LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI OLIGOHIDRAMNION OLIGOHIDRAMNION A. Oligohidramnion 1. Definisi Oligohidramnion Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
Oligohidramnion adalah kondisi di mana cairan ketuban terlalu sedikit, yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI) di bawah persentil 5. Volume cairan ketuban meningkat selama masa kehamilan, dengan volume sekitar 30 ml pada 10 minggu kehamilan dan puncaknya sekitar 1 L di 34-36 minggu kehamilan.
Dalam definisi lain oligohidramnion adalah kondisi dengan Amniotic dengan Amniotic Fluid Index Index (AFI) <5 atau tidak ada kantong vertikal >1 cm dianggap oligohidramnion. Sedangkan AFI dengan nilai 5-8 dianggap sebagai batas nilai (Esty Wahyuningsih, 2010:127).
2. Etiologi
Marmi, dkk 2014 mengatakan penyebab pasti belum diketahui dengan jelas. Namun pada beberapa kasus bisa diklasifikasikan penyebab oligohidramnion ada 2 yaitu: Primer
: karena pertumbuhan amnion yang kurang baik.
Sekunder
: ketuban pecah dini.
3. Patofisiologi
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion. Namun, tidak adanya produksi urine janin atau penyumbatan pada saluran salura n kemih janin dapat juga menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi secara fisiologis juga mengurangi jumlah cairan.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan kongenital, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan posterm, posterm, insufiensi plasenta dan obat-obatan (misalnya dari
golongan antiprostaglandin). Kelainan kongenital yang paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih dan kelainan kromosom (Prawirohardjo, 2010:155).
Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi oligohidramnion (Prawirohardjo, 2010:269).
4. Pathways
Fase Antenatal
Belum cukup bulan (<37 minggu)
Cukup bulan / lebih (≥37 minggu)
Jumlah air ketuban relatif banyak
Janin tumbuh cepat
Jumlah air ketuban berkurang
Janin bergerak Lebih bebas
Ruang terbatas Janin dalam presentasi bokong Pergerakan kurang leluasa Tahanan jalan lahir meningkat
Nyeri
Penurunan janin
Obstruksi
Episiotomi
Mal presentasi janin
Risiko cedera Terhadap janin
Kelainan maternal dan fetal
Krisis situasi Risiko cedera Terhadap maternal
Koping tidak efektif
Presentasi kepala
5. Manifestasi Klinis
Pada ibu yang mengalami oligohidramnion biasanya uterusnya akan tampak lebih kecil dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak, sering berakhir dengan partus prematus, bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu ada his akan sakit sekali, bila ketuban pecah air ketubannya sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar dan dari hasil USG jumlah air ketuban kurang dari 500 ml (Rukiyah dan Yulianti, 232-233).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan: a.
USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal
b.
Rontgen perut bayi
c.
Rontgen paru-paru bayi
d.
Analisa gas darah
7. Pengobatan
Penanganan oligohidramnion bergantung apda situasi klinik dan dilakukan pada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yan tidak baik. Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu persalinan dengan sectio caesaria merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion (Khumaira, 2012:189). Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010:233) penatalaksanaan pada ibu dengan oligohidramnion yaitu: a.
Tirah baring
b.
Hidrasi dengan kecukupan cairan
c.
Perbaikan nutrisi
d.
Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin)
e.
Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion
8. Komplikasi
Menurut Manuaba, dkk 2007:500, komplikasi oligohidramnion dapat diajabarkan sebagai berikut: a. Dari sudut maternal Komplikasi oligohidramnion pada maternal tidak ada kecuali akibat persalinannya oleh karena - Sebagian persalinannya dilakukan dengan induksi - Persalinan dilakukan dengan tindakan sectio caesari Dengan demikian komplikasi maternal adalah trias komplikasi persalinan dengan tindakan perdarahan, infeksi, dan perlukaan jalan lahir. b. Komplikasi terhadap janin Oligohidramnionnya
menyebabkan
tekanan
langsung
terhadap
janinnya: 1.
Deformitas janin adalah : - Leher terlalu menekuk-miring - Bentuk tulang kepala janin tidak bulat - Deformitas ekstremitas - Talipes kaki terpelintir keluar
2. Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal distress 3. Fetal distress menyebabkan makin terrangsangnya nervus vagus dengn dikeluarkannya mekonium semakin mengentalkan air ketuban - Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir terjadi
kesulitan
bernapas
karena
paru-paru
mengalami
hipoplasia sampai ateletase paru - Sirkulu yang sulit diatasnya ini akhirnya menyebabkan kematian janin intrauterin Amniotic band Karena sedikitnya air ketuban, dapat menyebabkan hubungan langsung antara membran dengan janin sehingga dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin intrauterin. Dapat dijumpai ekstremitas terputus oleh karena hubungan atau ikatan dengan membrannya.
