LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GLAUKOMA DI RUANG MATA RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PERIODE TANGGAL 6 ME1 2002 S/D 10 MEI 2002
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN SURABAYA 2002
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan Glaukoma Di Ruang Mata RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Surabaya, 10 Mei 2002 Mahasiswa
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GLAUKOMA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA I.
PENGERTIAN
Glaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapangan pandang dan penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991). TIO normal 15-21 mmHg. Tekanan > 21 mmHg sudah harus diikuti teliti TIO dipertahankan karena adanya dinamika akuos humor dalam mata. Gangguan dari dinamika ini akan mengakibatkan TIO naik/tinggi, terjadi glaukoma Aquos humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aquos humor
Pembentukan akuos humor pada taju siliar dari badan siliar, lalu mengalir ke bilik mata belakang, melalui pupil ke bilik mata depan, kemudian ke sudut bilik mata depan masuk ke sistim pembuangan yaitu trabekular meshwork, kanal schlemm, saluran intra sklera kemudian dibuang ke vena-vena episklera dan konjungtiva. Pembentukan : badan siliar (taju siliar)
Bilik mata belakang (BMB)
Pupil Pengaliran Bilik mata depan (BMD)
Sudut bilik mata depan
Glaukoma dapat merupakan faktor primer/sekunder pada kelainan mata yang lainnya. Glaukoma primer mempunyai predisposisi genetik. Glaukoma primer (dalam bentuk lebih umum), lebih banyak pada orang kulit hitam dibanding orang kulit putih pada orang dengan usia 45 – 64 tahun. Insiden pada orang kulit hitam 15 kali orang kulit putih. Karena pada beberapa bentuk glaukoma dapat tidak nampak gejala awal, beberapa orang tidak menyadari bahwa dirinya mempunyai glaukoma hingga terjadi kehilangan penglihatan. Diagnosa & tindakan secara dini sangat penting untuk mencegah hilangnya penglihatan.
II. PATOFISIOLOGI Glaukoma
Hambatan Aliran Aquos Humor
III. TIPE GLAUKOMA A. GLAUKOMA PRIMER •
Paling sering
•
Penyebab tidak diketahui
•
Didapatkan pada orang yang memiliki bakat glaukoma (struktur) yang berhubungan dengan sirkulasi / reabsorbsi / outflow aquos humor mengalami perubahan patologis / degeneratif.
•
Gangguan pengeluaran aquos humor (Bilik mata depan sempit).
•
Kelainan pertumbuhan sudut Bilik mata depan (ganiosdisgenesis = Trabekulogenesis, iridogenesis, korniodigenesis)
Glaukoma primer dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: : 1. Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek (Kronis) •
Paling sering (90%)
•
Bilateral, salah satu lebih berat
•
Pemeriksaan okuler (ganioskopi).
2. Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)
Glaukoma akut / Glaukoma sudut sempit •
Sedikit terjadi
•
Onset terjadi tiba-tiba (gawat darurat)
•
Mekanisme dasar
Terjadi penyempitan sudut dan perubahan bentuk iris ke anterior → Terjadi penekan kornea dan menutup / menekan sudut mata → aquor humor tidak bisa mengalir keluar, Bilik mata depan menjadi dangkal. Bersifat acut / sub acut / kronis. Gejala Glaukoma sudut tertutup kronis yang timbul adalah : •
Nyeri selama beberapa jam dan hilang kalau tidur sebentar. Oleh karena peningkatan TIO (> 75 mmHg), Halo disekitar cahaya. Headache, mual, muntah
bradikardi (reflek okulokardiak)
Penglihatan kabur dan
pastikan dengan ganioskopi. IV. PENATALAKSANAAN
1.
Glaukoma sudut terbuka / simplek a.
Obat-Obat Miotik Golongan Kolinergik (Pilokarpin 1 - 4 % 5 Kali Sehari) Karbakol 0,75 – 3 % Golongan Antikolineoterase (Demekarium Bromid, Humorsol 0,25 %) Pilokarpin 0,25.
b.
