LITERATUR REVIEW
Analisis ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas stase keperawatan maternitas Program Profesi Ners XXXIV
Riris Purwita Widodo 220112170020
PROGRAM PROFESI NERS XXXIV FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017
BAB I PENDAHULUAN
Persalinan merupakan masa krisis yang dialami oleh ibu dan janinnya karena hal ini dapat menimbulkan komplikasi yang mengancam kesehatan ibu dan janinnya yang dapat berakibat terjadinya kematian. Proses persalinan yang sering kali menyebabkan kematian pada ibu maupun bayi karena adanya cedera jaringan jalan lahir dan juga pada bayi. Persalinan yang lama, berat bayi lahir besar, dan paritas merupakan sebagian faktor penyebab terjadinya komplikasi persalinan. Pribakti (2006) mengatakan lamanya persalinan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan saraf, otot dasar panggul termasuk uterus dan otot-otot kandung kemih. Adapun beberapa masalah yang serng muncul pada ibu post partum pervaginam yaitu intkontinensia urin akibat lemahnya kekuatan otot panggul, nyeri akibat robekan luka perineum. Data WHO menyebutkan 200 juta penduduk dunia mengalami inkontinensia urine. Amerika Serikat saat ini tercatat 13 juta orang mengalami inkontinensia urine dengan 11 juta di antaranya berjenis kelamin wanita. Dua puluh lima persen wanita antara usia 30-59 tahun pernah mengalami inkontinensia urine (Manuaba, 2012). Asia Pacific Continence Advisory Board (APCAB) menyatakan prevalensi inkontinensia urin pada wanita Asia sekitar 14,6%. Prevalensi inkontinensia urine di Indonesia belum ada angka pasti. Dari hasil beberapa penelitian didapatkan angka kejadian berkisar antara 20% sampai 30% (Dinata, 2008). Menurut Santoso (2008, dalam Kustini, 2011), menyatakan bahwa terjadinya kerusakan otot levatorani berkisar antara 15-30% pada ibu yang postpartum pervagina. Hampir 50% wanita yang pernah melahirkan akan menderita prolaps organ genitourinaria dan 40% dari mereka disertai dengan inkontinensia urine (Junizaf, 2007). Menurut Fitri (2013) Angka Kematian Ibu (AKI), di Indonesia masih tertinggi di antara negara ASEAN. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia dan negara lainnya hampir sama yaitu sekitar (11%) disebabkan oleh infeksi. Infeksi masa nifas bisa disebabkan karena luka jalan lahir yang tidak mengalami proses penyembuhan dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh dari Jaminan Kesehatan Daerah Jakarta tahun 2007 terdapat 12 kasus yang mengalami keterlambatan penyembuhan luka perineum. Di Jawa Timur angka kejadian infeksi nifas mencapai 38 ibu postpartum atau 8% dari 487 jumlah kasus kematianmaternal (Depkes, 2012 mengkutip dari KTI Harijati). Menurut survey awal yang dilakukan penelirti, setidaknya ada sekitar 40% dari 10 ibu nifas yang mengalami infeksi perineal dan mengakibatkan keterlambatan penyembuhan luka perineum dengan karakteristik luka masih
agak basah, belum terbentuk jaringan parut dalam waktu 7 hari setelah bersalin. Dari data tersebut menujukkan bahwa masih adanya ibu nifas dengan penyembuhan luka perineum lambat. Keterlambatan penyambuhan luka perineum pada ibu nifas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurang nutrisi, kurang menjaga kebersihan diri atau perineum, kurang istirahat, kurang mobilisasi dan olah raga seperti senam nifas sehingga dapat menimbulkan infeksi. Ada tiga tipe terbanyak inkontinensia urin pada wanita yaitu stres inkontinensia urin, urge inkontinensia urin dan mixed inkontinensia urin. Ketiga tipe ini dapat dievaluasi melalui anamnesa dan penilaian klinis sederhana. Tetapi ada tipe yang lain yaitu Kontinue inkontinensia (Fistula) dan Overflow dari semua tipe yang ada diatas, yang terbanyak adalah Stres inkontinensia urin (Arnold dkk, 2009). Berbagai pengobatan atau terapi yang bisa dilakukan pada kondisi stress inkontinensia urin meliputi terapi farmakologis (obat), non farmakologis serta prosedur pembedahan, tetapi ada juga yang menggunakan kombinasi antara non farmakologis dan terapi obat. Terapi non farmakologis meliputi konseling diet yang baik, strategi pengaturan berkemih, penjadwalan waktu berkemi h, penggunaan stimulasi elektrik, serta latihan senam Kegel dan latihan otot dasar panggul (pelvic floor exercise). Menurut Purnomo (2007) kelemahan otot-otot dasar panggul yang berfungsi sebagai penyangga uretra dan buli-buli dapat diperbaiki dengan melakukan senam kegel. Dikatakan senam kegel yang dilakukan secara berulang menyebabkan terjadinya hipertropi otot-otot dasar panggul. Hal ini dapat meningkatkan tekanan mekanik pada uretra sehingga memperbaiki fungsi sphincter uretra dengan hipertrofi otot-otot dasar panggul dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyangga organ-organ pelvis sehingga mampu mencegah desensus buli-buli uretra. Senam kegel adalah senam untuk menguatkan otot panggul yang ditemukan oleh Dr. Arnold Kegel. Otot panggul atau PC (Pubococcygeal Muscle) adalah otot yang melekat pada tulang-tulang panggul seperti ayunan dan berperan menggerakkan organorgan dalam panggul yaitu rahim, kantong kemih dan usus (Widianti & Proverawati, 2010). Senam kagel memberikan banyak manfaat bagi ibu selama hamil bersalin dan nifas. Senam dapat mencegah
robeknya
inkontinensia
pasca
perineum, persalinan,
mengurangi mengurangi
kemungkinan resiko
masalah
terkena
urinasi
hemoroids
seperti
(ambein),
mempermudah proses persalinan (otot kuat dan terkendali), dan membantu penyembuhan luka perineum post partum. Senam kagel yang cukup sering dapat meningkatkan sirkulasi pada perineum sehingga mengurangi persepsi nyeri serta mengurangi pembengkakan. Juga membantu mengembalikan tonus otot setelah melahirkan. Senam ini dapat dilakukan segera
setelah melahirkan (Simkin, 2008). Senam kagel dapat melatih otot-otot dasar panggul, otototot vagina, perut, yang pada saat persalinan pervaginam mengalami peregangan dan kerusakan terutama bagian perineum dapat menyebabkan nyeri setelah melahirkan, dengan melakukan senam kagel otot-otot akan kembali pulih seperti semula sehingga ibu tidak lagi mengalami nyeri. Sedangkan pelvic floor exercise adalah salah satu dari berbagai-macam terapi yang digunakan dalam penanganan inkontinensia urin. Pelvic floor exercise merupakan sebuah senam atau latihan otot dasar panggul yang bermanfaat untuk menguatkan otot dasar panggul, meningkatkan tonus otot-otot dasar panggul, dan membuat uretra tertutup rapat (Klausner dan Vapnek, 2003).
