BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin (gamet). Gonad yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut disebut testes yang berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang terdapat pada individu ikan betina disebut ovari berfungsi menghasilkan menghasilkan telur. (Pulungan et. al, 2006). Selanjutnya Selanjutnya dikatakan juga bahwa gonad yang terdapat didalam tubuh mengalami perkembangan dari bentuk sehelai benang yang berisi cairan bening kemudian berkembang dan membesar sesuai dengan kapasitas rongga perut yang dimiliki individu ikan. Perkembangan gonad ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan gamet gamet yang diproduksi oleh gonad itu sendiri. Semakin matang gonad suatu in-dividu ikan maka semakin besar bentuk dan berat gonad serta tubuh individu ikan. Tingkat kematangan gonad (TKG) merupakan suatu tingkatan kematangan sexual pada ikan. Tingkat kematangan gonad dapat ditentukan dengan dua metode yaitu metode morfologis yaitu dengan pengamatan secara visual terhadap ukuran gonad ikan dan metode histologis yang dilakukan di dalam laboratorium yaitu dengan mengamati perkembangan gonad melalui fase perkembangan sel (Effendi, 1997). Selain itu TKG (Tingkat Kematangan Gonad) memiliki peranan yang sangat penting, karena dapat berguna untuk mengetahui perbandingan antara gonad yang telah matang dan stok yang ada di perairan, ukuraan pemijahan, musim pemijahan, dan lama pemijahan dalam satu siklus. Oleh karena itu, dalam praktikum kali ini akan dipelajari tingkat kematangan gonad pada yaitu ikan mas ( Cyprinus carpio), ikan kiper (Scatophagus argus), dan ikan tenggiri ( Scomberomorus commerson). Praktikum ini bertujuan untuk
menentukan tingkat kematangan gonad pada ikan dengan menggunakan metode histologis yang dilakukan di laboratorium. Dari hasil penetuan TKG tersebut akan dapat diketahui perbedaan antara gonad jantan dan gonad betina. 1.2 Permasalahan
Permasalahan Permasalahan yang ada pada praktikum ini adalah bagaimana cara mengetahui tingkat kematangan gonad ikan dan bagaimana cara mengetahui perbedaan dari gonad jantan dengan gonad betina.
1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad ikan dengan memperhatikan morfologi gonad ikan serta mengetahui perbedaan dari gonad jantan dan betina. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tingkat Kematangan Gonad
Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Menurut Effendie (1997), pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10 – 25 persen dari bobot tubuh, dan pada ikan jantan 5 – 5 – 10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar Perkembangan gonad pada ikan betina umumnya disebut dengan istilah perkembangan ovarium mempunyai tingkat perkembangan sejak masa pertumbuhan hingga masa reproduksi yang dapat dikategorikan kedalam beberapa tahapan. Jumlah tahapan tersebut bervariasi bergantung kepada spesies maupun peneliti yang mengamati perkembangan ovarium tersebut.. Kematangan gonad pada ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur dan pola distribusi di stribusi ukuran telurnya (Effendie, 1997) Indikator pembagian tahapan kematangan gonad dengan cara visual ialah: 1. Ukuran gonad dalam dalam menempati rongga badan badan (kecil, 1/4 bag, 1/2 bag, 3/4 bag atau atau penuh); 2. Berat gonad segar (ditimbang); 3. Penampakan: warna gonad; ripe / gravid gravid ), 4. Penampakan Penampakan butiran telor (ova) utk ikan betina (opaque, translucens / ripe ),
5. Ada tidaknya pembuluh darah, dll. (Effendie, 1997) Karena sifatnya yang subjektif, sering terjadi perbedaan tahap TKG baik karena perbedaan observer maupun perbedaan waktu. Sebagai acuan standar, umum digunakan 5 tahap TKG (Five stage of visual maturity stage for partial spawning fishes ) , yakni:
-
TKG I (immature , dara);
-
TKG II (developing , dara berkembang);
-
TKG III (maturing / ripening , pematangan);
-
TKG IV (mature / ripe / gravid , matang)
-
TKG V (spent , salin). (Effendi, 1997).
2.1.1 Metode Penentuan Tingkat Kematangan Gonad
Penentuan tingkat kematangan gonad sangat penting dilakukan, karena hal ini dapat berguna untuk mengetahui perbandingan antara gonad yang telah matang dan stok yang ada di perairan, ukuraan pemijahan, musim pemijahan, dan lama pemijahan dalam satu siklus. Terdapat dua cara untuk menentukan tingkat kematangan gonad dari ikan, yaitu : 1. Metode morfologis yaitu dengan pengamatan secara visual terhadap ukuran gonad ikan. Metode ini banyak dilakukan dan relatif lebih mudah, namun tingkat ketelitian rendah. Pengamatan secara morfologis lebih praktis dilkukan terutama dilapangan dan disertai pula dengan rumus GSI dan GI (Mazruoh, 2009) 2. Metode histologis. Metode ini dilakukan di dalam laboratorium yaitu dengan mengamati perkembangan gonad melalui fase perkembangan sel. Pengamatan dilakukan dengan membuat preparat histologi gonad dan memfikasasi dengan formalin 10%. Kemudian dilakukan proses dehidrasi dengan alkohol bertingkat dan dilakukan proses embedding pada parafin. Setelah itu dilakukan proses sectioning (pemotongan) dengan ketebalan 3 to 8 μ thickness dan dilakuan proses pewarnaan (staining) dengan larutan eosin and hematoxylin.Lalu dituutp (mounting) dengan Canada balsam dan diamati dibawah mikroskop cahaya. Selanjutnya ditentukan proses oogenesis dan tingkat kematangan gonad (Mazrouh, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad adalah jenis spesies, umur, ukuran, dan sifat fisiologis. Sedangkan faktor luarnya adalah suhu, arus, individu lawan jenis, dan tempat memijah yang sesuai. ((Effendie, 1997)
2.1.2 Klasifikasi Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Standar penentuan TKG pada ikan) modifikasi dari Casie in Effendie dan Surbaja. TKG diamati dengan menggunakan klasifikasi Casie.