Obat-Obta Penghambat Sekresi Aquos Humor (Adrenergik) Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2 x sehari) Epineprin 0,5 – 2 % 1-2 x sehari
c.
Carbonican Hidrase Inhibitor Asetazolamid (Diamok 125-250 Mg 4 X Sehari). Diklorfenamid (Metazolamid)
Riwayat gangguan penglihatan : lama , kapan terakhir periksa mata dan tonometri. 2.
Pemeriksaan fisik Penglihatan : -
Melaporkan kehilangan pengelihatan perifer lambat
-
Keluhan-keluhan pengelihatan kabur dan penurunan persepsi sinar.
-
Ketajaman penglihatan; snelen chart bila tersedia, membaca jarak jauh, membaca jarak dekat.
-
Lapangan pandang; test konfrontasi
-
Adanya bayangan sekitar cahaya (halo).
Ketidaknyamanan : -
Nyeri pada mata; tumpul, berat
-
Sering disertai sakit kepala; derajat beratnya
-
Mual dan muntah
Tonometer Schiotz. Mata dianesthesi & tonometer ditempelkan langsung di atas kornea. Keterangan hasil bisa dilihat pada skala. Tonometer komputer (nonkontak) mengukur tekanan intra okular dengan melihat perubahan refleks cahaya dari kornea dari puff udara. Bila menunjukkan lebih dari 24 mmHg bisa dikatakan glaukoma
2.
Lensa kontak & lensa khusus (Gonioskopi) digunakan untuk melihat secara langsung sudut ruang anterior. Teknik ini untuk membedakan antara glaukoma sudut tertututp dengan glaukoma sudut terbuka.
3.
Periksa papil syaraf optik Alat Oftalmoskopi digunakan untuk melihat secara langsung diskus optik dan struktur mata internal Dilihat papil syaraf optik apakah ada cekungan akibat tekanan yang tinggi
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUGKIN TIMBUL
1.
Penurunan persepsi sensori visual/ penglihatan berhubungan dengan kerusakan serabut syaraf oleh karena peningkatan tekanan intra okular.
2.
Cemas
berhubungan
dengan
penurunan
pengelihatan,
kurangnya
pengetahuan. Kecemas berhubungan dengan kurangnya persiapan dan prosedur operasi. Ansietas berhubungan dengan kehilangan penglihatan aktual atau potensial dan dampak penyakit kronis pada gaya hidup. 3.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan mengingat dan salah interpretasi informasi. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
4.
Resiko injury berhubungan dengan menurunnya penglihatan perifer.
VII.RENCANA KEPERAWATAN
Penurunan persepsi sensori visual/ penglihatan berhubungan dengan kerusakan serabut syaraf oleh karena peningkatan tekanan intra okular. Ditandai : Data subyektif: -
Menyatakan pengelihatan kabur
-
Menyatakan adanaya sambaran seperti kilat (halo).
Data obyektif: -
Visus menurun
-
TIO meningkat.
Tujuan :
Klien dapat mempertahankan penglihatan yang masih ada.
Kriteria hasil : -
Klien dapat meneteskan obat dengan benar dan aseptik.
-
Klien dapat mematuhi aturan terapi yang ditentukan /Kooperatif dalam
8.
Anjurkan klien untuk kontrol secara teratur dan beri motivasi untuk mentaati rencana pengobatan.
Deteksi dini terhadap tingkat penyembuhan atau keparahan.
Cemas berhubungan dengan penurunan pengelihatan, kurangnya pengetahuan. Ditandai : Data subyektif : -
Menyatakan perasaan takut
-
Sering menanyakan tentang penyakitnya
-
Mengakui kurangnya pemahaman
Data obyektif : -
Suara gemetar
-
Tampak gugup
-
Nadi meningkat
-
Berkeringat dingin
Tujuan :
Kecemasan hilang/menurun dan klien dapat beradaptasi dengan kondisinya.