BAB II ANALISIS JURNAL
JURNAL 1
Judul
: Pencegahan Inkontinensia Urin pada Ibu Nifas dengan Paket Latihan Mandiri
Penulis
: Lina Herida Pinem, Setyowati, Dewi Gayatri
Tahun
: 2012
Nama Jurnal
: Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 15, No. 1, Hal 47-52
Resume
:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas paket laihan mandiri terhadap percegahan inkontinensia urin pada ibu nifas di daerah Bogor dengan menggunakan desain quasy experimental dengan rancangan control group pretest-posttest. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sejumlah 74 orang ibu nifas yang dibagi menjadi kelompok intervensi sebanyak 37 orang, dan kelompok kontrol sebanyak 37 orang. Dalam kelompok intervensi, latihan yang diberikan diantaranya yaitu Latihan Kegel, Bladder drill, dan diet rendah kafein dan alkohol. Pada pretest, para ibu dari 2 kelompok diberikan
kuesioner
dari
International
Consultant
Incontinence
Questionnaire-Urine
Incontinence Short Form (ICIQ-UI SF). Setelah itu ibu dari kelompok intervensi diberikan latihan mandiri, lalu setelahnya kembali dilakukan posttest kepada ibu nifas kelompok intervensi dan ibu nifas kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian inkontinensia urin pada kelompok intervensi menurun dari 44,4 % menjadi 16,7 % setelah intervensi. Sedangkan kelompok kontrol meningkat dari 36,8 % menjadi 44,7 %. Ibu yang tidak melakukan paket latihan mandiri berisiko 4,05 kali mengalami inkoninensia urin dibandingkan ibu nifas yang melakukan paket latihan mandiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa latihan mandiri yang terdiri dari latihan kegel, bladder drill, dan diet rendah kafein dan alkohol dapat menurunkan risiko terjadinya inkontinensia urin pada ibu nifas.
JURNAL 2
Judul
: Senam Kegel Menurunkan Inkontinensia Urine pada Ibu Postpartum
Penulis
: Ni Ketut Alit A, Esti Yunitasari, Masadah
Tahun
: 2008
Nama Jurnal
: Jurnal Ners, Vol. 3, No. 1, Hal 49-53
Resume
:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek dari senam kegel dalam menurunkan inkontinensia urine pada ibu post partum. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experimental pre-post test total sampling design. Populasi pada penelitian ini adalah ibu postpartum yang mengalami inkontinensia urine di Poli hamil dan Poli KB RSU Mataram. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kuesioner jenis tertutup untuk
mengidentifikasi
kemampuan
menahan
kemih
berdasarkan
teori
klasifikasi
inkontinensia dan lembar observasi berupa checklist untuk frekuensi berkemih dalam 24 jam. Dari hasil penelitian ini didapatkan ada pengaruh senam kegel yang dilakukan selama 2 minggu terhadap penurunan inkontinensia urine pada ibu postpartum di RSU Mataram dan tidak ada perbedaan antara frekuensi berkemih dalam 24 jam pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu keterbatasan waktu dalam memberikan intervensi senam kegel. Dari waktu 3 minggu yang ditentukan menjadi hanya 2 minggu intervensi. Menurut Ellen (2007), untuk mendapatkan hasil yang maksimal, senam kegel sebaikya dilakukan secara konstan setiap hari selama 3-4 minggu. Senam kegel jika tidak dilaksanakan dengan benar sesuai dosis dan dengan teknik yang benar dapat mempengaruhi hasil penelitian. Faktor lain yang sangat mendukung hasil penelitian tidak maksimal yaitu faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh responden yang tidak bisa dipantau secara langsung oleh peneliti selama 2 minggu. Menurut Bobak, Lawdermilk dan Jansen (2005), peningkatan asupan cairan akan diikuti peningkatan pengeluaran cairan secara normal, minum cairan yang mengandung alkohol akan dapat menghambat produksi hormon antidiuretik. Minuman yang mengandung kopi, teh dan soda dapat meningkatkan produksi urine. Namun berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa senam kegel menurunkan frekuensi berkemih dalam 24 jam dan memperkuat kemampuan menahan kemih pada pasien Ibu postpartum dengan inkontinensia urine.
JURNAL 3
Judul
: Kegel’s Exercise could Reduce the Incidence of Postpartum Urinary Stress Incontinence
Penulis
: Nusratuddin Abdullah, Eddy Arsyad
Tahun
: 2014
Nama Jurnal
: Indones J Obstet Gynecol, Vol. 2, No. 2, Hal 96-98
Resume
:
Disfungsi panggul dapat menyebabkan inkontinensia urin yang sebagian besar disebabkan oleh proses persalinan pervaginam terutama persalinan pertama atau disebut primigravida. Dalam hal ini latihan kegel ditujukan untuk melatih dan menguatkan otot dasar panggul agar dapat kembali berfungsi secara nomal. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menentukan hubungan antara stress inkontinensia urin dan senam kegel. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan desain potong lintang di rumah sakit pendidikan di Makassar dengan sampel sejumlah 60 ibu post partum primigravida. Pada penelitian ini, 30 ibu primigravida diberikan latihan senam kegel dan 30 ibu primigravida lainnya sebagai kelompok kontrol atau yang tidak diberikan senam kegel. Lalu ditemukan bahwa 23 ibu primigravida mengalami inkontinensia urin postpartum, dan diantaranya 19 orang berasal dari kelompok kontrol, sedangkan 4 orang sisanya berasal dari kelompok yang mendapatkan latihan senam kegel. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa latihan senam kegel memiliki pengaruh positif dalam mengurangi angka kejadian inkontinensia urine pada ibu postpartum primigravida.
JURNAL 4
Judul
: Efektifitas Kegel Exercise Terhadap Pencegahan Inkontinensia Urin Pada Ibu Postpartum Pervaginam Di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar.
Penulis
: Enny Melania
Tahun
: 2014
Nama Jurnal
: Jurnal Keperawatan
Resume
:
Inkontinensia urin adalah salah satu komplikasi dari persalinan yang biasanya sering terjadi pada periode postpartum. Di Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak masih belum didapatkan data yang pasti jumlah penderita inkontinensia urin karena belum ada data statistik yang mendukung, penulis melakukan studi wawancara kepada salah satu bidan yang bekerja di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar yang mengatakan bahwa setiap tahunnya pasti ada ibu postpartum yang berobat dengan keluhan inkontinensia urin. Berdasarkan hasil beberapa penelitian bahwa inkontinensia urin merupakan masalah kesehatan yang serius pada periode postpartum dan dapat menghambat aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, perawat harus mampu melakukan pencegahan masalah perkemihan pada ibu
postpartum sejak dini. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot dasar panggul adalah kegel’s exercise. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui “efektivitas kegel exercise terhadap pencegahan inkontinensia urin pada ibu postpartum” dengan menggunakan desain penelitian eksperimen semu (quasy experiment) dengan rancangan pre – post test dengan kelompok pembanding (control group). Penarikan sampel melalui metode consecutive sampling dengan sampel berjumlah 12 orang. Kriteria sampel adalah sudah melahirkan pervaginam di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar, kesadaran compos mentis, kemampuan fisik memungkinkan untuk dilakukan kegel exercise, dapat berkomunikasi dengan bahasa indonesia, dan bersedia menjadi responden penelitian yang melakukan kegel exercise mandiri secara rutin sesuai prosedur yang sudah ditetapkan. Hasil uji statistik paired sample t test diperoleh nilai p = 0,02 (p < 0,05) artinya terdapat perbedaan penurunan inkontinensia urin sebelum dan sesudah diberikan intervensi latihan kegel pada kelompok intervensi. Persentase ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi post intervensi latihan kegel. Hal ini sesuai dengan pendapat Kegel yang mengatakan latihan kegel sangat bermanfaat untuk menguatkan otot rangka pada dasar panggul, sehingga memperkuat fungsi sfringter eksternal pada kandung kemih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan kegel terhadap pencegahan inkontinensia urin pada ibu postpartum pervaginam di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar.