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kematangan Gonad (TKG). TKG I
BETINA
JANTAN
Ovary seperti benang, Testes seperti benang, panjang depan
sampai tubuh,
ke
lebih pendek, ujungnya
warna
di rongga tubuh, warna
jernih permukaan licin II
Ukuran
lebih
pewarnaan kekuningan,
besar, Ukuran
Ovary
besar, pewarnaan putih
telur
susu, bentuk lebih jelas
secara
morfologi telur sudah terlihat
dari TKG I
Nampak warna
bergerigi, makin
putih, keadaan
diawetkan mudah putus
makin
besar, Seperti TKG III tampak
telur berwarna kuning,
lebih
mudah
semakin
butir
testes
butirnya dalam
dengan mata Ovary
lebih
berwarna Permukaan
kuning,
IV
testes
gelap
belum terlihat jelas III
jernih
dipisahkan, minyak
jelas, pejal
testes dan
tidak rongga tubuh semakin
tampak, mengisi ½ -
penuh, warna putih susu.
2/3 rongga tubuh, usus terdesak V
Ovary dinding
berkerut, Testes bagian belakang tebal,
butir
telur sisa terdapat di
kempis dan bagian dekat pelepasan masih terisi
dekat pelepasan (Effendie, 1997)
2.1.3 Pembagian Tahap Pematangan Gonad
Tingkat kematangan ikan albacone (Tunnus germo) menurut Otsu dan Hansen terdiri dari: 1) Perkembangan awal
Ovari berisi telur primitif yang transparan atau telur ada dalam tingkat awal perkembangan. Pengendapan butir kuning telur tidak jelas. 2) Perkembangan akhir Telur tidak jernih, sangat banyak pengendapan kuning telur, garis tengah telur antara 0,4 sampai 0,8 mm. 3) Lanjut Ovari mendekati masak, telur semi transparan dan berisi butir minyak berwarna emas. Telur ini belum masak benar dan garis tengahnya 0,7 – 1,0 mm. (Uma, 2009).
2.1.4
Tahap Perkembangan Gonad menurut Nikolsky
Perkembangan gonad adalah proses perkembangan telur dalam gonad dan organ lainnya dalam gonad. Pada proses itu menghasilkan perubahan telur, mulai dari bentuk, ukuran dan warnanya. Menurut Nikolsky ada enam tahapan perkembangan gonad ikan. Keenam tahapan itu diistilahkan pada tingkat, yaitu : a) Tingkat 1 ” Tidak Masak” yaitu tahap muda atau disebut juga immature. Pada tahap itu, individu-individu muda belum mempunyai keinginan untuk berreproduksi, godan berukuran sangat kecil. b) Tingkat 2 “ Masa Istirahat” yaitu tahap istirahat atau disebut pula resting stage. Pada tahap ini produk seksual belum mulai berkembang, gonad berukuran masih belum berubah, telur belum dapat dilihat atau dibedakan dengan mata telanjang. c) Tingkat 3 “ Hampir Masak” yaitu tahap proses pemasakan atau maturation. Pada tahap ini, telur-telur sudah dapat dibedakan dengan kasat mata. Selain itu masa pertumbuhan dan pertambahan berat gonad berjalan cepat. Testis berubah dari warna transparan menjadi pucat. d) Tingkat 4 ”Masak” yaitu tahap masak atau maturity. Pada tahap ini produk seksual sudah masak dan gonad mencapai berat maksimum. Meskipun begitu produk seksual tidak bisa keluar bila tidak ditekan atau diurut. e) Tingkat 5 ”Reproduksi”
yaitu tahap reproduksi atau reproduction. Pada tahap ini produk seksual yang memang sudah matang akan keluar dengan ditekan secara perlahan. Berat gonad t urun dengan cepat dari awal pemijahan sampai selesai. f) Tingkat 6 ”Keadaan Salin” yaitu kondisi salin atau spent condition. Pada tahap ini produk seksual telah keluar. Lubang seksual berubah menjadi kemerahan dan gonad telah mengempis. Selain itu ovum dalam gonad tinggal telur sisa dan testis berisi sperma sisa g) Tingkat 7 “Masa Istirahat” yaitu tahap istirahat atau disebut pula resting stage. Pada tahap ini gonad masih berukuran kecil dan telur belum dapat dilihat (Effendie, 1997).