9. Pencegahan
Pencegahan tidak mungkin dilakukan pada kasus idiopatik. Naun hal-hal berikut ini bisa mengurangi resiko. a. Konsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat-obatan seperti vitamin dan suplemen herbal b. Mengkonsumsi makanan sehat terutama pada penderita diabetes c. Minum cairan dalam humlah cukup untuk mencegah dehidrasi d. Olahraga teratur e. Berhenti merokok f. Check up rutin ke dokter untuk mendeteksi ketidaknormalan janin.
B. Sectio Caesaria 1.
Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomiuntuk melahirkan janin dari dalam Rahim (Mansjoer, 2001).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau suatu histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam rahim (mochtar,1998).
2.
Etiologi
Penyebab dilakukannya sectio caesarea antara lain adalah: a. Chepalopelvic disproportion atau panggul sempit b. Gawat janin c. Plasenta previa d. Pernah sectio caesarea sebelumnya e. Kelainan letak incoordinate uterine action f.
3.
Eklampsia, hipertensi
Patofisiologi
Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah bakterostatik untuk mencegah infeksi pada janin atau disebut juga sawar mekanik. Setelah amnion terinfeksi oleh bakteri dan terjadi kolonisasi bakteri maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga pada 25% klien
cukup bulan terkena infeksi amnion. Persalinan kurang bulan terkena indikasi ketuban pecah dini pada 10% persalinan cukup bulan. Indikasi ketuban pecah dini akan menjadi karidaminoritas (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan serviks yang baik pada kontraksi uterus yang baik, maka persalinan pervaginam dianjurkan tetapi apabila terjadi gagal indikasi pada serviks atau indikasi serviks yang tidak baik maka tindakan section caesarea dapat dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kecacatan atau terinfeksinya janin lebuh parah
4.
Manifestasi Klinis
a. Kejang parsial ( fokal, lokal ) 1) Kejang parsial sederhana : Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini: a)
Tanda – tanda motoris, kerutan pada wajah atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
b)
Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
c)
Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
d)
Gejala psikis : rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks i.
Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks.
ii.
Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
iii.
Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
c. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi ) 1)
Kejang absens a)
Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
b)
Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
c)
Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
d. Kejang mioklonik a)
Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
b)
Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
c)
Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok.
d)
Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
e. Kejang tonik klonik a)
Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit.
b)
Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.
c)
Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
d)
Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
f. Kejang atonik a)
Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
b)
5.
Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
Pemeriksaan Penunjang
a)
Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b)
Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c)
Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
d)
Pemindaian
positron
emission
tomography
(
PET
)
:
untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak. e)
6.
Uji laboratorium -
Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
-
Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematocrit
-
Panel elektrolit
-
Skrining toksik dari serum dan urin
-
GDA
-
Kadar kalsium darah
-
Kadar natrium darah
-
Kadar magnesium darah
Pengobatan
a.
Memberantas kejang Secepat mungkin. Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
b.
Pengobatan penunjang Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang 1)
Semua pakaian ketat dibuka
2)
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3)
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
4)
Penghisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
c.
Pengobatan rumat 1)
Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun. 2)
Profilaksis jangka panjang Diberikan pada keadaan a.
Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
b.
Kejang demam yang mempunyai ciri: - Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali - Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap - Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetic - Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
d. Mencari dan mengobati penyebab
7.
Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain: a. Ibu: 1)
Infeksi puerperal Kenaikan suhu beberapa hari merupakan infeksi ringan, kenaikan suhu yang disertai dehidrasi serta perut kembung termasuk infeksi sedang.Sedangkan peritonitis, sepsis serta ileus paralitik merupakan infeksi berat.
2)
Perdarahan Perdarahan dapat disebabkan karena pembuluh darah banyak yang terputus atau dapat juga karena atonia uteri
3)
Luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru Emboli paru dan terluka kandung kemih bila repertonial terlalu tinggi
4)
Ruftur uteri
5)
Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
b. Bayi: kematian perinatal
C. Pengkajian
1.
Identitas Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Usia kehamilan
:
Pendidikan
:
Alamat
:
2.
Keluhan utama
3.
