MORFOLOGI, KELAINAN dan HITUNG TROMBOSIT
OLEH : PUTU RINA WIDHIASIH (P07134014002)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN TAHUN AKADEMIK 2015/2016
I.
Tanggal Praktikum
: 29 Mei dan 5 Juni 2016
Materi Praktikum
: Morfologi, Kelainan dan Hitung Trombosit
TUJUAN a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi dan kelainan trombosit. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara menghitung jumlah Trombosit darah probandus. b. Tujuan Instruksional Khusus 1. Mahasiswa dapat melakukan cara menghitung Trombosit darah probandus. 2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah trombosit /mm3 probandus pada apusan darah 3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil jumlah Trombosit darah II. III.
probandus. METODE Metode yang digunakan adalah apusan darah PRINSIP Apusan darah diamati dengan mikroskop binokuler pada perbesaran objektif 100X dengan penambahan oil imersi. Penghitungan trombosit dilakukan pada
IV.
counting area dimana trombosit menyebar merata. DASAR TEORI Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan
sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kirakira lima liter. ( Evelyn C. Pearce, 2006) Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi, pengaturan suhu, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta keseimbangan basa eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah merah mampu mengangkut secara efektif tanpa meninggalkan fungsinya di dalam jaringan, sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. Darah berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh
jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. a. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99% dari jumlah korpuskula). Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%), bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. b. Sel darah putih atau leukosit (0,2%) Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia. c. Plasma darah Pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung : albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin (antibodi), hormon, berbagai jenis protein, berbagai jenis garam. Trombosit Morfologi
Trombosit adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan fragmentasi dari megakariosit. Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan membentuk darah beku. Trombosit tak berinti, berbentuk cakram dengan diameter 1 – 4 mikrometer dan volume 7 – 8 fl. Trombosit dibentuk daam sumsum tulang melalui fregmentasi sitoplasma megakariosit, yaitu sel besar dengan nukleus banyak. Trombosit terus dibetuk dan dilepasan kedalam darah, tempat trombosit bertahan hidup 9-10 hari tidak memiliki nukleus dan tidak sanggup membuat protein, trombosit tetap dapat melakukan berbagai aktivitas sel-sel utuh, trombosit mengkonsumsi oksigen dan mempunyai metabolisme aktif yang tergantung pada enzim pembangkit energi dari satu atau dua mitokondria kecil dalam sitoplasmanya. Pada sediaan apusan darah terpulas, tamak dua zona konsentrik: zona perifer biru-pucat disebut hialomer dan daerah pusat yang lebih tebal disebut granulomer. Yang mengandung granula azurofil keil-kecil. Pada mirograf elektron. Hialomer tampak jarang- elektron dan tidak mengandung organel. Granul azurofilnya menimbun substansi yang disintesis dalam megakariosit sebelum dilepaskan. Didalam hialomer trombosit terdapat lebih banyak aktin dan miosin bila dibandingkan jenis sel lain, kecuali otot. Dalam trombosit yang beredar, trombosit terutama terdapat dalam bentuk monumer, tetapi pengaktifan trombosit selama pembekuan agaknya mengalami polimerisasi aktin dan miosin menjadi bentuk filamen yang diperlukan untuk kontraksi. Granulomer trombosit mengandung beberapa ribosom dan sebaran partikel glikogen terdapat pula bangunan bermembran berbetuk bulat atau memanjang yang merupakan potongan kanalikuli yang bermuara pada 10 atau lebih temapat di permukaan. Bangunan ini diduga merupakan jalur utama pemasukan solut an pengeluaran produk sekresi setelah trombosit diaktifkan. Granul bermembran berdiameter 0,2 µm dalam jumlah bervariasi adalah ciri mencolok dari granulomer. Struktur Trombosit
