LAPORAN PENDAHULUAN EPISTAKSIS 1. Peng Penger erti tian an Epi Epist stak aksi sis s Epista Epistaksi ksis s adalah adalah satu satu keada keadaan an penda pendarah rahan an dari dari hidung hidung yang yang keluar keluar melalui lubang hidung akibat sebab kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena karena kelainan kelainan yang terjadi terjadi di tempat tempat lain lain dari tubuh. Mimisan Mimisan terjadi terjadi pada hidung karena hidung punya banyak pembuluh darah, terutama di balik lapisan tipis tipis cuping cupingny nya. a. Mimisa Mimisan n sendi sendiri ri bukan bukan merupa merupakan kan suatu suatu peny penyaki akitt tetapi tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit, itu artinya mimisan bisa terjadi karena bermacam sebab dari yang ringan sampai yang berat. Pada umumnya ini terjadi pada anak-anak anak-anak karena karena pembuluh pembuluh darahnya darahnya masih masih tipis tipis dan sensitif, sensitif, selain kare karena na pile pilek. k. Gang Ganggu guan an mimi mimisa san n umum umumny nya a berk berkur uran ang g sesu sesuai ai deng dengan an pertambahan usia. Semakin tambah usia, pembuluh darah dan selaput lendir di hidungnya sudah semakin kuat, hingga tak mudah berdarah. 2. Klasi lasiffika ikasi Sumber Sumber perdarah perdarahan an berasal berasal dari bagian anterior anterior atau posterio posteriorr rongga rongga hidung. A. Epistaksis Anterior Anterior Mimisan !epan" !epan" #ika yang luka adalah pembuluh darah pada rongga hidung bagian depan, maka disebut disebut $mimisan $mimisan depan$ depan$ Epistaksi Epistaksis s anterior anterior". ". %asus %asus epistaks epistaksis is anterior anterior terutama berasal dari bagian depan hidung dengan asal perdarahan berasal dari pleksus pleksus kiesselb kiesselbach. ach. &ebih &ebih dari '() mimisan mimisan merupaka merupakan n mimisan mimisan jenis jenis ini. Mimisan depan lebih sering mengenai anak-anak, karena pada usia ini selapun lendir dan pembuluh darah hidung belum terlalu kuat. Mimisan depan biasanya ditandai dengan keluarnya darah le*at lubang hidung, baik melalui satu maupun kedua lubang hidung. #arang sekali perdarahan keluar le*at belakang menuju ke tenggorokan, kecuali jika korban dalam posisi telentang atau tengadah. Pada pemeriksaan pemeriksaan hidung, dapat dijumpai lokasi sumber pedarahan. +iasanya di sekat hidung, tetapi kadang-kadang juga di dinding samping rongga hidung. Mimisan depan akibat Mengorek-ngorek hidung, trlalu lama menghirup udara udara kering kering,, misal misalny nya a pada pada ketin ketinggi ggian an atau atau ruang ruangan an berA, berA, terla terlalu lu lama lama terpap terpapar ar sinar sinar matah matahari ari,, pilek pilek atau atau sinusi sinusitis, tis, Membu Membuang ang ingus ingus terlal terlalu u kuat kuat +iasanya +iasanya relatif tidak tidak berbahay berbahaya. a. Perdarah Perdarahan an yang timbul ringan ringan dan dapat dapat berhenti berhenti sendiri dalam / - 0 menit, menit, *alaupu *alaupun n kadang-ka kadang-kadang dang perlu tindakan tindakan seperti memencet dan mengompres hidung dengan air dingin. +eberapa langkah untuk mengatasi mimisan depan 1" Penderita duduk di kursi atau berdiri, kepala ditundukkan sedikit ke depan. Pada posisi duduk atau berdiri, hidung yang berdarah lebih tinggi dari jantung. indakan ini bermanfaat untuk mengurangi laju perdarahan. %epala ditundukkan ke depan agar darah mengalir le*at lubang hidung, tidak jatuh ke tenggorokan, yang jika masuk ke lambung menimbulkan mual dan muntah, dan jika masuk ke paru-paru dapat menimbulkan gagal napas dan kematian. 2" ekan seluruh cuping hidung, tepat di atas lubang hidung dan diba*ah diba*ah tulang tulang hidung. hidung. Pertahan Pertahankan kan tindakan tindakan ini selama 1( menit. 3sahakan jangan berhenti menekan sampai masa 1( menit terle*ati. Penderita diminta untuk bernapas le*at mulut. /" +eri kompres dingin
di daerah daerah sekitar sekitar hidung. hidung. %ompres %ompres dingin dingin membantu membantu mengerutk mengerutkan an pembuluh pembuluh darah, darah, sehingga sehingga perdarah perdarahan an berkuran berkurang. g. 4" Setelah Setelah mimisan mimisan berhenti berhenti,, tidak tidak boleh mengorek-ngorek hidung dan menghembuskan napas le*at hidung terlalu kuat sediktinya dalam / jam. 0" #ika penanganan pertama di atas tidak berhasil, korb korban an seba sebaik ikny nya a diba diba* *a ke ruma rumah h saki sakit, t, kare karena na mung mungki kin n dibu dibutu tuhk hkan an pemas pemasan angan gan tampon tampon kasa kasa yang yang digul digulung ung"" ke dalam dalam rongg rongga a hidun hidung g atau atau tindakan kauterisasi. Selama dalam perjalanan, penderita sebaiknya tetap duduk dengan posisi tunduk sedikit kedepan. +. Epistaksis Posterior Mimisan +elakang" +elakang" Mimisan Mimisan belakan belakang g epistaks epistaksis is posterio posterior" r" terjadi terjadi akibat akibat perlukaa