RENCANA KEGIAT KEG IATA AN MINGGUAN, M INGGUAN, LAPORAN PENDAHULUAN, DAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
ASFIKSIA Periode : 17 – 22 A!"#!" 2$1% Di"!"!& !!' Me(e&!)i T!*" T!*" L*+or*& I&diid! I &diid! Pro-e"i Ner" De+*r#e(e& Pedi*#ri di R!*& Ede./ei" RSUD N!di W*.!0o W.i&i
O.e) : ANGGRAENI CITRA S NIM 1$%$7$2$$11$$7
PROGRAM PROGRA M STUDI ST UDI ILMU KEPERAWAT KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNI3ERSITAS 4RAWI5A6A 2$1%
ASFIKSIA
1 PENGERTIAN Asfiksia neonaturum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer,2005). Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bagi bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
sehingga dapat
menurunkan 2 dan mungkin meningkatkan !2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Adanya perubahan pertukaran gas dan transport 2 selama kehamilan dan
persalinan mempengaruhi oksigenasi sel"sel tubuh
mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi sel. Asfiksia pada bayi baru lahir (##$) menurut %&A% (%katatan &okter Anak %ndonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir ('rambudi, 20). Menurut AA' asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya 2 pada udara respirasi, yang ditandai dengan* . Asidosis (p+ -,0) pada darah arteri umbilikalis 2. ilai A'/A setelah menit ke"5 tetep 0" . Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik iskemia ensefalopati) 1. /angguan multiorgan sistem. ('rambudi, 20). 2 KLASIFIKASI Menurut Mochtar (200), klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 macam, yaitu sebagai berikut * a) Asfiksia Livida yaitu asfiksia yang memiliki ciri meliputi 3arna kulit kebiru" biruan, tonus otot masih baik, reaksi rangsangan masih positif, bunyi jantung reguler, prognosis lebih baik. b) Asfiksia 'allida yakni asfiksia dengan ciri meliputi 3arna kulit pucat, tonus otot sudah kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis jelek.
#erikut ini adalah tabel A'/A score untuk menentukan Asfiksia (/hai, 200).
Menurut Mochtar (200) setiap bayi baru lahir die4aluasi dengan nilai A'/A, tabel tersebut di atas dapat digunakan untuk menentukan tingkat atau
derajat
asfiksia,
apakah
ringan, sedang, atau asfiksia berat dengan
klasifikasi sebagai berikut* ) Asfiksia berat (nilai Apgar 0") Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali.
'ada
pemeriksaan
fisik
ditemukan
frekuensi
jantung
006menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan terkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada. 2) Asfiksia sedang (nilai Apgar 1"7) Memerlukan resusitasi dan pemberian
oksigen
sampai
bayi
dapat
bernapas kembali. 'ada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung lebih dari 0086menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. ) #ayi normal atau sedikit asfiksia (nilai Apgar -"0) #ayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istime3a.
FAKTOR RESIKO #eberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya* ) 9aktor %bu a. :mur %bu :mur, tinggi badan dan berat badan 3anita merupakan faktor risiko kehamilan. ;anita yang berumur 5 tahun atau lebih muda meningkatkan risiko preeklamsi (sebuah tipe tekanan darah tinggi yang berkembang selama
kehamilan). ;anita
yang
berumur
5
tahun
atau
lebih
meningkat risikonya dalam masalah"masalah seperti tekanan darah tinggi,
gestasional
diabetes (diabetes yang berkembang pada saat
kehamilan) dan komplikasi selama kehamilan (#obak, 2005). 'ada umur kurang dari 20 tahun, organ"organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna, sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan mudah mengalami komplikasi.
otot"otot
perineum
dan
otot"otot perut belum bekerja secara optimal (
hingga
dilahirkan. =omplikasi
menjelang utama
persalinan
dari
yaitu
perdarahan
sebelum
antepartum
bayi adalah
perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. =eadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine. #ila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia (;iknjosastro, 2005). d. erlepasnya sebagian atau seluruh plasenta, pada lokalisasi yang normal, sebelum janin lahir pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih. Atau terlepasnya plasenta pada fungus6korpus uteri sebelum janin lahir. 'asien yang mengalami resiko tinggi adalah kehamilan tua, multiparitas, hipertensi, eklamsi, preklamsi dan perokok. =omplikasi pada
solusio
plasenta
biasanya
adalah
berhubungan dengan
banyaknya darah yang hilang, infeksi, syok neurogenik oleh karena kesakitan, gangguan pembekuan darah dan gagal ginjal akut.