Riwayat penyakit sekarang
4.
Riwayat penyakit sebelumnya
5.
Analisa data
6.
·
Data subyektif
:
·
Data obyektif
:
Pengkajian Fisik a)
Aktifitas / istirahat Kemampuan
untuk
mengikuti
aktivitas
hidup
yang
diperlukan/diinginkan (kerja dan kesenangan) dan untuk dapat tidur/istirahat. b)
Sirkulasi Kemampuan untuk mentranspor oksigen dan nutrien yang perlu untuk memenuhi kebutuhan seluler.
c)
Integritas Ego Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan keterampilan dan perilaku untuk mengintegrasikan dan mengatur pengalaman hidup.
d)
Eliminasi Kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
e)
Makanan/Cairan Kemampuan untuk mempertahankan masukan dan penggunakan nutrien dan cairan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi.
f)
Hygiene Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
g) Neurosensori
Kemampuan untuk menerima, menggabungkan, dan berespon terhadap isyarat internal dan eksternal. h) Nyeri/Ketidaknyamanan Kemampuan untuk mengontrol lingkungan internal/eksternal untuk mempertahankan kenyamanan. i)
Pernapasan Kemampuan untuk memberikan dan menggunakan oksigen untuk memenuhi kebutuhan fisiologi.
j)
Keamanan Kemampuan untuk memberikan lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan, aman.
k)
Seksualitas Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan/karakteristik peran pria atau peran wanita.
l)
Interaksi Sosial Kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan.
m) Belajar/Mengajar Kemampuan untuk menghubungkan dan menggunakan informasi untuk mencapai gaya hidup yang sehat/kesejahteraan optimal.
D. Diagnosa Kepperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (pergerakan bayi) 2.
Resiko cedera terhadap janin dengan faktor resiko berkurangnya cairan amnion
3.
Ansietas berhubungan dengan resiko status kesehatan pasien dan janin (kelahiran posterm)
4.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal informasi
E. Intervensi 1. Dx1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (pergerakan bayi) Tujuan : Nyeri teratasi Kriteria hasil : 1. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang 2. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi/aktifitas hiburan INTERVENSI Mandiri : 1. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran 2. Beri posisi yang menyenangkan 3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam 4. Ukur tanda-tanda vital Kolaborasi : 5. Penatalaksanaan pemberian analgetik 6. Siapkan untuk prosedur bedah bila diindasikan
RASIONAL
1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya. 2. Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secaraefektifdandapat mengurangi nyeri 3. Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O 2 ke seluruh jaringan 4. Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri 5. Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan 6. Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri 2. Dx2 : Resiko cedera terhadap janin dengan faktor resiko berkurangnya cairan amnion Kriteria hasil : Mempertahankan kehamilan sampai kelangsungan hidup janin tercapai. INTERVENSI RASIONAL 1. Lakukan tes nitrazin. 1. Memeriksa pecah ketuban yang 2. Kaji kondisi ibu yang dapat menunjukkan peningkatan resiko inseksi dikontraindikasikan pada terapi steroid. serta mempengaruhu pilihan intervensi dan 3. Kaji DJJ; catat adanya aktifitas uterus atau waktu kelahiran dilatasi serviks. 2. Pada hipertensi karena kehamilan dan 4. Tekankan perlunya perawatan tindak lanjut karioamnionitis, terapi steroid dapat bila pulang tanpa kelahiran. memperberat hipertensi dan menutupi tanda infeksi. Steroid dapat meningkatkan kadar glukosa darah pada klien dengan diabetes. 3. Tokolitik dapat meningkatkan DJJ. Kelahiran dapat sangat cepat dengan bayi kecil jika kontraksi uterus tetap tidak berespon terhadap tokolitik, atau jika perubahan serviks kontinu. 4. Bila janin tidak dilahirkan dalam tujuh hari pemberian steroid, dosis harus diulang setiap minggu. 3. Dx3 : Ansietas berhubungan dengan resiko status kesehatan pasien dan janin (kelahiran posterm) Tujuan : 1. Mengungkapkan rasa takut dan masalah yang berhubungan dengan komplikasi dan atau kehamilan 2. Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi ansietas 3. Mendemonstarasikan keterampilan pemecahan masalah 4. Menggunakan sumber-sumber system pendukung secara efektif INTERVENSI RASIONAL Mandiri 1. Perhatikan tingkat ansietas dan derajat 1. Stres yang tidak diatasi dapat pengaruh terhadap kemampuan untuk mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas berfungsi atau mengambil keputusan kehamilan, dengan penerimaan normal 2. Berikan kehangatan secara emosional dan dari kehamilan/janin dan dengan situasi mendukung ; terima keputusan mengenai kehamilan masa