perlukaan n pada pembuluh darah rongga hidung bagian belakang. Epistaksis posterior umumnya bera berasa sall dari dari rong rongga ga hidu hidung ng post poster erio iorr mela melalu luii caba cabang ng a.sfe a.sfeno nopa pala lati tina na.. Mimisan belakang jarang terjadi, tapi relatif lebih berbahaya. Mimisan belakang kebanyak kebanyakan an mengenai mengenai orang orang de*asa, de*asa, *alaupu *alaupun n tidak tidak menutup menutup kemungki kemungkinan nan juga mengenai anak-anak. Perdarahan pada mimisan belakang biasanya lebih hebat sebab yang mengalami perlukaan adalah pembuluh darah yang cukup besar. besar. %arena %arena terletak terletak di belakang belakang,, darah darah cenderun cenderung g jatuh jatuh ke tenggoro tenggorokan kan kemudian tertelan masuk ke lambung, sehingga menimbulkan mual dan muntah berisi darah. Pada beberapa kasus, darah sama sekali tidak ada yang keluar melalui lubang hidung. +eberapa +eberapa penyebab penyebab mimisan mimisan belakan belakang g 5iperten 5ipertensi, si, !emam !emam berdarah berdarah,, umor ganas hidung atau nasofaring, Penyakit darah seperti leukemia, hemofilia, thalasemia dll, %ekurangan 6itamin dan %, dll. Perdarah Perdarahan an pada mimisan mimisan belakan belakang g lebih lebih sulit sulit diatasi. diatasi. 7leh karena itu, penderita harus segera diba*a ke puskesmas atau 8S. +iasanya petugas medis melakukan pemasangan tampon belakang. aranya, kateter dimasukkan le*at lubang hidung tembus rongga belakang mulut faring", kemudian ditarik keluar melalui melalui mulut. Pada ujung yang keluar keluar melalui melalui mulut ini dipasang dipasang kasa dan balon. 3jung kateter satunya yang ada di lubang hidung ditarik, maka kasa dan balon balon ikut tertarik tertarik dan menyumba menyumbatt rongga rongga hidung hidung bagian bagian belakang belakang.. !engan !engan demikian diharapkan diharapkan perdarahan berhenti. #ika tindakan ini gagal, petugas medis mung ungkin kin akan kan mela elakuka kukan n kau kauteri terisa sasi si.. &an &angka gkah lai lain yang ang mungki ngkin n dipe dipert rtim imba bang ngka kan n adal adalah ah oper operas asii untu untuk k menc mencar arii pemb pembul uluh uh dara darah h yang yang menyebab menyebabkan kan perdarah perdarahan, an, kemudia kemudian n mengikatn mengikatnya. ya. inda indakan kan ini dinamaka dinamakan n ligasi. 3. ANA ANATOI !ISIOL !ISIOLO"I O"I HIDUN HIDUN" " 5idung 5idung terdiri dari hidung hidung bagian bagian luar atau piramid piramid hidung dan rongga rongga hidun hidung. g. Piram Piramid id hidun hidung g terdi terdiri ri dari dari pangka pangkall hidung hidung brid bridge ge", ", dorsum dorsum nasi nasi dorsum9 dorsum9pung punggung gung", ", puncak puncak hidung hidung ala nasi alae9sa alae9sayap", yap", kolumela kolumela lubang lubang hidung nares anterior": ;ungsi ;ungsi hidung hidung adalah adalah untuk untuk jalan jalan napas, napas, alat alat pengatur pengatur kondisi udara meng mengatu aturr suhu suhu dan dan kelemb kelembaba aban n udara udara", ", peny penyari aring ng udara udara sebaga sebagaii indra indra penghidu penciuman", untuk resonansi udara membantu proses bicara, refleks nasal
Epistaksis mimisan" pada anak-anak umumnya berasal dari littlediopatik yang merupakan ?0) kasus epistaksis, biasanya ringan dan berulang pada anak dan remaja. d. Etiologi lainnya iritasi gas atau @at kimia yang merangsang ataupun udara panas pada mukosa hidung %eadaan lingkungan yang sangat dingin inggal di daerah yang tinggi atau perubahan tekanan atmosfir yang tiba tiba >atrogenik akibat operasi Pemakaian semprot hidung steroid jangka lama +enda asing atau rinolit dengan keluhan epistaksi ringan unilateral clsertai >ngus berbau busuk. Etiologi sistemik a. 5ipertensi dan penyakit kardio6askuler lainnya seperti arteriosklerosis. 5ipertensi yang disertai atau anpa arteriosklerosis rnerupakan penyebab epistaksis tersering pada usia B(-C( lahun, perdarahan biasanya hebat berulang dan mempunyai prognosis yang kurang baik b. %elainan perdarahan misalnya leukemia, hemofilia, trombositopenia dll. c. >nfeksi, misalnya demam berdarah disertai trornbositopenia, morbili, demam tifoid dll. d. &ebin jarang terjadi adalah gangguan keseimbangan hormon misalnya pada kehamilan, menarke dan menopause, kelainan kongenital misalnya hereditary hemorrhagic elangieclasis atau penyakit 8endj-7sler-Deber Peninggian tekanan 6ena seperti pada ernfisema, bronkitis, pertusis, pneumonia, tumor leher dan penyakit jantung, pada pasien dengan pengobatan antikoagjlansia. %. Pat$fisi$l$gi