JURNAL 5
Judul
: Pengaruh Latihan Kegel Terhadap Inkontinensia Urin Pada Pasien Postpartum Di Rsud Sidoarjo
Penulis
: Nita Kurniawati, Qori’ilaSa’idah
Tahun
: 2017
Nama Jurnal
: Prosiding Hefa 1st 2017
Resume
:
Inkontinensia urin merupakan salah satu masalah yang umumnya sering terjadi pada ibu persalinan normal. Sebagian besar pada persalinan normal menyebabkan otot dasar panggul melemah dan tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga urin keluar tanpa disadari. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan latihan kegel. Latihan kegel merupakan latihan otot dasar panggul untuk menguatkan otot-otot dasar panggul setelah kelahiran dan mengontrol pengeluaran urine. Data WHO menyebutkan 200 juta
penduduk dunia mengalami inkontinensia urine. Amerika Serikat saat ini tercatat 13 juta orang mengalami inkontinensia urine dengan 11 juta di antaranya berjenis kelamin wanita. Dua puluh lima persen wanita antara usia 30-59 tahun pernah mengalami inkontinensia urine (Manuaba, 2012). Berdasarkan hasil wawancara didapatkan 12 ibu dengan persalinan normal sebanyak 8 dan Caesar sebanyak 4 pernah mengalami inkontinensia urine setelah kehamilan dan 3 ibu mengalami inkontinensia urin saat hamil namun tidak berlanjut sampai melahirkan. Mereka menyatakan bahwa urine sering kali keluar pada s aat ibu bersin atau batuk. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menganalisa pengaruh latihan kegel terhadap inkontinensia urine pada ibu postpartum di RSUD Sidoarjo dengan desain observasi anafilatik dengan teknik cross sectional. Metode pengambilan sampel dapat menggunakan lotre technique yaitu dengan cara menulis masing-masing nama ibu post partum dengan inkontinensia urine setelah diberikan latihan kegel didalam secarik kertas, lalu kertas tersebut dilipat dengan bentuk yang sama, dan dimasukkan kedalam satu tempat yang sama misalnya di dalam toples. Setelah itu mengambil nama responden sesuai dengan besar sampel. Hasil dari penelitian ini yaitu responden yang melakukan latihan kegel dengan baik sebanyak 17 responden, sedangkan yang melakukan latihan kegel dengan cukup sebanyak 5 responden. Dari hasil data khusus responden pada 22 ibu postpartum ketika dilakukan observasi pada hari ke 5 dengan bantuan 2 helai tissue didapatkan tissue kering sebanyak 18 responden, sedangkan sebanyak responden didapatkan hasil dari tissue tersebut masih basah. Lalu hasil akhir menunjukkan bahwa kejadian inkontinensia memiliki pengaruh terhadap latihan kegel dengan baik yang dilakukan secara rutin sebanyak 18 responden sedangkan pada terjadinya inkontinensia dengan cukup latihan kegel sebanyak 4 responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara latihan kegel terhadap inkontinensia urine pada ibu postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
JURNAL 6
Judul
: Efektifitas Latihan Kegel Terhadap Percepatan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Kalitengah Lamongan
Penulis
: Diah Eko Martini
Tahun
: 2015
Nama Jurnal
: Jurnal SURYA, Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Resume
:
Masa nifas merupakan suatu hal yang sangat penting karena pada masa itu rawan sekali untuk terjadi komplikasi-komplikasi post partum, komplikasi tersebut diantaranya adalah infeksi perineal akibat tindakan episiotomy. Menurut survey awal yang dilakukan penelirti, setidaknya ada sekitar 40% dari 10 ibu nifas yang mengalami infeksi perineal dan mengakibatkan keterlambatan penyembuhan luka perineum. Hal ini seharusnya dapat di cegah, salah satunya dengan melakukan latihan kegel dengan benar, akan tetapi sebagaian besar dari ibu postpartum tidak punya pengalaman mengenai latihan kegel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas latihan kegel terhadap percepatan penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum di Puskesmas Kalitengah Lamongan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang menggunakan metode praeksperimental dengan pendekatan static group comparation design yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan latihan kegel terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di puskesmas Kalitengah Lamongan. Sampel penelitian ini Seluruh ibu nifas yang mengalami luka perineum di Puskesmas Kalitengah Lamongan pada bulan juli sampai oktober 2015 sebanyak 30 ibu yang dibagi menjadi 2 kelompok secara randomisasi. Bagi kelompok intervensi diberikan senam selama 15 menit setiap hari selama 7 hari, kemudian evaluasi di lakukan pada hari ke-7 postpartum. Sedangkan kelompok control tidak diberikan perlakuan apapun namun observasi luka perineum juga dilakukan hari ke-7 postpartum. Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa hampir semua atau (93,3%) pada kelompok perlakuan mengalami penyembuhan luka perineum cepat dan hanya sebagian kecil responden atau (6,7%) mengalami penyembuhan luka lambat sedangkan lebih dari sebagian atau (66,7%) responden pada kelompok kontrol pengalami penyembuhan luka lambat dan hampir sebagian atau (33,3%) mengalami penyembuhan luka cepat. Lalu berdasarkan hasil uji statistik Mann Whitney didapatkan nilai Asymp.(2-tailed) = 0,001 (<0,05) sehingga H0 ditolak berarti latihan kegel efektif untuk mempercepat terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kalitengah Lamongan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh ibu nifas yang melakukan latihan kegel di Puskesmas Kalitengah Lamongan mengalami penyembuhan luka perineum lebih cepat dibandingkan ibu nifas yang tidak melakukan latihan kegel sehingga dapat ditarik kesimpulan terdapat latihan kegel ef ektif untuk mempercepat penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
JURNAL 7
Judul
: Efektivitas Senam Kegel Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Normal
Penulis
: Ari Antini, Irna Trisnawati, Jundra Darwanty
Tahun
: 2016
Nama Jurnal
: Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Vol VII No 4, Hal 212-216
Resume
:
Pada masa post-partum adalah keadaan dimana terjadi masa pemulihan seperti pemulihan luka perineum akibat adanya robekan perineum karena proses persalinan. Menurut Smeltzer, 2002 terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial ekonomi, penanganan petugas, kondisi ibu dan gizi. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah usia, penanganan jaringan, haemoragic, hipovolemia, faktor lokal edema, deficit nutrisi, personal hygiene, deficit oksigen, over aktifitas. Penghambat keberhasilan penyembuhan luka menurut Boyle (2008) adalah sebagai berikut : malnutrisi, merokok, kurang tidur, stress, kondisi medis dan terafi, apusan kurang optimal, lingkungan optimal untuk penyembuhan luka, kurang mobilisasi dan infeksi. Mobilisasi yang efektif dilakukan untuk ibu nifas dalam mempercepat proses penyembuhan luka perineum dengan senam kegel, diantaranya untuk memperbaiki sirkulasi darah, memperbarui sikap tubuh, memperbaiki otot pelvis/ dasar panggul seorang perempuan. (Bobak, 2015). Berdasarkan hasil wawancara pada ibu post partum didapatkan lama penyembuhan luka perineum lebih dari 8 hari dan ibu tidak pernah melakukan senam kegel. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas senam kegel terhadap waktu penyembuhan luka perineum pada ibu post partum normal. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu desain quasi eksperimen Sampel dalam penelitian ini adalah adalah ibu nifas hari pertama yang melahirkan pada bulan mei sampai dengan nopember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil analisis diketahui luka berwarna kemerahan pada kelompok senam kegel (1-2 hari) berlangsung lebih cepat dibandingkan kelompok mobilisasi (1-4 hari). Pada proses Luka mulai kering dan menutup pada kelompok mobilisasi berlangsung lebih awal tetapi prosesnya lebih lama (2-6 hari), dibandingkan kelompok senam kegel (3-4 hari). Demikian juga mulai muncul jaringan parut pada kelompok mobilisasi (3-9 hari) berlangsung lebih awal tetapi prosesnya lebih lama dibandingkan kelompok senam kegel (4-6 hari). Pada proses luka
menutup dengan baik pada kelompok mobilisasi (4-9 hari) berlangsung lebih awal tetapi prosesnya lebih lama dibandingkan kelompok senam kegel (5-7 hari). Rata-rata lama waktu penyembuhan luka perineum pada kelompok senam kegel adalah 6 hari dengan batasan minimal 5 hari dan maksimal 7 hari lebih cepat dibandingkan pada kelompok mobilisasi dengan rata-rata jumlah hari adalah 7 hari, dengan batasan minimal 4 hari dan maksimal 9 hari. Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa senam kegel lebih efektif secara signifikan terhadap waktu penyembuhan luka dibandingkan dengan ibu yang melakukan mobilisasi.
