleh tahu apakah adik sedang menghadapi suatu masalah ? b. Bagaimana hubungan adik dengan teman-teman atau keluarga adik? c. Apa yang biasa adik lakukan jika mempunyai masalah ? d. Apakah adik pernah menceritakan tentang masalah yang adik hadapi kepada seseorang ? e. Waah..bagus,kalau adik pernah mencoba menceritakannya. f. Kalau adik punya masalah memang sebaiknya adik ceritakan kepada orang yang adik percaya, agar beban adik sedikit berkurang.
3.
Terminasi a.
Evaluasi 1) Subjektif Setelah kita ngobrol 20 menit tadi, bagaimana perasaan adik ? 2) Objektif Klien mau menjawab pertanyaan perawat.
b. Tindak Lanjut “dik ini sudah 20 menit jadi kita cukupkan saja dulu pembicaraan kita. Sekarang adik bisa melanjutkan kegiatan. Kalau ada yang mau diceritakan atau ditanyakan kepada saya, adik bisa sampaikan sekarang. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi ?
c. Kontrak Akan Datang 1) Topik "Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi ya dik, kita ngobrol tentang bagaimana caranya mengendalikan perasaan adik. 2) Waktu "Jam berapa adik bisa?Bagaimana kalau jam 10.00 WITA? ” 3) Tempat "Lalu rabu sore kita ngobrolnya dimana dik ? Bagaimana kalau disini lagi?"
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI)
Hari/Tanggal
: Rabu, 7 Februari 2018
Waktu
: Pukul 10.00 WITA
Pertemuan Ke
: III (TUK 3)
A. PROSES KEPERAWATAN
1.
Kondisi Pasien : Pasien sedang mejejaitan membuat canang
2.
Diagnosa Keperawatan Gangguan alam perasaan : Depresi.
3.
Tujuan Khusus : Klien dapat menggunakan koping adaptif
4.
Tindakan Keperawatan a. BHSP ; Salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, lingkungan yang terapeutik, kontrak yang jelas. b. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan kesal, sedih, dan tidak menyenangkan c. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan d. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping. e. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima f. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih g. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1.
Orientasi a. Salam Terapiutik “Om, Swastiastu. Selamat pagi, adik Apa kabar hari i ni ?. Masih ingat dengan saya ? Bagus, adik masih ingat ”
b. Evaluasi “Bagaimana perasaan adik pagi hari ini?” c. Kontak 1)
Topik: ”Sesuai dengan perjanjian kita kemarin ,kalau hari ini kita a kan melanjutkan
kembali
berbincang-bincang
lagi
untuk
mengontrol perasaan adik ” 2)
Waktu “Janji kita kemarin, kita akan ngobrol-ngobrol jam 10.00 WITA selama 20 menit lagi?”
3) Tempat “Supaya lebih santai, bagaimana kalau besok kita mengobrol di teras saja ya dik . Apa bisa? ” 2.
Kerja a. Apa yang biasa adik lakukan untuk mengontrol perasaan adik ? b. Jika
perasaan
adik
meningkat
atau
tertekan,
cobalah
untuk
menceritakan perasaan adik kepada orang yang adik percayai. c. Bagus sekali kalau adik sudah mau bercerita seperti itu. Dengan Bercerita kepada orang yang adik percayai maka adik dapat berbagi keluh kesah dan itu bisa mengurangi beban pikiran. Selain itu, dengan bercerita dengan orang yang adik percaya, pasti dia akan menjaga privasi dan ia akan memahami posisi yang adik alami serta tanpa terpaksa akan memberi saran dan petunjuk yang tepat dengan melihat kemampuan adik. d. Selain dengan cara itu, adik juga dapat melakukan teknik napas dalam yaitu dengan menarik napas selama 3 detik, menahan napas selama 2 detik dan menghembuskannya selama 3 detik. Adapun cara mengendalikan perasaan sedih ataupun marah secara agama. Untuk adik yang beragama Hindu sama seperti saya bisa melakukan doa yaitu dengan membaca mantra Gayatri serta rutin bersembah yang. e. Nanti adik bisa mencoba semuanya dan bisa dipilih sesuai dengan kondisi dan kesukaan adik.
3.
