Keperawatan Maternitas: Pre-eklampsia dan Eklampsia "
63
Keperawatan Maternitas: Pre-eklampsia dan Eklampsia "
1
[Type the company name]
MATERNITAS
"Pre-eklampsia & Eklampsia"
Dosen: Ns. Idah Haerani S.kep, M.kes
Tingkat: II-C
Disusun Oleh:
Kelompok13 :
Disa Apriyanti
Elsa Andriyani S. A.
Ratih Kumala Dewi
Tantri Ayu Lestari
Vriscilia Ismaya
AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA
DINAS KESEHATAN PEMERINTAH DKI JJAKARTA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Makalah ini berisi tentang "Pre-eklampsia & Eklampsia".Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman kita semua.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil karya kami ini tidak luput dari kekurangan baik dari segiisimaupunpenulisan kata.Maka dari itu dengan mengharapkan ridha Allah SWT.kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari anda semua untuk memperbaiki makalah kami dimasa yang akan datang. Semoga Allah SWT. meridhai makalah ini. Aamiin ya rabbal aamiin.
Jakarta, 8Februari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang 1
B.Rumusan Masalah 2
C.Tujuan Penulisan 2
BAB II. PEMBAHASAN
A.Definisi Pre-eklampsia dan Eklamsia 3
B. Etiologi Pre-eklampsia dan Eklamsia 6
C.Patofisiologi Pre-eklampsia dan Eklamsia 8
D. Faktor Penyebab Pre-eklampsia dan Eklamsia 14
E. Penatalaksanaan Pre-eklampsia dan Eklamsia 16
BAB III. TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pre-eklampsia dan Eklamsia 23
BAB IV. PENUTUP
1. Kesimpulan 45
2. Saran 46
LAMPIRAN 47
DAFTAR PUSTAKA 61
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI, 1993)
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi 6rmasalah kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Preeclampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri.Preeclampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur 20 minggu atausegera setelah persalinan.Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (Ammiruddin dkk, 2007).Preeclampsia terjadi karena adanya mekanisme imunolog yang kompleks, aliran darah ke plasenta berkurang, akibatnyasuplai zat makanan yang dibutuhkan janin berkurang.Penyebabnya karena penyempitan pembuluh darah yang unik, yang tidak terjadi pada setiap orang selama kehamilan (Indiarti, 2009 & Cuningham, 2001).Perdarahan, infeksi, dan eklampsia, merupakan komplikasi yang tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi ibu hamil yang telah diidentifikasi normal (Senewe & Sulistiawati, 2006).
Rumusan Masalah
Apa saja kemungkinan yang terjadi pada kasus tersebut ?
Jelaskan definisi kasus tersebut?
Apakah etiologi kasus tersebut?
Jelaskan faktor predisposisi dari preeclampsia?
Jelaskan tanda dan gejala pre-eklampsia dan eklamsia?
Apakah perbedaan antara pre-eklampsia dan eklampsia?
Bagaimanakan patofisiologi pada kasus pre-eklampsia dengan eklampsia?
Apakah komplikasi dari yang mungkin terjadi jika ibu tidak tertangani dengan baik?
Apakah pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk kasus diatas?
Bagaimana cara penatalaksanaan pada kasus pre-eklampsia dan eklampsia?
Buatlah asuhan keperawatan pada kasus pre-eklampsia dan eklampsia!
Tujuan
1) Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang keperawatan maternitas.
2) Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu menjelaskan definisi, tanda dan gejala, etiologi pada kasus tersbut.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi
Pre-eklampsia
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatosa. Preeclampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah persalinan. (Manjoer Arif,2000:270).
Pra-eklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria.Edema juga dapat terjadi. (Safe Motherhood:2000)
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk menegakkan diagnosis pre-eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnose pre-eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-eklampsia.
Edema dapat terjadi di bagian berikut:
Bagian depan kaki (pra-tibia)
Tangan, jari-jari tangan
Wajah, kelopak mata
Dinding abdomen
Daerah sakrum
Vulva (Safe Motherhood:2000)
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0.3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1 atau 2+ atau 1 g/l atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan; karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini ditemukan"
Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110 mmHg atau lebih
Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif;
Oliguria, urin 400 ml atau kurang dalam 24 jam'
Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium;
Edema paru-paru atau sianosis (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
Temuan
Pra-eklampsia Ringan
Pra-eklampsia Berat
Tekanan darah diastolik
Meningkat sebesar 15-20mmHg atau nilai absolut >90 tetapi <100
Meningkat >20 mmHg atau nilai absolut >100
Proteinuria
Renik atau 1+
2+ atau semakin besar secara persisten
Edema generalisata (termasuk wajah & tangan)
Tidak ada
Ada
Sakit kepala
Tidak ada
Ada
Gangguan penglihatan
Tidak ada
Ada
Nyeri abdomen atas
Tidak ada
Ada
Oliguria
Tidak ada
Ada
Menurunnya gerakan janin
Tidak ada
Ada
Tabel Klasifikasi Pra-eklampsia menurut Safe Motherhood tahun 2000.
Eklampsia
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah – olah gejala – gejala eklamsia timbul dengan tiba – tiba tanpa didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda – tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan uang diikuti oleh koma. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum, eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian.
Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului olah pre-eklampsia, tampak pentingmya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.
Frekuensi
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dan yang lain. Frekuensi rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan pre-eklampsia yang sempurna.
Di negara – negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7%, sedang di negara – negara maju angka tersebut lebih kecil, yaitu 0,05% - 0,1%.
Diagnosis
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya tanda dan gejala pre-eklampsia yang disusul oleh serangan kejangan seperti telah diuraikan, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan. Walaupun demikian, eklampsia harus dibedakan dari (1) epilepsi; dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil-muda dan tanda pre-eklampsia tidak ada; (2) kejangan karena obat anestesia; apabila obat anestesia lokal tersuntikkan ke dalam vena, dapat timbul kejangan; (3) koma karena sebab lain, seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, dan lain – lain
Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab penyakit terebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravidaritas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
Sebab jarang terjadinya eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
Etiologi pre-eklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut "penyakit teori"; namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab pre-eklampsia adalah teori "iskemia plasenta".Namun teori belum dapat menerangkan semuahal yang berkaitan dengan penyakit ini (Rustam, 1998). Adapun teori-teori tersebut adalah;
Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada pre-eklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilator prostasiklin oleh sel-sel sendotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat.Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosterone menurun.Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volumeplasma (Y, Joko, 2002).
Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna.Pada pre-eklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen.Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.
Peran Faktor Genetik
Pre-eklampsia hanya terjadi pada manusia.pre-eklampsia meningkat pada anak dari ibu yang menderita pre-eklampsia.
Iskemik dari Uterus
Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
Defisiensi Kalsium
Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah (Joane, 2006).
Disfungsi dan aktivasi dari endothelial
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam pathogenesis terjadinya pre-eklampsia.Fibronektin dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil dengan pre-eklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan (Drajat Koerniawan).
Patofisiologi
Pre-eklampsia
Pre-eklampsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi patologik berasal dari penderita eklampsia yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada pre-eklampsia tidak banyak berbeda daripada yang ditemukan pada eklampsia. Perlu dikemukakan di sini bahwa tidak ada perubahan histopatologik yang khas pada pre-eklampsia dan eklampsia. Perdarahan, infark, nekrosis, dan trombosis pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut. (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
Pathologi dan patogenesis
Tiga lesi patologis utama yang terutama berkaitan dengan pre-eklampsia dan eklampsia :
Perdarahan dan neklosis di banyak organ, sekunder terhadap kontriksi kapiler
Endoteliosis kapiler glomeruler.
Tidak adanya dilatasi arteri spilar.
(Kemenkes, 2008)
Perubahan anatomi-patologik
Plasenta. Pada pre-eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat menurunnya aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta normal seba akibat tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium, menebalnya dinding pembuluh darah dalam villi karena fibrosis, dan konversi mesoderm menjadi jaringan fibrotic, dipercepat prosesnya pada pre-eklampsia dan hipertensi. Pada pre-eklampsia yang jelas ialah atrofi sinsitium, sedangkan pada hipertensi menahun terdapat terutama perubahan pada pembuluh darah dan stroma. Arteria spiralis mengalami konstriksi dan penyempitan, akibat aterosis akut disertai necrotizing teriopathy.
