LAPORAN TUTORIAL
PENYAKIT INFEKSI JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Tutorial Blok Penyakit Dentomaksilofasial 1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Pembimbing : Dr. drg. I Dewa Ayu Susilawati, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2014
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Tutor
: Dr. drg. I Dewa Ayu Susilawati, M.Kes
Ketua
: Fatimatuz Zahroh
(131610101051)
Sciber Meja
: Putri Dewi Septiany
(131610101055)
Sciber Papan : Rachel Priskila L. W
(131610101049)
Anggota
:
1. Afifannisa Dienda R
(131610101013)
2. Tadjul Arifin
(131610101037)
3. Duati Mayangsari
(131610101039)
4. Selvia Elga
(131610101043)
5. Ekimo Walterpost
(131610101050)
6. Lusi Hesti Pratiwisari
(131610101058)
7. Cholida Rachmatia
(131610101056)
8. Loly A. Sinaga
(131610101057)
9. Primawati Dyah
(131610101077)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah – NYA sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Penyakit Infeksi Jaringan Lunak Rongga Mulut”. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok V pada skenario ketiga. Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. Dr. drg. I Dewa Ayu Susilawati, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok V Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan. 2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan – perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 9 Juni 2014
Tim Penyusun
SKENARIO Seorang perempuan, usia 25 tahun, datang ke dokter gigi dengan keluhan sakit pada langit-langit mulut sudah 3 hari yang lalu. Sakit akan bertambah bila untuk makan dan minum. Dari anamnesa diketahui terdapat gejala prodromal myalgia dan neuralgia disertai peningkatan suhu tubuh sub febris. Keluhan yang sama pernah diderita kira -kira 2 tahun lalu. Keadaan umum terlihat lesu, lemah dan mengeluh sakit tenggorokan. Pemeriksaan pada telapak tangan dan kaki penderita tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan klinis, didapatkan ulser multiple bulat dengan diameter 1 mm menyebar hanya pada anterior kanan palatum durum. Palatum molle normal. Pharing kemerahan. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan titer antibodi Ig M dan Ig G HSV type 1 keduanya positif.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
perannya
sebagai
praktisi
kesehatan,
seorang
dokter
gigi harus
mampu melakukan pemeriksaan kepala dan leher (ekstraoral) sebelum melakukan pemeriksaan intraoral. Banyak penyakit-penyakit yang memiliki penampakan pada rongga mulut yang pada umumnya berupa suatu lesi, baik berupa lesi primer maupun lesi sekunder. Pada penyakit atau kelainan pada kulit, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengkategorikan dan mendeskripsikan kelainan tersebut dari warna, batas, ukuran dan distribusi lesi serta gejala yang mendahului ataupun yang muncul setelah lesi tersebut. Istilah lesi primer digunakan pada lesi yang pertama kali muncul, misalnya nodul, papul, vesikel.
Sementara
lesi sekunder adalah lesi yang merupakan perubahan dari lesi primer,
baik perubahan secara alami dari suatu penyakit ataupun manipulasi (seperti bekas luka/scar, ulser). Pada
laporan tutorial
ini, akan di bahas tentang
lesi
Sebelum mengarah kepada diagnosis, analisis tentang gejala bentuk dan lokasi tempat
ulseratif
dan vesikobulosa.
prodormal yang muncul,
lesi muncul, kondisi intraoral dan ekstraoral perlu dilakukan.
Vesikel adalahsuatu elevasi pada kulit berisi cairan dengan diameter kurang dari 1 cm dan terkadang mengakibatkan munculnya lesi sekunder seperti pada herpes simplex, herpes zoster, dan varicella/chickenpox. Sementara bulla adalah vesikel yang beridameter lebih dari 1 cm. Ulser adalah salah satu lesi sekunder yang diikuti hilangnya jaringan dari permukaan dari lapisan basal epithel meluas hingga ke dermis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Sebut dan jelaskan etiologi penyakit dari masing-masing virus! 2. Sebut dan jelaskan patogenesis dari masing-masing virus! 3. Sebut dan jelaskan gambaran klinis dari masing-masing virus! 4. Sebut dan jelaskan infeksi primer dan infeksi sekunder dari masing-mas ing virus
1.3 Tujuan Pembelajaran
1.
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami etiologi penyakit dari masing-masing virus
2.
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami patogenesis dari masing-masing virus
3.
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami gambaran klinis dari masing-masing virus
4.