JURNAL 8
Judul
: Efektifitas Senam Kegel Dan Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nyeri Perinium Pada Ibu Post Partum Di BPM Prima Boyolali
Penulis
: Makzizatunnisa, Eni Kusyati, Nurul Hidayah
Tahun
: 2014
Nama Jurnal
: Jurnal Kesehatan
Resume
:
Setelah melahirkan ibu juga akan mengalami berbagai gangguan nyeri ya, diantaranya yang paling sering dijumpai yaitu gangguan nyeri yang mencapai 70,9% dari kejadian partus. Penyebab utama nyeri tersebut adalah jahitan perineum, hal ini dikarekanan bahwa menurut sebuah penelitan yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa 85% dari perempuan yang melahirkan secara normal dan akan terjadi trauma perineum dan lebih dari dua pertiga dari perempuan tersebut akan memerlukan penjahitan. Fenomena yang terjadi saat ini untuk mengurangi nyeri ibu hanya melakukan relaksasi nafas, hal itu pun dilakukan sendiri tanpa adanya arahan khusus dari tenaga kesehatan. Berbagai hal telah dilakukan untuk mengurangi nyeri perineum setelah melahirkan seperti terapi farmakologi dengan analgetik, maupun terapi nonfarmakologi seperti dibasuh dengan relaksasi, air hangat, penggunaan bantal karet busa berbentuk cincin yang keras serta dengan melakukan senam. Salah satu senam yang dapat dilakukan adalah senam kegel. Peneliti kemudian melakukan penelitian yang bertujuan untuk membandingkan efektifitas antara senam kegel denga relaksasi napas dalam terhadap nyeri perineum pada ibu post parum di BPM Prima Boyolali yang menggunakan quasi eksperimen dengan jenis Non randomized pre and post test with control group design. Populasi penelitian ini yaitu semua ibu nifas, sampel diambil dengan Purposif sampling dengan jumlah sampel 30 responden.
Penelitian dilakukan dengan cara responden dibagi dalam kelompok intervensi senam kegel sejumlah 15 orang dan intervensi relaksasi napas dalam sejumlah 15 orang. Hasil penelitian berdasarkan analisis univariat menunjukkan adanya penurunan ratarata tingkat nyeri responden kelompok yang melakukan senam kegel dan demikian dengan kelompok relaksasi napas dalam. Sedangkan berdasarkan analisis bivariat dapat diketahui kesimpulan bahwa intervensi senam kegel lebih efektif menurunkan tingkat nyeri responden dibandingkan dengan intervensi relaksasi napas dalam.
JURNAL 9
Judul
: Efek Latihan Kegel pada Kekuatan Otot Dasar Panggul Ibu Pasca Persalinan
Penulis
: Rahajeng
Tahun
: 2010
Nama Jurnal
: Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol. 26, No. 2, Hal. 120-123
Resume
:
Kehamilan dan persalinan menyebabkan perubahan mekanik dan denervasi otot-otot dasar panggul yang menimbulkan keluhan stres inkotinensia, prolaps organ panggul dan gangguan seksual sehingga menurunkan kualitas hidup pasien. Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terkait latihan otot dasar panggul. Latihan otot dasar panggul pertama kali dikembangkan tahun 1940 oleh Dr. Arnold Kegel untuk mengatasi stress inkontinensia, dapat digunakan untuk menguatka otot dasar panggul. Latihan tersebut berupa latihan otot dasar panggul secara progresif pada otot levator ani yang bekerja dibawah kontrol yang selanjutnya dikenal sebagai Kegel exercise. Penelitian dilakukan dengan rancangan randomized clinical trial, pada dua kelompok kontrol dan perlakuan. Pre test di lakukan pada kedua kelompok menggunakan perineometer Peritron dan evaluasi dilakukan setiap 4 minggu hingga 12 minggu. Sampel penelitian ini adalah pasien pasca persalinan pervaginam setelah masa nifas yang dating ke poli nifas RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok kontrol cenderung tidak menunjukkan perubahan kekuatan otot dasar panggul dibandingkan kondisi awal pada evaluasi empat minggu pertama (cmH O) hingga minggu kedua belas (cmH2O). Uji juga menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna kekuatan otot pangggul sesudah 4 hingga 12 minggu pada kelompok yang tidak melakukan latihan otot dasar panggul. Sebaliknya pada kelompok yang melakukan pelatihan didapatkan perubahan bermakna pada kekuatan otot dasar panggul empat hingga 12 minggu sesudah pelatihan.
JURNAL 10
Judul
: Pelatihan Terpadu (Kegel Dan Core Stability) Meningkatkan Kekuatan Otot Dasar Panggul Wanita Multipara
Penulis
: Sri Kustini
Tahun
: 2011
Nama Jurnal
: Jurnal Fisioterapi Vol. 11 No. 1, Hal 56-76
Resume
:
Kekuatan otot dasar panggul (ODP) menurun setelah hamil dan melahirkan pervaginam terutama pada wanita multipara. Kelemahan ODP bisa meng-akibatkan gangguan berkemih, prolap organ pelvis, dan disfungsi seksual. Kelemahan ODP bisa dikuatkan kembali dengan pelatihan penguatan ODP dan sudah teruji manfaatnya bila dilakukan secara benar tanpa menggunakan otot-otot penunjang lain-nya. Pelatihan terpadu (Kegel dan core stability) lebih selektif untuk meningkatkan kekuatan ODP. Otot dasar panggul dan otot transversus abdominus merupakan grup otot core yang telah diketahui merupakan bagian dari sistem stabilitas lumbo-pelvis. Komponen yang lain adalah diafragma thorak dan otot multividus.