Ginjal.Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak. Pada simpai ginjal dan pada pemotongan mungkin ditemukan perdarahan-perdarahan kecil.
Penyelidikan biopsi pada ginjal oleh Altchek dan kawan-kawan (1968) menunjukkan pada pre-eklampsia bahwa kelainan berupa: 1) kelainan glomerulus; 2) hyperplasia sel-sel jukstaglomeruler; 3) kelainan pada tubulus-tubulus Henle; 4) spasmus pembuluh darah ke glomerulus.
Glomerulus tampak sedikit membengkak dengan perubahan-perubahan sebagai berikut: a) sel-sel diantara kapiler bertambah; b) tampak dengan mikroskop biasa bahwa membran basalis dinding kapiler glomerulus seolah-olah terbelah, tetapi ternyata keadaan tersebut dengan mikroskop electron disebabkan oleh bertambahnya maktriks mesangial; c) sel-sel kapiler membengkak dan lumen menyempit atau tidak ada; d) penimbunan zat protein berupa serabut ditemukan dalam kapsul Bowman.
Sel-sel jukstaglomeruler tampak membesar dan bertambah dengan pembengkakan sitoplasma sel dan bervakuolisasi.
Epitel tubulus-tubulus Henle berdeskuamasi hebat; tampak jelas fragmen inti sel terpecah-pecah.Pembengkakan sitoplasma dan vakuolisasi nyata sekali. Pada tempat lain tampak regenerasi.
Perubahan-perubahan tersebutlah tampaknya yang menyebabkan proteinuria dan mungkin sekali ada hubungannya dengan retensi garam dan air.Sesudah persalinan berakhir, sebagian besar perubahan yang digambarkan menghilang, hanya kadang-kadang ditemukan sisa-sisa penambahan matriks mesangial.
Hati. Alat ini besarnya normal, pada permukaan dan pembelahan tampak tempat-tempat perdarahan yang tidak teratur.
Pada pemeriksaan mikrosopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada tepi lobules, disertai thrombosis pada pembuluh darah kecil, terutama di sekitar vena porta. Walaupun umumnya lokasi ialah periportal, namun perubahan tersebut dapat ditemukan di tempat-tempat lain. Dalam pada itu, rupanya tidak ada hubungan langsung antara berat penyakit dan luas perubahan pada hati.
Otak.Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri; pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.
Retina. Kelainan yang sering ditemukan pada retina ialah spasmus pada arteriola-arteriola, terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena tampak lekuk pada persimpangan dengan arteriola. Dapat terlihat edema pada diskus optikus dan retina.
Ablasio retina juga dapat terjadi, tetapi komplikasi ini prognosisnya baik, karena retina akan melekat lagi beberapa minggu postpartum. Perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada pre-eklampsia; biasanya kelainan tersebut menunjukkan adanya hipertensi menahun.
Paru-paru. Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru-paru.
Jantung. Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklampsia jantung biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium. Sering ditemukan degenasi lemak dan cloudy swelling serta nekrosis dan perdarahan.Sheehan (1958) menggambarkan perdarahan subendokardial di sebelah kiri septum inteventrikulare pada kira-kira dua pertiga eklampsia yang meninggal dalam 2 hari pertama setelah timbulnya penyakit.
Kelenjar adrenal.Kelenjar adrenal dapat menunjukkan kelainan berupa perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat.
Perubahan fisiologi patologik
Perubahan patologik yang didapatkan pada pre-eklamsia adalah spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.Dengan biopsy ginjal, Altchek dkk.(1968) menemukan spasmus yang hebat pada arteriola glomelurus.Pada beberapa kasus lumen arteriola demikian kecilnya, sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah.Bila dianggap spasmus arteriola juga ditemukan diseluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat tampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer, agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.Kenaikan berat badan dan edema disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitialbelum diketahui sebabnya. Telah diketahui bahwa pada preeklamsia dijumpai kadar aldosterone yang rendah dan konsentrasi proklatin yang tinggi daripada kehamilan normal. Aldosterone penting utuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium.Pada preeklamsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Perubahan pada plasenta dan uterus. Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu pada hipertensi yanglebih pendek bisa terjadi gawat-janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenisasi.
Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering didapatkan pada pre-eklamsia dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal.Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomelurus mengurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin sekali juga dengan retensi garam dan air.Mekanisme retensi garam dan air belum diketahui benar, tetapi disangka akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan dengan demikian juga retensi air.Peranan kelenjar adrenal dalam retensi garam dan air belum diketahui benar.
Fungsi ginjal pada pre-eklampsia tampaknya agak menurun bila dilihat dari clearance asam urik. Filtrasi glomelurus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun, pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Perubahan pada retina.Pada pre-eklampsia tampak edema retina, spasma setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terlihat perdarahan atau eksudat.
Retinopatia arteriosklerotika menunjukkan penyakit vascular yang menahun. Keadaan tersebut tak tampak pada pre-eklampsia, kecuali bila terjadi atas dasar hipertensi menahun atau penyakit ginjal.
Spasmus arteri retina yang nyatamenunjkan adanya pre-eklampsia berat, walaupun demikian, vasospasmus ringan tidak selalu menunjukkan pre-eklampsia ringan.
Pada pre-eklampsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan ini disertai dengan buta sekonyong-konyong.Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera.Biasanya setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Gangguab penglihatan secara tetap jarang ditemukan.
Skotoma, diplopia, dan amblyopia pada penderita pre-eklampsia merupakan gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Perubahan pada paru-paru.Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri.
Perubahan pada otak. McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi pada eklampsia. Walaupun demikian, aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen oleh otak hanya menurun pada eklampsia.
Metabolisme air dan elektrolit.Hemokonsentrasi yang menyertai pre-eklampsia dan eklampsia tidak diketahui sebabnya.Terjadi disini pergeseran cairan dan ruang intravascular ke ruang intertisial.Kejadian ini yang diikuti oleh kenaikan hematocrit, peningkatan protein serum, dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah mengurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tapi lebih lama.Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh mengurang, dengan akibat hipoksia.Engan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematocrit dapat dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan penyakit dan tentang berhasilnya pengobatan.
Jumlah air dan natrium dalam badan lebih banyak pada penderita pre-eklampsia daripada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi menahun. Penderita pre-eklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan.Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak menunjukan perubahan yang nyata pada pre-elampsia.Konsentrasi kalium, natrium, kalsium, dan klorida dala serum biasanya dalam batas-batas normal. Gula darah, bikarbonas, dan Ph pun normal.
Eklampsia
Pada eklampsia, kejang-kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara, asidum laktikum dan asam organic lain naik, dan bikarbonas natrikus, sehungga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejangan, zat organic dioksidasi, sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi bikarbonas natrikus. Dengan demiian, cadangan alali dapat pulih kembali.
Oleh beberapa penulis kadar asam urat dalam darah dipakai sebagai parameter untuk menentukan proses pre-eklampsia menjadi baik atau tidak. Pada keadaan normal asam urat melewati glomelurus dengan sempurna untuk diserap kembali dengan sempurna oleh tubulus kontorti proksimalis dan akhirnya dikeluarkan oleh tubulus kontorti distalis. Tampaknya perubahan pada glomelurus menyebabkan filtrasi asam urat mengurang, sehingga kadarnya dalam darah meningkat. Akan tetapi, kadar asam urat yang tinggi tidak selalu ditemukan. Selanjutnya, pemakaian diuretika golongan tiazid menyebabkan kadar asam urat meningkat.
Kadar kreatinin dan ureum pada pre-eklampsia tidak meningkat, kecuali bila terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin dan tekanan osmotic plasma menurun pada pre-eklampsia, kecuali pada penyakit yang berat dengan hemokonsentrasi.
Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata. Kadar tersebut lebih meningkat lagi pada pre-eklampsia.Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia. (Prawirohardjo, Sarwono. 1991)
Faktor Penyebab
Pre-eklampsia
Hingga saat ini penyebab pre-eklampsia dan eklampsia belum diketahui dengan pasti, penyakit ini masih disebut disease of theory (Sudhaberata, 2001). Namun demikian, perhatian harus ditujukan terutama pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi terhadap pre-eklampsia. Menurut Wiknjosastro (2008) faktor predisposisi/risiko tersebut antara lain:
Usia : primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan. Pre-eklampsia yang meningkat di usia muda dihubungkan belum sempurna organ-organ yang ada di tubuh wanita untuk bereproduksi, selain itu faktor psikologis yang cenderung kurang stabil juga meningkatkan kejadian pre-eklampsia di usia muda. Bertambahnya umur wanita berkaitan dengan perubahan pada system kardiovskular dan secara teoritis preeclampsia dihubungkan dengan adanya patologi pada endotel yang merupakan bagian dari pembuluh darah. Preeclampsia-eklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai resiko 3-4 kali lipat mendapatkan preeclampsia dibandingkan usia lebih muda (Karkata,2006).