'ada
janin akan terjadi asfiksi, prematur, infeksi dan berat badan lahir rendah (9arrer, 200).
2) 9aktor plasenta 'lasenta merupakan akar janin untuk menghisap nutrisi dari ibu dalam bentuk 2, asam amino, 4itamin, mineral dan ?at lain dan membuang sisa metabolisme janin dan 2. 'ertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas kondisi plasenta. /angguan pertukaran gas di plasenta yang akan menyebabkan asfiksia janin. 9ungsi plasenta akan berkurang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan 2 dan memberikan nutrisi pada metabolisme janin. Asfiksia janin terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta. =emampuan untuk transportasi 2 dan membuang !2 tidak cukup
sehingga metabolisme janin berubah menjadi anaerob dan akhirnya asidosis dan " " " "
'+ darah turun (Mochtar, 200). &apat terjadi pada situasi * $ilitan tali pusat >ali pusat pendek
) 9aktor #ayi a. #ayi prematur (sebelum - minggu kehamilan) ;+ (200) menyebutkan bah3a usia hamil sebagai kriteria untuk bayi prematur adalah yang lahir sebelum - minggu dengan berat lahir di ba3ah 2500 gram. #ayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat"alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Makin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosis juga semakin buruk. =arena berfungsinya
masih
belum
organ"organ tubuh secara sempurna seperti sistem
pernafasan maka terjadilah asfiksia. b. #erat #ayi $ahir (##$) c. =elainan ba3aan (kongenital),
misalnya
hernia
diafragmatika,
asfiksia6stenosis pernafasan, hipoplasia paru dan lain"lain. d. Air ketuban bercampur mekonium (3arna kehijauan). @anin yang mengalami hipoksia
atau
gangguan
suplai
oksigen dapat
menyebabkan meningkatnya gerakan usus sehingga mekonium (tinja janin) akan dikeluarkan dari dalam usus ke dalam cairan ketuban yang mengelilingi bayi di dalam rahim. Mekonium ini kemudian bercampur dengan air ketuban dan membuat ketuban ber3arna hijau dan kekentalan yang ber4ariasi.
1) 9aktor neonatus &epresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu* a. 'emakaian obat analgesi6 anastesi yang berlebihan sehingga ibu secara langsung
dapat
menimbulkan
depresi
pusat
pernafasan
janin. b. >rauma persalinan, misalnya perdarahan intrakranial. PATOFISIOLOGI 'ernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa hamil dan persalinan. 'roses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara. 'roses ini sangat perlu untuk merangsang
hemoreseptor pusat pernapasan untuk terjadinya usaha pernapasan yang pertama yang kemudian akan berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. 'ada penderita asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam periode apneu. 'ada tingkat ini di samping penurunan frekuensi denyut jantung (bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas (flasid). 'ada asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukan upaya bernapas secara spontan. 'ada tingkat pertama gangguan pertukaran gas6transpot 2 (menurunnya tekanan 2 darah) mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, tetapi bila gangguan berlanjut maka akan terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh bayi sehingga terjadi asidosis metabolik, selanjutnya akan terjadi perubahan kardio4askuler. Asidosis dan gangguan kardio4askuler dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel"sel otak, dimana kerusakan sel"sel otak ini dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa (suele) (&epkes %, 2005).
% MANIFESTASI KLINIS Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan tanda"tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini* a) &@@ lebih dari 006menit atau kurang dari 006menit tidak teratur. b) Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala. c) >onus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain d) &epresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen e) #radikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen f)
pada otot"otot jantung atau sel"sel otak. >ekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke
plasenta sebelum dan selama proses persalinan. g) >akipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru"paru atau nafas tidak teratur6megap"megap. h)
) 'emeriksaan dalam* dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang"kadang kaki. 1) 'emeriksaan abdomen* perasat $eopold % B %C 5) :* : idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan, bila mungkin, untuk mendeteksi anomali janin. 7) 9oto sinar"8 (rontgen) * bayangan kepala di fundus. (Manuaba, 200-) 7 PENATALAKSANAAN Asfiksia bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia6hipoksia janin. esusitasi dapat dilihat dari berat ringannya derajat asfiksia, yaitu dengan cara menghitung nilai A'/A (o4ita, 20). Menurut o4ita (20), prinsip melakukan tindakan resusitasi yang perlu diingat adalah * a. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernapasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernapasan, yaitu agar oksigen dan pengeluaran !2 berjalan lancar. b. Memberikan bantuan pernapasan secara aktif pada bayi yang menunjukan usaha pernapasan lemah. c. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi. d. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik. Menurut %lyas (2001), alat"alat resusitasi yang perlu dipersiapkan meliputi sebagai berikut * a. Meja resusitasi dengan kemiringan kurang dari 0 derajat. b. /uling kecil untuk menyangga6ekstensi c. $ampu untuk memanaskan badan bayi d. 'enghisap slim e. ksigen f. > (endo trakheal tube) i. $aringoskop j. bat"obatan (natrium bikarbonat -,5E (meylon), dekstrose 10E, kalsium glukonas, dekstrose 5E, dan infus set).