5idung kaya akan 6askularisasi yang berasal dari arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna. Arteri karotis eksterna menyuplai darah ke hidung melalui percabangannya arteri fasialis dan arteri maksilaris. Arteri labialis superior merupakan salah satu cabang terminal dari arteri fasialis. Arteri ini memberikan 6askularisasi ke nasal arterior dan septum anterior sampai ke percabangan septum. Arteri maksilaris interna masuk ke dalam fossa pterigomaksilaris dan memberikan enam percabangan a.al6eolaris posterior superior, a.palatina desenden , a.infraorbitalis, a.sfenopalatina, pterygoid canal dan a. pharyngeal. Arteri palatina desenden turun melalui kanalis palatinus mayor dan menyuplai dinding nasal lateral, kemudian kembali ke dalam hidung melalui percabangan di foramen incisi6us untuk menyuplai darah ke septum anterior. Arteri karotis interna memberikan 6askularisasi ke hidung. Arteri ini masuk ke dalam tulang orbita melalui fisura orbitalis superior dan memberikan beberapa percabangan. Arteri etmoidalis anterior meninggalkan orbita melalui foramen etmoidalis anterior. Arteri etmoidalis posterior keluar dari rongga orbita, masuk ke foramen etmoidalis posterior, pada lokasi 2-' mm anterior dari kanalis optikus. %edua arteri ini menyilang os ethmoid dan memasuki fossa kranial anterior, lalu turun ke ca6um nasi melalui lamina cribriformis, masuk ke percabangan lateral dan untuk menyuplai darah ke dinding nasal lateral dan septum. Pleksus kiesselbach yang dikenal dengan little areaF berada diseptum kartilagenous anterior dan merupakan lokasi yang paling sering terjadi epistaksis anterior. Sebagian besar arteri yang memperdarahi septum beranastomosis di area ini. Sebagian besar epistaksis '0)" terjadi di little areaF. +agian septum nasi anterior inferior merupakan area yang berhubungan langsung dengan udara, hal ini menyebabkan mudah terbentuknya krusta, fisura dan retak karena trauma pada pembuluh darah tersebut. Dalaupun hanya sebuah aktifitas normal dilakukan seperti menggosok-gosok hidung dengan keras, tetapi hal ini dapat menyebabkan terjadinya trauma ringan pada pembuluh darah sehingga terjadi ruptur dan perdarahan. 5al ini terutama terjadi pada membran mukosa yang sudah terlebih dahulu mengalami inflamasi akibat dari infeksi saluran pernafasan atas, alergi atau sinusitis. &. Tan'a Dan "e(ala Perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang bersangkutan. Epitaksis berat, *alaupun jarang merupakan kega*atdaruratan yang dapat mengancam keselamatan ji*a pasien, bahkan dapat berakibat fatal jika tidak cepat ditolong. Sumber perdarahan dapat berasal dari depan hidung maupun belakang hidung. Epitaksis anterior depan" dapat berasal dari pleksus kiesselbach atau dari a. etmoid anterior. Pleksus kieselbach ini sering menjadi sumber epitaksis terutama pada anak-anak dan biasanya dapat sembuh sendiri. Epitaksis posterior belakang" dapat berasal dari a. sfenopalatina dan a etmoid posterior. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit jantung.
a.
b. c. d. e. f. g.
a. b. c. d. e. f. g. h.
i. j.
). Test Diagn$stik Pemeriksaan &aboratorium #ika perdarahan sedikit dan tidak berulang, tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. #ika perdarahan berulang atau hebat lakukan pemeriksaan lainnya untuk memperkuat diagnosis epistaksis. Pemeriksaan darah tepi lengkap. ;ungsi hemostatis E%G es fungsi hati dan ginjal Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal, dan nasofaring. scan dan M8> dapat diindikasikan untuk menentukan adanya rinosinusitis, benda asing dan neoplasma. *. K$+plikasi Sinusitis Septal hematom bekuan darah pada sekat hidung" !eformitas kelainan bentuk" hidung Aspirasi masuknya cairan ke saluran napas ba*ah" %erusakan jaringan hidung infeksi %omplikasi epistaksis 5ipotensi, hipoksia, anemia, aspirasi pneumonia %omplikasi kauterisasi Sinekia, perforasi septum %omplikasi pemasangan tampon Sinekia, rinosinusitis, sindrom syok toksik, Perforasi septum, tuba eustachius tersumbat, aritmia o6erdosis kokain atau lidokain " %omplikasi embolisasi Perdarahan hematom, nyeri *ajah, hipersensiti6itas, paralisis fasialis, infark miokard. %omplikasi ligasi arteri kebas pada *ajah, sinusitis, sinekia, infark miokard.
Mencegah komplikasi, sebagai akibat dari perdarahan yang berlebihan, dapat terjadi syok atau anemia, turunnya tekanan darah yang mendadak dapat menimbulkan infark serebri, insufisiensi koroner, atau infark miokard, sehingga dapat menyebabkan kematian. !alam hal ini harus segera diberi pemasangan infus untuk membantu cairan masuk lebih cepat. Pemberian antibiotika juga dapat membantu mencegah timbulnya sinusitis, otitis media akibat pemasangan tampon. %ematian akibat pendarahan hidung adalah sesuatu yang jarang. amun, jika disebabkan kerusakan pada arteri maksillaris dapat mengakibatkan pendarahan hebat melalui hidung dan sulit untuk disembuhkan. indakan pemberian tekanan, 6asokonstriktor kurang efektif. !imungkinkan penyembuhan struktur arteri maksillaris yang dapat merusak saraf *ajah" adalah solusi satusatunya.
a. b. c. d.
,. Pen-egaan #angan mengkorek-korek hidung. #angan membuang ingus keras-keras. 5indari asap rokok atau bahan kimia lain. Gunakan pelembab ruangan bila cuaca terlalu kering.
e. f. g.