1. MEMBRAN SEL 2. MIKROTUBULUS 3. SITOPLASMA
Fungsi Trombosit Trombosit memiliki banyak fungsi, khususnya dalam mekanisme hemostasis. Berikut fungsi dari trombosit (A.V Hoffbrand et al, 2005): 1. Mencegah kebocoran darah spontan pada pembuluh darah kecil dengan cara adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi (hemostasis). Sitotoksis sebagai sel efektor penyembuhan jaringan. 2. Menghentikan pendarahan jika terjadi luka dengan cara membekukan darah disekitar daerah luka sehingga darah berhenti mengalir. Jika terjadi luka, trombosit dalam darah pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim trombokinase merangsang protrombin untuk membentuk thrombin dengan bantukan vitamin K dan ion Ca. Trombin merangsang fibrinogen dalam plasma darah untuk membentuk fibrin, yaitu berupa benang-benang yang membentuk anyaman dan dapat menjaring darah supayaeritrosit dalam darah tidak keluar lagi dan menutup luka. Pembentukan Trombosit Sel trombosit berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit sumsum tulang. Megakariosit mengalami pematangan dengan replikasi inti endomitotik yang sinkron, memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatan duanya. Pada berbagai stadium dalam perkembangannya (paling banyakpada stadium inti delapan), sitoplasma menjadi granular dan trombosit dilepaskan. Produksi trombosit mengikuti pembentukan mikrovesikel dalam sitoplasma sel yang menyatu membentuk membran pembatas trombosit. Tiap sel megakariosit menghasilkan 1000-1500 trombosit. Sehingga diperkirakan akan dihasilkan 35.000/ μ l trombosit per hari. Jumlah sel trombosit yang bersirkulasi dalam darah tepi
sangat tergantung jumlah sel megakariosit, volume sitoplasma megakariosit, umur trombosit dan sekuestrasi oleh limpa. Trombopoetin adalah pengatur utama produksi trombosit, dihasilkan oleh hati dan ginjal. Trombosit mempunyai reseptor untuk trombopoetin (C-MPL) dan mengeluarkannya dari sirkulasi, karena itu kadar trombopoetin tinggi pada trombositopenia akibat aplasia sumsum tulang. Trombopetin meningkatkan jumlah dan kecepatan maturasi megakariosit. Jumlah trombosit mulai meningkat 6 hari
( Gambar 1. Pembentukan Trombosit)
Seri Trombosit 1. Megakaryoblas Ukuran 20-50 µm. Sitoplasma: berwarna biru, pada umumnya lebih gelap daripada mieloblas. Mempunyai pseudopodia tumpul, kecil. Jumlahnya sedikit sampai sedang. Pada umumnya berbentuk pita pendek mengelilingi inti. Semakin banyak sel matur jumlah sitoplasma semakin banyak. Pada umumnya non granular. Inti : Bentuk bulat, oval, atau berbentuk ginjal. Kromatin halus. Anak inti multipel, pada umumnya berwarna biru. 2. Promegakaryosit Ukuran 20-50 µm. Sitoplasma: Pada umumnya banyak. Kurang basofil daripada stadium blas. Mulai terbentuk granula. Inti : Kromatin menjadi lebih besar. Tampak anak inti multipel. Bentuknya iregular, kadang-kadang tampak sedikit lobulasi. 3. Megakaryosit Ukuran 30-100 µm. Sitoplasma: Jumlahnya banyak Warna pinkish blue. Banyak granula. Pada umumnya batas tepinya irregular. Granula mengadakan agregasi nantinya dari sini akan
mulai
menjadi ikatan-ikatan kecil. Berupa tunas (bud off) menjadi platelet atau trombosit. Inti : Kecil, bila
dibandingkan dengan ukuran selnya. Inti multipel mungkin masih tampak, atau inti menunjukkan multilobulasi. Kromatin lebih kasar daripada stadium sebelumnya. Tidak tampak anak inti. 4. Trombosit Atau Platelet
Ukuran : 1-4 µm. Sitoplasma: Biru terang sampai ungu (purple) Ganula : banyak. Inti : tidak ada Terdiri dari 2 bagian : 1. Kromomer, bersifat granular dan lokasinya di sentra 2. Hyalomer, mengitari kromomer, bersifat non granular dan berwarna jernih sampai biru terang Hitung Trombosit Bahan pemeriksaan yang dianjurkan untuk pemeriksaan hitung trombosit adalah darah EDTA. Antikoagulan ini mencegah pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium dan juga dapat menghambat agregasi trombosit. Metode langsung (Rees Ecker) Hitung trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop cahaya. Pada hitung trombosit cara Rees-Ecker, darah diencerkan ke dalam larutan yang mengandung Brilliant Cresyl Blue sehingga trombosit tercat biru muda. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop. Secara mikroskopik trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru muda/lila lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau koma tersebar atau bergerombol. Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%, penyebabnya karena faktor teknik pengambilan sampel yang menyebabkan trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat dan penyebaran trombosit yang tidak merata. Metode fase-kontras Pada hitung trombosit metode fase kontras, darah diencerkan ke dalam larutan ammonium oksalat 1% sehingga semua eritrosit dihemolisis. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop fase kontras. Sel-sel lekosit dan trombosit tampak bersinar dengan latar belakang gelap. Trombosit tampat bulat atau bulat telur dan berwarna biru muda/lila terang. Bila fokus dinaikturunkan tampak perubahan yang bagus/kontras, mudah dibedakan dengan kotoran karena sifat refraktilnya. Kesalahan dengan metode ini sebesar 8 – 10%. Metode fase kontras adalah pengitungan secara manual yang paling baik. Penyebab kesalahan yang utama pada cara ini, selain faktor teknis atau pengenceran yang tidak akurat, adalah pencampuran yang belum merata dan adanya perlekatan trombosit atau agregasi. Modifikasi metode fase-kontras dengan plasma darah
Metodenya sama seperti fase-kontras tetapi sebagai pengganti pengenceran dipakai plasma. Darah dibiarkan pada suhu kamar sampai tampak beberapa mm plasma. Selanjutnya plasma diencerkan dengan larutan pengencer dan dihitung trombosit dengan kamar hitung seperti pada metode fase-kontras. Metode tidak langsung Cara ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Wright, Giemsa atau May Grunwald. Sel trombosit dihitung pada bagian sediaan dimana eritrosit tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih. Metode hitung trombosit tak langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung. Cara ini sekarang tidak digunakan lagi karena tidak praktis, dimana selain menghitung jumlah trombosit, juga harus dilakukan hitung eritrosit. Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan dalam Trombosit: perkiraan jumlah dan morfologi o FN-18 (10 x 100): Perkiraan jumlah trombosit dalam darah: jumlah trombosit dalam 18 lp x 1.000 o FN-22 (10 x 100): Perkiraan jumlah trombosit dalam darah: jumlah trombosit dalam 11 lp x 1.000 Hitung Trombosit Otomatis Penghitung sel otomatis mampu mengukur secara langsung hitung trombosit selain hitung lekosit dan hitung eritrosit. Sebagian besar alat menghitung trombosit dan eritrosit bersama-sama, namun keduanya dibedakan berdasarkan ukuran. Partikel yang lebih kecil dihitung sebagai trombosit dan partikel yang lebih besar dihitung sebagai eritrosit. Dengan alat ini, penghitungan dapat dilakukan terhadap lebih banyak trombosit. Teknik ini dapat mengalami kesalahan apabila jumlah lekosit lebih dari 100.000/mmk, apabila terjadi fragmentasi eritrosit yang berat, apabila cairan pengencer berisi partikel-partikel eksogen, apabila sampel sudah terlalu lama didiamkan sewaktu pemrosesan atau apabila trombosit saling melekat. V. ALAT DAN BAHAN a. Alat
Mikroskop binokuler
b. Bahan Pemeriksaan: Sediaan apusan darah
Oil imersi Tisu lensa VI.
CARA KERJA 1. Semua alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan 2. Mikroskop dihidupkan dengan menekan tombol on 3. Sediaan apusan darah yang telah diwarna atau dicat diletakkan di atas meja mikroskop 4. Sediaan diamati pada pembesaran lensa objektif 10X untuk menemukan lapang pandang 5. Pembesaran lensa objektif diubah ke pembesaran 100X dengan penambahan oil imersi 6. Diamati sediaan apus darah, dicari daerah counting area (daerah
VII. VIII.
pembacaan dimana pada daerah ini trombosit tampak tersebar merata 7. Hasil hasil penghitungan trombosit dinyatakan dalam % NILAI NORMAL Jumlah trombosit normal : 150.000 – 400.000 /µl HASIL PENGAMATAN Identitas probandus Nama : Komang Sutantri Umur : 40 thn Jenis Kelamin : Perempuan Jumlah trombosit : 242.000/μl
Preparat yang digunakan
NB : = Trombosit
= Giant Trombosit LP 1 17 LP 10 13
IX.