klien/pasangan seperti adanya mereka 3. Lakukan sikap tidak terburu-buru kapanpun dalam menghadapi keluarga 4. Berikan akses 24 jam pada tim perawatan kesehatan 5. Tinjau ulang kemungkinan sumbersumber ansietas 6. Kaji tingkat stress klien berkenaan dengan komplikasi medis, hubungan pasangan, hubungan klien dengan anggota keluarga, dan ketersediaan jaringan kerja pendukung. 7. Anjurkan klien mengekspresikan perasaan prustasi yang berkenaan dengan aturan terapi dan atau perubahan gaya hidup. Jelaskan pada klien bahwa pengungkapan dapat diterima dan penting. 8. Observasi tanda-tanda perubahan emosional, ketidakseimbangan, atau komplik dengan keluarga atau orang terdekat. 9. Kaji respon fisiologis terhadap ansietas (misalnya tekanan darah, nadi). 10. Berikan informasi yang tepat secara individu mengenai intervensi atau tindakan dan dampak potensial kondisi klien dan janin. 11. Kuatkan aspek-aspek positif dari kondisi janin, bila ada, seperti pertumbuhan dan aktivitas janin. Kolaborasi 12. Koordinasikan tim konferehensi termasuk klien. Buat rencana perawatan terus menerus 13. Rujuk pada kelompok pendukung komunitas, atau pada pasangan yang telah berhasil menyelesaikan kehamilan resiko tinggi. 14. Rujuk pada sumber-sumber konseling lain sesuai indikasi.
datang versus sterilisasi. Memudahkan perkembangan hubungan saling percaya. Penerimaan yang tidak menghakimi meningkatkan rasa percaya. 3. Rasa takut tentang ketidaktahuan dan rasa takut menjadi penghambat inkompatibel dengan psikologis dan istirahat emosional 4. Menurunkan rasa sendiri 5. Kehamilan tidak lengkap dihubungkan dengan beberapa ansietas bagi klien ; komplikasi selanjutnya memperberat keadaan tidak pasti mengenai hasil kehamilan. 6. Hubungan keluarga yang buruk dan tidak tersedianya system pendukung dapat meningkatkan tingkat stress 7. Klien membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk mengungkapkan rasa marah tentang perubahan dalam hidup keluarga untuk meminimalkan tingkat ansietas. Ansietas dapat mempengaruhi pembuatan keputusan realistis. 8. Memberikan kesempatan untuk intervensi awal. 9. Ansietas atau stress dapat disertai dengan pelepasan katekolamin, menciptakan respon fisik yang mempengaruhi rasa sejahtera klien dan kemudian meningkatkan ansietas. 10. Membantu untuk menurunkan ansietas karena ketidak tahuan, meningkatkan hasil kehamilan optimal. 11. Meningkatkan kepercayaan dan harapan pada klien dan orang terdekat. 12. Meningkatkan kelanjutan perawatan dan pendekatan tim pada situasi. 13. Menurunkan rasa kesepian dan dapat membantu pasangan mengembangkan pandangan positif pada kehamilan. 14. Konseling atau terapi mungkin perlu untuk membantu klien mengungkapkan dengan lebih bebas dan memeriksa ansietas yang tidak teratasi. 4. Dx4 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal pengetahuan Kriteria hasil : 1. Memulai perilaku yang meningkatkan kesehatan diri sendiri dan janin. 2. Tidak meminum obat tanpa memberi tahu dokter kandungannya. 3. Tidak merokok, minum alcohol, dan obat-obat terlarang. INTERVENSI RASIONAL Mandiri 1. Buat hubungan perawat-klien yang 1. Peran penyuluh/konselor dapat mendukung dan terus menerus. memberikan bimbingan antisipasi dan 2. Evaluasi pengetahuan dan keyakinan meningkatkan tanggung jawab individu budaya saat ini berkenan dengan terhadap kesehatan. perubahan fisiologi/psikologi yang normal 2. Memberikan informasi untuk membantu pada kehamilan, serta keyakinan tentang mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan aktivitas, perawatan diri dan sebagainya. dan membuat rencana perawatan. 3. Klarifikasi kesalah pahaman. 3. Ketakutan biasa timbul dari kesalahan 4. Tentukan derajat motivasi untuk belajar. informasi dan dapat mengganggu 5. Identifikasi siapa yang memberikan pembelajaran selanjutnya. dukungan/intruksi dalam kebudayaan 4. Klien dapat memahami kesulitan dalam klien (mis.,nenek/anggota keluarga lain, belajar kecuali kebutuhan untuk belajar cuerandero, penyembuh lain). Kerja tersebut jelas. 2.