Gunakan tetes hidung al atau air garam steril untuk membasahi hidung. 7leskan 6aselin atau pelembab ke bagian dalam hidung sebelum tidur, untuk mencegah kering. 5indari benturan pada hidung
1/. Penanganan a. Penanganan umum - Pasien dengan perdarahan hidung biasa mengontrol hal tersebut dengan melakukan penekanan langsung ataupun mengaplikasikan suatu obyek dingin pada hidung. - #ika upaya tersebut gagal, pasien biasanya akan langsung mengontak atau pergi ke rumah sakit atau unit ga*at darurat untuk mendapatkan pertolongan. - Pendekatan pertama yang biasa dilakukan adalah kauterisasi ataupun pemasangan tampon hidung nasal packing". %auterisasi bermanfaat hanya jika sumber perdarahan pada mukosa hidung jelas terlihat. %ebanyakan epistaksis berhasil ditangani dengan pemasangan tampon di dalam hidung, karena selain mempertahankan mukosa hidung tetap lembab, juga bertindak sebagai tamponade untuk perdarahannya. ampon hidung sendiri bisa berupa tampon posterior ataupun anterior tergantung letak sumber perdarahannya. Perlu diperhatikan bah*a saat melakukan pemasangan tampon, penempatannya harus tepat, dan tetap *aspada terhadap potensi komplikasi, antara lain trauma, infeksi, dehidrasi, dan tentu saja berubahnya 6entilasi akibat obstruksi aliran udara le*at hidung, sehingga penderita akan menghirup udara melalui mulut yang akan berpengaruh terhadap mekanisme fisiologis pernapasan paru. - &angkah lainnya dalam penanganan epistaksis adalah termasuk menilai derajat kehilangan darah dan perlu tidaknya transfusi. Penyakit yang mendasari juga harus dicari dan diobati secara tepat. - Pada kasus trauma, penanganan tepat dan segera terhadap setiap kondisi yang membahayakan ji*a diprioritaskan terlebih dahulu. Manajemen terhadap jalan napas air*ay" dan penggantian cairan tubuh sangat penting, dan di saat yang sama juga dibutuhkan tindakan emergensi untuk mengontrol epistaksis dan melindungi jalan napas. 3ntuk tujuan ini biasanya dilakukan pemasangan folley catheter yang diinflasikan di daerah nasofaring area di belakang hidung" dan ditarik dari lubang hidung depan untuk menekan area perdarahan potensial di bagian belakang hidung sekaligus melindungi jalan napas.
b.
Penanganan khusus - Pendekatan lainnya adalah dengan melakukan ligasi pembuluh darah yang mensuplai darah ke hidung. Pilihan untuk ligasi dilakukan jika penanganan melalui kauterisasi maupun tampon hidung gagal.Pertimbangan lainnya dari inter6ensi 6askuler secara dini ini adalah kenyamanan pasien, masa pera*atan di rumah sakit, dan kefekti6an
-
secara keseluruhan. Secara umum ligasi A. maksilaris lebih efektif dibandingkan A. karotis eksterna, mengingat ligasi pada A. karotis eksterna masih memungkinkan suplai darah ke lokasi perdarahan melalui sistem 6askularisasi kolateral, di samping komplikasi serius yang mungkin timbul, seperti stroke dan trauma 6askuler. Pendekatan terkini dari inter6ensi 6askuler secara langsung adalah 6isualisasi angiografi dan embolisasi cabang terminal A. maksilaris. !ari sekian banyak pendekatan dalam penanganan epistaksis, sebenarnya yang paling penting adalah kehati-hatian dalam menge6aluasi kondisi penderita, serta identifikasi letak perdarahan secara akurat. !an pilihan yang diambilH apapun itu, harus benar-benar dipertimbangkan berdasarkan kondisi yang ada, resiko maupun keuntungan dari setiap tindakan.
11. Penatalaksanan %olaborasi Aliran darah akan berhenti setelah darah berhasil dibekukan dalam proses pembekuan darah. %etika pendarahan terjadi, lebih baik jika posisi kepala dimiringkan ke depan posisi duduk" untuk mengalirkan darah dan mencegahnya masuk ke kerongkongan dan lambung. Pertolongan pertama jika terjadi mimisan adalah dengan memencet hidung bagian depan selama tiga menit. Selama pemencetan sebaiknya bernafas melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini. &akukan hal yang sama jika terjadi perdarahan berulang, jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter untuk bantuan. 3ntuk pendarahan hidung yang kronis yang disebabkan keringnya mukosa hidung, biasanya dicegah dengan menyemprotkan salin pada hidung hingga tiga kali sehari. #ika disebabkan tekanan, dapat digunakan kompres es untuk mengecilkan pembuluh darah 6asokonstriksi". #ika masih tidak berhasil, dapat digunakan tampon hidung. ampon hidung dapat menghentikan pendarahan dan media ini dipasang 1-/ hari. iga prinsip utama dalam menanggulangi epitaksis adalah 1" Mencegah komplikasi yang timbul akibat perdarahan seperti syok atau infeksi, 2" Mencegah berulangnya epitaksis, /" #ika pasien dalam keadaan ga*at seperti syok atau anemia lebih baik diperbaiki dulu keadaan umum pasien baru menanggulangi perdarahan dari hidung itu sendiri. erapi simptomatis 3mum - enangkan penderita, jika penderita kha*atir perdarahan akan bertambah hebat, sumbat hidung dengan kapas dan cuping hidung dijepit sekitar 1( menit. Penderita sebaiknya duduk tegak agar tekanan 6askular berkurang dan mudah membatukkan darah dari tenggorokan, menggunakan apron plastik serta memegang suatu *adah berbentuk ginjal untuk melindungi pemakainya. - %ompres dingin pada daerah tengkuk leher dan juga pangkal hidung. - urunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. 5entikan pemakaian antikoagulan.
-
Pemberian cairan elektrolit pada perdarahan hebat, dan keadaan pasien lemah.