2.2 Pembagian Macam-macam Telur
a. Type A Telur Primitif, belum berkembang, tertanam di dalam jaringan ovarium, garis tengahnya berkisar dari 0,01-0,10 mm dengan garis tengah yang terbanyak ialah 0.05 mm sebagai puncak distribusinya. Telur tipe ini umumnya transparan kecuali telur yang intinya relative tidak jernih. Telur macam ini terdapat pada setiap tingkat kematangan ovarium dan merupakan telur cadangan untuk tingkat berikutnya. b. Type B Telur yang berkembang, sebagian atau seluruhnya tertanam di dalam jaringan ovarium. Ukurannya berkisar dari 0,1-0,5 mm dengan puncak distribusi lebih dari sebuah dan berlainan untuk tiap-tiap spesies ikan. Telur-telur ini seluruhnya berisi kuning telur yang belum jelas. c. Type C Telur masak atau hampir masak, terletak bebas di dalam lumer ovarium. Garis tengahnya sekitar 0,5-0,9 mm dan telur yang terbanyak bergaris tengah 0,7 dan 0,8 mm. Di dalam telur ini terdapat ruang diantara masa kuning telur dengan dinding telur. d. Type D Telur sisa di dalam berbagai tingkat kemunduran, terdapat bebas di dalam lumen. Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan telur masak kecuali isinya hampir seperti susu warnanya dan tidak ada ruang di antara masa kuning telur dengan dinding telur. Dinding telur mengkerut dan kemudian pecah pada tingkat berikutnya. Telur macam ini adalah telur
matang yang tidak dikeluarkan pada waktu pemijahan dan akhirnya dihisap kembali oleh dinding ovarium. (Effendi, 1997)
2.3 GSI (Gonade Somatic Index dan GI (Gonado Index)
GSI (Gonade Somatic Index) atau IKG (indeks Kematangan Gonad) yaitu nilai dalam persen (%) sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan. Pertumbuhan IKG akan sama dengan TKG. IKG akan maksimal pada saat akan terjadi pemijahan.
Keterangan : -
IKG : Indeks kematian gonad
-
Bg : Berat gonad dalam gram
-
Bt : Berat tubuh dalam gram
IKG adalah perbandingan dari berat gonad terhadap tubuh ikan. Nilai IKG seharusnya bisa dijadikan tingkat kematangan gonad. Peningkatan IKG akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad ikan tersebut (Affandi, 2001). GI adalah perbandingan antara berat gonad segar (gram) dengan panjang ikan (mm) dengan perumusan : GI = Wg 8 3 L X 10
Keterangan : -
GI: Gonado Somatic Index
-
Wg: Berat Gonad (gram)
-
L Panjang ikan (mm) 8
Harga 10 merupakan suatu faktor agar didapatkan nilai GI mendekati harga satuan sehingga mudah melihat dan mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi (Effendi, 1997).
2.4
Klasifikasi Ikan
2.4.1
Klasifikasi Ikan Tenggiri
Domain
: Eukaryota
Kingdom
: Chordata
Class
: Pisces
Order
: Perciformes
Family
: Scombridae
Genus
: Scomberomorus
Species
: Scomberomorus commerson (Anonim, 2010)
2.4.2 Deskripsi Ikan Tenggiri
(Menurut Charters, 2010) Ikan tenggiri berasal dari perairaan Australia dan Guinea, merupakan ikan komersial dan sering bermigrasi untuk menemukan habitat yang sesuai untuk melakukan pemijahan dan menemukan sumber makanan. Ikan ini dapat ditemukan di persebaran lautan tropis dan subtropis dengan salinitas rendah dan kekeruhan tinggi, ditemukan juga di terumbu dangkal atau landai serta perairan laguna. Tubuh memanjang dan fusiform, cukup dikompresi dalam beberapa genera. Moncong meruncing, premaxilla menyerupai paruh, tulang hidung tidak dipisahkan oleh tulang ethmoid, mulut besar, gigi di rahang kuat, tidak ada gigi taring benar, langit-langit mulut dan lidah mungkin beruang gigi. Para sirip punggung yang terpisah dua dan dengan belakang sirip dorsal dan anal kedua; sirip punggung pertama berada jauh di belakang kepala. Bresifat predator di daerah epipelagic, maupun di perairan pesisir, yang jauh dari pantai. Tenggiri menyaring plankton dengan alat penyapu panjang insang. Tenggiri dapat memakan mangsa yang lebih besar, termasuk ikan kecil, krustasea dan cumi. Predator utama tenggiri adalah ikan liar yang lebih, ikan tenggiri besar dan billfises. Bersifat dioecious dan tidak menampilkan dimorfisme seksual (struktur atau pola warna) serta ti dak mengerami telurnya. Betina dari banyak mencapai ukuran tubuh lebih besar dari jantan. Pemijahan terjadi di perairan tropis dan subtropis dan bermigrasi. Telur pelagis dan menetas menjadi larva planktonik. Ikan tenggiri termasuk jenis ikan komersil, biasanya ditemukan dalam air dengan kedalaman 0--5.214 meter (0--17.106 kaki). (Anonim, 2010).