LP 2 13 LP 11 11
LP 3 LP 4 LP 5 LP 6 15 14 16 14 LP 12 LP 13 LP 14 LP 15 14 12 22 11 TOTAL X 1000 JUMLAH TROMBOSIT
LP 7 13 LP 16 10
LP 8 LP 9 15 7 LP 17 LP 18 11 14 242 X 1000 242.000
PEMBAHASAN Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari
sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10 hari. Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan Wright – Giemsa, trombosit tampak sebagai sel kecil, tak berinti, bulat dengan sitoplasma berwarna biru-keabu-abuan pucat yang berisi granula merah-ungu yang tersebar merata. Trombosit atau platelet sangat penting untuk menjaga hemostasis tubuh. Adanya abnormalitas pada vaskuler, trombosit, koagulasi, atau fibrinolisis akan menggangu
hemostasis
sistem
vaskuler
yang
mengakibatkan
perdarahan
abnormal/gangguan perdarahan (Sheerwood,2001). Penegakkan diagnosis tentang penyebab utama gangguan perdarahan amat penting dan hal ini dibutuhkan ketelitian yang cermat, efektif, dan efisien dalam hal anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium yang semata-mata untuk menghindari kesalahan diagnosis. Apapun penyebab gangguan perdarahan, ternyata memberikan gambaran klinis yang hampir sama. Maka dari itu, hampir semua kasus gangguan perdarahan membutuhkan pemeriksaan yang lanjut demi tegaknya diagnosis penyakit tersebut (Candrasoma,2005). Trombosit memiliki zona luar yang jernih dan zona dalam yang berisi organel-organel sitoplasmik. Permukaan diselubungi reseptor glikoprotein yang digunakan untuk reaksi adhesi & agregasi yang mengawali pembentukan sumbat hemostasis. Membran plasma dilapisi fosfolipid yang dapat mengalami invaginasi membentuk sistem kanalikuler. Membran plasma ini memberikan permukaan reaktif luas sehingga protein koagulasi dapat diabsorpsi secara selektif. Area submembran, suatu mikrofilamen pembentuk sistem skeleton, yaitu protein kontraktil yang bersifat lentur dan berubah bentuk. Sitoplasma mengandung beberapa granula, yaitu: granula densa, granula, lisosome yang berperan selama
reaksi pelepasan yang kemudian isi granula disekresikan melalui sistem kanalikuler. Energi yang diperoleh trombosit untuk kelangsungan hidupnya berasal dari fosforilasi oksidatif (dalam mitokondria) dan glikolisis anaerob Kelainan Perdarahan ditandai dengan kecenderungan untuk mudah mengalami perdarahan, yang bisa terjadi akibat kelainan pada pembuluh darah maupun kelainan pada darah. Kelainan yang terjadi bisa ditemukan pada faktor pembekuan darah atau trombosit. Dalam keadaan normal, darah terdapat di dalam pembuluh darah (arteri, kapiler dan vena). Jika terjadi perdarahan, darah keluar dari pembuluh darah tersebut, baik ke dalam maupun ke luar tubuh. Tubuh mencegah atau mengendalikan perdarahan melalui beberapa cara. Homeostatis adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh darah yang mengalami cedera. Hal ini melibatkan 3 proses utama:
Konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang
terdapat di dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan) Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam
plasma). Kelainan pada proses ini bisa menyebabkan perdarahan ataupun pembekuan yang berlebihan, dan keduanya bisa berakibat fatal.