erapi &okal - +uang gumpalan darah dari hidung dan tentukan lokasi perdarahan. - Pasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lidokain atau pantokain untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri. - Setelah perdarahan berhenti, dilakukan penyumbatan sumber perdarahan dengan menyemprotkan larutan perak nitrat 2(-/() atau asam trikloroasetat 1()", atau dengan elektrokauter. +ila terdapat pertemuan pembuluh darah septum anterior dan lokasi perdarahan ditemukan, maka terbaik mengkauterisasi bagian pinggirnya dan tidak benar-benar di pembuluh darah itu sendiri karena kauterisasi langsung pada pembuluh darah tersebut biasanya akan menyebabkan perdarahan kembali. 5arus hati-hati agar tidak membuat luka bakar yang luas dan nekrosis jaringan termasuk kartilago diba*ahnya sehingga terjadi perforasi septum nasi. - ara yang paling baik untuk mengontrol epistaksis anterior setelah dekongesti dan kokainisasi" dengan suntikan 2 ml lidokain 1) di regio foramen incisi6um pada dasar hidung. Pengontrolan perdarahan anterior dengan cara ini dapat menghindari masalah perforasi septum, karena elektrokauterisasi diberikan ke tulang dasar hidung dan bukan pada septum. - +ila dengan cara tersebut perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan pemasangan tampon anterior yang telah diberi 6aselin atau salep antibiotika agar tidak melekat sehingga tidak terjadi perdarahan ulang saat tampon dilepaskan. ampon dibuat dari lembaran kasa steril ber6aselin, berukuran C2 I J inci, dimasukkan melalui lubang hidung depan, dipasang secara berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga hidung dan harus menekan sumber perdarahan. ampon dipasang selama 1-2 hari, sebagian dokter juga melapisi tampon dengan salep antibiotik untuk mengurangi bakteri dan pembentukan bau. - !apat juga digunakan balon intranasal yang dirancang untuk menekan regio septum anterior pleksus kiesselbach" atau daerah etmoidalis. ara ini lebih mudah diterima pasien karena lebih nyaman. Medika Mentosa - Pada pasien yang dipasang tampon anterior, berikan antibiotik profilaksis. - Kasokontriktor topikal 7Iymeta@oline (,(0). Menstimulasi reseptor alfaadrenergik sehingga terjadi 6asokonstriksi. !osis 2-/ spray pada lubang hidung setiap 12 jam. %ontraindikasi hipersensiti6itas. 5ati-hati pada hipertiroid, penyakit jantung iskemik, diabetes melitus, meningkatkan tekanan intraokular. - Anestesi lokal lidokain 4). !igunakan bersamaan dengan oIymeta@oline, Menginhibisi depolarisasi, memblok transmisi impuls saraf, %ontraindikasi hipersensiti6itas.
-
-
Salep antibiotik mopirocin 2) +actroban asal", menghambat pertumbuhan bakteri, dosis (,0 g pada setiap lubang hidung selama 0 hari, %ontraindikasi hipersensiti6itas. Perak itrat mengkoagulasi protein seluler dan menghancurkan jaringan granulasi., %ontraindikasi hipersensiti6itas, kulit yang terluka. >nter6ensi radiologi, angiografi dengan embolisasi percabangan arteri karotis intema. 5al ini dilakukan jika epistaksis tidak dapat dihentikan dengan tampon.
Pembedahan - &igasi Arteri &igasi arteri etmoid anterior dilakukan bila dengan tampon anterior perdarahan masih terus berlangsung. &igasi dilakukan dengan membuat sayatan mulai dari bagian medial alis mata,lalu melengkung ke ba*ah melalui pertengahan antara pangkal hidung dan daerah kantus media. >nsisi langsung diteruskan ke tulang, dimana periosteum diangkat dengan hari-hari dan periorbita dilepaskan, lalu bola mata ditarik ke lateral, arteri etmoid anterior merupakan cabang arteri optalmika terletak pada sutura frontomaksilolaksimal. Pembuluh ini dijepit dengan suatu klip hemostatik, atau suatu ligasi tunggal. - Septal dermatoplasty pada pasien osler-*eber-rendu-syndrome mukosa septum diambil dan kartilago diganti dengan skin graft. ;ollo* up - egah perdarahan ulang dengan menggunakan nasal spray, salep +actroban nasal - +erikan antibiotika oral dan topikal untuk mencegah rinosinusitis - 5indari aspirin dan SA>! lainnya - %ontrol masalah medis lainnya seperti hipertensi, defesiensi 6itamin k melalui konsultasi dengan ahli spesialis lainnya Edukasi pasien -
5indari cuaca yang panas dan kering 5indari makanan yang pedas dan panas +ernafas dengan mulut terbuka.
Menghentikan perdarahan Menghentikan perdarahan secara aktif dengan menggunakan kaustik atau tampon jauh lebih efektif daripada dengan pemberian obat-obat hemostatik dan menunggu darah berhenti dengan sendirinya. #ika pasien datang dengan perdarahan maka pasien sebaiknya diperiksa dalam keadaan duduk, jika terlalu lemah pasien dibaringkan dengan meletakan bantal di belakang punggung pasien. Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap untuk membersihkan hidung dari bekuan darah, kemudian dengan menggunakan tampon kapas yang dibasahi dengan adrenalin 1=1(((( atau lidokain 2 ) dimasukan ke dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan atau mengurangi nyeri, dapat dibiarkan selama /-0 menit.
Perdarahan Anterior !apat menggunakan alat kaustik nitras argenti 2(-/() atau asam triklorasetat 1() atau dengan elektrokauter. +ila perdarahan masih berlangsung maka dapat digunakan tampon anterior kapas dibentuk dan dibasahi dengan adrenalin L 6aseline" tampon ini dapat digunakan sampai 1-2 hari. Perdarahan Posterior Perdarahan biasanya lebih hebat dan lebih sukar dicari, dapat dilihat dengan menggunakan pemeriksaan rhinoskopi posterior. 3ntuk mengurangi perdarahan dapat digunakan tampon +eellok. ampon +eellok adalah penanganan pada 8isiko kekurangan 6olume cairan,yeri, 8isiko infeksi. indakan mandiri pera*at - A*asi tanda-tanda 6ital - A*asi masukan=haluaran, hitung kehilangan cairan akibat perdarahan - E6aluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membrane mukosa mulut - %aji keluhan nyeri - A*asi tanda-tanda 6ital - +erikan posisi yang nyaman - !orong penggunaan manajemen nyeri - %urangi prosedur tindakan in6asi6e - A*asi tanda-tanda 6ital %urangi pengunjung
ASUHAN KEPERA0ATAN PADA PASIEN DEN"AN DIA"NOSA EPISTAKSIS
1. 2. /. 4.
0. B.
C.
?.