Meningkatnya
aktifitas
otot
transversus
abdominus
sinergis
dengan
meningkatnya aktivitas otot dasar panggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan terpadu (Kegel dan core stability) dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul yang menggunakan metode penelitian true experimental, randomized pre and post test group design.. Dari 24 wanita multipara usia 28-49 tahun karyawan R.S Setia Mitra yang memenuhi kriteria inklusi dibagi dua kelompok perlakuan secara random sama banyak. Kelompok perlakuan I diberi pelatihan ODP (metode Kegel) dan kelompok perlakuan II diberi pelatihan terpadu (Kegel dan Core stability). Pelatihan dilakukan 3x per minggu selama 8 minggu. Semua sampel diwajibkan pula melakukan pelatihan penguatan ODP sendiri sambil melakukan aktivitas sehari-harinya. Sebelum dan setelah 8 minggu pelatihan semua sampel diukur kekuatan ODP dengan pelvixiser perineumeter. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Kekuatan ODP Kelompok perlakuan I sebelum pelatihan didapat nilai rerata 11 (±2,86) dan sesudah pelatihan 15,33 (±3,025) berbeda secara bermakna (p<0,005). Pada kelompok perlakuan II sebelum pelatihan didapat nilai rerata 11,08(±4,87) dan setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 19,58(± 3,025) berbeda secara bermakna (p<0,05). Nilai rerata selisih kekuatan ODP kelompok perlakuan I 4,67(±0,253), sedang kelompok perlakuan II mempunyai nilai rerata selisih 8,58(±0,144) berbeda secara bermakna (p<0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pelatihan terpadu
(Kegel dan core stability) lebih efektif meningkatkan kekuatan ODP wanita multipara dibandingkan pelatihan ODP (metode Kergel).
JURNAL 11
Judul
: Efektivitas Kombinasi Latihan Otot Dasar Panggul Dan Perut Terhadap Involusio Uteri Pada Ibu Nifas
Penulis
: Mariah Ulfah, Maya Safitri
Tahun
: 2016
Nama Jurnal
: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 7 No. 2 Edisi Desember 2016, hlm. 127-135
Resume
:
Involusi uteri merupakan proses kembalinya uteri setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Angka Kematian Ibu di Kabupaten Banyumas adalah 114,7 per 100.000 kelahiran hidup, jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 126/100.000 kelahiran hidup. Namun, angka tersebut masih melebihi target dari Angka Kemtaian Ibu di propinsi Jawa tengah yaitu 60/100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu adalah tertinggi perdarahan 14 kasus dan eklampsi 5 kasus. Pendarahan salah satunya disebabkan kontraksi otot uterus yang tidak adekuat sehingga tidak terjadi penekanan pembuluh darah uterus pada regio bekas pelekatan plasenta. Otot perut dan otot dasar panggul merupakan otot penyokong uterus. Tanpa otot tersebut maka otot uterus akan lemah. Latihan otot perut dan otot dasar panggul dapat meningkatkan srikulasi arah sehingga akan meningkatkan oksigen ke jaringan yaitu jaringan di endometrium. Latihan otot dasar panggul memberikan manfaat mengembalikan tonus otot-otot dasar panggul sehingga akan mengembalikan tonus otot yang baik selama masa nifas, sedangkan latihan otot abdomen akan memberikan stimulus terhadap otot uterus sehingga meningkatkan tonus otot uterus kembali sebelum hamil dan akan mempercepat terjadinya involusio uteri. Peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas kombinasi kombinasi latihan otot dasar panggul dan perut te rhadap involusio uteri pada ibu nifas dengan menggunakan metode quasi eksperimental. Responden dalam penelitian ini berjumlah 46 orang ibu nifas, yang dibagi menjadi kelompok latihan kombinasi otot abdomen dan otot dasar panggul sejumlah 23 responden, serta 23 responden lainnya merupakan kelompok kontrol dengan hanya diterapkan latihan otot dasar panggul saja. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa karakteristik ibu nifas berdasarkan paritas didominasi oleh responden primiparitas dan multiparitas masing-masing berjumlah 19 orang orang (41,3%), dan grande multiparitas (melahirkan lima 5 kali atau
lebih) berjumlah 8 orang (17,4%) serta terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata penurunan tinggi fundus uteri antara kombinasi latihan otot abdomen dan latihan otot dasar panggul dengan ibu nifas yang hanya dilatih otot dasar panggul saja. Rata-rata penurunan tinggi fundus uteri ada kombinasi latihan otot abdomen dan panggul 2.31 cm sedangkan yang hanya dilakukan latihan otot dasar panggul saja adalah 1.4 cm.
JURNAL 12
Judul
: Pengaruh Pelvic Floor Muscle Training terhadap Pengembalian Fungsi Miksi dan Defekasi pada Ibu Postpartum Spontan
Penulis
: Mustika Dewi, Ermawati, Nuzulia Irawati
Tahun
: 2014
Nama Jurnal
: Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; Vol. 3, No. 3
Resume
:
Persalinan merupakan peristiwa alamiah yang dialami oleh setiap ibu hamil, namun persalinan juga memiliki peluang terjadi komplikasi seperti akibat trauma pada otot dasar panggul, sehingga membawa dampak terhadap fungsi miksi dan defekasi pada ibu postpartum. Stimulasi dini yang dapat dilakukan guna memulihkan fungsi miksi dan defekasi, antara lain dengan Pelvic Floor Muscle Training (PFMT) atau latihan yang dilakukan khusus untuk otot dasar panggul. Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen dengan post test only control group design untuk mengetahui pengaruh pelvic floor muscle training terhadap pengembalian fungsi miksi dan defeksi pada ibu postpartum spontan (tanpa bantuan alat penolong persalinan). Penelitian dilaksanakan di beberapa tempat pelayanan kesehatan di Kota Padang dari tanggal 26 Februari sampai dengan 26 Mei 2014. PFMT dilakukan setelah 2 jam persalinan sebanyak 3 sesi selama 3 hari postpartum. Selanjutnya mewawancarai kelompok yang melakukan PFMT maupun kelompok yang tidak melakukan PFMT untuk mengetahui miksi dan defekasi pertama kali dimasa postpartum. Populasi adalah ibu nifas dengan partus spontan yang ada pada periode penelitian. Subjek penelitian diambil dengan kriteria inklusi sebagai berikut adalah: ibu yang bersedia secara sukarela menjadi responden, kooperatif, melahirkan bayi viable, usia reproduktif antara 20 sampai 35 tahun, multipara paritas 2 sampai 4, Indeks Massa Tubuh (IMT) 18.525.0, intake cairan 2500 ml-3500 ml dan waktu defekasi terakhir ibu 1-24 jam sebelum persalinan. Kriteria ekslusi: Ibu dengan episiotomi atau laserasi perineum derajat ≥ 3, pemasangan kateter menetap dalam 2 jam post-partum, pre eklampsia, perdarahan atau atonia
uteri, memiliki riwayat kelainan atau cedera panggul, memiliki riwayat penyakit kronik. Berdasarkan rumus populasi invinite untuk data kategorik dengan derajat kemaknaan 95%, diperoleh jumlah subjek sebesar 46 responden, ditambah drop out 10% menjadi 51 responden. Setelah dilakukan penelitian pada 51 responden. 2 (dua) orang dinyatakan drop out dari kelompok kontrol , karena setelah informed consent dilakukan responden kemudian menolak untuk memberikan keterangan lebih lanjut. 1 (satu) responden juga dinyatakan drop out dari kelompok intervensi karena mengalami perdarahan setelah 12 jam postpartum. Sehingga jumlah sampel menjadi 48 responden, 24 pada kelompok intervensi dan 24 kelompok kontrol. Berikut dijelaskan karakteristik responden dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh PFMT terhadap miksi pada ibu postpartum spontan didapatkan persentase miksi spontan lebih tinggi pada ibu yang melakukan PFMT dari pada ibu yang tidak melakukan PFMT (83.3% : 58.3%). Secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan (p > 0.05), maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh PFMT terhadap miksi pada ibu postpartum spontan. Namun dapat dilihat ada kecendrungan kejadian miksi spontan pada kelompok yang melakukan PFMT dibanding pada kelompok yang tidak melakukan PFMT atau pada kelompok kontrol. PFMT dapat dilakukan secara dini untuk menstimulus otot dasar panggul yang mengalami kelemahan pasca melahirkan dalam mengatasi gangguan miksi sebelum munculnya gejala atau gangguan. PFMT dapat dijadikan asuhan keperawatan sebagai tindakan pencegahan terhadap gangguan miksi pada ibu postpartum. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan PFMT sebagai stimulasi segera pada ibu postpartum, dengan memberikan rangsangan pada otot dasar panggul supaya dapat segera berkontraksi dan mendorong sisa makanan keluar. PFMT dapat dinyatakan bermanfaat sebagai stimulasi dini pada otot dasar panggul pada asuhan kebidanan, sehingga ibu dapat segera buang air besar dalam 2-3 hari postpartum, yaitu sekitar 87.5% ibu dapat defekasi secara normal. PFMT merupakan asuhan kebidanan secara fisiologis atau alamiah, dapat mengembalikan fungsi defekasi pada ibu postpartum spontan. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh PFMT terhadap pengembalian fungsi miksi pada ibu postpartum spontan, walau terdapat kecendrungan kejadian miksi spontan pada kelompok yang melakukan PFMT dari pada kelompok yang tidak melakukan PFMT. Ada pengaruh PFMT terhadap pengembalian fungsi defekasi pada ibu postpartum spontan.