Trombosit
Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan karena sukar dibedakan dengan kotoran kecil. Dan ditambah dengan sifatnya yang cenderung melekat pada permukaan asing (bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal. Ada dua cara yang lazim di pakai, yaitu cara langsung dan cara tidak langsung. Pada cara tidak langsung jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebnarnya dihitung. Untuk mencegah trombosit melekat pada permukaan asing, dianjurkan untuk menggunakan alat-alat gelas yang dilapisi silikon atau alat-alat plastik. Pada praktikum kali ini dilakukan hitung jenis trombosit dengan menggunakan metode tidak langsung dalam sediaan hapusan darah tepi. Hapusan ini diwarnai
dengan menggunakan cat Giemsha dari sampel darah pasien di rumah sakit Sanglah. Untuk mengevaluasi hapusan darah tepi agar dapat mengetahui hitung jumlah trombosit dalam berapa lapang pandang sehingga jumlah trombosit dapat ditentukan yaitu dengan melihat jenis mikroskop dari nilai FN dalam mikroskop, dimana FN ini adalah berapa luas dari setiap lapang pandang yang dilihat dari jenis mikroskop tersebut. Ada 2 jenis FN, ada FN 18 dan FN 22. Apabila FN 18 berarti kita menghitung jumlah trombosit dalam 18 lapang pandang kemudian dikali 1.000. Samentara jika FN 22 berarti kita menghitung jumlah trombosit dalam 11 lapang pandang dikali 1.000. Setelah kita mengetahui jenis FN maka trombosit dapat diamati dan dihitung jumlahnya. Langkah pertama yang dilakukan adalah pada perbesaran 10x dicari lapang pandangnya kemudian ditambahkan oil imersi diamati dan dihitung jumlah trombosit dengan perbesaran 100x, dimana kondensor harus full, dan diafragma full dibuka dalam 18 lapang pandang. Pada praktikum kali ini didapatkan jumlah trombosit dalam 18 lapang pandang adalah 242. Untuk mengetahui jumlah trombosit dalam darah maka total trombosit dalam 18 lapang pandang dikali 1000 sehingga didapatkan hasil jumlah trombosit sebesar 242.000. Hasil pada hitung jumlah trombosit dengan alat otomatik sebesar 267.000, Perbedaan hasil ini dikarenakan sangat sulit untuk membedakan trombosit dengan sisa cat, dan kotoran. Pada prinsipnya semua hasil hitung trombosit baik normal maupun abnormal yang diperiksa secara langsung harus dilakukan cross check dengan Sediaan Apusan Darah Tepi. Cross check pada Sediaan Apusan Darah Tepi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara hitung trombosit secara langsung dan estimasi. Perbedaan mencolok antara hitung trombosit secara langsung dan estimasi dapat disebabkan oleh 3 faktor : 1. Faktor pranalitik. Misalnya : Sampel tertukar cara sampling yang tidak benar kesalahan mencantumkan identitas 2. Faktor analitik. Misalnya : Cara pembuatan Sediaan Apusan Darah Tepi yang tidak memenuhi syarat kesalahan alat hitung yang dipakai.
3. Faktor post analitik, biasanya terjadi saat penulisan hasil. Sediaan Apusan Darah Tepi untuk estimasi jumlah trombosit harus dibuat sebaik mungkin, sehingga terbentuk daerah baca yang baik. Trombosit harus terdistribusi rata dan tidak menggerombol, apabila trombosit cenderung bergerombol harus dibuat Sediaan Apusan Darah Tepi baru dengan cara terlebih dahulu mencampur sampel darah secara baik. Berdasarkan susunan populasi sel darah merah Sediaan Apusan Darah Tepi dibagi menjadi 6 zona, yaitu: Zona I disebut zona irreguler, di daerah ini sel darah merah tidak teratur dan kadang ada yang padat bergerombol. Daerah ini meliputi kira-kira 3% dari
seluruh badan SADT. Zona II disebut zona tipis, dimana distribusi sel darah merah tidak teratur,
saling berdesakan dan bertumpuk. Zona ini meliputi sekitar 14%. Zona III disebut zona tebal, dimana sel-sel darah merah bergerombol dan
padat luas zona ini sekitar 45% atau hampir separo dari badan SADT. Zona IV disebut juga zona tipis, yang sama kondisinya dengan zona II hanya
lebih tipis. Luasnya sekitar 18% dari SADT. Zona V, zona reguler merupakan tempat sel-sel tersebar rata tidak saling bertumpuk dan bentuk-bentuknya masih asli. Daerah ini meliputi sekitar 11%
dari badan SADT. Zona VI juga disebut zona sangat tipis, terletak di ujung sediaan apus sebelum ekor. Di sini sel-sel lebih longgar dan umunya berderet. Zona ini luasnya sekitar 9% dari badan SADT. Metoda estimasi menurut Barbara Brown, apabila pada zona V dengan pembesaran lensa obyektif 100 kali ditemukan 1 trombosit maka dikalikan dengan 20.000. Faktor perkalian (f) menurut Barbara Brown adalah 20.000. Kelainan-kelainan Trombosit Trombosit memiliki fungsi penting dalam mencegah dan menghentikan
perdarahan. Sel yang sangat kecil ini bisa anda anggap sebagai sumbat kecil (mikro) yang bertugas setiap kebocoran yang terjadi di pembuluh darah. Kelainan trombosit meliputi kuantitas dan kualitas trombosit.