A. Pengka(ian +iodata ama ,umur, seI, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan 8i*ayat Penyakit sekarang %eluhan utama biasanya penderita mengeluh sulit bernafas, tenggorokan. 8i*ayat penyakit dahulu - Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma - pernah mempunyai ri*ayat penyakit 5 - Pernah menedrita sakit gigi geraham 8i*ayat keluarga Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang. 8i*ayat spikososial a. >ntrapersonal perasaan yang dirasakan klien cemas=sedih( b. >nterpersonal hubungan dengan orang lain. Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat 3ntuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping b. Pola nutrisi dan metabolism biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung c. Pola istirahat dan tidur selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek d. Pola Persepsi dan konsep diri klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri menurun e. Pola sensorik daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus baik purulen , serous, mukopurulen". Pemeriksaan fisik a. status kesehatan umum keadaan umum , tanda 6ital, kesadaran. b. Pemeriksaan fisik data focus hidung rinuskopi mukosa merah dan bengkak". !ata subyektif - Mengeluh badan lemas !ata 7byektif - Perdarahan pada hidung=mengucur banyak - Gelisah - Penurunan tekanan darah - Peningkatan denyut nadi - Anemia . 1. 2. /. 4.
Diagn$sa Keperaatan P% Perdarahan +ersihan #alan afas tidak efektif emas yeri Akut
. Pern-anaan Keperaatan 1. P% Perdarahan ujuan meminimalkan perdarahan %riteria idak terjadi perdarahan, tanda 6ital normal, tidak anemis
-
2.
-
-
3.
>nter6ensi Monitor keadaan umum pasien Monitor tanda 6ital Monitor jumlah perdarahan psien A*asi jika terjadi anemia %olaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan perdarahan pemberian transfusi, medikasi +ersihan #alan afas tidak efektif ujuan +ersihan jalan nafas menjadi efektif %riteria ;rekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis >nter6ensi Mandiri %aji bunyi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada. atat kemampuan mengeluarkan mukosa=batuk efektif Penurunan bunyi nafas dapat menyebabkan atelektasis, ronchi dan *hee@ing menunjukkan akumulasi sekret: +erikan posisi fo*ler atau semi fo*ler tinggi +ersihkan sekret dari mulut dan trakea Pertahankan masuknya cairan sedikitnya sebanyak 20( ml=hari kecuali kontraindikasi %olaborasi +erikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator Mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret, bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan analgetik diberikan untuk menurunkan ketidaknyamanan
emas ujuan emas klien berkurang=hilang %riteria - %lien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya - %lien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya. >nter6ensi - %aji tingkat kecemasan klien - +erikan kenyamanan dan ketentraman pada klien +erikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti - 7bser6asi tanda-tanda 6ital.
LAPORAN PENDAHULUAN DEA TH4POID 1. Pengertian !emam hypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran ursalam dkk, 2((0 102 ". !an pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang de*asa, masa inkubasi 1( N 2( hari, yang tersingkat 4 hari jika inpeksi terjadi melalui makanan gastiyah , 1''0 ". yphoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella thypi. 7rganisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. +runer and Sudart, 1''4 ". !emam tifoid dan paratifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. ama lain dari demam tifoid dan paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fe6er, enteric fe6er, tifus, dan paratifus abdominalis. 2. Eti$l$gi !emam hypoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Selain oleh Salmonella typhi, demam typhoid juga bisa disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, + dan namun gejalanya jauh lebih ringan. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. arier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
a. b. c. d. e. f. g.
3. anifestasi Klinis Prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan &esu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat afsu makan berkurang +ibir kering dan pecah-pecah Perut %embung Sulit +A+ Gangguan kesadaran apatis dan somnolen"
Masa tunas typhoid 1( N 14 hari a. Minggu > Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. !engan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anoreIia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi = diare, perasaan tidak enak di perut. b. Minggu >> Pada minggu >> gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas putih, kotor, pinggirnya hiperemi", hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
#. Pat$fisi$l$gi %uman salmonella thypi, salmonella paratyphy yang menjadi penyebab demam thypoid masuk ke saluran cerna. Saat berada dalam saluran cerna sebagian diantaranya dimusnahkan dalam asam lambung, namun sebagian lagi masuk kedala usus halus, dan membentuk limfoidplaue peyeri. Ada yang hidup dan bertahan ada juga yang menembus lamina propia dan masuk ke aliran limfe serta masuk ke kelenjar limfe dan menembus aliran darah sehingga bersarang dihati dan limfa. !an terjadi hepatomegali yang akan menimbulkan nyeri tekan dan infeksi yang menyebabkan @at pirogen oleh leukosit pada jaringan meradang dan ini yang menyebabkan demam tifoid sehingga terjadi peningkatan suhu badan atau panas. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 0; yaitu ;oodmakanan", ;ingersjari tangan=kuku", ;omitus muntah", ;lylalat", dan melalui ;eses. ;eses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. %uman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. %emudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. !i dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. %. Pe+eriksaan Pen5n(ang a. Pemeriksaan !arah Perifer &engkap !apat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. &eukositosis dapat terjadi *alaupun tanpa disertai infeksi sekunder. !i dalam beberapa literatur dinyatakan bah*a demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit *alaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. 7leh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid. b. Pemeriksaan SG7 dan SGP SG7 dan SGP sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SG7 dan SGP ini tidak memerlukan penanganan khusus
c. +iakan darah +ila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. 5al ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor 1. eknik pemeriksaan &aboratorium 5asil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Daktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung. 2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit. +iakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada *aktu kambuh biakan darah dapat positif kembali. /. Kaksinasi di masa lampau Kaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif. 4. Pengobatan dengan obat anti mikroba. +ila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif. d. 3ji Didal 3ji *idal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi aglutinin". Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah di6aksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji *idal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. ujuan dari uji *idal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu 1. Aglutinin 7, yang dibuat karena rangsangan antigen 7 berasal dari tubuh kuman". 2. Aglutinin 5, yang dibuat karena rangsangan antigen 5 berasal dari flagel kuman". /. Aglutinin Ki, yang dibuat karena rangsangan antigen Ki berasal dari simpai kuman" !ari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin 7 dan 5 yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid. ;aktor N faktor yang mempengaruhi uji *idal a. ;aktor yang berhubungan dengan klien 1. %eadaan umum gi@i buruk dapat menghambat pembentukan antibodi. 2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-0 atau ke-B.