2.4.1
Klasifikasi Ikan Kiper
Domain
: Eukaryota
Kingdom
: Chordata
Class
: Pisces
Order
: Perciformes
Family
: Scombridae
Genus
: Scomberomorus
Species
: Scatophagus Argus (Anonim, 2010)
2.4.2 Deskripsi Ikan Kiper
Ikan kiper dapat ditemukan di muara payau, bagian hilir aliran air tawar, dan hutan bakau Indo-Pasifik. Makanannya berupa cacing, krustasea,ganggang, dan serangga.Ikan dapat dimanfaatkan untuk pengobatan Cina maupundipasarkan dalam bentuk segar. Ikan ini tidak menjaga telurnya selama pemijahan. Mulut non-protrusible, sirip dorsal terletak pada tulang belakang pertama. Paada sirip anal terdapat 4 duri dan enam belas sisik di sirip ekor. Modus renang ikan dewasa dalam adalah labriform, dibandingkan dengan ikan lain, tingkat aktivitas dari keluarga ini cenderung lebih normal (Anonim, 2011). 2.4.1
Klasifikasi Ikan Mas
Domain
: Eukaryota
Kingdom
: Chordata
Class
: Pisces
Order
: Cypriniformes
Family
: Cyprinidae
Genus
: Cyprinus
Species
: Cyprinus carpio L. (Anonim, 2010)
2.4.2 Deskripsi Ikan Mas
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Bersifat non-guarders, tetapi dalam beberapa spesies jantan membangun sarang dan / atau melindungi telur-telur. Ini dapat ditemukan di lingkungan payau, dan air tawar dan air tawar terutama Primer. Dapat hidup pada kisaran suhu 3-35 ° C, toleran terhadap berbagai kondisi, berkembang di sungai keruh besar. Ikan termasuk omnivora, makan utama berupa serangga air, krustasea, annelida, moluska, tanaman air dan ganggang. Betina yang mencapai panjang 47 cm dapat memproduksi sekitar 300.000 telur (Prihatman, 2000).
BAB III METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu satu set alat bedah,penggaris, meteran jahit, benang, kaca arloji, neraca analitik dan papan lilin. 3.1.2
Bahan Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan mas ( Cyprinus
carpio), ikan kiper ( Scatophagus argus), dan ikan tenggiri ( Scomberomorus commerson).
Masing-masing species terdiri atas dua ekor ikan.
3.2
Cara Kerja
Pratikum diawali dengan mengukur panjang masing-masing spesies ikan menggunakan meteran jahit. Setelah itu berat badan masing-masing ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan. Spesies ikan diletakkan di atas papan lilin. Kemudian ikan dibedah pada bagian ventral tubuhnya dan diamati bagian dalam perutnya. Setelah gonad terlihat, gonad dipotong dengan menggunakan gunting dan diletakkan di atas kaca arloji. Gonad diamati mulai dari bentuk, warna dan panjang gonad yang diukur dengan meteran jahit. Kemudiaan berat gonad ditimbang menggunakan timbangan analitik. Terakhir, jenis kelamin, warna gonad dan tingkat kematangan gonadnya ditentukan serta dihitung GSI dan GI.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan 4.1.1 Data Perlakuan Pengamatan
No . 1.
Perlakuan Panjang total masing-masing spesies ikan diukur menggunakan meteran jahit.
Pengamatan Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson)
Panjang tubuh : - Tenggiri 1 = 44,4 cm - Tenggiri 2 = 45,8 cm Ikan kiper (Scatophagus argus)
Panjang tubuh : - Kiper 1 = 21,2 cm - Kiper 2 = 19,3 cm Ikan mas (Cyprinus carpio)
2.
Berat badan setiap ikan ditimbang dengan neraca analitik.
Panjang tubuh : - Mas 1 = 23,5 cm - Mas 2 = 22,7 cm Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson)
Berat badan : - Spesies 1 = 610 gram
- Spesies 2 =620 gram
Ikan kiper (Scatophagus argus)
Berat badan : - Spesies 1 = 270 gram - Spesies 2 =190 gram Ikan mas (Cyprinus carpio)
3.
Ikan dibedah bagian ventral hingga terlihat isi rongga perut ikan dan diamati bagian dalam perutnya
Berat badan : - Spesies 1 = 125 gram - Spesies 2 =170 gram ikan tenggiri (Scomberomorus commerson)
Pembedahan
Pembukaan isi perut
ikan kiper (Scatophagus argus)
Pembedahan
Pembukaan isi perut
ikan mas (Cyprinus carpio)
Pembedahan 4.
Gonad pada masing-masing ikan dipotong pada bagian pangkal dan ujungnya lalu diamati morfologi gonad masing-masing ikan
ikan tenggiri (Scomberomorus commerson)
Gonad ikan
Gonad ikan
tenggiri 1
tenggiri 2
Gonad ikan kiper1
Gonad ikan mas1 6.
Gonad dari masing-masing ditim- bang di neraca
ikan
Pembukaan isi perut
Gonad ikan kiper 2
Gonad ikan mas 2 Berat gonad (gr): Tenggiri 1: 80,96
- Tenggiri 2 : 75,56
Berat gonad (gr): Kiper 1: 6,75 gr Kiper 2: 1,66 gr
Berat gonad (gr): Mas 1: 0,73 Mas 2: 12,23
8.
