LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Eklampsia 1.1.1. Anatomi
A. Perubahan Fisiologi Wanita Hamil Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin, bersali n, perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu selama masa nifas. (Salmah dkk, 2006, hal.47) 2. Uterus Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.Pada gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89)
1
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri : 1) Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba t eraba 2) Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek fundus uteri berada di belakang simfisis. 3) Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri 1-2 jari di atas simfisis pubis. 4) Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis dengan pusat. 5) Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat. 6) Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat. 7) Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat. 8) Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan prosessus xypoideus. 9) Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosessus xypoideus. 10)Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di bawah prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91 dan Mandriwati, G. A. 2008. Hal. 90). 2. Vagina Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini disebut tanda Chadwick. (Wiknjosastro, ( Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95) 3. Ovarium Pada
permulaan
kehamilan
masih
terdapat
korpus
luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Namun akan mengecil setelah plasenta terbentuk, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal .95)
2
4. Payudara Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam karena hiperpigmentasi. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95) 5. Sistem Sirkulasi Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh pembuluh darah yang membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah kirakira
25%,
dengan
dengancardiac dengan cardiac
puncak
kehamilan
output yang output yang
meninggi
32
minggu,
diikuti
kira-kira
30%.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96).
6. Sistem Respirasi Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak ti dak jarang mengeluh rasa sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma
sehingga
diafragma
kurang
leluasa
bergerak.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96) 7. Traktus Digestivus Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus juga menurun.Pada bulan-bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai gejala muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning sickness dan bila terlampau sering dan banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
3
8. Traktus Urinarius Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada akhir kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun memasuki Pintu Atas Panggul. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97) 9. Kulit Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh
hormon Melanophore hormon Melanophore
Stimulating
Hormone (MSH) yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Namun Pada kulit perut dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang disebut striae livide. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97) 10. Metabolisme dalam Kehamilan Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga 15-20 %.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan pada kehamilan trimester akhir.Protein yang diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB perhari untuk perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk janin, serta disimpan pula untuk laktasi
nanti.Janin
membutuhkan
30-40
gr
pembentukan tulang terutama pada trimester
kalsium
untuk
ketiga.Dengan
demikian makanan ibu hamil harus mengandung kalsium, paling tidak 1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk keperluan janin sehingga janin tidak akan mengganggu kalsium ibu. Wanita hamil juga memerlukan tambahan zat besi sebanyak 800 mg untuk pembentukan haemoglobin dalam darah sebagai persiapan agar tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 98)
4
11. Kenaikan Berat Badan Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat badan adalah 4 kg dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir) jadi totalnya 12,5 kg. (Salmah, Hajjah.2006. Hal.60-61)
1.1.2 Fisiologi Sistem Eklampsia
Uterus
Vagina
Ovarium
Payudara
Sistem sirkulasi
Sistem respirasi
Traktus Urinarius
Kulit
Metabolism dalam kehamilan
Traktus Digestivus
Kenaikan berat badan
1.2.1 Konsep Penyakit Eklampsia Definisi/ Deskripsi Eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita dengan gejala awal pre-eklampsia, yang juga dapat disertai koma. 1.2.2 Etiologi Penyebab Eklampsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi pada penderita yang yang meninggal
karena eklampsia terdapat
perubahan yang khas pada berbagai alat. Tetapi kelainan yang mengenai penyakit ini adalah smapmus arteriole retensi Na dan air dan coogulasi intravaskuler.
5
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab Eklampsia yaitu :
Bertambahnya frekuensi pada primigramivida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatisoda.
Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang-kejang dan koma
1.2.3 Tanda dan gejala (manifestasi klinik)
Bertambahnya berat badan yang berlebihan, terjadinya kenaikan 1 kg perminggu
Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka
Hipertensi (diukur setelah pasien istirahat selama 30 menit) 1. Td : 160/70 mmHg atau 2. Tekanan sistolik meningkat >30 mmHg 3. Diastolic >15 mmHg 4. Tekanan diastolic pada trimester ke-II yang >85 mmHg patut dicurigai sebagai preeclampsia
Protein Uria 1. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/I dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif +1/+2 2. Kadar protein >1g/1 dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urine porsi tengah, diambil 2x dalam waktu 6 jam.
1.2.4 Patofisiologi Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematoksis. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi jaringan keorgan, termasuk ke utera plasental fatal unit.
6
Vasospasme
merupakan
dasar
timbulnya
hipertensi
arterial.
Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Eklampsia yang berat dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan ferfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya intra uterin growth retardation.
1.2.5 Pathway (diagram)
1.2.6 Komplikasi Tergantung derajat Eklampsia, yang termasuk komplikasi antara lain uteri ( uterus couvelaise ), sindrom HELLP ( Haemolysis Elevated Liver Enzymes Low Platelet Cown). Ablasi retina KID (Koogulasi IntraVaskuler Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otak, edem paru, gagal jantung, syok dan kematian.
7
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufiensi uteraplasental misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuntas.
1.2.7 Prognosis Kematian ibu antara 9.8%-25.5%, kematian bayi 42.2% -48.9%.
1.2.8 Penganan Medis Pemberian obat anti kejang pada Eklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang (eklampsia). Obat yang digunakan sebagai antikejang antara lain diazepam, fenitoin, MgSO4. Berdasarkan buku Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2007, anti kejang yang digunakan adalah MgSO4 yaitu dengan pemberian dosis awal 8 gram IM (4 gram bokong kanan dan 4 gram bokong kiri) dengan dosis lanjutan setiap 6 jam diberikan 4 gram (Anonim, 2007).
Saat ini magnesium sulfat tetap menjadi pilihan pertama untuk anti kejang pada eklampsia. Pemberian magnesium sulfat dapat menurunkan risiko
kematian
ibu
dan
didapatkan
50%
dari
pemberiannya
menimbulkan efek flusher (rasa panas). Syarat pemberian MgSO4 yaitu reflek patella normal, normal, frekuensi pernapasan >16 kali per menit, harus tersedia antidotum yaitu Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10 cc) diberikan intravena 3 menit. Pemberian MgSO4 harus dihentikan jika Terjadi intoksikasi maka diberikan injeksi Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10 cc) dan setelah 24 jam pasca persalinan (Anonim, 2007). Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4 MgSO4 maka bisa diberikan tiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam atau fenitoin (Prawirohardjo, 2008).
2.2.Rencana asuhan klien dengan Penyakit
2.2.1 Pengkajian
8
Identitas Nama
:
Umur
:
Suku bangsa
:
Agama
:
Alamat
:
Pendidikan
:
Jenis Kelamin
:
Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
Pemeriksaan fisik: Head To too
Pemeriksaan penunjang -
2.2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1: ketidakefektifan jalan nafas Definisi : 2.2.2.1 Batasan karakteristik Subjektif
Dispnea
Objektif
Suara napas tambahan
Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan
Batuk tidak ada atau tidak efektif
Sianosis
Kesulitan untuk berbicara
Penurunan suara napas
Ortopnea
Gelisah
Sputum berlebihan
Mata terbelalak 2.2.2.2 Faktor yang berhubungan
Penurunan Energi dan keletihan Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan
9
Definisi : peningkatan retensi cairan isotonik 2.2.2.3. Batasan karakteristik : Subjektif
Perubahan tekanan darah
Edema
Kongesti paru
2.2.2.4. Faktor yang berhubungan Asupan cairan yang berlebihan Diagnosa 3 : Resiko cedera Definisi : Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif indifidu dan sumber pertahanan. 2.2.2.5. Batasan Karakteristik : 2.2.2.6. Faktor yang berhubungan Diagnosa 4 : Resiko tinggi foetal distress Definisi : Keadaan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan metabolisme janin menuju metabolisme anaerob menyebabkan hasil akhir metabolismenya terakhir bukan karbondioksida. 2.2.2.7. Batasan karakteristik : 2.2.2.8. Faktor yang berhubungan
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Tujuan dan Kriteria hasil Tujuan
:
Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif yang dibuktikan oleh, pencegahan aspirasi, as pirasi, status pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan status pernapasan: kepatenan jalan napas
Menunjukkan status pernapasan: kepatenan jalan napas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut: 1. 2.
gangguan eksterm berat
10
3.
sedang
4.
ringan
5.
tidak ada gangguan
Kriteria Hasil
:
dapat bernafas dengan normal
tidak ada hambatan saat bernafas
2.3.1 Intervensi keperawatan dan rasional:
Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi R/ : Mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu dalam menetukan intervensi yang akan diberikan
Monitor pola napas : bradypnea, tachypnea, hyperventilasi, napas kussmaul, napas cheyne-stokes, cheyne-stokes, apnea, napas biot’s dan pola ataxi R/ : Mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan keefektifan pola napas klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dyspnea R/: Posisi memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas besar untuk dikeluarkan
Diagnosa 2: Kelebihan volume cairan 2.3.2 Tujuan dan Kriteria hasil Tujuan
:
Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh Keseimbangan elektrolit dan asam basa, keseimbangan cairan, fungsi ginjal yang adekuat Keseimbangan cairan tidak akan terganggu/kelebihan yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut: 1. gangguan eksterm 2. berat 3. sedang 4. ringan
5. tidak ada gangguan Kriteria Hasil :
11
kebutuhan volume cairan kembali normal
tidak terjadinya edema
2.3.3 Intervensi keperawatan dan rasional
Kaji
masukan
yang
relatif
terhadap
keluaran
secara
akurat.
Rasional : perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
Timbang berat badan setiap hari (ataui lebih sering jika diindikasikan). Rasional : mengkaji retensi cairan
Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantauedema sekitar mata. Rasional : untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema.
Diagnosa 3 : resiko cedera 2.3.4. Tujuan :
Mengurangi resiko cedera
Mempasilitasi lingkungan sekitar pasien
Kriteria Hasil :
Klien tidak mengalami cidera
Klien mampu menggunakan pasilitas kesehatan yang ada
2.3.5. Intervensi keperawatan dan rasional
Kaji tingkat energi yang dimiliki klien R/: Energi yang besar dapat memberikan keseimbangan pada tubuh
Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas klien R/: Mengantisipasi dan meminimalkan resiko jatuh
Diagnosa 4 : resiko tinggi foetal distress 2.3.6. Tujuan :
Tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
12
Kesadaran pada ibu normal
2.3.7. Intervensi keperawatan dan rasional
Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria oliguria R/ : Gejala tersebut merupakan merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus R/ : Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan
13
III. Daftar Pustaka
Bobak. (2004). Buku (2004). Buku ajar Keperawatan Maternitas, Edisi Edisi 4. Jakarta: 4. Jakarta: EGC Capeninto, L.J. (2001). Buku (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Keperawatan, Edisi 8. EGC 8. EGC Jakarta Doengoes,E. Marilyn. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2. Jakarta : EGC Sarwono, P. (1994). Ilmu (1994). Ilmu Kebidanan. Balai Kebidanan. Balai Penerbitus. Jakarta
14
Martapura, Oktober 2017
Preseptor akademik,
Preseptor klinik,
(......................................... (............................................................... ........................) ..)
(........................................... (................................................................. ......................))
15