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami infeksi primer dan infeksi sekunder dari masing-masing virus
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Virus merupakan partikel bersel tunggal yang ultramikroskopik sehingga dapat melewati saringan kuman,berkembang biak didalam sel , mengandung RNA atau DNA dan dilapisi selubung protein. Struktur dari virus ialah tidak memiliki organ sel biasa, mengandung RNA atau DNA, tergantung kepada sistem sintesis sel pejamu, dan berkembang biak melalui proses rumit. Morfologi virus memiliki ukuran (20 nm – 300 nm). Klasifikasi virus berdasar jenis asam nukleat, deoksiribovirus mengandung DNA dan ribovirus mengandung RNA.Macam-macam virus DNA yang dapat menyebabkan penyakit terutama infeksi jaringan lunak rongga mulut, yaitu pox virus, adenovirus, varicella, herpes simplex, dan cytomegalovirus. Macam-macam virus RNA yaitu orthomyxovirus, paramyxovirus, togavirus , dan arenavirus. Sebagai tambahan, sejumlah virus dapat menimbulkan lesi orofasial atau hadir secara asimtomatis di dalam saliva pada saat timbulnya infeksi virus secara sistemik atau pada pembawa yang sehat. Lesi merupakan diskontinuitas jaringan patologis atau traumatik atau hilangnya fungsi suatu bagian .Dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam lesi baik itu pada bibir, lidah, maupun pada mukosa mulut. Gambaran klinis akan dihubungkan dengan riwayat penyakit sehingga dapat ditelusuri diagnosis penyakit. Berdasarkan terjadinya, lesi terbagi menjadi dua yaitu, lesi primer dan lesi sekunder. Erosi, fissur, ulkus dan bekas luka menunjukkan adanya kerusakan lokal pada jaringan kutan.Erosi didefinisikan sebagai pelepasan lapisan epidermis saja. Erosi sembuh tanpa adanya pembentukan bekas luka. Ulkus didefinisikan sebagai keadaan hilangnya lapisan epidermis dan adanya kerusakan pada dermis.Ulkus yang berada pada lapisan kutan masih bisa sembuh tanpa meninggalkan bekas luka. Bekas luka (scars) adalah kerusakan permanen pada permukaan kulit yang terlihat. Lesi vesikubulosa dari suatu penyakit dapat bermanifestasi pada mukosa mulut dan kulit.Lesi dapat bervariasi berdasarkan frekuensi, tingkat keparahan dan pengaruh kondisi sistemik.Biasanya lesi vesikubulosa dapat mempunyai karakteristik yang umum. Vesikel yang muncul pada mukosa mulut biasanya kecil dengan diameter tidak lebih dari 0,5 cm, tampak singular dan kadang-kadang dalam bentuk klaster. Vesikel tersebut mudah pecah dan meninggalkan permukaan yang mengalami ulkus. Vesikel adalah suatu elevasi pada kulit atau membran mukous superfisial, merupakan defek subepitelial atau intraepitelial yang mengandung serum, plasma atau darah.Vesikel
mudah pecah di rongga mulut karena trauma sehingga meninggalkan ulkus yang superfisial. Lesi-lesi yang diakibatkan oleh infeksi virus maupun yang terjadi karena alergi adalah mirip secara mikroskopis sehingga sulit untuk menegakkan diagnosis dengan cara biopsi. Identifikasi proses penyakit tersebut tergantung pada penampakan klinis dan tes-tes laboratoris, misalnya tes-tes sensitivitas, tes fiksasi dan tes inokulasi. Perubahan pertama yang terjadi adalah suatu area hiperemia dan edema pada jaringan sub epithelial. Cairan mulai terakumulasi di dalam epithelium atau diantara epithelium dan jaringan ikat.Poket cairan yang kecil kemudian bergabung dan mengalami elevasi membentuk suatu vesikel. Perawatan untuk kebanyakan lesi vesikuler adalah sama dan simptomatik. Tes laboratorik penting sebelum penegakan diagnosis dan penentuan terapi. Penyebab paling sering bagi lesi vesikubulosa adalah infeksi virus Herpes Simplex, Varicella Zoster, infeksi virus Coxsakie, Hand Foot dan Mouth Disease dan Herpangina Diagnosis penyakit vesikubulosa biasanya berdasarkan pada riwayat keluhan, pemeriksaan klinis dan biopsi. Faktor-faktor lain diperhitungkan dalam menentukan diagnosis antara lain adalah onset lesi (akut atau kronis), lamanya waktu kemunculan lesi, kejadian berdasarkan siklus, daerah lain yang terkena lesi seperti kulit, mata dan organ genital, daerah asal pasien serta riwayat pemakaian obat-obatan. Penampakan klinis dapat memberikan kriteria untuk menegakkan diagnosis.Beberapa kasus mungkin membutuhkan biopsi untuk mendapatkan diagnosis definitif. Penatalaksanaan lesi oral secara umum tergantung dari diagnosis yang ditegakkan. Infeksi yang disebabkan oleh virus a. Herpes Simplek Herpes simpleks adalah infeksi yang disebabkan Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 dan 2, meliputi herpes orolabialis dan herpes genitalis. Penularan virus paling sering terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau sekret genital/oral dari individu yang terinfeksi b. Herpes Labialis Merupakan
berulangnya blister akibat
reaktivasi
HSV,
biasanya
pada
ganglia trigeminal dan menimbulkan vesikel berkelompok pada wajah.
HSV
pada bibir dikenali sebagai recurrent herpes labialis (Scully dkk, 2010).
Herpes Sekunder (Herpes Labialis Berulang) adalah suatu reaktivasi virus herpes
simpleks yang menyebabkan terbentuknya cold sore (luka di dekat mulut akibat demam). c. Herpes Zoster (shingles) Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus variselazoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktifasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis. Saat virus ini mendapatkan stimulus, maka terjadilah reaktivasi dan menyebabkan herpes zoster. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang-orang dengan imunosupresi. d. Herpangina Specifik penyakit virus dan ditimbulkan oleh coxcacki group A viruses. Secara klinis tampak berukuran sedang sampai pendek dan dimulai dengan rasa panas, sakit kepala dan sore throat. Pasien dengan cepat akan menampakkan lesi dengan vesikuler yang tipis dengan areola merah didasari warna abu-abu. Semuanya itu terjadi pada palatum lunak, uvula atau lidah. Biasanya berlangsung pada musim panas dan sifatnya terbatas dan terjadi pada anak-anak. e. Hand, foot and mouth disease Merupaka infeksi yang bersifat epidemik disebabkan oleh
coxsackie
enterovirus. lni terjadi pada usia sampai 5 tahun. Ada maculopapular lesi vesicular dari kulit di tangan, kaki dan paha, tetapi mukosa mulut menjadi sakit (lika) yang mana pasien tidak dapat makan. Pada mulut akan dijumpai vesikel ulserative yang terjadi di palatum keras, lidah dan buccal mukosal.