Menurut o4ita (20), resusitasi dilakukan sesuai dengan derajat asfiksia. 'enatalaksanaan
penanganan
bayi
dengan
asfiksia
bertujuan
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan membatasi gejala sisa. a. Asfiksia ringan"bayi normal (skor apgar -"0) >idak memerlukan tindakan yang istime3a, seperti pemberian lingkungan suhu yang baik pada bayi, pembersihan jalan napas bagian atas dari lendir dan sisa"sisa darah, jika diperlukan memberikan rangsangan,
selanjutnya obser4asi suhu tubuh, apabila cenderung turun untuk sementara 3aktu dapat dimasukan kedalam inkubator. b. Asfiksia sedang (skor apgar 1"7) Menerima bayi dengan kain yang telah
dihangatkan,
kemudian
membersihkan jalan nafas. Melakukan stimulasi agar timbul refleks pernapasan. #ila dalam 0"70 detik tidak timbul pernapasan spontan, 4entilasi aktif harus segera dimulai.Centilasi yang aktif yang sederhana dapat dilakukan secara Ffrog brething’ . !ara tersebut dikerjakan dengan meletakan kateter 2 intranasal dan 2 dialirkan dengan "2 liter6menit. Agar saluran napas bebas, bayi diletakan dalam posisi dorsofleksi kepala. Apabila belum berhasil maka lakukan tindakan rangsangan pernapasan dengan menepuk"nepuk telapak kaki, bila tidak berhasil juga maka pasang penlon masker kemudian di pompa 706menit. #ila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis, berikan kolaborasi terapi natrium bikarbonat -,5E dengan dosis 2"1 cc6kg berat badan bersama dektrose 10E sebanyak "2 cc6kg berat badan dan diberikan melalui umbilikalis. c. Asfiksia berat (skor apgar 0") Menerima bayi dengan kain hangat, kemudian membersihkan jalan nafas sambil memompa jalan nafas dengan ambu bag. #erikan oksigen 1"5 liter6menit. Apabila tidak berhasil biasanya dipasang D>> (endo tracheal tube), selanjutnya bersihkan jalan nafas melalui lubang D>>. #ila bayi bernafas namun masih sianosis maka berikan tindakan kolaborasi berupa natrium bikarbonat -,5E sebanyak 7cc dan dektrose 10E sebanyak 1cc. #ila asfiksia berkelanjutan, maka bayi masuk %!: dan infus terlebih dahulu.
INTER3ENSI No .
Di*&o"* Ke+er*/*#*& d*& T!9!*& #ersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak >ujuan *
Iere&"i . >entukan kebutuhan oral6 suction tracheal. 2. Auskultasi
kepera3atan, bersihan jalan nafas
sebelum
kembali efektif.
suction.
&engan kriteria hasil * a. >idak menunjukkan demam b. >idak menunjukkan cemas c. ata"rata repirasi dalam batas normal d. 'engeluaran sputum melalui jalan nafas
suara dan
'a!2 dalam batas normal.
menunjukkan tertah
1. #ersihkan daerah bagian
. Membantu memberi
1. Mencegah obstruksi
tracheal setelah suction selesai dilakukan. 5. Monitor
status
oksigen
pasien,
status
sebelum,
i.
sesudah
benar pada keluarg
f.
h. >idak adanya sianosis.
2. 'ernapasan bising,
suction.
hemodinamik
g. >idak menunjukkan kegelisahan.
nafas
. #eritahu keluarga tentang
e. >idak ada suara nafas tambahan Mudah dalam bernafas.
R*"io . :ntuk memungkink
segera
selama
sesudah suction
dan
5. Membantu
untuk
perbedaan status o sesudah suction.
j.
'a2 dalam batas normal.
k. =eseimbangan perfusi 4entilasi 2.
'ola
nafas
tidak
efektif
b.d
. 'ertahankan
hipo4entilasi6 hiper4entilasi
jalan
>ujuan *
melakukan
kepera3atan
lender
selama
proses
kepera3atan diharapkan pola nafas
kepatenan
nafas
2. Auskultasi
dengan
jalan
=riteria hasil *
penurunan 4entilasi
mengi menyertai o . #erikan oksigenasi sesuai
6kegagalan pernafa
kebutuhan
c. >idak ada bunyi nafas tambahan
. Memaksimalkan
d. =ecepatan dan irama respirasi .
2. #unyi nafas menur nafas obstruksi se
a. 'asien menunjukkan pola nafas
dalam batas normal =erusakan pertukaran
terakumulasi dari na
nafas
untuk mengetahui adanya
b. Dkspansi dada simetris
menghilang
pengisapan
menjadi efektif
yang efektif
. :ntuk
gas
b.d
menurunkan kerja n . =aji bunyi paru, frekuensi
. 'enurunan
buny
ketidakseimbangan perfusi 4entilasi
nafas, kedalaman nafas
menunjukkan atele
>ujuan *
dan produksi sputum
menunjukkan
kepera3atan
selama
proses
secret6ketidakmamp
kepera3atan diharapkan pertukaran
membersihkan jala
gas teratasi
menimbulkan
=riteria hasil *
pernafasan.
a. >idak sesak nafas
2. 'antau
b. 9ungsi paru dalam batas normal
saturasi
2
dengan oksimetri
p
2. 'enurunan kandun dan6atau saturasi 'a!2 menunjukka inter4ensi6perubaha . Alat dalam memp yang dapat terjadi
. #erikan 1.
isiko cedera b.d anomali kongenital
oksigen
tambahan yang sesuai. . !uci tangan setiap
tidak terdeteksi atau tidak teratasi
sebelum
pemajanan pada agen"agen infeksius
mera3at bayi
>ujuan *
selama
proses
dan
penurunan
4
permukaan al4eolar . Mengurangi kontami
sesudah
2. 'akai sarung tangan steril
2. Mencegah infeksi6kontaminasi
kepera3atan diharapkan risiko cidera
. $akukan pengkajian fisik
dapat dicegah
secara rutin terhadap bayi
=riteria hasil *
baru
a. #ebas dari cidera6 komplikasi
pembuluh darah tali pusat
b. Mendeskripsikan
dan adanya anomali
akti4itas
yang
tepat dari le4el perkembangan anak
lahir,
perhatikan
. :ntuk mengetahui a pada bayi.
1. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
c. Mendeskripsikan
teknik
pertolongan pertama
dan melaporkannya pada pemberi
pelayanan
kesehatan
1. Membantu
k
mendapatkan pengetahuan yang
5. #erikan agen imunisasi sesuai
indikasi
dan gejala infeksi penanganan yang b
(imunoglobulin hepatitis # dari 4aksin hepatitis # bila serum ibu mengandung antigen
permukaan
hepatitis
#
(+bs
5. Membantu membe terhadap agen infek
Ag),
antigen inti hepatitis # (+bs Ag) atau antigen D (+be Ag).
5.
isiko
ketidakseimbangan
suhu
. +indarkan
tubuh b.d kurangnya suplai 2 dalam
kedinginan
dan
darah
tempatkan
pada
>ujuan *
lingkungan yang hangat.
kepera3atan
selama
proses
kepera3atan diharapkan suhu tubuh normal
pasien
dari
2. Monitor temperatur dan 3arna kulit.
2. Mengetahui terjadin
. Monitor >>C.
=riteria hasil *
. 'erubahan
a. >emperatur badan dalam batas
tanda"
signifikan akan me
normal b. >idak terjadi distress pernafasan
. Menghindari terjadi
regulasi ataupun 1. @aga
temperatur
suhu
tubuh.
c. >idak gelisah
tubuh
d. 'erubahan 3arna kulit
hangat.
e. #ilirubin dalam batas normal
bayi
5. >empatkan
agar
tetap
##$
pada
inkubator bila perlu.
1. Menghindari terjadi
5. Mambantu ##$ t keadaan keadaannya.
DAFTAR PUSTAKA
9atkhiyah. 200. +ubungan Antara 'ersalinan =etuban 'ecah &ini dengan =ejadian Asfiksia eonatorum di <:& &r. egal. <>%=D< #hamada
'ra3irohardjo,
(200),
'D$AGAA =DA MA>DA$
&A
DA>A$, @'=="'/% , Ddisi 1, @akarta.
'ra3irohardjo,
!arpenito, $inda @ual (200), &%A/A, D/!, @akarta.
&epkes, (2000), 'D$A>%+A A<:+A #D<%+ &A AMA, =A;%$ &D'=D< ''. @A;A >%M:, @akarta
yang