6. 7.
8.
9.
10. 11. 12. 13.
14.
15.
dengan orang yang medukung bila mungkin, menggunakan pengalih bahasa sesuai kebutuhan. Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan. Tentukan sikap klien terhadap asuhan yang diberikan oleh pria, versus bidan atau praktisi wanita. Jelaskan rutinitas kunjungan kantor dan rasional dari intervensi (mis., tes urin, pemantuan TD, berat badan). Kuatkan pentingnya mempertahankan perjanjian teratur. Berikanan bimbingan antisipasi, meliputi diskusi tentang nutrisi, latihan yang nyaman, istirahat, pekerjaan, perawatan payudara, aktivitas seksual, dan kebiasaan/gaya hidup sehat. Tinjauan ulang kebutuhan vitamin, besi sulfat, dan asam folat prenatal. Diskusikan perkembangan janin dengan menggunakan gambar. Jawab pertanyaan tentang perawatan dan memberikan makan bayi. Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti pendarahan, kram, nyeri abdomen akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan, sakit kepala, dan tekanan pelvis. Identifikasi hal yang membahayakan pada janin. Kaji oabt-obatan yang digunakan klien (nikotin, alcohol, kokain dan sebagainya). Tekankan perlunya menghidari semua obat-obatn tersebut sampai dikonsultasikan dengan anggota tim kesehatan. Rujuk klien pada kelas persiapan kelahiran anak. Berikan daftar bacaan yang di anjurkan.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12. 13.
14.
15.
Membantu menjamin kualitas/kontinuitas asuhan karena orang pendukung mungkin lebih berhasil daripada dokter/perawat/bidan dalam memberikan informasi Penerimaan penting untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan. Beberapa budaya memandang dokter medis sebagai seseorang yang menangani penyakit dan menggunakan bidan/cuerandero untuk kelahiran sehat. Tuntutan kesopanan atau budaya dapat menghambat asuhan yang dilakukan pria dan/atau dapat meminta suami tetap di ruangan selama asuhan diberikan. Menguatkan hubungan antara pengkajian kesehatan dan hasil positif untuk ibu/bayi. Perbedaan budaya memberi tekanan pada fase kehamilan yang berbeda (mis., prenatal, kelahiran, atau pascanatal), dan budaya klien mungkin tidak memprtimbangkan bahwa kunjungan prenatal penting. Informasi mendorong penerimaan tanggung jawab dan meningkatkan keinginan untuk melakukan perawatan diri. Membantu mempertahankan kadar Hb normal. Defisiensi asam folat memperbesar kemungkinan terkena anemia megablastik, abrupsio plasenta, aborsi, dan malformasi janin. Penelitian mengindikasikan suplemen zat besi mungkin tidak dibutuhkan sampai trimester kedua dan ketiga, pada saat kebutuhan najin meningkat. Visualisasi meningkatkan realita akan anak dan menguatkan proses pembelajaran. Memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk membuat pilihan. Membantu klien membedakan yang normal abnormal sehingga membantunya dalam mencari perawatan kesehatan pada waktu yang tepat (Tanda-tanda dan gejalagejala merugikan dapat dipandang sebagai kejadian “normal” untuk kehamilan dan bantuan mungkin tidak dicari. Janin paling rentan dalam trimester pertama selam periode kritis perkembangan organ. Penamabahan pengetahuan membantu menurunkan rasa takut tentang ketidaktahuan dan meningkatkan rasa percaya diri, pasangan dapat mengatur dpersiapan kelahiran anak.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm KD. Williams obstetric. 22nd ed. New York. McGraw-Hill Companies, Inc; 2005. Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas/E.6. Jakarta: EGC. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer Rustam, mochtar.1998. Sinopsis Obstetri; obstetri fisiologi, obstetri patologi edisi ke 2. Jakarta: EGC. Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika. Wikojosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Ke2 Cetakan Ke4. Jakarta: YBB- SP.
Kuala Kapuas, Desember 2018 Ners muda
(Linda Dewi Lestari, S.Kep)
Preseptor Klinik
(…..………………………..)