JURNAL 13
Judul
: Perbedaan Level Rerata Kekuatan Otot Dasar Panggul Sebelum Dan Setelah Persalinan Spontan Pada Kelompok Inkontinensia Urin Dan Kelompok Normal
Penulis
: Bobby Indra Utama, Hasni Kemala Sari, Hafni Bachtiar
Tahun
: 2016
Nama Jurnal
: OBGIN EMAS, Tahun VII, Volume 1, Nomor 21
Resume
:
Trauma pada otot dasar panggul selama persalinan saat ini diketahui sebagai faktor etiologi utama terhadap kelainan otot dasar panggul seperti inkontinensia urin, prolapse organ pelvis, dan inkontinensia fekal. Hampir 50% wanita yang melahirkan menderita prolaps organ genitourinaria, 40% menderita inkontinensia urin, dan 4,2% mengalami inkontinensia fekal. Persalinan pervaginam juga merupakan faktor kontribusi utama kejadian stress inkontinensia urin. Hal ini tidak hanya disebabkan karena persalinan berakibat pada perubahan mekanis dan hormonal, namun juga kerusakan jaringan otot dan saraf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan level rerata kekuatan otot dasar panggul sebelum dan setelah persalinan spontan pada kelompok inkontinensia urin dan kelompok normal pada ibu post partum. Penelitian bersifat analitik, crosssectional pada 13 wanita dengan stres inkontinensia urin, dan 17 wanita kelompok normal. Subjek dikumpulkan di RSUD Pariaman, dari bulan Juli sampai Oktober 2016. Hasil penelitian menunjukkan Kekuatan otot panggul sebelum kelahiran pada kelompok stres inkontinensia urin adalah 10,85 + 0,899 cmH2O, sedangkan pada kelompok normal adalah 10,88 + 0,928 cmH2O. Kekuatan otot dasar panggul setelah persalinan pada kelompok stress inkontinensia urin adalah 7.00 + 0,707 cmH2O, sedangkan pada kelompok normal adalah 8,88 + 1,166 cmH2O. Perbedaan rata-rata kekuatan otot dasar panggul sebelum dan setelah persalinan spontan pada kelompok stres inkontinensia urin adalah 3,85 + 1,281 cmH2O, sedangkan pada kelompok normal 2,00 + 1,173 cmH2O, dengan 95% CI 0,908-2,784. Terdapat perbedaan berarti pada kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah persalinan spontan antara stres kelompok inkontinensia urin dengan kelompok normal.
JURNAL 14
Judul
: Pengaruh Penambahan Stimulasi Faradik Pada Pelvic Floor Excercise Terhadap Penurunan Frekuensi Inkontinensia Urin Pada Stres Inkontinensia Urin Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta
Penulis
: Galih Adhi Isak Setiawan, Siti Khotimah
Tahun
: 2015
Resume
:
Gangguan sistem urin pada manusia merupakan salah satu keluhan utama dari masalah sistem urinaria yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada kenyataannya, gangguan sistem urin bukanlah sebuah penyakit dan bukan merupakan konsekuensi normal yang terjadi pada manusia, namun merupakan keluhan atau gejala yang dapat timbul sebagai akibat dari berbagai keadaan atau penyakit. Gangguan sistem urin yang sering diderita ini disebut dengan “inkontinensia urin”. dan faktor di luar saluran kemih pada sistem urogenital (Arnold dkk, 2009). Inkontinensia urin dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain lemahnya otot-otot sfingter (otot-otot yang berperan mengendalikan pembukaan kandung kemih atau kantung urin), baik karena usia lanjut maupun karena sebab-sebab lain misalnya karena cedera atau trauma saat melahirkan, hamil dan terlalu sering melahirkan, penurunan estrogen pada wanita pasca menopause, over aktivitas otot-otot kandung kemih, pembesaran prostat, infeksi vaginal atau saluran urine, efek obat-obat tertentu, konstipasi, gangguan persyarafan, stroke, multiple sclerosis, kegemukan, dan kelainan neurologi yang secara keseluruhan berhubungan dengan kelainan dasar panggul (Junizaf, 2007). Pembesaran Prostat Jinak ,merupakan penyakit yang biasa terjadi pada laki-laki usia lanjut, ditandai dengan pertumbuhan yang sangat cepat pada epitel prostat dan daerah transisi jaringan fibromuscular pada daerah periurethral yang bisa menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urin yang tertahan. Data prevalensi tentang BPH secara mikroskopi dan anatomi sebesar 40% dan 90 % terjadi pada rentang usia 50-60 tahun dan 80-90 tahun. Berbagai pengobatan atau terapi yang bisa dilakukan pada kondisi stress inkontinensia urin diantaranya yaitu dengan Pelvic floor exercise. Pelvic floor exercise adalah salah satu dari berbagai-macam terapi yang digunakan dalam penanganan inkontinensia urin. Pelvic floor exercise merupakan sebuah senam atau latihan otot dasar panggul yang bermanfaat untuk menguatkan otot dasar panggul, meningkatkan tonus otot-otot dasar panggul, dan membuat uretra tertutup rapat. Serta salah satu arus yang dapat digunakan untuk stimulasi
elektrik adalah faradic current atau arus faradik. Arus Faradik adalah arus bolak balik yang tidak simetris yang mempunyai durasi 0,01 – ms dengan freqkuensi 50 -100 cy/detik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pemberian stimulasi faradik pada pelvic floor excercise dalam menurunkan frekuensi inkontinensia urin pada pasien stres inkontinensia urin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan desain pre test and post test, dimana kelompok perlakuan I diberikan latihan pelvic floor excercise yang berjumlah 3 orang, dan kelompok perlakuan II diberikan penambahan stimulasi faradic pada pelvic floor excercise yang berjumlah 3 orang ,dilakukan perlakuan selama empat minggu dengan frekuensi tiga kali satu minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perubahan atau penurunan frekuensi inkontinensia urin dari sebelum dilakukan perlakuan Pelvic floor exercise dengan setelah dilakukan perlakuannya. Rerata dan simpang baku yang dapat diambil sebelum dilakukan perlakuan adalah 9,666 ± 1,527 sedangkan yang sesudah dilakukan perlakuan adalah 4,333 ± 1,527. Sedangkan pada kelompok penambahan stimulasi faradik pada Pelvic Floor Exercise bahwa adanya perubahan atau penurunan frekuensi inkontinensia urin dari sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan dengan rerata didampingi oleh simpang baku yang dapat diambil sebelum dilakukan perlakuan adalah 10,666 ± 1,527 sedangkan yang sesudah dilakukan perlakuan adalah 3,000 ± 1,000. Dari pernyataan tersebut berarti tiap perlakuan pada responden yaitu pada kelompok pelvic floor excercise maupun kelompok penambahan stimulasi faradik pada pelvic floor excercise, terdapat pengaruh dalam penurunan frekuensi inkontinensia urin dari sebelum dan sesudah perlakuan. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penambahan stimulasi faradik pada Pelvic Floor exercise dapat menurunkan frekuensi Inkontinensia urin pada stres inkontinensia urin.