Trombositopenia adalah
berkurangnya jumlah trombosit dibawah normal,
yaitu kurang dari 150.000 /µl. Dalam
evaluasi
trombositopenia,
awal yang penting adalah melihat kembali apusan
darah
langkah
tepi
untuk
menyingkirkan pseudotrombositopenia, terutama pada pasien tanpa penyebab trombositopenia yang jelas. Pseudotrombositopenia adalah suatu artefak in vitro yang dihasilkan oleh aglutinasi
trombosit
melalui
antibodi-
antibodi (umumnya IgG, tetapi juga IgM an IgA) saat kandungan kalsium
berkurang akibat penampungan darah dalam ethylenediamine
tetraacetic (EDTA); oleh karena itu apusan darah untuk menghitung jumlah trombosit hendaknya dari darah yang ditampung (tabung
dalam sodium
dengan tutup biru), heparin (tabung dengan tutup
idealnya
dari
darah
segar
hijau),
tanpa antikoagulan. Pemeriksaan
citrate atau fisik
menunjukkan pembesaran limpa, penyakit hepar kronik, dan kelainankelainan yang mendasari lainnya Trombositopenia dapat terjadi karena beberapa keadaan : o Penurunan produksi (megakariositopeni), terjadi bila fungsi sumsum tulang terganggu . o Meningkatnya destruksi (megakariositosis), terjadi akibat trombosit yang beredar berhubungan dengan mekanisme imun. o Akibat pemakaian yang berlebihan (megakariositosis), misalnya pada DIC (Disseminated Intravasculer Coagulation), kebakaran, trauma. o Pengenceran trombosit. o Dapat terjadi oleh karena tranfusi yang dibiarkan dalam waktu singkat dengan
memakai
darah
murni
yang
disimpan
sehingga
dapat
mengakibatkan kegagalan hemostatik pada resipien. o ITP ( Idiopathic Trombocytopenia Purpura) atau Purpura Trombositopenia Idiopatik merupakan suatu keadaan trombositopenia (kurangnya jumlah trombosit) yang disebabkan oleh adanya antibodi anti-trombosit. Jadi antibodi ini merusak trombosit, sehingga terjadi pengrusakan trombosit dan menyebabkan
jumlahnya
perdarahan (purpura).
menurun
dan
menyebabkan
manifestasi
Gambar 2. Trombosit clumping Perlu diperhatikan juga, kadang jumlah trombosit yang dihitung secara otomatis oleh mesin menunjukkan hasil yang rendah, padahal jumlah yang sebenarnya normal. Hal ini dapat terjadi karena adanya penggumpalan (clumping) trombosit setelah darah dicampurkan dengan antikoagulan EDTA yang menyebabkan trombosit tidak dapat disedot masuk ke dalam mesin.