/. Penyakit N penyakit tertentu ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut. 4. Pengobatan dini dengan antibiotika pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi. 0. 7bat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial. B. Kaksinasi dengan kotipa atau tipa seseorang yang di6aksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin 7 dan 5 dapat meningkat. Aglutinin 7 biasanya menghilang setelah B bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin 5 menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. 7leh sebab itu titer aglutinin 5 pada orang yang pernah di6aksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik. C. >nfeksi klien dengan klinis=subklinis oleh salmonella sebelumnya keadaan ini dapat mendukung hasil uji *idal yang positif, *alaupun dengan hasil titer yang rendah. ?. 8eaksi anamnesa keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu. b. ;aktor-faktor eknis 1. Aglutinasi silang beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen 7 dan 5 yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain. 2. %onsentrasi suspensi antigen konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji *idal. /. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen ada penelitian yang berpendapat bah*a daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain. &. Penatalaksaan e'is Dan Keperaatan a. Pencegahan ara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah yang belum dipsteurisasi", hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas b. >stirahat dan Pera*atan +ertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. irah baring dengan pera*atan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dan +A+=+A%. Posisi pasien dia*asi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga. c. 1.
!iet dan erapi Penunjang Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
2. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala meteorismus kembung perut", dan diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus. 5al ini dilakukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Gi@i penderita juga diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan mempercepat proses penyembuhan.b. airan yang adeuat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare. /. Primperan metoclopramide" diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah dengan dosis / I 0 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan kapan saja penderita sudah tidak mengalami mual lagi. d. Pemberian Antimikroba 7bat N obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan tatalaksana tifoid adalah 1. %loramfenikol. !osis yang diberikan adalah 4 I 0(( mg perhari, dapat diberikan secaraoral atau intra6ena, sampai C hari bebas panas 2. iamfenikol. !osis yang diberikan 4 I 0(( mg per hari. /. %ortimoksa@ol. !osis 2 I 2 tablet satu tablet mengandung 4(( mg sulfametoksa@ol dan ?( mg trimetoprim" 4. Ampisilin dan amoksilin. !osis berkisar 0(-10( mg=kg ++, selama 2 minggu 0. Sefalosporin Generasi %etiga. dosis /-4 gram dalam dekstrosa 1(( cc, diberikan selama J jam per-infus sekali sehari, selama /-0 hari B. %ombinasi obat antibiotik. 5anya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti ifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. Didiastuti S, 2((1" C. Kit + komplek dan Kit sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh kafiler. ). K$+plikasi %omplikasi intestinal a. Perdarahan usus b. Perporasi usus c. >lius paralitik %omplikasi ekstra intestinal a. %omplikasi kardio6askuler kegagalan sirkulasi renjatan sepsis", miokarditis, trombosis, tromboplebitis. b. %omplikasi darah anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik. c. %omplikasi paru pneumonia, empiema, dan pleuritis. d. %omplikasi pada hepar dan kandung empedu hepatitis, kolesistitis. e. %omplikasi ginjal glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis. f. %omplikasi pada tulang osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis. g. %omplikasi neuropsikiatrik delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer.
Perforasi usus terjadi pada (,0-/) dan perdarahan berat pada 1-1() penderita demam tifoid. %ebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati. +ehrman 8ichard, 1''2"
ASUHAN KEPERA0ATAN TH4POID A. Pengka(ian 1. +iodata %lien dan penanggung ja*ab nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat" 2. 8i*ayat %esehatan a. %eluhan utama +iasanya klien dira*at di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan pusing b. 8i*ayat %esehatan Sekarang +iasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing, berat badan berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan diare, klien mengeluh nyeri otot. c. 8i*ayat %esehatan !ahulu %aji adanya ri*ayat penyakit lain=pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya d. 8i*ayat %esehatan %eluarga %aji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama penularan". /. Pemeriksaan ;isik Pengkajian umum a. ingkat kesadaran composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma b. %eadaan umum sakit ringan, sedang, berat c. anda-tanda 6ital, d. Pengkajian sistem tubuh a. Pemeriksaan kulit dan rambut %aji nilai *arna, turgor, tekstur dari kulit dan rambut pasien b. Pemeriksaan kepala dan leher Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. %aji kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada indera. c. Pemeriksaan dada 1" Paru-paru >nspeksi kesimetrisan, gerak napas Palpasi kesimetrisan taktil fremitus Perkusi suara paru pekak, redup, sono, hipersonor, timpani" 2" #antung >nspeksi amati iktus cordis Palpalsi raba letak iktus cordis Perkusi batas-batas jantung d. Pemeriksaan abdomen >nspeksi keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan Palpasi hati, limpha teraba=tidak, adanya nyeri tekan Perkusi suara peristaltic usus
Auskultasi frekuensi bising usus e. Pemeriksaan ekstremitas %aji *arna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu. 4. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan a. 8i*ayat prenatal ibu terinfeksi 785 selama hamil, preeklamsi, ++ ibu tidak naik, pemantauan kehamilan secara berkala. %ehamilan dengan resiko yang tidak dipantau secara berkala dapat mengganggu tumbang anak b. 8i*ayat kelahiran cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus lamadan anak yang lahir dengan bantuan alat= forcep dapat mengganggu tumbang anak c. Pertumbuhan fisik ++ 1,?-2,Ckg", + ++=+, ++=3, +=3", lingkar kepala 4'-0(cm", &>&A, lingkar dada, lingkar dada O dari lingkar kepala, d. Pemeriksaan fisik bentuk tubuh, keadaan jaringan otot cubitan tebal untuk pada lengan atas, pantat dan paha mengetahui lemak subkutan", keadaan lemak cubitan tipis pada kulit diba*ah tricep dan subskapular", tebal= tipis dan mudah = tidak akarnya dicabut, gigi 14- 1B biji", ada tidaknya udem, anemia dan gangguan lainnya. e. Perkembangan melakukan akti6itas secara mandiri berpakaian" , kemampuan anak berlari dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh, memanjat, melompat, menaiki tangga, menendang bola dengan seimbang, egosentris dan menggunakan kata F SayaF, menggambar lingkaran, mengerti dengan kata kata, bertanya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan dengan kotak Nkotak. f. 8i*ayat imunisasi 0. 8i*ayat sosial bagaimana klien berhubungan dengan orang lain. umbuh kembang pada anak usia B-12 tahun Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 N 4 %g = tahun dan pada anak *anita sudah mulai mengembangkan ciri seI sekundernya. Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi. a. Motorik kasar 1" &oncat tali 2" +adminton /" Memukul 4" Motorik kasar di ba*ah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
b. Motorik halus 1" Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan 2" !apat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik. c. %ognitif 1" !apat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi 2" !apat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah /" !apat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak a*al 4" !apat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang d. +ahasa 1" Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak 2" Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan /" Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran 6erbal 4" !apat memakai kalimat majemuk dan gabungan B.