Terminasi a. Evaluasi 1) Subjektif: Setelah kita ngobrol 20 menit tadi, bagaimana perasaan adik? 2) Objektif: Klien lebih tenang dari sebelumnya, dan mau mengikuti saran perawat. b. Tindak Lanjut adik ini sudah 20 menit jadi kita cukupkan saja dulu pembicaraan kita. Sekarang adik bisa melanjutkan kegiatan adik. Kalau ada yang mau diceritakan atau ditanyakan kepada saya, adik bisa sampaikan sekarang. c. Kontak Akan Datang 1) Topik
: “Besok kita bertemu lagi ya
adik. Kita akan
membicarakan tentang cara mencegah perilaku mencederai diri saat sedang emosi. Waktu kita sudah habis untuk hari ini, tapi adik harus ingat apa yang telah kita bicarakan. Semoga berhasil melakukan cara-cara tadi ya adik. Terimakasih atas waktunya ” 2) Waktu "Jam berapa adik bisa? Bagaimana kalau jam 15.00 WITA selama 20 menit? ” 3) Tempat "Lalu besok kita ngobrolnya dimana adik? Bagaimana kalau disini lagi?"
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI)
Hari/Tanggal
: Kamis, 8 Februari 2018
Waktu
: Pukul 15.00 WITA
Pertemuan Ke
: IV (TUK 4)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien : Pasien nampak ramah. 2. Diagnosa Keperawatan Gangguan alam perasaan : Depresi. 3. Tujuan Khusus : Klien terlindung dari perilaku mencederai diri. 4. Tindakan Keperawatan a. Tempatkan klien di tempat yang tenang, tidak banyak rangsangan, tidak banyak terdapat peralatan. b. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan oleh pasien untuk mencederai dirinya di tempat yang aman dan terkunci. c. Temani klien jika nampak tanda-tanda sedih yang berlebihan seperti menangis. d. Lakukan pengekangan fisik jika klien tidak dapat mengontrol perilakunya. B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Orientasi a) Salam Terapiutik “Om, Swastiastu. Selamat sore, adik Apa kabar hari ini ?. Masih ingat dengan saya ? Bagus, adik masih ingat ” b) Evaluasi “Bagaimana perasaan adik sore hari ini?” c) Kontak 1) Topik:
”Sesuai dengan perjanjian kita kemarin ,kalau hari ini kita a kan melanjutkan
kembali
berbincang-bincang
lagi
untuk
mengontrol emosi adik dengan tidak mencederai diri” 2) Waktu “Janji kita kemarin, kita akan ngobrol-ngobrol jam 15.00 WITA selama 20 menit lagi?” 3) Tempat “Untuk tempat kita mengobrol di teras lagi ya V, seperti sekarang. Apa adik mau? ” 2. Kerja “Bagaimana perasaan adik ? Apakah keinginan yang pertama kali muncul? Apakah dengan kejadian tersebut adik merasa paling menderita di dunia ini? Apakah adik kehilangan kepercayaan diri? Apakah adik merasa tidak berharga dan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah adik sering
mengalami
kesulitan
untuk
berkonsentrasi?
Apakah adik berniat untuk menyakiti diri sendiri seperti ingin bunuh diri atau berharap mati? Apakah adik mencoba untuk bunuh diri?” “Baiklah tampaknya adik . Jika adik merasa tidak kuat, sepi dan sendiri, segeralah berbaur dengan keluarga atau teman. Pasti mereka akan setia menemani adik. Saya percaya adik dapat melakukannya.” 3. Terminasi a. Evaluasi 1) Subyektif : “Bagaimana perasaan adik setelah kita berbincang bincang?” 2) Obyektif : Klien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat dengan teratur. Kontak mata kurang dan gerak motorik normal. b. Rencana Tindak Lanjut “Coba bisa diulang tadi, nama saya siapa?Wah, bagus sekali adik bisa ingat nama saya.” “Saya sangat senang bisa berkenalan dengan adik dan adik sudah mau mendengarkan dn menyimak dengan baik .”