Trombositemi/trombositosis
adalah peningkatan
jumlah
trombosit di
atas 350000/mm3atau 400000/mm3. Terdapat 3 kelainan utama penyebab trombositemi, yaitu : kelainan klonal (Trombositemi esensial/primer dan kelainan
mieloproliferatif
lain),
trombositosis
reaktif
terhadap
Trombositemi
primer
sering
familial (mutasi berbagai
ditemukan
trombopoietin)
penyebab secara
akut
tidak
dan
dan kronis.
sengaja
pada
pemeriksaan hematologi pada penderita yang asimtomatis. Trombositemi esensial pertama kali dilaporkan oleh di Guglielmo pada tahun 1920 dan Epstein dan Goedel pada tahun 1934. Pada saat itu, Trombositemi esensial dianggap merupakan bagian dari penyakit mieloproliferatif yang lain (Polisitemia vera, Lekemi mielositik kronik, Mielofibrosis dengan mieloid metaplasia). Pada tahun1960, Trombositemi esensial ditentukan sebagai suatu penyakit mieloproliferatif yang berbeda. Peningkatan kadar trombosit biasanya merupakan akibat dari penyakit akut atau kronis yang lain (trombositosis reaktif). Penyebab yang sering adalah keganasan dan peradangan kronis, seperti arthritis rheumatoid. Penyebab yang lain adalah defisiensi besi dan splenektomi. Kadar trombosit biasanya dalam rentang 500.000-1.000.000/µl, tapi bisa juga lebih tinggi. Bahkan dari kasus bulan Agustus lalu, saya menemukan seorang pasien dengan kadar trombosit lebih dari 2.000.000/µl. Selain itu, kadar trombosit bisa meningkat akibat adanya
peningkatan
produksinya
secara
otonom
pada
penyakit
mieloproliferatif, contohnya pada trombositosis esensial dan polisitemia vera.
Gambar 3. Jumlah trombosit yang meningkat disertai giant trombosit Trombositopati adalah keadaan yang menggambarkan kelainan trombosit terutama yang melibatkan “platelet faktor 3” dan selanjutnya pembentukan tromboplastin plasma. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan bawaan / didapat. Separti, Hemofilia adalah suatu penyakit menurun yang dapat menyebabkan darah sulit membeku. Ada Beberapa usaha untuk dapat mengatasi penyakit hemofilia, antara lain yaitu mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat, menjaga berat tubuh jangan berlebihan karena berat badan yang berlebihan dapat mengakibatkan pendarahan pada sendi-sendi di bagian kaki, dan berhati-hati lah dalam kehidupan sehari-hari untuk memperkecil risiko terluka. Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya. Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak. Masalah Klinis Dalam banyak kasus, gangguan trombosit diyakini disebabkan oleh gangguan
autoimun (serangan, untuk alasan yang tidak diketahui, oleh sistem kekebalan tubuh terhadap sel-sel sehat sendiri). Dalam hal ini, trombosit dihancurkan sebelum waktunya karena mereka beredar dalam darah. Sebuah gangguan autoimun yang umum disebut idiopatik thrombocytopenic purpura (ITP), dan trombosit yang cepat hancur dalam eritematosus lupus sistemik, juga gangguan autoimun.
PENURUNAN JUMLAH : ITP, myeloma multiple, kanker (tulang, saluran gastrointestinal, otak), leukemia (limfositik, mielositik, monositik), anemia aplastik, penyakit hati (sirosis, hepatitis aktif kronis), SLE, DIC, eklampsia, penyakit ginjal, demam rematik akut. Pengaruh obat: antibiotik (kloromisetin, streptomisin), sulfonamide, aspirin (salisilat), quinidin, quinine, asetazolamid (Diamox), amidopirin, diuretik tiazid, meprobamat (Equanil), fenilbutazon (Butazolidin), tolbutamid (Orinase), injeksi vaksin, agen kemoterapeutik.
PENINGKATAN pembedahan),
JUMLAH :
paskasplenektomi,
Polisitemia karsinoma
vera,
trauma
metastatic,
(fraktur, embolisme
pulmonary, dataran tinggi, tuberculosis, retikulositosis, latihan fisik berat. Pengaruh obat : epinefrin (adrenalin) Beberapa jenis leukemia atau sumsum tulang diinvasi kanker dapat menimbulkan penurunan jumlah trombosit dan fungsi.