Pengkajian Pola ;ungsional Gordon a. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan ang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat N sejahtera yang dirasakan, pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan pre6entif, ketaatan pada ketentuan media dan kepera*atan. +iasanya anak-anak belum mengerti tentang manajemen kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang tuanya. b. Pola nutrisi metabolik ang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe makanan dan cairan, peningkatan = penurunan berat badan, nafsu makan, pilihan makan. c. Pola eliminasi ang perlu dikaji adalah pola defekasi klien, berkemih, penggunaan alat bantu, penggunaan obat-obatan. d. Pola akti6as latihan ang perlu dikaji adalah pola akti6itas klien, latihan dan rekreasi, kemampuan untuk mengusahakan akti6itas sehari-hari mera*at diri, bekerja", dan respon kardio6askuler serta pernapasan saat melakukan akti6itas. e. Pola istirahat tidur ang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam, bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien, apa ada gangguan tidur dan penggunaan obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur. f. Pola kognitif persepsi ang perlu dikaji adalah fungsi indra klien dan kemampuan persepsi klien.
g. Pola persepsi diri dan konsep diri ang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya, persepsi klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri. +iasanya anak akan mengalami gangguan emosional seperti takut, cemas karena dira*at di 8S. h. Pola peran hubungan %aji kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain. +agaimana kemampuan dalam menjalankan perannya. i. Pola reproduksi dan seksualitas %aji adakah efek penyakit terhadap seksualitas anak. j. Pola koping dan toleransi stress ang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam manghadapai stress dan adanya sumber pendukung. Anak belum mampu untuk mengatasi stress, sehingga sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama orang tua untuk selalu mendukung anak. k. Pola nilai dan kepercayaan %aji bagaimana kepercayaan klien. +iasanya anak-anak belum terlalu mengerti tentang kepercayaan yang dianut. Anak-anak hanyan mengikuti dari orang tua. +. Diagn$sa A!A 7 > 5ipertermi b.d >ndikator >dentifikasi penyebab proses infeksi Suhu /B,0 N= factor yang dapat salmonella thypi /C,0o menyebabkan hipertermi +ibir lembab 7bser6asi cairan %ulit tidak terabamasuk dan keluar, hitung panas balance cairan Aktifitas sesuai +eri cairan sesuai kemampuan kebutuhan bila tidak bila kontraindikasi +erikan kompres air hangat. Anjurkan pasien untuk mengurangi aktifitas yang berlebihan saat suhu naik = bedrest total Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat iptakan lingkungan yang nyaman %olaborasi Pemberian antipiretik
Pemberian antibiotic
%ekurangan 6olume %eseimbangan cairan Pengelolaan cairan cairan berhubungan >ndikator Aktifitas dengan muntah %eseimbangan Pantau berat !efenisi penurunan intake dan output 24 jam badan biasanya dan cairan intra6askuler +erat badankecendrungannya intestinal dan atau stabil Mempertahankan intraseluler, idak ada rasaintake dan output pasien contohnya dehidrasi, haus yang berlebihan Pantau ststus kehilangan cairan Elektrolit serumhidrasi tanpa perubahan dalam batas normal Memonitor status sodium. 5idrasi kulit tidakhemodynamic termasuk ada KP, MAP, PAP, dan +atasan karakteristik PDP Pantau tanda%elelahan, tanda 6ital pasien kehilangan berat Pantau status badan. nutrisi pasien
%etidakseimbangan Status nutrisi Mengontrol utrisi utrisi %urang dari >ndikator %ebutuhan ubuh >ntake nutrisi Akti6itas berhubungan >ntake makanan Menimbang berat dengan intake tidak dan cairan badan pasien pada jarak adekuat Energi yang ditentukan +erat tubuh Memantau gejala !efenisi ketidak kekurangan dan cukupan intake penambahan berat badan nutrisi untuk Memantau respon kebutuhan emosional pasien ketika metabolik. ditempatkan pada situasi yang melibatkan makanan +atasan karakteristik dan makan +erat badan Memantau interaksi 2() berkurang dari orang tua=anak selama ideal makan, jika diperlukan &emahnya Mengontrol kesehatan otot keadaan lingkungan ketika idak nafsu makan makan Mengontrol turgor kulit, jika diperlukan Memantau
kekeringan, tipisnya rambut sehingga mudah rontok Memantau gusi saat menelan, karang gigi, dan penambahan luka Mengontrol mual dan muntah Memantau tingkat energy, rasa tidak nyaman, kelelahan, dan kelemahan Memantau jaringan yang pucat, memerah, dan kering Memantau kemerahan, bengkak, dan retak pada mulut=bibir