“Baiklah, sesuai janji di awal, hari ini kita akan berbincang bincang selama 20 menit dan ternyata waktunya sudah habis.” “Baik dik, pembicaraan kita cukupkan saja dulu sampai disini ya. Sekarang adik lanjutkan saja kegiatannya lagi. Baiklah dik sudah 4 hari pertemuan kita ini dalam mencegah kekambuhan pada adik dan juga pentingnya dukungan keluarga dalam mengatasi masalah adik tersebut. Terimakasih adik atas kerjasamanya selama ini ya, semoga dapat bermanfaat bagi semuanya “
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI)
Hari/Tanggal
: Kamis, 8 Februari 2018
Waktu
: Pukul 15.00 WITA
Pertemuan Ke
: V (TUK 5)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien : Pasien nampak bersiap-siap akan pulangdari tempat kerja. 2. Diagnosa Keperawatan Gangguan alam perasaan : Depresi. 3. Tujuan Khusus : Pasien dan keluarga mengetahui cara mencegah kekambuhan pada pasien 4. Tindakan Keperawatan a. Diskusikan mengenai cara kesehatan jiwa, gangguan jiwa, dan kekambuhan, tanda-tanda dan penyebab kekambuhan, tugas dan fungsi keluaga, dan upaya perawatan pasien dengan gangguan
jiwa
di
rumah
dan
masyarakat
mencegah
kekambuhan pada pasien b. Beri penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang pengertian kesehatan jiwa, gangguan jiwa, dan kekambuhan, tanda-tanda dan penyebab kekambuhan, tugas dan fungsi keluaga, dan upaya perawatan pasien dengan gangguan jiwa di rumah dan masyarakat
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Orientasi a. Salam Terapiutik “Om, Swastiastu. Selamat sore, adik Apa kabar hari ini ?. Masih ingat dengan saya ? Bagus, adik masih ingat ”
b. Evaluasi “Bagaimana perasaan adik sore hari ini?” c. Kontak 4) Topik: ”Sesuai dengan perjanjian kita kemarin ,kalau hari ini kita a kan melanjutkan
kembali
berbincang-bincang
lagi
untuk
Memberi penyuluhan kesehatan jiwa tentang peran keluarga dalam penanganan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. ” 5) Waktu “Janji kita kemarin, kita akan ngobrol-ngobrol jam 15.00 WITA selama 20 menit lagi?” 6) Tempat “Untuk tempat kita mengobrol di teras lagi ya dik, seperti sekarang. Apa adik mau? ” 2. Kerja Memberi penyuluhan kesehatan jiwa tentang peran keluarga dalam penanganan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
3 Terminasi Evaluasi 3) Subyektif
: “Bagaimana perasaan adik setelah kita berbincang
bincang?” 4) Obyektif : Klien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat dengan teratur. Kontak mata kurang dan gerak motorik normal. Rencana Tindak Lanjut “Coba bisa diulang tadi, nama saya siapa? Wah, bagus sekali adik bisa ingat nama saya.” “Saya sangat senang bisa berkenalan dengan adik dan adik sudah mau mendengarkan dan menyimak dengan baik.”
“Baiklah, sesuai janji di awal, hari ini kita akan berbincang-bincang selama 20 menit dan ternyata waktunya sudah habis.” “Baik dik, pembicaraan kita cukupkan saja dulu sampai disini ya. Sekarang adik lanjutkan saja kegiatannya lagi. Baiklah dik sudah 4 hari pertemuan kita ini dalam mencegah kekambuhan pada adik dan juga pentingnya dukungan keluarga dalam mengatasi masalah adik tersebut. Terimakasih adik atas kerjasamanya selama ini ya, semoga dapat bermanfaat bagi semuanya “
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Ana.2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I, Jakarta : EGC. Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia (hal 191) Lumongga Namora. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Pranada Maramis. 2012. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press (hal 94, 131,339, 385) Nurcholis,
M.
Makalah
Psikologi
Depresi.
Online
https://academia.edu/8697664/Makalah_Psikologi_Depresi.
(available):
Dikutip
pada
tanggal 5 Februari 2018 pukul 15.30 Wita Pravita,Brian.
Askep
Lp
Depresi.
Online
(available):
https://www.academia.edu/5804596/ASKEP_LP_DEPRESI.Dikutip
pada
tanggal 5 Februari 2018 pukul 15.00 Wita. Sadock, Benjamin J.. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC (hal 189, 630) Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung. Universitas Sumatera. Chapter II Psikologi Depresi. Online (available): http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35367/4/Chapter%2520ll.pdf. Dikutip pada tanggal 5 Februari 2018 pukul 16.00 wita. WHO (2010).Depression Worksheet.http://ebookbrowse.com/search/depressionworksheet-pdf.