Sejumlah infeksi, termasuk rubella, mononucleosis, infeksi darah bakteri, malaria, hepatitis, tuberkulosis (TBC), dan human immunodeficiency virus
(HIV), bisa menyebabkan gangguan trombosit. Berbagai macam obat yang mampu menyebabkan gangguan trombosit bagi sebagian kecil orang. Beberapa obat ini sangat umum digunakan, termasuk aspirin, ibuprofen, dan antibiotik seperti pen isilin. Lainnya termasuk quinidine dan kina (digunakan untuk mengobati malaria) dan obat-obatan
terlarang intravena. Pada anemia aplastik, suatu kondisi yang jarang tapi sangat serius, produksi trombosit (sel darah dan lainnya) dalam sumsum tulang sangat ditekan. Hal ini dapat disebabkan oleh radiasi atau obat kemoterapi (untuk kanker), senyawa
emas
(digunakan
untuk
mengobati
arthritis),
antibiotik
kloramfenikol, atau paparan asap pelarut organik, termasuk benzena dan lem. Hal ini juga kadang terjadi pada orang-orang dengan hepatitis akut, tetapi
dalam banyak kasus penyebabnya tidak dapat ditentukan. Alkoholisme kronis atau kekurangan vitamin B tertentu dapat menyebabkan kelainan trombosit.
Transfusi darah masih dapat menyebabkan kekurangan trombosit sementara, yang dapat diperburuk oleh reaksi kekebalan terhadap darah donor yang
mengarah ke kerusakan trombosit. Berbagai cacat genetik dapat menyebabkan kelainan bawaan trombosit. Koagulasi intravaskular diseminata (DIC) melibatkan fungsi gangguan
trombosit dan penurunan langsung dalam jumlah trombosit. Kemoterapi dan radiasi pengobatan untuk kanker atau leukemia bisa menghancurkan trombosit.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium 1. Kemoterapi dan sinar X dapat menurunkan hitung trombosit, 2. Pengaruh obat (lihat pengaruh obat), 3. Penggunaan darah kapiler menyebabkan hitung trombosit cenderung lebih rendah, 4. Pengambilan sampel darah yang lamban menyebabkan trombosit saling melekat (agregasi) sehingga jumlahnya menurun palsu, 5. Tidak segera mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang kurang adekuat juga dapat menyebabkan agregasi trombosit, bahkan dapat terjadi bekuan, 6. Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan pada hasil : a. Jika volume terlalu sedikit (= EDTA terlalu berlebihan), sel-sel eritrosit mengalami krenasi, sedangkan trombosit membesar dan mengalami disintegrasi. b. Jika volume terlalu banyak (=EDTA terlalu sedikit) dapat menyebabkan terbentuknya jendalan yang berakibat menurunnya jumlah trombosit. 7. Penundaan pemeriksaan lebih dari 1 jam menyebabkan perubahan jumlah X. KESIMPULAN Pada praktikum kali ini digunakan preparat indirect untuk mengamati, mengidentifikasi dan menghitung jumlah dari trombosit. Pada praktikum kali ini didapatkan jumlah trombosit sebesar 242.000/µl berbeda dengan hasil dari alat
otomatis yaitu 267.000, hal ini dikarena susah untuk membedakan trombosit dengan sisa cat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.MenghitungTrombosit. [online].tersedia.http://medikalteknologi.blogspot.co.id/2015/06/menghit ung-trombosit.html.[diakses 8 juni 2016 07.12] Bakta, I Made. 2007. Hematologi klinik Ringkas. Jakarta. Buku Kedokteran EGC Eka Yuliani.2013.Laporan Praktikum Hitung Kadar Trombosit.[online].tersedia : http://switianiekayuliani.blogspot.co.id/2013/12/laporan-praktikumhitung-kadar-trombosit.html.[diakses 8 juni 2016, 07.33] Pearce, Evelyn C. 1979. Anatomi Dan Fisiologi untuk Para Medis. 133, Jakarta : Gramedia Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia Kanal
Medika
Soebrata, R. Ganda, 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarata : Dian Rakyat Ratnaningsih, T. dan Setyawati, 2003, Perbandingan Antara hitung Trombosit Metode Langsung dan Tidak Langsung Pada Trombositopenia, Berkala Kesehatan Klinik, Vol. IX, No. 1, Juni 2003, RS Dr. Sardjito, Yogyakarta. Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, 2004,Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta. Widmann, Frances K., alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., 1992,Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, hlm. 117-132. Price.Sylvia A &Lloraine M.Wilson,2003. Patofisioogi klinik proses-proses penyakit vol.1.)