Jenis kelamin ikan, warna gonad dan a. ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) tingkat kematangan gonadnya ikan 1 : betina, gonad orange kemerahan, level ditentukan. V iakn 2: gonad orange kemerahan, level V b. ikan kiper (Scatophagus argus) ikan 1 : betina, gonad merah kekuningan, level III iakn 2: betina, gonad merah kekuningan, level III c. Ikan Mas (Cyprinus carpio) ikan 1 : jantan, gonad orange, level IV ikan 2: betina, gonad orange, level IV
4.1.2 Data Pengamatan Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
No
1
2
3
4
Ikan Ikan tenggiri (Scomberomoru s commerson) Ikan tenggiri (Scomberomoru s commerson) Ikan kiper (Scatophagus argus) Ikan kiper (Scatophagus argus)
Panja ng Total
Bera t ikan
Berat Gona d
Panjang Gonad
I = 13,9 44,4
610
80,96 II = 14 I = 13
45,8
620
75,56
GSI
Jenis Kelami n
Warna
Level
134,9 3
Betina
Orange
V
12,19
Betina
Orange
V
II =13,9 I=4 21,2
270
6,75
2,5
Betina
0,87
Betina
II =3,5 I=3 19,3
190
1,66 II =3
Merah kekuninga n Merah kekuninga n
III
III
5
6
Ikan mas (Cyprinus carpio) Ikan mas (Cyprinus carpio)
23,5
125
0,73
I =2,5 II =2,3
0,584
Jantan
Orange
IV
22,7
170
12,23
I =5,2 II =5
7,194
Betina
Orange
IV
4.1.3 Hubungan Panjang Ikan dengan Berat Gonad Species
1
2
3
4
5
6
Panjang total (mm)
44,4
45,8
21,2
19,3
23,5
22,7
Berat gonad (gram)
610
620
270
190
125
170
Keterangan: 1. ikan tenggiri 1 ( Scomberomorus commerson)
4. ikan mas 2 (Cyprinus
carpio) 2. ikan tenggiri 2 ( Scomberomorus commerson)
5. ikan kiper 1 (Scatophagus
argus) 3. ikan mas 1 (Cyprinus carpio)
6.ikan kiper 2 (Scatophagus
argus)
4.2 Pembahasan
Pratikum Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad ikan dengan memperhatikan morfologi gonad ikan serta mengetahui perbedaan dari gonad jantan dan betina. Menurut (Effendie, 1997). Fungsi menentukan tingkat Kematangan Gonad (TKG) adalah untuk menghitung jumlah ikan dewasa yang siap bereproduksi dan memijah, kapan mereka akan memijah dan bertelur serta kapan dan berapa telur yang akan dibuahi dan menetas serta perbandingan antara ikan yang belum matang gonad dengan yang sudah matang, ikan yang belum dewasa dengan yang sudah dewasa dan ikan yang belum bereproduksi dengan yang sudah bereproduksi. Praktikum tingkat kematangan gonad ini menggunakan tiga species yaitu ikan mas (Cyprinus carpio), ikan kiper ( Scatophagus argus), dan ikan tenggiri ( Scomberomorus commerson). Masing-masing species terdiri atas dua ekor ikan. Hal ini bertujuan agar
dapat mengetahui perbedaan tingkat kematangan gonad dari masing-masing ikan pada spesies yang sama dan mengetahui perbedaan antara gonad jantan dengan betina pada ikan mas, ikan kiper, dan ikan tenggiri. Praktikum dilakukan dengan menandai tiap sampel ikan yang akan digunakan dan mengukur panjang total masing-masing ikan dengan menggunakan meteran dari ujung mulut hingga ujung ekor ndan dicatat. Pengukuran panjang tubuh ikan bertujuan untuk memperoleh data panjang total ikan dimana nilai panjang total ikan dapat digunakan untuk menghitung nilai GI (Gonado Indeks). Setelah itu masing-masing ikan ditimbang menggunakan timbangan analitik dan dicatat beratnya. Penimbangan berat tubuh ikan
tersebut dilakukan untuk mengetahui berat tubuh dari masing-masing ikan dimana nilai dari berat tubuh dapat digunakan untuk menghitung nilai GSI (Gonado Somatic Index). Kemudian ikan diletakkan di atas parafin dan bagian ventral ikan dibedah menggunakan gunting yang salah satu ujungnya tumpul secara hati-hati dengan bagian gunting yang tumpul berada di bawah agar jaringan ikan tidak rusak dan diamati isi perutnya. Pembedahan ikan pada bagian ventral bertujuan untuk meminimalkan tingkat kemungkinan kerusakan organ dalam dari ikan supaya organ dalamnya terutama bagian gonad dari ikan dapat diperoleh dengan kondisi yang baik dan tidak rusak, sehingga dapat mempermudah pengamatan karena kondisinya yang masih utuh. Ciri-ciri gonad adalah sebagai berikut:
Berbentuk memanjang hamper lonjong
Berjumlah sepasang
Salurannya berada pada saliran reproduksi
Terletak di bagian ventral di sebelah atas perut (Lam, 1983). Setelah ditemukan gonadnya, gonad digunting secara perlahan agar tidak merusak
bentuk gonad ikan tersebut kemudian berat gonad ditimbang menggunakan timbangan analitik. Penimbangan berat gonad ikan ini bertujuan untuk memperoleh berat gonad dari masing-masing ikan yang nantinya nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung nilai GI (Gonado Indeks) dan GSI (Gonado Somatic Indeks) dari masing-masing ikan. Gonad ikan mas ( Cyprinus carpio), ikan kiper (Scatophagus argus), dan ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) kemudian diamati bentuk, warna dan panjangnya. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui jenis kelamin (betina atau jantan) dan tingkat kematangan gonad. Setelah itu dihitung Gonado Somatic Index (Indeks Kematangan Gonad). Setelah diamati morfologi gonad dan dihitung GSI nya, maka dapat diketahui tingkat kematangan gonad dari masing-masing ikan yang diteliti. Setelah didapatkan gonad dari masing-masing ikan maka dapat menentukan atau membedakan antara gonad jantan dan gonad betina dari ikan mas, ikan kiper dan ikan tenggiri yang dibawa, berdasarkan literature yang ada. Berdasarkan dari hasil pengamatan hubungan berat tubuh dan panjang tubuh menunjukkan tidak ada kesebandingan antara berat tubuh dan panjang tubuh dengan GSI dan GI. Seharusnya untuk data berat tubuh berbanding lurus dengan kematangan gonad dari suatu ikan. Hal ini dikarenakan semakin berat tubuh ikan berarti semakin berkembang
ikan tersebut dan biasanya pada saat akan memijah berat tubuh ikan meningkat sedangkan saat setelah memijah berat tubuh ikan kembali normal. Sedangkan untuk data panjang tubuh kurang ada perbandingan dengan kematangan gonad karena panjang tubuh merupakan pertumbuhan yang irreversible sedangkan untuk kematangan gonad merupakan suatu siklus yang berulang yaitu sebelum dan setelah memijah. Menurut Prihatman (2000) ikan mas yang mencapai kematangan gonad ditandai dengan ciri-ciri pada betina berumur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 200 g/ekor; pada jantan umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 150 kg/ekor, bentuk tubuh secara keseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat, dan tutup insang normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih. Gonad teerletak di bagian ventral di sebelah atas perut dan terhubung dengan saluran reproduksi. Berdasarkan informasi tersebut ikan yang diamati sudah siap untuk memijah, karena berat tubuh sudah mencukupi dengan level TKG IV. Data hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel TKG tengiri 1 dan 2 berada pada tingkat V (tahap salin) dengan ovary berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat di dekat pelepasan dan berwarana orange kekuningan. Ikan kiper 1 dan 2 berada pada tingkat TKG III, karena ovary berwarna coklat kekuningan, secara morfologi telur sudah terlihat butirnya. Ikan kiper ini termasuk dalam ikan betina karena dari hasil pengamatan bentuk gonad menggembung atau membulat serta warnya yang merah kekuningan. Pada ikan mas 1 dan 2 berada pada memiliki level TKG IV, dimana ukuran gonad lebih besar dan gonad terlihat lebih jelas, berwarna orange serta mengisi ½ - 2/3 rongga tubuh. Ikan mas 1 termasuk jantan dan ikan mas 2 termasuk betina bentuk gonad menggembung atau membulat. Gonad merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh gonadotropin hormon (GTH) yang disekresikan kelenjar pituitari. Meskipun gonadotropin tidak secara langsung mempengaruhi perkembangan telur atau seperma ikan, namun mempengaruhi sekresi estrogen oleh sel folikel telur dan androgen oleh jaringan testis (Bond, 1979). Tingkat kematangan gonad ini dapat dilihat dari warna gonad dari masing-masing spesies. Apabila gonad betina, semakin tinggi tingkat kematangan gonadnya maka gonad tersebut berwarna semakin kuning. Sedangkan pada gonad jantan, semakin warnanya kemerah-merahan (agak gelap) maka tingkat kematangan gonadnya semakin tinggi. Gonad jantan berbentuk pipih memenjang seperti gilik sedangkan pada gonad betina berbentuk menggembung atau membulat.pada tingkat kematangan gonad tahap awal gonad betina berwarna kuning sedangkan gonad jantan berwarna putih susu (Effendie, 1997).
Pada umumnya ikan betina memiliki warna yang lebih terang dibandingkan dengan ikan jantan, dan memiliki bentuk badan yang lebih kecil. Untuk mengetahui perbedaan antara jantan dan betina dapat dilakukan dengan cara stripping yaitu dengan cara memijat badan ikan sampai anus dan apabila keluar cairan berwarna putih maka ikan tersebut berjenis kelamin jantan, bentuknya memanjang (Effendie, 1997). Perbedaan jenis kelamin juga belum bisa dilihat dari gonad yang didapatkan dari ketiga jenis ikan tersebut. Penentuan jenis kelamin dapat dilakukan berdasarkan ciri seksual primer dan sekunder ikan. Ciri seksual primer dapat dilihat dari morfologi gonadnya. Sedangkan ciri seksual sekunder dari ikan secara umum dapat dilihat jika gonad dari ikan tersebut sudah matang. Ciri – ciri ikan yang sudah matang gonad adalah pada induk jantan umur telah mencapai 1 tahun, warna tubuh agak kemerah-merahan kusam atau pudar, alat kelamin tampak jelas meruncing, tubuh tetap ramping dan gerakannya lebih lincah, tubuh lebih kecil dan ringan dari pada betina. Sedangkan pada induk betina perut tampak besar dan bila diraba terasa lembek, alat kelamin berwarna kemerahan dan lubangnya agak membesar., Bila diurut kearah anus keluar telur berwarna kekuningan, warna lebih cerah dan tubuh lebih berat dari pada jantan (Effendie, 1997). Satu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme. Namun, apabila satu spesies ikan dibedakan jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat seksual dikromatisme (Effendie, 1997). Menurut Affandi (2001), Gonad dapat berfungsi untuk mengontrol karakterisrik seks sekunder. Struktur dan bentuk biasanya tidak terkonsep pada awal produksi sel, tetapi dengan fasilitas fertilisasi gamet jantan dan betina. Karakteristik seks sekunder mencakup kebanyakan struktur ekstuagonadal dan kebiasaan pada setiap seks turunan. Faktor yang mempengaruhi pembentukan gonad internal dan eksternal. a) Photo Periode Photo periode atau perubahan durasi penyinaran diduga berpengaruh secara langsung terhadap mekanisme saraf yang menentukan waktu pemijahan bagi ikan laut. b) Suhu Suhu juga berpengaruh terhadap waktu pemijahan, pematangan gonad dan keberhasilan pemijahan. c) Substrat Pemijahan Jika substrat yang sesuai belum ditemukan maka ovulasi tidak akan terjadi.
d) Ketersediaan Makanan Pakan induk yang kekurangan asam lemak esensial akan menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah. e) Faktor Sosial (Hubungan antar periode) Pada beberapa spesies ikan ovulasi akan terhambat jika kepadatan ikan pada suatu perairan melebihi standart. (Bond, 1979). Faktor internal yang mempengaruhi pemijahan adalah pendorong dan penghambat hormon gonadotropin, gonadotropin pra ovulasi dan respon ovarium terhadap GTH (Gonadotropin Hormon). Ketika ikan matang secara seksual, produksek sudah masak dan proses reproduksi akan terjadi. Banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa ini. Faktor intrinsik yang mempengarui pemijahan antara lain kematangan seksual, kelahiran dan kematangan dari jenis ikan dan hereditasnya, makanan pilihan, fisiologi individu dan faktor lingkungan antara lain perubahan durasi penyinaran (photo period), suhu, kehadiran lawan jenis, arus, pasang, tahapan bulan dan kehadiran fasilitas spawning (Lam, 1983). GSI (Gonade Somatic Index) atau IKG (indeks Kematangan Gonad) yaitu nilai dalam persen (%) sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan. Pertumbuhan IKG akan sama dengan TKG. IKG akan maksimal pada saat akan terjadi pemijahan. Peningkatan IKG akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad ikan tersebut. Sedangkan GI adalah perbandingan antara berat gonad segar (gram) dengan panjang ikan (mm). Perhitungan GSI dan GI
1. Ikan tenggiri I Diketahui: Panjang total ikan adalah 444 mm dengan berat gonad 80,96 gram dan berat ikan adalah 620 gr Ditanya: Berapa nilai GSI dan GI? Jawab:
= 13,272 %
8
GI = Wg 3 L
8
= 80,96 3 (444) = 92,4957
2. Ikan tenggiri II Diketahui: Panjang total ikan adalah 458 mm dengan berat gonad 75,56 gram dan berat ikan adalah 610 gr Ditanya: Berapa nilai GSI dan GI? Jawab:
= 12,19 % 8
GI = Wg 3 L 8 75,56 = 78,6494 3 (458) 3. Ikan Kiper I Diketahui: Panjang total ikan adalah 212 mm dengan berat gonad 6,75 gram dan beral total adalah 270 gr. Ditanya: Berapa nilai GSI dan GI? Jawab:
= 2,5 % 8
GI = Wg 3 L 8 6,75 = 70,8428 3 (212) 4. Ikan Kiper II
Diketahui: Panjang total ikan adalah 193 mm dengan berat gonad 1,66 gram dan berat ikan 190 gr Ditanya: Berapa nilai GSI dan GI? Jawab:
= 0,87 % 8
GI = Wg 3 L 8 1,66 = 23,0906 3 (193) 5. Ikan Mas I Diketahui: Panjang total ikan adalah 235 mm dengan berat gonad 0,584 gram dan berat ikan 125 gr Ditanya: Berapa nilai GSI dan GI? Jawab:
= 0,584 % 8
GI = Wg 3 L 8 0,73 = 5,62495 3 (235) 6. Ikan Mas II Diketahui: Panjang total ikan adalah 227 mm dengan berat gonad 12,23 gram dan berat ikan 170 gr Ditanya: Berapa nilai GSI dan GI? Jawab:
= 7,1941 % 8
GI = Wg 3 L 8 12,23 = 104,5559 3 (227) Dengan nilai indeks kematangan gonad pada tiap species tersebut akan di dapatkan bahwa sejalan dengan perkembangan gonad, indeks itu akan semakin bertambah besar dan nilai tersebut akan mencapai batas kisar maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Uma (2009), ikan dengan IKG mulai dari 19% ke atas sudah sanggup mengeluarkan telurnya dan dianggap matang. Sesudah memijah indeknya turun menjadi 3 – 4%. GSI ikan tenggiri 1 adalah 13,272%, ikan tenggiri 2 adalah 12,19%, pada ikan kiper 1 sebesar 2,5%, pada ikan kiper 2 sebesar 0,87%, ikan mas 1 adalah 0,584%.
dan pada ikan kiper adalah 7,1941%. Pemijahan ikan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : musim, suhu, kondisi perairan dan perilaku dari individu lain.
Klasifikasi Tingkat Kematangan Gonad (TKG) standar Casie
Standar penentuan TKG pada ikan menggunakan metode dari Casie. TKG diamati dengan menggunakan klasifikasi Casie. Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kematangan Gonad (TKG). TKG
BETINA
JANTAN
I
Ovary seperti benang, panjang
Testes seperti benang, lebih pendek,
sampai ke depan tubuh, warna
ujungnya di rongga tubuh, warna
jernih permukaan licin
jernih
II
III
IV
Ukuran lebih besar, pewarnaan Ukuran
testes
lebih
besar,
gelap kekuningan, telur belum
pewarnaan putih susu, bentuk lebih
terlihat jelas
jelas dari TKG I
Ovary berwarna kuning, secara
Permukaan
morfologi telur sudah terlihat
bergerigi, warna makin putih, dalam
butirnya dengan mata
keadaan diawetkan mudah putus
Ovary berwarna
makin
besar,
kuning,
testes
Nampak
telur
Seperti TKG III tampak lebih jelas,
mudah
testes semakin pejal dan rongga
dipisahkan, butir minyak tidak tubuh semakin penuh, warna putih tampak, mengisi ½ - 2/3 rongga
susu.
tubuh, usus terdesak V
Ovary berkerut, dinding tebal,
Testes bagian belakang kempis dan
butir telur sisa terdapat di dekat
bagian dekat pelepasan masih terisi
pelepasan
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan praktikum tingkat kematangan gonad yang telah dilakukan adalah berdasarkan data yang diperoleh, pada spesies ikan tenggiri 1 dan 2 gonad berwarna orange kemerahan dengan level TKG V, ikan kiper 1 dan 2 gonadnya berwarna merah kekuningan dengan level TKG II. Sedangkan pada ikan mas 1 dan 2 gonad berwarna orange dengan level TKG IV. Keseluruhan ikan tenggiri dan kiper, serta ika mas 2 berjenis kelamin betina, sedangakn ikan mas 1 adalah jantan yang terlihat pada gonadnya yang berbentuk seperti benang. Tingkat kematangan gonad ini dapat dilihat dari warna gonad dari masing-masing spesies. Perbedaan antara gonad jantan dan betina adalah gonad betina berukuran lebih besar daripada gonad jantan. Selain itu gonad betina juga memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan dengan gonad jantan.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi. 2001. Biologi Reproduksi Ikan . Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan, Universitas Riau: Riau.
Anonim. 2010. Taxonomy . Diakses dari www.zipcodezoo.com tanggal 13 November 2011 pukul 09.00 WIB.
1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders: Philadelphia
Bond, C.E.
Charters, Robbie. 2010. The Stock Structure of Grey Mackerel Scomberomorus Semifasciatus in Australia as Inferred From Its Parasite Fauna. Fisheries Research 101 (2010) 94 – 99 Parasitology, SCMB, University of Queensland, Brisbane, QLD 4072:Australia
Effendie, M.I. 1997. Metode Biologi Perikanan . Yayasan Pustaka Nusantara: Yogyakarta.
Lam,
T.
J.
1983.
Environmental
Influence
on
Gonadal
Activity
in
Fish .
In.
FishPhysicology.Academic Press-New York – Toront Mazrouh, Marwa M.. 2009. Some Aspects of Reproductive Biology with Emphasis on the Effect of Pollution on the Histopathological Structure of Gonads in Oreochromis niloticus from Rosetta Branch, Nile River, Egypt. World Journal of Fish and Marine Sciences 1 (3): 190-198, 2009 ISSN 1992-0083. National Institute of Oceanography and Fisheries,
Alexandria, Egypt Pulungan et al, 2006. Penuntun Praktikum Ichthyologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau Press: Pekanbaru Prihatman, Kemal. 2000. Budidaya Ikan Mas . Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas. Jakarta
Uma, La Ode. 2009. Tingkat Kematangan Gonad . Department of Fishery Technology. UNG
SKEMA KERJA
Spesies ikan
- Diukur panjang tubuh total dengan penggaris. - Ditimbang berat badannya dengan neraca analitik. - Dibedah bagian ventral hingga terlihat isi rongga perut ikan. - Diamati isi perutnya - Gonad yang terlihat, dipotong pada bagian pangkal dan ujungnya. - Gonad diletakkan pada kaca arloji. - Diamati morfologi gonad masing-masing ikan. - Berat gonadnya ditimbang dengan neraca analitik. - Ditentukan jenis kelamin ikan dan tingkat kematangan gonadnya. Hasil