LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM) GANGGUAN MOBILISASI DI RUANG LAVENDER RSUD GOETENG TARUNADIBRATA PURBALINGGA
Oleh: NUR AFIFAH YULIANI, S.Kep
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS PURWOKERTO 2013
GANGGUAN IMOBILISASI A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang
Semakin bertambahnya usia manusia dapat menimbulkan beberapa penyakit degenerasi, seperti mengalami gangguan pergerakan. Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal, pembatasan gerak volunter atau kehilangan fungsi motorik (Potter & Perr y, 2006).
2. Tujuan
-
Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan imobilisasi di ruang Lavender RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. -
Tujuan khusus
1) Mahasiswa mengetahui tentang konsep gangguan imobilisasi 2) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian klien dengan kebutuhan gangguan imobilisasi 3) Mahasiswa mampu melakukan analisis data klien dengan gangguan imobilisasi 4) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan keperawatan klien dengan gangguan imobilisasi 5) Mahasiswa mampu melakukan intervensi klien dengan gangguan imobilisasi 6) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi klien dengan gangguan imobilisasi
B. TINJAUAN TEORI 1.
Pengertian
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental. Gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) juga dapat diartikan
sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak fisik (NANDA,2011). Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008). 2.
Etiologi
Beberapa yang dapat menyebabkan imobilisasi diantaranya: intoleransi aktivitas, perubahan metabolism sel, kecemasan, kognitif, kontraktur depresi mood, penurunan kontrol otot. 3.
Faktor predisposisi
Faktor pencetus dari imobilisasi dapat disebabkan oleh faktor internal dan factor eksternal. a. Faktor internal, meliputi: 1) Penurunan fungsi musculoskeletal a) otot-otot (atrofi, distrofi atau cedera) b) tulang (infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis c) sendi (arthritis dan tumor) d) kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan) 2) perubahan fungsi neurologis seperti: infeksi, tumor, trauma, obat-obatan, penyakit vaskuler (stroke), penyakit demielinasi (sklerosis multiple), penyakit degenerative, terpajan produk racun, gangguan metabolic dan gangguan nutrisi 3) nyeri 4) defisit perceptual 5) berkurangnya kemampuan kognitif (seperti demensia berat) 6) jatuh 7) perubahan hubungan sosial b. Faktor eksternal, seperti : program terapeutik Program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas dan kuantitas pergerakan pasien. Contoh program
pembatasan meliputi : faktor-faktor mekanis dan farmakologis, tirah baing, dan restrein. 4.
Patofisiologi
5.
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala gangguan mobilisasi adalah: a. Perubahan metabolisme b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. c. Gangguan pengubahan zat gizi Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zatzat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme. d. Gangguan fungsi gastrointestinal e. Perubahan Sistem Pernapasan Kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot f.
Perubahan Kardiovaskular
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal h.
Gangguan Muskular
: menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilisasi 6.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
yang
dilakukan
diantaranya
sinar
X
untuk
menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan perubahan hubungan tulang, CT scan menunjukan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor lunak atau cedera ligament atau tendon digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi, MRI adalah teknik pencitraan khusus,
noninvasive yang menggunakan medan magnet, gelombang radio dan computer untuk memeperlihatkan abnormalitas. Pemeriksaan
Laboratorium:
Hb
↓pada
trauma,
Ca↓
pada
imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot. 7.
Pathway
8.
Pengkajian
a. Riwayat penyakit sekarang Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan dalam mobilisasi b. Riwayat penyakit dahulu Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi c. Kemampuan mobilisasi Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilitas Tingkat 0
Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1
Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2
Memerlukan bantuan atau pengawasan
Tingkat 3
orang lain Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan
Tingkat 4
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
9.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
10. Rencana asuhan keperawatan