Kriteria hasil :
aktifitas yang menyenangkan sebelumnya. b. Penyelidikan memungkinkan peran dan aktifitas baru
yang
Kecemas berhubungan dengan kurangnya persiapan dan prosedur operasi. Tujuan :
klien tidak cemas dalam waktu 2 X 24 jam.
Kriteria hasil : -
Klien mengerti tujuan dan persiapan serta prosedur operasi
-
Klien mengungkapkan tidak merasa khawatir terhadap rencana tindakan operasinya.
-
1. 2. 3. 4.
Klien kooperatif dan tidak ada tanda-tanda kecemasan.
INTERVENSI Berikan penjelasan tentang tujuan, persiapan dan prosedur operasi. Perhatikan keluhan-keluhan yang tidak bisa diatasi sendiri oleh klien. Ciptakan hubungan yang baik antara keluarga, klien dan tim kesehatan.. Motivasi klien untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
RASIONAL
Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan mengingat dan salah interpretasi informasi.
Kriteria yang diharapkan -
Klien dapat menjelaskan glaukoma kronis dan pentingnya pengobatan yang berlanjut.
-
Klien menyebutkan gejala-gejala yang perlu dilaporkan ke dokter.
-
Klien dapat mendemonstrasikan cara menggunakan obat tetes mata yang benar.
INTERVENSI 1. Minta klien untuk menerangkan pengertian glaukoma; Apa itu glaukoma. Akibat bila tidak diobati Gejala-gejala yang timbul.
RASIONAL 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuannya.
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 – 2 jam klien pahan dengan penyakitnya.
Kriteria hasil :
1. 2. 3.
4.
-
Klien secara verbal mengatakan paham tentang pentingnya.
-
Klien tampak tenang.
INTERVENSI Jelaskan kepada klien tentang penyakitnya. Diskusikan tentang pentingnya pengobatan. Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat menaikkan tekanan intra okular seperti menundukkan kepala, melihat cahaya yang menyilaukan. Jelaskan pada klien untuk melaporkan kepada perawat/dokter
RASIONAL
Resiko cedera berhubungan dengan penurunan lapangan pandang Tujuan :
Klien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil :
1. 2.
3. 4. 5.
-
Klien dapat menjelaskan cara mencegah injury.
-
Klien mampu mendemontrasikan tentang kewaspadaan kecemasan.
-
Klien meminta bantuan petugas saat memenuhi kebutuhan.
INTERVENSI Orietasikan klien terhadap lingkungan ketika tiba. Jelaskan asal mula penurunan penglihatan perifer dan hubungannya suka menabrak benda. Anjurkan untuk menengokkan kepala untuk melihat ke setiap sisi. Atur ruangan agar leluasa untuk berjalan-jalan. Lakukan modifikasi lingkungan
1.
RASIONAL Mengurangi kecelakaan atau cidera.
2.
Pengetahuan yang rasional dapat meningkatkan kemungkinan bertindak untuk mencegah injury. 3. Menambah lapangan pandang. 4. 5.
Mengurangi hambatan akan menurunkan kemungkinan injury. Menimalkan tingkat cidera yang
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan dampak peningkatan tekanan intra okular. Tujuan :
Rasa nyaman dapat terpenuhi dalam waktu 2 X 24 jam.
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
-
Klien tidak mengeluh nyeri.
-
Tekanan intra okular normal/turun.
-
Ekspresi wajah tenang
INTERVENSI Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri. 1. Gunakan tingkat skala nyeri untuk menentukan dosis analgetik Pertahankan istirahat di tempat tidur 2. dalam ruangan yang tenang dan gelap dengan kepala ditinggikan 30° atau dalam posisi nyaman. Istirahatkan klien dalam ruangan 3.
RASIONAL Mengenal berat ringannya nyeri dan menentukan terapi. Mengurangi rangsangan terhadap syaraf sensori dan mengurangi tekanan intra okular. Posisi yang nyaman, mengurangi
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada mata. Tujuan :
Klien merasa nyaman dan nyeri berkurang dalam waktu 3 X 24 jam
Kriteria hasil :
1.
2. 3. 4. 5.
-
Klien mengungkapkan nyeri berkurang.
-
Ekspresi wajah tampak rileks.
INTERVENSI Berikan penjelasan pada klien tentang sebab-sebab nyeri, akibat dan cara mengatasinya. Tentukan faktor penyebab turunnya ambang nyeri. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri. Observasi luka operasi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
RASIONAL
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan luka insisi pada daerah operasi. Tujuan:
Tidak terjadi infeksi dalam waktu 3 X 24 jam
Kriteria hasil :
1. 2. 3. 4. 5.
-
Tanda-tanda infeksi tidak ada.
-
Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda infeksi secara dini.
INTERVENSI Beri penjelasan tentang tanda-tanda infeksi. Rawat luka tiap hari dengan tektik aseptik & antiseptik. Cegah tekanan pada garis jahitan. Observasi gejala-gejala infeksi Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.
RASIONAL
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan . Ed. 2. EGC. Jakarta.
(2000). Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif . Ed. 8. EGC. Jakarta.
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yayasan Essentia Media. Yogyakarta. Doengoes, Marylin E.. (1989). Nursing Care Plans. F.A Davis Company. USA Philadelphia.
Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata . FKUI Jakarta. Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran . Media Aesculapius Fakultas
TINJAUAN KASUS
I.
PENGKAJIAN
Waktu
: 6 Mei 2002
Tempat
: Ruang Mata Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya .
1.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Hadi Usmantono.
Umur
: 60 Tahun.
Jenis Kelamin
: Laki-laki.
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia.
3)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit seperti yang dideritanya sekarang ini
4)
Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih
5)
Riwayat Kesehatan Lainnya
Alat bantu yang dipakai → Kaca mata
2.
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1)
Keadaan Umum baik
2)
Tanda-tanda vital
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1500 cc/24 jam, frekuensi 3 – 4 X /hr, warna urine kuning, bau normal. Genital Hygiene cukup bersih. Hasil BOF : Tidak didapatkan kelainan (normal).
(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare, klien buang air besar 1 X/hari
(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus Hasil BOF : Tidak didapatkan kelainan (normal).
m. Integumen
: k eadaan kulit bersih, tonus baik, turgor
baik, akral hangat.
Pola aktivitas sehari-hari 1)
Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Klien jarang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, kecuali bila sangat terpaksa Klien terbiasa meminum jamu-jamuan dan obat-obat tradisional.
2)
Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien dirumah biasa makan 3 X/hari dengan lauk yang cukup. Klien tidak alergi makanan tertentu. Saat ini klien selalu menghabiskan porsi makanan yang diberikan dan minum air putih sekitar 2 – 3 liter perhari.
3)
Pola Eliminasi
9)
Pola Seksual dan Reproduksi
Selama dirawat Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.
10) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
Klien merasa sedikit stress menghadapi tindakan operasi. karena kurangnya pengetahuan tentang Type pembedahan dan Jenis anesthesi. Klien bertanya dimana ruang operasinya, berapa lama saya dioperasi.
11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Dengan kondisi nyeri yang hebat pada mata kiri memerlukan adaptasi klien dalam menjalankan ibadahnya.
Personal Higiene
2.
DIAGNOSTIC TEST
Laboratorium tanggal 4 Mei 2002
Darah lengkap: -
Hb
:16,2
mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
-
LED
: 15
(L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam
-
Leukosit
: 9.300
4000 – 11.000
Gula darah -
Glukosa Puasa
: 91
mg/dl (< 126 mg/dl)
-
Glukosa 2 jam pp
: 102
mg/dl (< 140 mg/dl)
Faal Hati -
Bilirubin Direk
: 0,54
(< 0,25)
-
Bilirubin Indirek
: 0,78
-
Bilirubin Total
: 1,32
(< 1,00)
-
SGOT
: 79
(L < 37 P < 31)
U/L
ANALISA DATA PREOPERASI
Nama Klien Ruang Register NO.
: Tn. Hadi Usmantono : Mata : 10159584
DATA S. :Klien mengatakan semalam saya tidur sering terbangun , saya membayangkan bagaimana operasi nanti, klien bertanya dimana ruang operasinya, berapa lama saya dioperasi O. Klien kelihatan tegang saat diruang mata, Tekanan darah 170/130 mmHg. Nadi 92 X/menit, RR: 24 X/menitAnsietas
PENYEBAB/ETIOLOGI Situasi/lngkungan operasi
Ansietas/takut Stressor Hypothalamus (adrena,pituitary) Medulla Adrenal Peningkatan Adrenalin
MASALAH
RENCANA INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERASI
Nama Klien Ruang Register
: Tn. Hadi Usmantono : Mata : 10159584
DIAGNOSA TUJUAN-KRITERIA HASIL KEPERAWATAN Cemas berhubungan dengan Klien menunjukan rasa cemas Situasi/lingkungan ruang berkurang dalam waktu 30 perawatan dan prosedur menit dengan kriteria : operasi. Klien mampu mengungkapkan Ditandai klien mengatakan pasrah kepada Tuhan YME. semalam tidur saya sering Klien mampu mengungkapkan terbangun membayangkan siap di operasi. operasi, klien bertanya, Klien dapat beradaptasi saat di dimana ruang operasi dan ruang perawatan maupun di berapa lama dioperasi, klien OK. kelihatan tegang saat di Tanda-tanda vital stabil ruang perawatan tekanan (Tekana Darah 120/80 mmHg., darah, 170/130 mmHg/ Nadi Nadi 60-100X/menit, RR: 1292X/menit, RR24 X/menit 20X/menit, wajah rileks.
RENCANA INTERVENSI
Mandiri : 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien.
2.
3.
RASIONAL
1
Memberikan kesempatan pada klien 2 untuk mengungkapkan perasaan cemasnya. Menggunakan komunikasi terapeutik. 3
4.
Memberikan informasi tentang proses 4 penyakit dan rencana tindakan operasi.
5.
Memperjelas penjelasan dokter tentang rencana pengangkatan isi bola mata.
6.
5
Memberikan keyakinan kepada klien 6 bahwa perawat, dokter dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin. 7. Mengajak klien untuk mendekatkan diri 7
Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat. Dapat meringankan beban pikiran pasien. Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan. Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien. Harapan klien sesuai dengan kenyataan dan tidak menimbulkan kekecewaan. Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
Mengurangi
ketakutan
/ 32
kepada Tuhan YME, dengan cara berdoa. 8. Memberikan kesempatan pada keluarga 8 untuk mendampingi klien secara bergantian. 9. Menciptakan lingkungan yang tenang 9 dan nyaman.
kecemasan.upaya menenangkan jiwa. .Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien. 10 Untuk mendeteksi perkembangan tekanan darah.
10. Mengukur tanda-tanda vital : tekanan darah 160/120 mmHg/ Nadi 88 x/menit, RR 20 X/menit 11. Mengkolaborasikan dengan tim gizi dan 11 tim dokter tentang pemberian diet rendah garam dan pemberian obat anti hipertensi. Kurangnya pengetahuan Tujuan : Pasien memperoleh 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. tentang proses penyakit, informasi yang jelas dan benar pasien/keluarga tentang penyakit diet, perawatan, dan tentang penyakitnya. Glaukoma dan Hipertensi pengobatan berhubungan Kriteria Hasil : dengan kurangnya 1. Pasien mengetahui tentang informasi. proses penyakit, diet, 2. Kaji latar belakang pendidikan pasien. 2. perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya. 2. Pasien dapat melakukan 3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, 3. perawatan diri sendiri perawatan dan pengobatan pada pasien berdasarkan pengetahuan dengan bahasa dan kata-kata yang yang diperoleh. mudah dimengerti. 4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, 4. manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Pemberian diet yang sesuai dan obat anti hipertensi yang tepat dapat mempercepat penurunan tekanan darah dan mencegah komplikasi. Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga. Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan katakata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien. Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secara langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
33
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PREOPERASI
Nama Klien Ruang Register
: Tn. Hadi Usmantono : Mata : 10159584
HARI/ TANGGAL/ JAM Cemas berhubungan dengan Senin, kurangnya pengetahuan tentang 06-05-2002 tindakan operasi Jam 13.00 DIAGNOSA KEPERAWATAN
HARI/ TANGGAL/ EVALUASI (SOAP) JAM Mengkaji tingkat kecemasan klien Senin, S : Klien mengatakan siap untuk dilakukan Memberikan kesempatan pada klien 06-05-2002 operasi, pasrah dan menyerahkan untuk mengungkapkan perasaan Jam 13.30 sepenuhnya pada Tuhan. cemasnya. O : Klien dapat mengidentifikasikan sebabMenggunakan komunikasi terapeutik sebab kecemasan. Memberikan informasi tentang proses Emosi stabil. penyakit dan rencana tindakan operasi. Ekspresi wajah klien tenang, Memperjelas penjelasan dokter tentang Istirahat cukup Nadi 88X/menit, RR, rencana pengangkatan isi bola mata. 20X/menit, Tekanan Darah 160/120 Memberikan keyakinan kepada klien mmHg. bahwa perawat, dokter dan tim A : Tujuan tercapai sebagian. kesehatan lain selalu berusaha P : Intervensi terus dilanjutkan. memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin. Mengajak klien untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME, dengan cara berdoa. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi klien secara bergantian. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. 2.
3. 4. 5. 6.
7.
8.
9.
34
Kurangnya pengetahuan Selasa, tentang proses penyakit, diet, 07-05-2002 perawatan, dan pengobatan Jam 08.00 berhubungan dengan kurangnya informasi.
Rabu, 08-05-2002 Jam 08.00
10. Mengukur tanda-tanda vital : tekanan darah 160/120 mmHg/ Nadi 88 x/menit, RR 20 X/menit 11. Mengkolaborasikan dengan tim gizi dan tim dokter tentang pemberian diet rendah garam dan pemberian obat anti hipertensi. 1. Mengkaji tingkat pengetahuan Selasa, pasien/keluarga tentang penyakit 07-05-2002 Glaukoma dan Hipertensi Jam 08.30 2. Mengkaji latar belakang pendidikan pasien. 3. Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti. 4. Menjelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya. 1. Menciptakan lingkungan yang bersih Rabu, dan nyaman. 08-05-2002 2. Mengukur tanda-tanda vital. Jam 08.00 3. Meneruskan pemberian obat Captopril 3 x 12,5 mg/hr
Kamis, 09-05-2002 Jam 08.00
1.
Jumat,
1.
2. 3.
Menciptakan lingkungan yang bersih Kamis, dan nyaman. 09-05-2002 Mengukur tanda-tanda vital : Jam 08.00 Meneruskan pemberian obat Captopril 3 x 12,5 mg/hr Menciptakan lingkungan yang bersih Jumat,
S: O: 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya. 2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. A : Tujuan Berhasil P : Intervensi dihentikan S: O : Tekanan darah 150/110 mmHg. Nadi 84 x/menit. RR 20 X/menit Suhu 36,5 0C A : Tujuan tercapai sebagian. P : Intervensi terus dilanjutkan. S: O : Tekanan darah 140/100 mmHg. Nadi 80 x/menit. RR 20 X/menit Suhu 36,5 0C A : Tujuan tercapai sebagian. P : Intervensi terus dilanjutkan. S:
35