Paritas : primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir dua kali lipat. Menurut penelitian, telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang wanita berkisar antara 20-30 tahun. Artinya melahirkan setelah umur 20 tahun, jarak persalinan sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 20 thun. Berarti jumlah anak cukup 2-3 orang. Telah dibuktikan bahwa kelahiran ke empat dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin (Roeshadi,2004). Menurut Prawirohardjo (2005) paritas 2 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka maternal lebih tinggi primigravida dn gravid pada usia diatas 35 tahun merupakan kelompok resiko tinggi untuk preeclampsia-eklampsia.
Faktor ketturunan (genetic) : bukti adanya pewarisan secara genetic paling mugkin disebabkan oleh turunan resesif. Menurut (Chapman, 2006) ada hubungan genetic yang telah diteggakkan, riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meingkatkan resiko empat sampai delapan kali. Faktor risiko terjadinya komplikasi hipertensi pada kehmilan dapat diturunkan pada anak perempuannya (Manuaba, 2007). Menurut Angsar (2008), ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotype ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeclampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami preeclampsia pula, sedangkan hanya 8% nak menantu mengalami preeclampsia.
Status sosial ekonomi : preeclampsia dan eklampsia lebih umum ditemui pada kelompok sosial ekonomi rendah. Menurut Benson (1994), status ekonomi yang rendah juga merupakan salah satu faktor predisposisi kejadian preeclampsia. Beberpa peneliti menyimpulkan bahwa sosial ekonomi yang baik mengurangi terjadinya preekalampsia.
Komplikasi obstetric : kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidrops fetalis. Preeclampsia lebih besar kemungkinan terjadinya kehamilan kembar. Selin itu, hipertensi yang diperberat karena kehamilan banyak terjadi pada kehamilan kembar. Dilihat dari segi teori hiperplasentosis, kehamilan kembar mempunyai risiko untuk berkembangnya preeclampsia. Kejadian preeclampsia pada kehamilan kembar meningkat menjadi 4-5 kali dibandingkan kehamilan tunggal. Selain itu, dilaporkan bahwa preeclampsia akan meningkat pada kehamilan kembar tiga dan seterusnya. (Karkata, 2006)
Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya: hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal, system lupus erytematosus (SLE), sindrom antifosfolipid antibody. Dasar penyebab preeclampsia diduga adalah gangguan fungsi endotel pembuluh darah (sel pelapis dalam pembuluh darah) yang menimbulkan vasospasme lumen pembuluh darah mengecil/menciut.
Eklampsia
Faktor risiko pada eklampsia adalah:
Primigravida
Wanita gemuk
Wanita dengan:
Hipertensi esensial, kehamilan kembar, polihidramnion, diabetes, mola hidatiform
Riwayat pre-eklampsia atau eklampsia pada kehamilan sebelumnya
Riwayat eklampsia keluarga
Penatalaksanaan
Pre-eklampsia
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi pre-eklampsia, dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum diketahui. Tujuan utama ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan eklampsia; (2) melahirkanjanin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik.
Pengobatan pre-eklampsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklampsia dengan bayi yang masih prematur penundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan eklampsia atau kematian janin. Pada janin dengan berat badan kemungkinan hidup pada pre-eklampsia berat lebih baik di luar dari di dalam uterus. Cara pengakhiran dapat dilakukan dengan induksi persalinan atau seksio sesarea menurut keadaan. Pada umumnya indikasi untuk kehamilan ialah : (1) pre-eklampsia ringan dengan kehamilan lebih dari cukup bulan (2) pre-eklampsia dengan hipertensi dan/atau proteinuria menetap selama 10-14 hari, dan janin sudah cukup matur; (3) pre-eklampsia berat; (4) eklampsia.
Penanganan pre-eklampsia ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan pre- eklampsia. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga lebih banyak, tekanan vena pada ekstrimitas bawah turun dan resorbsi cairan dari daerah tersebut bertambah. Selain itu, juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan edema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah. Apakah restriksi garam berpengaruh nyata terhadap pre-eklampsia, masih belum ada persesuaian faham. Ada yang menyatakan bahwa jumlah garam pada makanan sehari-hari tidak berpengaruh banyak terhadap keadaan pre-eklampsia, penulis lain sebaliknya menganjurkan garam dalam diet penderita.
Pada umumnya pemberian diuretika dan antihipertensiva pada pre-eklampsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat obat tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklampsia berat. Biasanya dengan tindakan yang sederhana ini tekanan darah turun, berat badan dan edema turun, proteinuria tidak atau mengurang. Setelah keadaan menjadi normal kembali penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus diperiksa lebih sering daripada biasa. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi berlangsung. Bila hipertensi menetap biarpun tidak tinggi, penderita tetap tinggal di rumah sakit. Dalam hal ini perlu diamati keadaan janin dengan pemeriksaan kadar dalam air kencing berulang kali, pemeriksaan ultrasonik, amnioskopi, dan lain-lain. Perlu diperhatikan bahwa induksi persalinan yang dilakukan terlalu dini akan merugikan karena bahaya prematuritas, sebaliknya induksi yang terlambat dengan adanya insufisiensi plasenta akan menyebabkan kematian intrauterin janin. Bila keadaan janin mengizinkan, ditunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai kehamilan cukup atau lebih dari 37 minggu.
Beberapa pre-eklampsia ringan tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.
Penanganan pre-eklampsia berat
Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda dan gejala-gejala pre-eklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah rimbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat diatasi, dapat difikirkan cara yang terbaik untuk menghentikan kehamilan. Tindakan ini perlu untuk mencegah seterusnya bahaya eklampsia. Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan: (1) larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10ml (4 gram) disuntikkan intramuskulus bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesikus hanya diberikan bila diuresis baik refleks patella positif, dan kecepatan pernapasan lebih dari 16 per menit. Obat tersebut, selain menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis; (2) Klorpromazin 50mg intramuskulus; (3) Diazepam 20mg intrmuskulus.
Penanggulangan pre-eklampsia dalam persalinan
Rangsangan untuk menimbulkan kejangan dapat berasal dari luar atau dari penderita sendiri, dan his persalinan merupakan rangsangan yang kuat. Maka dari itu, pre-eklampsia berat lebih mudah menjadi eklampsia pada waktu persalinan.
Tidak boleh dilupakan bahwa kadang – kadang hipertensi timbul untuk pertama kali dalam persalinan dan dapat menjadi eklampsia, walaupun pada pemeriksaan antenatal tidak ditemukan tanda – tanda pre-eklampsia. Dengan demikian, pada persalinan normal pun tekanan darah perlu diperiksa berulang – ulang dan air kencing perlu diperiksa terhadap protein.
Untuk penderita pre-eklampsia diperlukan analgetika dan sedativa lebih banyak dalam persalinan. Pada kala II, pada penderita dengan hipertensi, bahaya perdarahan dalam otak lebih besar, sehingga apabila syarat – syarat telah dipenuhi, hendaknya persalinan diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vakum dengan memberikan narkosis umum untuk menghindari rangsangan pada susunan saraf pusat. Anastesia lokal dapat diberikan bila tekanan darah tidak terlalu tinggi dan penderita masih somnolen karena pengaruh obat.
Ergometrin menyebabkan konstriksi pembuluh darah dan dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, pemberian ergometrin secara rutin pada kala III tidak dianjurkan, kecuali jika ada perdarahan postpartum karena atonia uteri. Pemberian obat penenang diteruskan sampai 48 jam postpartum, karena ada kemungkinan setelah persalinan berakhir, tekanan darah naik dan eklampsia timbul. Selanjutan obat tersebut obat tersebut dikurangi secara tertahap dalam 3 – 4 hari.