JURNAL 15
Judul
: Effectiveness of Antenatal Motor Relearning Approach of Diaphragm, Deep Abdominal and Pelvic Floor Muscles Versus Kegels Exercises on Postpartum Pelvic Floor Muscle Strength
Terjemahan
: Efektivitas dari Mempelajari Kembali Motorik Antenatal dengan Pendekatan Diafragma, Deep Abdominal dan Pelvic Floor Muscles Versus Kegels Exercises pada Postpartum Pelvic Floor Muscle Strength
Penulis
: Siva Priya R, Kokila V, K Kanchana Malai, Suresh Kumar S
Tahun
: 2014
Resume
:
Otot-otot dasar panggul sangat penting bagi organ-organ internal se rta kandung kemih dan usus fungsi. Otot-otot dasar panggul adalah otot-satunya melintang ditempatkan dalam tubuh. Kehamilan dan trauma kelahiran merupakan faktor risiko utama untuk cedera otot dasar panggul. Seperti otot lainnya otot panggul membutuhkan pekerjaan tetap untuk tetap kuat, terutama selama kehamilan. Selama Kehamilan kekuatan otot dasar panggul dipengaruhi oleh hormon, biomekanik dan perubahan struktural terutama dari berat uterus dan peningkatan tekanan intraabdominal selama kehamilan. Audit NICE (National Institute of Clinical Excellence) telah mengungkapkan bahwa 19,9-70% kehamilan menyebabkan kelemahan dari dasar panggul. Saat kehamilan terdapat tanda-tanda sistemik bahwa tubuh berubah dan dinyatakan tetapi perubahan yang terjadi untuk otot dasar panggul, saraf dan jaringan lunak kurang kokoh. Hal itu penting untuk memiliki kekuatan otot dasar panggul yang baik sebelum, selama dan setelah melahirkan. Selama berat badan kehamilan dari rahim di lantai panggul menyebabkan otot-otot ini untuk meregangkan dan melemah menyebabkan disfungsi dasar panggul. Otot panggul perlu perhatian khusus selama kehamilan dan pasca melahirkan. Terdapat penelitian lain yang menyatakan tentang kelemahan otot dasar panggul pada wanita hamil yang menjalani exercise protocol dan pregnant sedentary women. Namun tak satu pun penelitian yang membandingkan efek dari antenatal kegel exercise dan motor relearning approach of diaphragmatic, deep abdominal dan pelvic floor muscles untuk meningkatkan otot dasar panggul. Sebanyak tujuh puluh delapan wanita hamil berpartisipasi dalam penelitian ini. Subyek secara acak ditugaskan menjadi dua kelompok (intervensi dan kelompok kontrol). Tiga puluh sembilan mata pelajaran dalam kelompok intervensi (Grup A) dalam bagian motor relearning approach of diaphragmatic, dan tiga puluh sembilan mata pelajaran di kelompok kontrol (Grup B) dalam bagian kegel exercise. Ulasan dilakukan sekali dalam setiap bulan saat mereka berkumpul. Semua peserta diberikan buku harian latihan dan mereka diminta untuk mencentang hari ketika latihan dilakukan. Subjek diminta untuk melanjutkan latihan sampai 38 minggu (9 bulan). Buku harian itu diperiksa setiap akan menindaklanjuti. Dalam periode postpartum, kekuatan otot dasar panggul dari 21 pasien dari masing-masing kelompok diambil untuk analisis. Analisis statistik yang didapatkan dari nilai-nilai posttest pada pengukuran perineometer menunjukkan bahwa motor relearning approach of diaphragmatic , deep abdominal, dan pelvic floor muscles memiliki pengaruh yang signifikan pada peningkatan
otot dasar panggul bagi ibu pasca melahirkan dibanding dengan kegel exercise. Sehingga impulsif yang fisioterapis harus menyertakan motor relearning approach of diaphragmatic , deep abdominal, dan pelvic floor muscles sebagai bagian dari program latihan antenatal rutin. Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa terdapat peningkatan yang lebih besar pada kekuatan otot dasar panggul setelah melahirkan dengan rutin melakukan motor relearning approach of diaphragmatic, deep abdominal, dan pelvic floor muscles dibanding dengan kegel exercise.
BAB III KESIMPULAN
1. Latihan mandiri yang terdiri dari latihan kegel, bladder drill, dan diet rendah kafein dan alkohol dapat menurunkan risiko terjadinya inkontinensia urin pada ibu nifas. 2. Senam kegel menurunkan frekuensi berkemih dalam 24 jam dan memperkuat kemampuan menahan kemih pada pasien Ibu postpartum dengan inkontinensia urine. 3. Latihan senam kegel memiliki pengaruh positif dalam mengurangi angka kejadian inkontinensia urine pada ibu postpartum primigravida. 4. Terdapat pengaruh latihan kegel terhadap pencegahan inkontinensia urin pada ibu postpartum pervaginam di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar. 5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara latihan kegel terhadap inkontinensia urine pada ibu postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo. 6. Hampir seluruh ibu nifas yang melakukan latihan kegel di Puskesmas Kalitengah Lamongan mengalami penyembuhan luka perineum lebih cepat dibandingkan ibu nifas yang tidak melakukan latihan kegel sehingga dapat ditarik kesimpulan terdapat latihan kegel efektif untuk mempercepat penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. 7. Senam kegel lebih efektif secara signifikan terhadap waktu penyembuhan luka dibandingkan dengan ibu yang melakukan mobilisasi. 8. Intervensi senam kegel lebih efektif menurunkan tingkat nyeri responden dibandingkan dengan intervensi relaksasi napas dalam. 9. Terdapat perubahan bermakna pada kekuatan otot dasar panggul empat hingga 12 minggu pada ibu nifas sesudah pelatihan senam Kegel. 10. Pelatihan terpadu (Kegel dan core stability) lebih efektif meningkatkan kekuatan otot dasat panggul (ODP) wanita multipara dibandingkan pelatihan ODP (metode Kergel). 11. Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata penurunan tinggi fundus uteri antara kombinasi latihan otot abdomen dan latihan otot dasar panggul dengan ibu nifas yang hanya dilatih otot dasar panggul saja. Rata-rata penurunan tinggi fundus uteri ada kombinasi latihan otot abdomen dan panggul 2.31 cm sedangkan yang hanya dilakukan latihan otot dasar panggul saja adalah 1.4 cm. 12. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh Pelvic Floor Muscle Training terhadap pengembalian fungsi miksi pada ibu postpartum spontan, walau terdapat kecendrungan kejadian miksi spontan pada kelompok yang melakukan PFMT
dari pada kelompok yang tidak melakukan PFMT. Ada pengaruh PFMT terhadap pengembalian fungsi defekasi pada ibu postpartum spontan. 13. Perbedaan rata-rata kekuatan otot dasar panggul sebelum dan setelah persalinan spontan pada kelompok stres inkontinensia urin adalah 3,85 + 1,281 cmH2O, sedangkan pada kelompok normal 2,00 + 1,173 cmH2O, dengan 95% CI 0,908-2,784. Terdapat perbedaan berarti pada kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah persalinan spontan antara stres kelompok inkontinensia urin dengan kelompok normal. 14. Penambahan stimulasi faradik pada Pelvic Floor exercise dapat menurunkan frekuensi Inkontinensia urin pada stres inkontinensia urin. 15. Terdapat peningkatan yang lebih besar pada kekuatan otot dasar panggul setelah melahirkan dengan rutin melakukan motor relearning approach of diaphragmatic , deep abdominal, dan pelvic floor muscles dibanding dengan kegel exercise.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Antini, Irna Trisnawati, Jundra Darwanty. 2016. Efektivitas Senam Kegel Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Normal . Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Vol VII No 4, Hal 212-216 Bobak. 2004. The muscles of the pelvic floor . Clin Obstet Gynecol; 36: 910-24. Bobby Indra Utama, Hasni Kemala Sari, Hafni Bachtiar. 2016. Perbedaan Level Rerata Kekuatan Otot Dasar Panggul Sebelum Dan Setelah Persalinan Spontan Pada Kelompok Inkontinensia Urin Dan Kelompok Normal. Padang: OBGIN EMAS, Tahun VII, Volume 1, Nomor 21. Diah Eko Martini. 2015. Efektifitas Latihan Kegel Terhadap Percepatan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Kalitengah Lamongan . Jurnal SURYA, Vol. 07, No. 03. Dinata, F., et al. 2008. Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Primigravida. Jakarta: MRUFKUI. Enny Melania. 2014. Efektifitas Kegel Exercise Terhadap Pencegahan Inkontinensia Urin Pada Ibu Postpartum Pervaginam Di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar . Kalimantan Barat: Jurnal Keperawatan. Galih Adhi Isak Setiawan, Siti Khotimah. 2015. Pengaruh Penambahan Stimulasi Faradik Pada Pelvic Floor Excercise Terhadap Penurunan Frekuensi Inkontinensia Urin Pada Stres Inkontinensia Urin Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta . Yogyakarta. Junizaf. 2007. Perkembangan Uroginekologi Masa lalu, Kini dan Mendatang. Jakarta: FKUI. Klausner, AP, . Mt Sinai J Med. (2003). Urinary incontinence in the geriatr ic population. Lina Herida Pinem, Setyowati, Dewi Gayatri. 2012. Pencegahan Inkontinensia Urin pada Ibu Nifas dengan Paket Latihan Mandiri. Jakarta: Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol. 15, No. 1, Hal 47-52. Makzizatunnisa, Eni Kusyati, Nurul Hidayah. 2014. Efektifitas Senam Kegel Dan Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nyeri Perinium Pada Ibu Post Partum Di BPM Prima Boyolali. Jurnal Kesehatan.
Manuaba, Ida, B. G. 2012. Obstetri & Ginekologi Sosial. Jakarta : Trans Info Media. Mariah Ulfah, Maya Safitri. 2016. Efektivitas Kombinasi Latihan Otot Dasar Panggul Dan Perut Terhadap Involusio Uteri Pada Ibu Nifas. Purwokerto: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 7 No. 2 Edisi Desember 2016, hlm. 127-135. Mustika Dewi, Ermawati, Nuzulia Irawati. 2014. Pengaruh Pelvic Floor Muscle Training terhadap Pengembalian Fungsi Miksi dan Defekasi pada Ibu Postpartum Spontan . Padang: Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; Vol. 3, No. 3. Ni Ketut Alit A, Esti Yunitasari, Masadah. 2008. Senam Kegel Menurunkan Inkontinensia Urine pada Ibu Postpartum. Mataram: Jurnal Ners, Vol. 3, No. 1, Hal 49-53. Nita Kurniawati, Qori’ilaSa’idah. 2017. Pengaruh Latihan Kegel Terhadap Inkontinensia Urin Pada Pasien Postpartum Di Rsud Sidoarjo. Sidoarjo: Prosiding Hefa 1st 2017. Nusratuddin Abdullah, Eddy Arsyad. 2014. Kegel’s Exercise could Reduce the Incidence of Postpartum Urinary Stress Incontinence. Makassar: Indones J Obstet Gynecol, Vol. 2, No. 2, Hal 96-98. Pribakti, B. 2006. Tinjauan Kasus Retensio Urin Postpartum di RSUD Ulin Banjarmasin 2002 – 2003. Banjarmasin: Dexa Media, vol. 19 Januari – Maret 2006: 10-13. Pribakti. 2011. Dasar-Dasar Uroginekologi. Banjarmasin: Sangung Seto. Purnomo. 2007. Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: CV. Sagung Seto, hlm. 6-10. Rahajeng. 2010. Efek Latihan Kegel pada Kekuatan Otot Dasar Panggul Ibu Pasca Persalinan. Malang: Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol. 26, No. 2, Hal. 120-123 Simkin, Peni. 2005. Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC. Siva Priya R, Kokila V, K Kanchana Malai, Suresh Kumar S. 2014. Effectiveness of Antenatal Motor Relearning Approach of Diaphragm, Deep Abdominal and Pelvic Floor Muscles Versus Kegels Exercises on Postpartum Pelvic Floor Muscle Strength. Ajman: Indian Journal of Physiotherapy & Occupational Therapy. January-March 2014, Vol. 8, No. 1. Smith, J.H., et.al ., 2009, Pelvic Floor Muscle Training For Prevention and Treatment Of Urinary and Faecal Incontinence In Antenatal and Postnatal Women.
Sri Kustini. 2011. Pelatihan Terpadu (Kegel Dan Core Stability) Meningkatkan Kekuatan Otot Dasar Panggul Wanita Multipara. Jakarta: Jurnal Fisioterapi Vol. 11 No. 1, Hal 56-76. WHO. 2010. Technical consultan on postpartum and postnatal care. Switzerldand . Departemen Pregnancy Safer. Widianti, A.T.& Proverawati, A.2010.Senam Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika