LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI UNGUENTUM
ZETASON
Disusun oleh : Nama
: Linus Seta Adi Nugraha
No. mahasiswa
: 09.0064
Tgl. Praktikum
: 16 April 2010
Hari
: Jumat
Dosen pengampu
: Anasthasia Pujiastuti , S.Farm., Apt
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG 2010
PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI UNGUENTA
1.
TUJUAN
Mengenal dan memahami cara pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan Unguentum.
2.
DASAR TEORI
Salep adalah sediaan setengah padat ditunjukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika adalah 10%.
Pengglongan Salep 1. Menurut Konsistensinya a. Unguenta : adalah salep yang memiliki konsistensi seperti mentega. Tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga. b. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air. c. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi. d. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung presentase tinggi lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras. e. Gelones Spumae (Jelly) : adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin.
2. Menurut Efek Terapinya
Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindung kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
Salep Endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
Salep Diadermic (Salep Serap)
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya. Dasar salep yang baik adalah adeps lanae dan oleum cacao.
3. Menurut Dasar Salepnya
Salep hydrophobic : yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak,
misanya campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak tercuci dengan air.
Salep hydrophilic : yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar
salep tipe o/w atau seperti dasar salep hydrophobic tetapi konsistensinya lebih lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara lain campuran sterol dan petrolatum. (Anonim, 2003)
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan bagian dasar salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat dalam air terserap, baru ditambahkan bagian-bagian lain dasar salep, digerus dan diaduk hingga homogen. Dasar salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps Lanae, Unguentum Simplex, Hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah mengandung air antara lain Lanoline (25% air), Unguentum Leniens (25%), Unguentum Cetylicum hydrosum (40%). ( Anief, M., 2005 ) Unguenta ophtalmica atau oculenta (salep mata) sebagai dasar salep sering digunakan dasar salep Oculentum Simplex dan obatnya dicampur dengan dasar salep tersebut. R/
Cetylalcoholi 2,5 Adeps lanae
6
Vaselini
51,5
Parafin liq.
Ad 100
Lelehkan alkohol cetylicus, adeps lanae dan vaselinum di atas tangas air biarkan meleleh kira-kira 10 menit, aduk perlahan-lahan sampai dingin dan tambahkan Paraffini liquidum sedikit demi sedikit sambil diaduk. Basis salep mata yang lain digunakan Carbowax 400 dan Carbowak 4000 sama banyak. Cara pembuatannya bersama-sama dilebur di atas tangas air dan diaduk sampai dingin. Salep mata dibuat dengan obatnya ditambahkan pada dasar salep mata. (Anief, M., 2005)
3.
FORMULA I
II
III
IV
Asam salisilat 10
10
10
10
10
Vaselin flavum
90
85
PEG 4000
50
65
PEG 400
40
25
Cera flava
4.
5
PEMERIAN
Acidum Salicylicum
Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol. Sukar larut dalam air dan dalam benzena. Mudah larut dalam etanol dn dalam eter. Larut dalam air mendidih. Agak sukar larut dalam kloroform. Khasiat : Keratolitik (Anonim, 1995)
Vaselin Flavum
Massa lunak, lengket, bening kuning muda sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarlan hingga dingin tnpa diaduk, berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan tidak berbau, hampir tidak berasa. Larut dalam hexana dan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri. Khasiat : Dasar salep (Anonim, 1979)
Cera Flava
Padatan berwarna kuning sampai cokelat keabuan, berbau enak seperi madu. Agak sepuh bila dingin dan bila patah membentuk granul, patahan non hablur. Menjadi leleh oleh suhu tangan. Bobot jenis kurang lebih 0,95. tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Etanol mendidih melarutkan asam serotat dan sebagian mirisin, yang merupakan kandungan malam kuning. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri. Larut sebagian dalam benzena dan dalam karbon disulfida dingin, pada suhu kurang lebih 30 o larut sempurna dalam benzena dan karbon disulfida. Khasiat : Basis salep (Anonim, 1995)
Poyetilenglikol 400
Cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna, bau khas lemah, agak higroskopik. Larut dalam air, dalam etanol 95% P, dalam aceton P, dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatik. Praktis tidak larut dalam eter P dan dalam hidrokarbon alifatik. Khasiat : Basis supositoria (Anonim, 1979)
Poyetilenglikol 4000
Serbuk licin, putih atau potongan putih kuning gading, praktis tidak berbau, tidak berasa. Mudah larut dalam air, dalam etanol 95% P dan dalam kloroform P. praktis tidak larut dalam eter. Khasiat : Basis supositoria (Anonim, 1979)
5.
PERHITUNGAN BAHAN
Formula I : Asam salisilat
= 10 gram + 10%
= 11 gram
Vaselin flavum
= 90 gram + 10 %
= 99 gram
Formula II: Asam salisilat
= 10 gram + 10%
= 11 gram
Vaselin flavum
= 85 gram + 10%
= 93,5 gram
Cera flava
= 5 gram + 10%
= 5,5 gram
Asam salisilat
= 10 gram + 10%
= 11 gram
PEG 4000
= 50 gram + 10%
= 55 gram
PEG 400
= 40 gram + 10%
= 44 gram
Asam salisilat
= 10 gram + 10%
= 11 gram
PEG 4000
= 65 gram + 10%
= 71,5 gram
PEG 400
= 25 gram + 10%
= 27,5 gram
Formula III:
Formula IV:
6.
CARA KERJA
Formula I dan II : Lelehkan vaselin dan cera flava dalam cawan, dinginkan sampai bersuhu kirakira 50oC.
Masukan asam salisilat dalam mortir hangat, tambahkan spiritus fortior beberapa tetes, lalu tambahkan campuran vaselin+cera flava. Aduk homogen hingga spiritus menguap.
Lanjutkan penggilasan menggunakan Roller Mill, diulangi 2-3 kali .
Simpan salep dalam wadah untuk percobaan selanjutnya.
Formula III dan IV Cara pembuatan sama dengan formula I dan II, namun dengan basis salep campuran antara PEG 4000 dan PEG 400
7.
EVALUASI SALEP
1. Uji daya sebar salep 2. Uji daya lekat salep 3. Uji kemampuan proteksi 4. Uji homogenitas salep
8.
PEMBAHASAN
Problema dan Penyelesaiannya
Pada pembuatan salep kali ini, zat utamanya yaitu Asam Salisilat perlu dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan etanol. Hal ini dilakukan karena Asam Salisilat memiliki bentuk hablur atau berbentuk seperti jarum jarum, sehingga perlu dilarutkan terlebih dahulu untuk memperkecil partikelnya. Pada saat pembuatan salep, bahan-bahan yang telah dilebur di atas penangas air harus didinginkan dahulu sampai mencapai suhu kira-kira 50oC. Hal ini perlu agar suhu basis salep dengan zat aktif yang akan dicampurkan tidak terlalu jauh. Perbedaan suhu yang terlalu besar (terlalu panas) dikhawatirkan dapat merusak zat aktif dari salep yang akan dibuat. Selain itu, proses pendinginan juga dapat membuat massa basis salep yang tadinya encer menjadi lebih kental, sehingga proses pencampuran semua bahan nantinya tidak memakan waktu terlalu lama. Pembuatan salep tidak memerlukan penambahan bahan pengawet. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang ada di dalam salep tidak mengandung air. Tetapi untuk berjaga-jaga, dapat pula ditambahkan bahan pengawet yang cocok.
A. Uji daya sebar salep 1.
Timbang 0,5 g salep, letakan di tengah kaca bundar.
2.
Letakan kaca penutup di atas massa salep setelah kaca penutup itu ditimbang.
3.
Ukur diameter salep yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi).
4.
Tambahkan 50 g beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan ulangi langklah (3)
5.
Gambarkan dalam grafik hubungan antara beban dan luas salep yang menyebar.
B. Uji daya lekat salep 1.
Letakan salep secukupnya di atas obyek glass yang telah
ditentukan
luasnya 2.
Letakan obyek glass yang lain di atas salep tersebut. Tekan dengan beban 1 kg selama 5 menit
3.
Lepaskan beban seberat 1 kg
4.
Pasang obyek glass pada alat uji
5.
Catat waktunya hingga kedua obyek glass terlepas
6.
Ulangi sebanyak 3 kali
7.
Lakukan tes untuk formula salep yang lain dengan masing-masing 3
kali percobaan.
C. Uji kemampuan proteksi 1.
Ambilah sepotong kertas saring (10 x 10 cm). Basahi dengan larutan
phenophtalein
untuk
indikator.
Setelah
itu
kertas
dikeringkan 2.
Olesilah kertas tersebut dengan salep yang akan dicoba (satu muka) seperti lazimnya orang mempergunakan salep
3.
Sementara itu pada kertas saring yang lain buat satu area (2,5 x 2,5 cm) dengan pembatas parafin padat yang dilelehkan
4.
Tempelkan kertas (3) pada kertas (2)
5.
Tetesi atau basahi dengan KOH 0,1 N
6.
Amati
timbulnya noda
kemerahan pada
sebelah
kertas
yang
dibasahi dengan larutan phenolphtalein pada waktu 15; 30; 45; 60 detik, 3; 5 menit. 7.
Lakukan percobaan untuk salep yang lain.
D. Uji homogenitas salep 1.
Letakan 0,5 gram sediaan pada obyek glass
2.
Tutup dengan obyek glass yang lain
3.
Amati homogenitasnya menggunakan lup.
Data Hasil Praktikum
1.
Data uji daya sebar salep Beban pertama yaitu kaca benda dengan berat 139.35 gr, dibiarkan selama 1 menit diameternya adalah 3.5 cm dan 3 cm. Setelah itu diberikan beban tambahan 50 gr dan dibiarkan selama 1 menit diameternya adalah 3.5 cm dan 3.2 cm. Setelah diberikan beban tambahan lagi sebanyak 50 gr (jadi total beban 100 gr) dan dibiarkan selama 1 menit diameternya adalah 3.6 cm dan 3.4 cm. Setelah diberikan beban tambahan lagi sebanyak 50 gr (jadi total beban 150 gr) dan dibiarkan selama 1 menit diameternya adalah 4 cm dan 3.6 cm. Ini menunjukkan bahwa daya sebar salep baik dengan melihat peningkatan diameter setelah memberikan beban ke massa salep.
4 3,8 3,6 3,4 3,2 3 2,8
3,8 3,35
3,25
139,35 gr
189,35 gr
3,5
239,35 gr
289,35 gr
Gambar 8.1. Grafik hubungan antara beban dengan diameter sebar salep
2.
Data uji daya lekat salep Setelah menunggu selama 35 menit salep yang diletakkan di antara 2 obyek glass dan di letakan tergantung pada alat uji menunjukkan hasil bahwa obyek glass sebagai penutup bagian bawah tidak jatuh sehingga uji daya rekat tidak dilanjutkan.
Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa daya lekat salep baik.
3.
Data uji kemampuan proteksi salep Uji ini dilakukan dengan menggunakan kertas saring berukuran 10 cm x 10 cm dibasahi dengan indikator phenolphthalein kemudian dikeringkan, olesi kertas dengan salep yang akan dicoba kemudian kertas saring lain berukuran 2.5cm x 2.5 cm ditaruh diatas kertas saring dengan pembatas / pada pinggir kertas saring yang kedua diberi paraffin cair. Kemudian kertas saring yang kecil ditetesi dengan KOH 0.1N. Akan terbentuk nnoda kemerahan dari indicator phenolptalein. Pengamatan timbulnya noda kemerahan pada kertas saring yang dibasahi larutan phenolptalein : Pada waktu 15 detik warna merah dari indikator phenolptalein tidak keluar dari kertas saring berukuran kecil Pada waktu 30 detik => tidak keluar Pada waktu 45 detik => tidak keluar Pada waktu 60 detik => tidak keluar Pada waktu 3 menit => tidak keluar Pada waktu 5 menit => tidak keluar Hal ini menunjukan bahwa daya proteksi salep yang dibuat sudah baik.
4.
Data uji homogenitas salep Uji homogenitas salep dengan meletakkan salep pada obyek glass kemudian obyek glass lain sebagai penutup dan diamati dengan lup, setelah pengamatan menunjukkan hasil bahwa salep homogen yaitu tidak terlihatnya butiran-butiran dari zat aktif, hal ini menunjukan bahwa zat aktif telah tersebar secara merata atau telah tercampur merata dalam salep.
9.
KESIMPULAN
1.
Pembuatan salep yang mengandung obat yang dapat dilarutkan, lebih baik dilarutkan terlebiuh dahulu pada pelarutnya.
2.
Pada saat setelah peleburan basis, basis salep sebaiknya didinginkan terlebih dahulu untuk mencegah zat aktif rusak, atau hal-hal lain yang tidak dinginkan, seperti tidak homogen, terlalu encer, dan lain-lain.
3.
Pada saat pembuatan salep yang mengandung air, sebaiknya ditambah dengan bahan pengawet.
10.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta. Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta. Anonim, 1995 Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi , ed 4, Universitas Indonesia, Jakarta. Wade, Weller, 1994, Handbook of Pharmaceutical Exipients, The Pharmaceutical Press, London.
Semarang, 16 April 2010
Linus Seta Adi Nugraha