Telah diketahui bahwa pada pre-eklampsia janin diancam bahaya hipoksia, dan pada persalinan bahaya ini makin besar. Pada gawat-janin, dalam kala I, dilakukan sebera seksio-sesarea; pada kala II dilakukan ekstaksi dengan cunam atau ekstraktor vakum. Postpartum bayi sering menunjukkan tanda asfiksia neonatorum karena hipoksia intrauterin, pengaruh obat penenang, atau narkosis umum, sehingga diperlukan resusitasi. Maka dari itu, semua peralatan untuk keperluan tersebut perlu disediakan. (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
Eklampsia
Tujuan utama pengobatan eklampsia ialah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan penderita eklampsia, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada pengangkutan ke rumah sakit diperlukan obat penenang yang cukup untuk menghindarkan timbulnya kejangan;
Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah menghentikan kejangan mengurangi vasospasmus, dan meningkatkan dieresis.Dalam pada itu, pertolongan yang perlu diberikan jika timbul kejangan ialah mempertahankan jalan pernapasan bebas, menghindarkan tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma. Untuk menjaga jangan sampai terjadi kejangan lagi yang selanjutnya mempengaruhi gejala-gejala lain, dapat diberikan beberapa obat, misalnya:
Sodium pentothal sangat berguna untuk menghentikan kejangan dengan segera bila diberikan secara intravena. Akan tetapi, obat ini mengandung bahaya yang tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan pengawasan yang sempurna dan tersedianya kemungkinan untuk intubasi dan resusitasi. Dosis inisial dapat diberikan sebanyak 0,2 – 0,3 g dan disuntikkan perlahan-lahan.
Sulfat magnesicus yang mengurangi kepekaan saraf pusat pada hubungan neuromuskuler tanpa mempengaruhi bagian lain dari susunan saraf. Obat ini menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatan diuresis, dan menambah aliran darah ke uterus. Dosis inisial yang diberikan ialah 8 g dalam larutan 40% secara intramuskulus; selanjutnya tiap 6 jam 4g, dengan syarat bahwa refleks patella masih positif, pernapasan 16 atau lebih per menit, dieresis harus secara intravena; dosis inisial yang diberikan adalah 4 g 40% Mg SO4 dalam larutan 10 ml intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8 g IM dan selalu disediakan kalsium glukonas 1 g dalam 10 ml sebagai antidotum.
Lytic cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg, klorpomazin 100 mg, dan prometazin 50 mg dilarutkan dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan secara infus intravena. Jumlah tetesan disesuaikan dengan keadaan dan tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5 menit dalam waktu setengah jam pertama dan bila keadaan sudah stabil, pengukuran dapat dijarangkan menurut keadaan penderita. (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
Sedangkan menurut Adi (2015) penatalaksanaan eklampsia adalah:
Tujuan
Memerlukan tindakan yang segera dengan tujuan berikut ini:
Ketika eklampsia masih iminem, lakukanlah tindakan untuk mencegahnya
Stabilisasi kondisi ibu
Pengendalian serangan kejang
Pengendalian hipertensi
Melahirkan bayi
Pencegahan serangan kejang berikutnya
Stabilisasi kondisi ibu:
Langkah yang harus dilakukan:
Memastikan patensi jalan napas
Pemasangan infuse
Pemindahan pasien
Pemeriksaan
Obat-obatan:
Sedasi
Monitoring MgSO4
Obat alternative
Obat untuk hipertensi
Antibiotic
Monitoring janin
Melahirkan Bayi
Bagan Penatalaksanaan Pre-eklampsia dan Eklampsia menurut Safe Motherhood tahun 2000.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PRE-EKLAMPSIA
Seorang perempuan usia 29 tahun G2P1A0 hamil 28 minggu tanggal 3 Februari 2017 datang ke poliklinik untuk memeriksakan kehamilannya, ibu diantar suaminya dengan keluhan penambahan berat badan yang berlebihan, keluhan disertai adanya pembengkakan pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata, tekanan darah > 140/90 mmHg nadi 88x/mnt suhu 36oC, dan pada pemeriksaan laboratorium terdapat proteinuria. Hasil pemeriksaan: TFU 1/3 diatas pusat, DJJ tidak terdengar, sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk bagian belakang tegang.
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN ANTENATAL/ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU HAMIL
Nama Mahasiswa : Elsa Andriyani Tgl Pengkajian : 02/02/2017
NPM : 34403015280 Rumah Sakit : RS Akper Jayakarta
DATA UMUM
Initial Klien : Ny. R Nama Suami : Tn. O
Usia : 29 Usia : 35
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SMA Pendidikan : SMA
Alamat/Tepl : Ciracas Alamat/Tlp : Ciracas
Status perkawinan : Kawin Lama perkawinan: 17 th
Tahun : 2014
Kawin : 1 Kali
Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
Anak ke
Kehamilan
Persalinan
Komplikasi Nipas
Nipas
Anak
Umur
Kehamilan
Penyulit
Jenis
Penolong
Penyulit
Jenis
BB
PB
Keadaan & umur skrg
1
39 minggu
-
Normal
Bidan
-
-
Laki
3200
50
Baik
2 tahun
Pengalaman menyusui : ya/tidak berapa lama: 1 tahun
Riwayat penyakit lalu: Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : Diabetes Mellitus Jantung
Hipertensi Lain-lain, Sebutkan.......................................................
Riwayat Ginekologi
Masalah ginekologi:Tidak ada
Riwayat Riwayat keluarga berencana : ya / tidak
Bila ya, jenis kontrasepsi yang digunakan : IUD Pil
Implan Suntik Lain-lain; sebutkan.......................
......................................................................................................................
Riwayat Kehamilan Saat Ini
HPHT: 1 Juli 2016 Taksiran Partus: 8 April 2017
Usia Kehamilan Sekarang: 28 minggu
BB sebelum hamil: 50kg TD sebelum Hamil 110/80 mm/Hg
Riwayat imunisasi TT : ya/tidak, bila ya............. berapa kali diberikan:.....................
No
BB/TD
TFU
Letak/presentasi
Janin
DJJ
Usia Gestasi
Keluhan
1.
58 kg
> 140/90mmHg
1/3 diatas pusat
Leopold I : bokong
Leopold II : kanan : punggung
Kiri : bagian kecil
Leopold III : kepala
Penurunan kepala: belum
Leopold IV : teraba 5/5 bagian janin, kepala belum masuk PAP
(-)
28 mgg
Sakit kepala,
Djj (-), edema kaki, jari tangan, wajah dan kelopak mata,
Proteinuria
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Status Obstetrik : G2 P1A0 H 28 Minggu
Keadaan Umum : ………… Kesadaran: Compos mentis BB: 58Kg, TB:160Cm
Tanda Vital TD : 140/90 mmHg, Nd: 88 x/ menit Sh 360C, RR 20 x/menit
Kepala Leher
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan, rambut tidak rontok, tidak ada nyeri tekan
Mata : Konjungtiva: Tidak pucat Sklera: Tidak ikterik
Terdapat edema pada kelopak mata dan wajah
Hidung : Simetris
Pengeluaran: tidak ada, Polip: tidak ada
Mulut : Stomatitis: Tidak ada
Gusi: Tidak epulitis, kemerahan
Caries: Tidak ada
Rongga mulut dan lidah: Bersih
Telinga : Simestris, Tidak ada kotoran telinga
Leher : Pembesaran tyroid: Tidak ada
Kelenjar getah bening: Tidak ada
Vena jugularis: Tidak ada
Masalah khusus: Terdapat edema pada kelopak mata Ny.R
Dada
Jantung : Bunyi lup-dub
Paru : Tidak ada bunyi wheezing dan sesak
Payudara : Simetris kiri dan kanan
Pengeluaran ASI: Belum ada
Putting susu :Terdapat hiperpigmentasi
Masalah Khusus: Pengeluaran ASI pada riwayat kehamilan pertama dimulai saat minggu ke 32, Ny. R mengatakan pengeluaran ASI nya agak sedikit dan harus dipompa terlebih dahulu agar pengeluaran ASI meningkat.
Abdomen
Uterus :
Tinggi pundus uteri; 25 cm, Kontraksi: ya/tidak
Leopold I : kepala / bokong / kosong
Leopold II : kanan : punggung/bagian kecil/kepala/bokong
Kiri : punggung/bagian kecil/kepala/bokong
Leopold III : kepala/bokong/kosong
Penurunan kepala: sudah/belum
Leopold IV : teraba 5/5 bagian janin, kepala belum masuk PAP
Pigmentasi :
Linea nigra : Ada
Striae : Ada
Fungsi pencernaan : Tidak ada masalah
Masalah khusus : Tidak ada
Pemeriksaan Panggul Luar
Distansia Spinarum :25cm
Distansia Crimstarum :29cm
Conjungata Eksterna :18cm
Lingkar Panggul :80cm
Perineum dan Genetal
Vagina varises : Tidak ada
Kebersiahannya : Vagina Ny.R terlihat bersih
Keputihan
Jenis/warna : Tidak ada
Konsistensi : Tidak ada
Bau : Tidak ada
Hemoroid:ya/tidak derajat: - lokasi: -
Berapa lama : - nyrei : ya/tidak
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus pada vagina Ny.R
Ekstremitas
Ekstremitas atas: edema Ya/ Tidak
Inspeksi ; Tangan Ny.R terlihat bengkak
Palpasi : Terdapat pitting edema saat dilakukan palpasi
varises Ya / Tidak
Ekstremitas bawah: edema Ya/ Tidak
Inspeksi ; Kaki Ny.R terlihat bengkak
Palpasi : Terdapat pitting edema saat dilakukan palpasi
varises Ya/ Tidak
Replek patella: + kanan dan kiri
Masalah khusus : Terdapat edema pada ekstremitas bawah pasien
Eliminasi
Urine : Frekuensi: 4x dalam sehari
Konsistensi: Kuning jernih
Keluhan: Tidak ada
BAB : Frekuensi: 1x dalam sehari
Konsistensi: Lunak
Keluhan: Tidak ada
Masalah khusus : Tidak ada
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur: kebiasaan tidur, lama 8 jam, frekwensi
Pola tidur saat ini: 5 jam
Kebutuhan ketidaknyamanan: ya/tidak, Lokasi kepala sifat menjalar
Intensitas sedang
Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi : Ny.R masih dapat beraktivitas dengan baik
Latihan/senam : Ny.R biasanya melakukan senam hamil 2x seminggu
Masalah khusus : Tidak ada
Nutrisi dan Cairan
Asupan Nutrisi : 3x/hari (1 porsi)
Asupan Cairan : 1 lt/hari
Masalah khusus : -
Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan:
Tidak ada
pola seksualitas
masalah seksualitas ya Tidak, bila ya, sebutkan.....................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Persiapan Persalinan
Senam hamil
Rencana tempat melahirkan: RS Jayakarta
Perlengkapan kehidupan bayi dan Ibu..................................................................
Kesiapan mental ibu dan keluarga........................................................................
Pengetahuan tentang tanda – tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan
Perawatan payudara
Obat – obat yang di konsumsi saat ini :
Obat antihipertensi: Fenobarbital 3x30 mg sehari
Hasil pemeriksaan penunjang
Proteinuria
Penatalaksanaan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan pre- eklampsia. Pemberian fenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
Rangkuman hasil pengkajian
Seorang perempuan usia 29 tahun G2P1A0 hamil 28 minggu tanggal 3 Februari 2017 mengeluh penambahan berat badan yang berlebihan, keluhan disertai adanya pembengkakan pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata yang mengindikasikan bahwa Ny.R mengalami gangguan Kelebihan Volume Cairan, tekanan darah > 140/90 mmHg yang menyebabkan Ny. R mengalami gangguan Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak nadi 88x/mnt suhu 36oC, dan pada pemeriksaan laboratorium terdapat proteinuria. Hasil pemeriksaan: TFU 1/3 diatas pusat, DJJ tidak terdengar yang dapat menimbulkan Resiko gangguan hubungan ibu-janin, sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk bagian belakang tegang merupakan tanda dan gejala dari hipertensi akibat pre-eklampsia yang saat ini sedang dialami.
HPHT 1 Juli 2016
Leopold I : kepala / bokong / kosong
Leopold II : kanan : punggung/bagian kecil/kepala/bokong
Kiri : punggung/bagian kecil/kepala/bokong
Leopold III : kepala/bokong/kosong
Penurunan kepala: sudah/belum
Leopold IV : teraba 5/5 bagian janin, kepala belum masuk PAP
Data fokus
Data subjektif
Data objektif
Pasien mengeluh penambahan berat badan yang berlebihan,
Pasien mengeluh adanya pembengkakan pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata
Pasien mengatakan sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk bagian belakang tegang.
Tekanan darah > 140/90 mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Hasil laboratorium proteinuria
TFU 1/3 diatas pusat,
DJJ tidak terdengar
Analisa data
Masalah/Problem
Etiologi
Symptom/Data
Kelebihan volume cairan
Gangguan mekanisme regulasi
DS:
Pasien mengeluh adanya pembengkakan pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata
DO:
TD > 140/90 mmHg
DJJ tidak terdengar
Proteinuria
Nyeri akut
Agen cedera biologis (hipertensi)
DS:
Pasien mengatakan sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk bagian belakang tegang.
DO:
TD > 140/90 mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Hipertensi
DS:
Pasien mengatakan sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk bagian belakang tegang, edema.
DO:
TD > 140/90 mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko gangguan hubungan ibu-janin
Komplikasi kehamilan (preeclampsia)
DIAGNOSA
Rumusan diagnose keperawatan terkait kasus:
Domain 2: Nutrisi
Kelas 5. Hidrasi
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi ditandai dengan Pasien mengeluh adanya pembengkakan pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata, TD > 140/90 mmHg, DJJ tidak terdengar, proteinuria.
Domain 4: Aktivitas/istirahat
Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan Hipertensi ditandai dengan pasien mengatakan sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk bagian belakang tegang, edema.TD > 140/90 mmHgNadi 88x/mntSuhu 36oC
Domain 8: Seksualitas
Kelas 3. Reproduksi
Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan komplikasi kehamilan
INTERVENSI
No.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi ditandai dengan:
DS:
Pasien mengeluh adanya pembengkakan pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata
DO:
TD > 140/90 mmHg
DJJ tidak terdengar
Proteinuria
Kelebihan volume cairan teratasi yang dibuktikan dengan:
Keseimbangan cairan dengan criteria hasil:
Intake dan output seimbang
Turgor kulit elastic
Berat badan stabil
Pengetahuan: Manajemen Hipertensi
Mengetahui efek terapeutik obat yang diberikan
Memiliki pengetahuan tentang pemantauan tekanan darah
Pengetahuan tentang strategi mengelola stress
Mengetahui pentingnya mematuhi pengobatan
Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah:
Manajemen cairan dengan aktivitas:
Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output
Kaji lokasi dan luasnya edema
Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (pantau kadar protein dalam urine)
Manajemen Hipervolemia dengan aktivitas:
Timbang berat badan tiap hari dengan waktu yang sama
Monitor edema perifer
Reposisi pasien dengan edema dependen secara teratur
Tingkatkan integritas kulit (mencegah gesekan, hindari kelembaban yang berlebihan) pada pasien edema dependen
a. Untuk menjaga keseimbangan cairan
b. Untuk mengetahui keadaan edema pasien
c. Untuk memantau perkembangan hasil laboratorium pasien
a. Untuk mengetahui keadaan vital pasien
a. Untuk memantau perubahan berat badan pasien secara teratur
b. Memantau keadaan edema
c. Untuk mencegah adanya tekanan pada edema
d. Untuk mencegah adanya gesekan pada area yang edema
2.
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan Hipertensi ditandai dengan pasien mengatakan sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk bagian belakang tegang, edema. TD > 140/90 mmHgNadi 88x/mnt Suhu 36oC
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi yang dibuktikan dengan:
Status sirkulasi dengan kriteria hasil:
Tidak ada edema perifer
Wajah tidak pucat
Keparahan hipertensi membaik dengan kriteria hasil:
Tidak ada sakit kepala
Tidak ada pusing
Memiliki pengetahuan manajemen hipertensi dengan kriteria hasil:
Tekanan darah 120/80
Mengetahui tanda dan gejala eksaserbasi hipertensi
Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah:
Monitor tanda-tanda vital dengan aktivitas:
Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernpasan dengan tepat
3
Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan komplikasi kehamilan
Resiko gangguan hubungan ibu-janin teratasi yang dibuktikan dengan:
Status janin : Antepartum baik dengan kriteria hasil:
Denyut jantung janin 120 – 160
Pengetahuan : kehamilan
Pola pergerakan janin baik
Perubahan anatomi dan fisiologis kehamilan sesuai tingkat keseimbangan
Kontrol kejang sendiri dengan kriteria hasil:
Mencegah faktor resiko/pemicu kejang
Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah:
Perawatan prenatal, dengan aktivitas:
Monitor denyut jantung janin
Monitor gangguan hipertensi (tekanan darah, edema pergelangan kaki, tangan dan wajah dan proteinuria)
Pencegahan kejang dengan aktivitas:
Intruksikan pasien mengenai potensial dari faktor resiko
Intruksikan pasien untuk memanggil jika dirasa tanda akan terjadinya kejang
Intruksikan keluarga/SO mengenai pertolongan pertama pada kejang
IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam
No. Dx
Catatan Tindakan
(Respon subjektif, objektif, hasil)
Tanda Tangan
02/02/2017
WIB
08.15 WIB
09.00 WIB
09.45 WIB
10.00 WIB
10.15 WIB
10.30 WIB
1
Manajemen cairan
Menjaga intake/asupan yang akurat dan catat output
Respon subjektif : pasien mengatakanakan minum sesuai yang diperintahkan
Respon objektif : intake dan output sudah terlihat akurat
Mengkaji lokasi dan luasnya edema
Respon subjektif :pasien mengatakan terdapat bengkak dikaki
Respon objektif :terdapat edema di area kaki
Memonitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (pantau kadar protein dalam urine)
Respon subjektif : -
Respon objektif :kadar protein dalam urin masih tinggi
Hasil laboratorium : 200mg/24jam
Manajemen Hipervolemia dengan aktivitas:
Menimbang berat badan tiap hari dengan waktu yang sama
RS : -
RO : BB pasien berkurang 1kg
Memantau adanya edema perifer
RS : -
RO :kaki pasien terlihat bengkak
Melakukan reposisi pasien dengan edema dependen secara teratur
RS :pasien mengatakan tidak kesulitan bergerak
RO : pasien dapat mengubah posisi miring kanan miring kiri
Meningkatkan integritas kulit (mencegah gesekan, hindari kelembaban yang berlebihan) pada pasien edema dependen
RS :pasien mengatakan tidak terjadi lecet dan selalu mengganti pakaian saat berkeringat
RO :pasien miring kanan dan kiri dengan perlahan untuk menghindari
Zr. Elsa
Zr. Disa
Zr. Tantri
Zr. Vriscillia
Zr. Tantri
Zr. Elsa
Zr. Disa
02/02/2017
11.00 WIB
2
Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan
RS : -
RO :
TD : 130/90 mmHg
S : 36,5o C
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Zr. Ratih
02/02/2017
17.00 WIB
17.30 WIB
3
Memantau denyut jantung janin
RS: -
RO: Denyut jantung janin tidak terdengar
Mengidentifikasi gangguan hipertensi (tekanan darah, edema pergelangan kaki, tangan dan wajah dan proteinuria)
RS: Pasien mengatakan tungkai kanan kiri bengkak
RO: TD: > 130/90 mmHg, hasil lab proteinuria, terdapat edema pada tungkai kanan dan kiri
Zr. Elsa
Zr. Tantri
EVALUASI
No.
Tanggal
No. Dx
KEP
SOAP
Paraf
1
03/02/2017
1
S :
Pasien mengatakan sudah memahami tentang keadaan cairan tubuh secara umum untuk mempertahankannya dan tetap seimbang.
Pasien mengatakan bengkak dikaki.
O :
Intake dan output sudah seimbang.
Terdapat edema di area kaki
Berat badan pasien berkurang
Kaki pasien masih terlihat bengkak
Pasien dapat mengubah posisi miring kanan miring kiri
A : Masalah belum teratasi
P :
Menjaga intake/asupan yang akurat dan catat output
Mengkaji lokasi dan luasnya edema.
Memonitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (pantau kadar protein dalam urine).
Timbang berat badan tiap hari dengan waktu yang sama.
Monitor edema perifer.
Reposisi pasien dengan edema dependen secara teratur.
Tingkatkan integritas kulit (mencegah gesekan, hindari kelembaban yang berlebihan) pada pasien edema dependen
Zr. Tantri
2
03/02/2017
2
S : -
O :
TD : 130/90 mmHg
S : 36,5o C
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P :
Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernpasan dengan tepat
Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Dukung istirahat/tidur yang adekuat yang membantu penurunan
Zr. Disa
3/2/2007
3
S :
Pasien mengatakan tungkai kanan kiri bengkak
O :
Denyut jantung janin tidak terdengar
TD: > 130/90 mmHg, hasil lab proteinuria, terdapat edema pada tungkai kanan dan kiri
A : Masalah belom teratasi
P :
Monitor denyut jantung janin
Monitor gangguan hipertensi (tekanan darah, edema pergelangan kaki, tangan dan wajah dan proteinuria)
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Perawat mengadakan interaksi dengan klien untuk mengkaji masalah kesehatan dan sumber-sumber yang ada pada klien, keluarga dan masyarakat; merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah-maslah klien, keluarga dan masyarakat; serta memberikan dukungan pada potensi yang dimiliki klien dengan tindakan keperawatan yang tepat.
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatosa. Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab penyakit terebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Pre-eklampsia: merupakan kelainan multisystem: ditandai selama kehamilan oleh:Hipertensi, edema, proteinuria. Umumnya terlihat pada:Primigravida, kehamilan trimester ke-2. Risiko pre-eklampsia adalah 5-7% pada kehamilan. Eklampsia: konvulsi (kejang) yang terjadi sebagai komplikasi kehamilan dinamakan eklamsia.Gambaran utama:Fase tonik dan klonik yang diikuti oleh ketidaksadaran dengan durasi yang beragam.Sebagian besar kasus didahului oleh hipertensi intrapartum (PIH), kadang-kadang eklampsia terjadi tanpa tanda-tanda tersebut, Eklampsia paling sering terjadi pada kehamilan trimester ketiga:Intrapartum, postpartum
Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca khususnya mahasiswa Akper Jayakarta dapat lebih mengetahui dan memahami tentang Pre-eklampsia dan Eklampsia. Dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
LAMPIRAN
Seorang perempuan usia 29 tahun G2P1A0 hamil 28 minggu tanggal 3 Februari 2017 datang ke poliklinik untuk memeriksakan kehamilannya, ibu diantar suaminya dengan keluhan penambahan berat badan yang berlebihan, keluhan disertai adanya pembengkakan pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata, tekanan darah > 140/90 mmHg nadi 88x/mnt suhu 36oC, dan pada pemeriksaan laboratorium terdapat proteinuria. Hasil pemeriksaan: TFU 1/3 diatas pusat, DJJ tidak terdengar, sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk bagian belakang tegang.
Mengacu pada kasus diatas coba anda diskusikan dalam kelompok terkait pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
Apakah kemungkinan yang dialami oleh ibu tersebut diatas?
Kasus diatas termasuk kedalam Pre-eklampsia, karena tanda-tanda yang dialami pada kasus tersebut antara lain hipertensi, edema, serta proteinuria.
Jelaskan definisi dari pada kasus diatas? (Pre eklampsia)
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatosa.Preeclampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah persalinan. (Manjoer Arif,2000:270).
Pra-eklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria.Edema juga dapat terjadi. (Safe Motherhood:200)
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk menegakkan diagnosis pre-eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnose pre-eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-eklampsia.
Edema dapat terjadi di bagian berikut:
Bagian depan kaki (pra-tibia)
Tangan, jari-jari tangan
Wajah, kelopak mata
Dinding abdomen
Daerah sakrum
Vulva (Safe Motherhood:2000)
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0.3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1 atau 2+ atau 1 g/l atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan; karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini ditemukan"
Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110 mmHg atau lebih
Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif;
Oliguria, urin 400 ml atau kurang dalam 24 jam'
Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium;
Edema paru-paru atau sianosis (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
Temuan
Pra-eklampsia Ringan
Pra-eklampsia Berat
Tekanan darah diastolik
Meningkat sebesar 15-20mmHg atau nilai absolut >90 tetapi <100
Meningkat >20 mmHg atau nilai absolut >100
Proteinuria
Renik atau 1+
2+ atau semakin besar secara persisten
Edema generalisata (termasuk wajah & tangan)
Tidak ada
Ada
Sakit kepala
Tidak ada
Ada
Gangguan penglihatan
Tidak ada
Ada
Nyeri abdomen atas
Tidak ada
Ada
Oliguria
Tidak ada
Ada
Menurunnya gerakan janin
Tidak ada
Ada
Tabel Klasifikasi Pra-eklampsia menurut Safe Motherhood tahun 2000.
Apakah etiologi dari kasus diatas?
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab penyakit terebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravidaritas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
Sebab jarang terjadinya eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklampsia ialah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu.Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia.Di antara fakto-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat. (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
Jelaskan faktor predisposisi dari pre-eklampsia?
Hingga saat ini penyebab pre-eklampsia dan eklampsia belum diketahui dengan pasti, penyakit ini masih disebut disease of theory (Sudhaberata, 2001). Namun demikian, perhatian harus ditujukan terutama pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi terhadap pre-eklampsia. Menurut Wiknjosastro (2008) faktor predisposisi/risiko tersebut antara lain:
Usia : primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan.
Paritas : primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir dua kali lipat.
Faktor ketturunan (genetic) : bukti adanya pewarisan secara genetic paling mugkin disebabkan oleh turunan resesif.
Status sosial ekonomi : preeclampsia dan eklampsia lebih umum ditemui pada kelompok sosial ekonomi rendah.
Komplikasi obstetric : kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidrops fetalis. Preeclampsia lebih besar kemungkinan terjadinya kehamilan kembar. Selin itu, hipertensi yang diperberat karena kehamilan banyak terjadi pada kehamilan kembar.
Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya: hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal, system lupus erytematosus (SLE), sindrom antifosfolipid antibody. Dasar penyebab preeclampsia diduga adalah gangguan fungsi endotel pembuluh darah (sel pelapis dalam pembuluh darah) yang menimbulkan vasospasme lumen pembuluh darah mengecil/menciut.
Jelaskan tanda dan gejala pre-eklampsia dan eklamsia?
Pre-eklampsia
Gambaran klinik
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan: pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre-eklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif.Pada pre-eklampsia berat didapatkan sakit kepala daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri didaerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre-eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun meningkat lebih tinggi, edema menjadi lebih umum, dan proteinuria bertambah banyak.(Prawirohardjo, Sarwono, 1991).
2. Gejala dan tanda pre-eklampsia berat
Tekanan darah sistolik >_ 160 mmHg .
Tekanan darah diastolik >_ 110 mmHg.
Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus.
Trombosit < 100.000/mm3.
Oliguria < 400 ml/24jam.
Proteinuria > 3 g/liter.
Nyeri epigastrium.
Skotoma dan gangguan virus lain atau nyeri frontal yang berat.
Perdarahan retina.
Edema pulmonum.
Koma
Eklampsia
Eklampsia adalah suatu kondisi yang ganjil pada wanita yang hamil atau baru melahirkan.Eklampsia ditandai dengan kejang yang diikuti dengan koma yang panjang atau singkat.Wanita tersebut biasanya mengalami hipertensi dan proteinuria.Kejang dapat terjadi pada masa antepartum, intrapartum, atau postpartum.
Eklampsia yang mengancam berarti bahwa kejang eklamptik akan terjadi sewaktu-waktu. Tanda-tanda eklampsia yang mengancam antara lain:
Tekanan darah naik dengan tajam
Haluaran urin berkurang
Proteinuria meningkat
Sakit kepala berat
Mengantuk
Konfusi mental
Gangguan penglihatan (seperti pandangan kabur, kilatan cahaya)
Nyeri epigastrum
Mual
Muntah
Tahap kejang Eklamptik
Tahap Premonitary: Berlangsung 10-20 detik, selama itu:
Mata terbalik atau terbelalak
Otot-otot wajah dan tangan mungkin berkedut
Terjadi kehilangan kesadaran
Tahap Tonik: Berlangsung 10-20 detik, selama itu:
Otot-otot menjadi tegang atau kaku
Diafragma (yaitu otot yang memisahkan dada dari abdomen) mengalami spasme, sehingga pernapasan terhenti dan warna kulit menjadi biru atau kehitaman
Punggung mulai melengkung
Gigi mengatup
Mata menonjol
Tahap Klonik: Berlangsung 1-2 menit dan ditandai dengan:
Kontraksi yang keras dan relaksasi otot
Peningkatan sekresi saliva yang menyebabkan mulut berbusa
Pernapasan yang dalam dan berisik
Ihalasi mucus atau saliva
Wajah terlihat kongesti (terisi darah) dan membengkak; lidah tergigit akibat gerakan keras dari rahang
Tahap Koma: Dapat berlangsung selama beberapa menit atau jam. Selama tahap ini:
Terjadi ketidaksadaran pada tingkat yang dalam
Nafas berisik dan cepat
Sianosis menghilang, tetapi wajah tetap terkongesti dan bengkak
Kejang berikutnya dapat terjadi sebelum wanita itu memperoleh kesadarannya.
(Safe Motherhood, 2000)
Apakah perbedaan antara pre-eklampsia dan eklampsia?
Pre-eklampsia: merupakan kelainan multisystem:
Ditandai selama kehamilan oleh:
Hipertensi
Edema
Proteinuria
Umumnya terlihat pada:
Primigravida
Kehamilan trimester ke-2.
Risiko pre-eklampsia adalah 5-7% pada kehamilan.
Eklampsia: konvulsi (kejang) yang terjadi sebagai komplikasi kehamilan dinamakan eklamsia.
Gambaran utama:
Fase tonik dan klonik yang diikuti oleh ketidaksadaran dengan durasi yang beragam.
Sebagian besar kasus didahului oleh hipertensi intrapartum (PIH).
Kadang-kadang eklampsia terjadi tanpa tanda-tanda tersebut.
Eklampsia paling sering terjadi pada kehamilan trimester ketiga:
Intrapartum
Postpartum
(Adi, 2014)
Bagaimanakan patofisiologi pada kasus pre-eklampsia dengan eklampsia?
Pre-eklampsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi patologik berasal dari penderita eklampsia yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada pre-eklampsia tidak banyak berbeda daripada yang ditemukan pada eklampsia. Perlu dikemukakan di sini bahwa tidak ada perubahan histopatologik yang khas pada pre-eklampsia dan eklampsia. Perdarahan, infark, nekrosis, dan trombosis pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut. (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
Pathologi dan patogenesis
Tiga lesi patologis utama yang terutama berkaitan dengan pre-eklampsia dan eklampsia :
Perdarahan dan neklosis di banyak organ, sekunder terhadap kontriksi kapiler
Endoteliosis kapiler glomeruler.
Tidak adanya dilatasi arteri spilar.
(Kemenkes, 2008)
Perubahan anatomi-patologik
Plasenta. Pada pre-eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat menurunnya aliran darah ke plasenta.
Ginjal.Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak. Pada simpai ginjal dan pada pemotongan mungkin ditemukan perdarahan-perdarahan kecil.
Penyelidikan biopsi pada ginjal oleh Altchek dan kawan-kawan (1968) menunjukkan pada pre-eklampsia bahwa kelainan berupa: 1) kelainan glomerulus; 2) hyperplasia sel-sel jukstaglomeruler; 3) kelainan pada tubulus-tubulus Henle; 4) spasmus pembuluh darah ke glomerulus.
Hati.Alat ini besarnya normal, pada permukaan dan pembelahan tampak tempat-tempat perdarahan yang tidak teratur.
Otak.Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri; pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.
Retina. Kelainan yang sering ditemukan pada retina ialah spasmus pada arteriola-arteriola, terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena tampak lekuk pada persimpangan dengan arteriola. Dapat terlihat edema pada diskus optikus dan retina.
Ablasio retina juga dapat terjadi, tetapi komplikasi ini prognosisnya baik, karena retina akan melekat lagi beberapa minggu postpartum. Perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada pre-eklampsia; biasanya kelainan tersebut menunjukkan adanya hipertensi menahun.
Paru-paru. Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru-paru.
Jantung. Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklampsia jantung biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium. Sering ditemukan degenasi lemak dan cloudy swelling serta nekrosis dan perdarahan.Sheehan (1958) menggambarkan perdarahan subendokardial di sebelah kiri septum inteventrikulare pada kira-kira dua pertiga eklampsia yang meninggal dalam 2 hari pertama setelah timbulnya penyakit.
Kelenjar adrenal.Kelenjar adrenal dapat menunjukkan kelainan berupa perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat.
Perubahan fisiologi patologik
Perubahan pada plasenta dan uterus. Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu pada hipertensi yanglebih pendek bisa terjadi gawat-janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenisasi.
Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering didapatkan pada pre-eklamsia dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal. Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomelurus mengurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin sekali juga dengan retensi garam dan air.Mekanisme retensi garam dan air belum diketahui benar, tetapi disangka akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan dengan demikian juga retensi air.Peranan kelenjar adrenal dalam retensi garam dan air belum diketahui benar.
Fungsi ginjal pada pre-eklampsia tampaknya agak menurun bila dilihat dari clearance asam urik. Filtrasi glomelurus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun, pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Perubahan pada retina. Pada pre-eklampsia tampak edema retina, spasma setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terlihat perdarahan atau eksudat.
Perubahan pada paru-paru. Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri.
Perubahan pada otak. McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi pada eklampsia. Walaupun demikian, aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen oleh otak hanya menurun pada eklampsia.
Apakah komplikasi dari yang mungkin terjadi jika ibu tidak tertangani dengan baik?
Pre-eklampsia
Komplikasi yang terjadi pada preeclampsia yaitu antara lain (Mitayani,2009):
Pada ibu
Eklampsia
Solusio plasenta
Perdarahan subkapsula hepar
Kelainan pembekuan darah
HELLP syndrome (hemolysis, elevated,liver,enzymes, dan low platelet count)
Ablasio retina
Gagaj jantung hingga syok dan kematian
Pada janin
Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
Premature
Asfiksia neonatorum
Kematian dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
Eklampsia
Kompliksi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsia berat dan eklampsia:
Solution plasenta
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia.
Hipofibrinogemia
Kadar fibrin dalam darah yang menurun
Hemolysis
Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah yang tidak berwarna menjadi merah.
Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia
Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu, dapat terjadi
Edema paru
Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung
Nekrosis hati
Nekrosis peripotan pada preeclampsia, eklampsia merupakan akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan pada hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
Apakah pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk kasus diatas?
Uji diagnostik pre-eklampsia
1. Uji diagnostik dasar
a. Pengukuran tekanan darah
b. Analisis protein dalam urin
c. Pemeriksaan edema
d. Pengukuran tinggi fundus uteri
e. Pemeriksaan funduakopik
2. Uji laboratorium dasar
a. Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaanapus darah tepi).
b. Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan sebagainya).
c. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
3. Uji untuk meramalkan hipertensi
a. Roll-over test
b. Pemberian infus anginotensin II (Prawirohardjo, Sarwono, 1991).
Menurut Kemenkes 2008 Pemeriksaan penunjang pre-eklampsia, antara lain:
Kelainan hematologi: peningkatan kadar hematokrit dan trombositopenia merupakan konsekuensi berkurangnya volume intravaskuler (hipoalbuminemia) dan hemolisis mikroangiopati.
Kerusakan hati: kerusakan hati tidak umum ditemui bersamaan dengan pre-eklampsia tetapi mungkin disebabkan oleh vasospasme dan iskemia hepatik. Tanda – tandanya terlihat dalam bentuk peningkatan enzim hati (SGOT, SGPT).
Gangguan hepatik dan hemotologik: sindrom HELLP merupakan varian unik dari hipertensi dalam kehamilan (HDK) yang terjadi ketika abnormalitas hepatik dan hematologik muncul secara bersama – sama (hemolisis, peningkatan enzim hati dan trombosit rendah).
Ganggguan kardiopulmoner: resistensi vaskuler sistemik yang tinggi merupakan predisposisi bagi ibu dengan pre-eklampsia berat hingga timbul oliguria, gagal ventrikuler kiri dan edema paru. Edama paru dalam pre-eklampsia bersifat sekunder terhadap gagal ventrikuler kiri, kerusakan endotelial kapiler paru dan oliguria.
Gangguan janin: IUGR/ PJT (pertumbuhan janin terhambat),oligohidramnio, persalinan prematur iatrogenik dan solusio plasenta semuanhya bersifata sekunder untuk perubahan perfusi utero-plasenta yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Bagaimana cara penatalaksanaan pada kasus pre-eklampsia dan eklampsia?
Bagan Penatalaksanaan Pre-eklampsia dan Eklampsia menurut Safe Motherhood tahun 2000.
PERTANYAAN DAN JAWABAN SAAT PRESENTASI
Dari: Kharesa
Kelompok: 12
Pertanyaan: Mengapa pre-eklampsia bisa menyebabkan perubahan anatomik dan patologik pada retina?
Jawaban:
Pada pre-eklampsia tampak edema retina, spasma setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terlihat perdarahan atau eksudat.
Retinopatia arteriosklerotika menunjukkan penyakit vascular yang menahun. Keadaan tersebut tak tampak pada pre-eklampsia, kecuali bila terjadi atas dasar hipertensi menahun atau penyakit ginjal.
Spasmus arteri retina yang nyatamenunjkan adanya pre-eklampsia berat, walaupun demikian, vasospasmus ringan tidak selalu menunjukkan pre-eklampsia ringan.
Pada pre-eklampsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan ini disertai dengan buta sekonyong-konyong.Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera.Biasanya setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Gangguab penglihatan secara tetap jarang ditemukan.
Skotoma, diplopia, dan amblyopia pada penderita pre-eklampsia merupakan gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Dari: Nurul
Kelompok: 10
Pertanyaan: Apakah seseorang yang menderita tekanan darah tinggi sebelum hamil dapat menempatkan pada resiko tinggi mengalami pre-eklampsia?
Jawaban:
Ya, karena jika seseorang menderita tekanan darah tinggi sebelum hamil atau selama paruh pertama kehamilan, seseorang tersebut dianggap menderita hipertensi kronis, dan orang itu harus memantau secara ketat untuk memastikan bahwa tekanan darah nya tetap di bawah kontrol dan bayinya dapat berkembang. Kita harus cek juga apakah ada tanda-tanda pre-eklampsia dan komplikasi lainnya.
Wanita yang menderita hipertensi kronis dan juga menderita pre-eklampsia lebih beresiko tinggi untuk mengalami berbagai jenis komplikasi dibandingkan dengan wanita yang hanya menderita salah satunya saja.
Dari: Yucha
Kelompok: 11
Pertanyaan: Pre-eklampsia pada ibu hamil bisa dicegah atau tidak?
Jawaban:
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-eklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya pre-eklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian pengetahuan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada ibu hamil.
Pengetahuan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Dari: Siti Nur
Kelompok: 4
Pertanyaan: Trombositopenia dapat dikatakan sebagai gejala pre-eklampsia atau tidak? Kalo iya tolong jelaskan.
Jawaban:
Ya. Abnormalitas hematologi ditemukan pada beberapa kasus hipertensi dalam kehamilan. Diantara abnormalitas tersebut bisa timbul trombositopenia, yang pada suatu waktu bisa menjadi sangat berat sehingga dapat menyebabkan kematian. Penyebab terjadinya trombositopenia kemungkinan adalah peningkatan produksi trombosit yang diiringi oleh aktivasi dan penggunaan platelet. Kadar trombopoeitin, suatu sitokin yang merangsang proliferasi platelet, ditemukan meningkat pada kasus preeclampsia dengan trombositopenia. Gambaran klinis preeclampsia ini akan semakin buruk bila juga ditemukan gejala peningkatan enzim hepar. Gangguan ini dikenal dengan HELLP Syndrome, yang terdiri dari hemolysis (H), elevated liver enzymes (EL), dan low platelet (LP)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2002. Dasar- Dasar Keperawatan, Profesional. Widya Medika : Jakarta
Angsar D. 2008. Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawowihardjo
Benson, R.C., Pernollm M.L. 1994. Handbookof Obstetrics and Gyencology. United States: McGraw-Hill.
Karkata, MK. 2006. 'Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan', Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology, vol. 30, no. 1
Manuaba, I.B.G., LA. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (1991). Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Roeshadi, R.H. 2004. Gangguan dan Penyulit pada Masa Kehamilan, Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Safe Motherhood. 2001. Modul Eklampsia ̶ Materi Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Sudhaberata, K., 2001. Profil Penderita Preeklampsia-Eklampsia di RSU Tarakan Kaltim. http://www.infomedika.com
Sukrisno, Adi. 2014. Instant Access Ilmu Kebidanan. Pamulang: Binarupa Aksara Publisher
Wiknjosastro H, Prawiroharjo. 2008. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak, dalam: Ilmu Kebidanan Edisi IV. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo