LAPORAN TETAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK “ Sifat Perioditas Spesies (Lanjutan)”
Kelompok II Anggota :
Fitriyani
(06101381520037)
Melva Hilderia Sibarani
(06101381520043)
Nadila pitriani
(06101381520030)
Noviyanti Amarta
(06101381520051)
Ratu Ayu Jesika
(06101281520058)
Ulfa Pratiwi
(06101181520011)
Kelas
: Palembang
Dosen Pembimbing
: Drs. M. Hadeli L.,M.Si. Maefa Eka Haryani.,S.Pd.,M.Pd.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Kimia Universitas Sriwijaya 2017
I.
Judul Praktikum
:
Sifat Periodesitas Spesies (Lanjutan)
II.
Tanggal Praktikum
:
12 September 2017
III.
Tujuan Praktikum
:
A. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami adanya kemiripan atau keteraturan sifat-sifat spesies. B. Tujuan Khusus
Setelah
melakukan
kegiatan
laboratories,
mahasiswa
dapat
menentukan kemiripan sifat-sifat kelarutan senyawa halida perak.
IV.
Dasar Teori
Pada dasarnya proses melarut adalah proses menyebarnya partikel partikel zat yang dilarutkan ke dalam pelarut. Proses melarut akan terjadi apabila gaya tarik-menarik antar partikel dalam pelarut atau zat terlarut itu sendiri. Untuk spesies ionik, proses melarutnya terjadi karena spesies ini terurai menjadi kation dan anion yang masingmasing terikat relatif cukup kuat oleh molekul pelarutnya. Jika suatu zat dapat terlarut dalam pelarut dengan jumlah yang relatif besar, maka dapat dikatakan bahwa kelarutan zat tersebut besar dan sebaliknya. Kecilnya kelarutan suatu spesies ionik dapat diinterpretasikan sebagai randahnya konstanta hasil kali kelarutan (konsentrasi) ion-ionnya. Sifat kecenderungan golongan halogen dapat ditunjukkan oleh karakteristik kelarutan halida perak. (Fakhili Gulo, 2014). Halogen berada pada golongan VIIA dalam sistem periodik unsur. Halogen berasal dari kata halos = garam dan gene geness = pembentuk. = pembentuk. Hal ini karena unsur-unsur tersebut dapat bereaksi dengan logam alkali membentuk garam. Unsur-unsur golongan halogen adalah fluorin (F), klorin (Cl), bromin (Br), iodin (I), dan astatin (At). Biasanya unsur
halogen dilambangkan dengan huruf X. Rumus kulit terluar dari halogen ini adalah ns 2 np5. Halogen memiliki
7 elektron valensi
(elektron pada kulit terluar), sehingga sangat reaktif karena mudah
menerima satu elektron. Mereka membutuhkan satu tambahan elektron untuk mengisi orbit elektron terluarnya. Dalam larutan, halogen membentuk ion negatif bermuatan satu yang disebut ion halida. Halogen merupakan golongan non-logam yang sangat reaktif, berbau, berwarna, beracun serta sert a tidak ti dak dijumpai pada keadaan bebas di alam. Pada umumnya ditemukan dialam dalam bentuk senyawa garam anorganiknya. Garam yang terbentuk disebut garam halide. Kelarutan halogen dalam air dari F 2 ke I2 makin kecil. Molekul F 2 bereaksi sempurna (mengoksidasi) dalam air (tidak dapat disimpan dalam air), Cl2 dan Br 2 tidak melarut sempurna dalam air dan reaksinya lambat, dan I2 sedikit larut dalam air dan kelarutannya bertambah jika terdapat ion I- (ditambahkan garam KI dalam air untuk memudahkan yodium larut dalam air). Sifat
dari
(perulangan)
unsur-unsur yang
elektronnya.Teori menjelaskan
menunjukkan
berasal
struktur
kecenderungan
atom
dari
sebuah
periodisitas
mekanika
golongan
dengan
periodisitas konfigurasi
kuantum
modern
memproposisikan
bahwa unsur dalam golongan yang sama memiliki konfigurasi elektron yang sama dalam kulit terluarnya, yang merupakan faktor terpenting penyebab sifat kimia yang mirip. Adanya persamaan sifat dan keteraturan memudahkan untuk mempelajari setiap unsur dalam tabel periodik. Keteraturan ini menjelaskan sifat periodisitas yaitu antara lain: 1. Jari-jari atom
Jari-jari atom merupakan jarak elaktron terluar ke inti atom dan menunjukan ukuran suatu atom. Jari-jari atom sukar diukur sehingga pengukuran jari-jari atom dilakukan dengan cara mengukur jarak inti antar dua atom yang berikatan sesamanya. Dalam suatu golongan, jari-jari atom semakin ke bawah cenderung semakin besar. Hal ini terjadi karena semakin ke bawah, kulit elektron semakin besar. Dalam suatu periode, semakin ke kanan jari-jari atom cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi karena
semakin ke kanan jumlah proton dan jumlah elektron semakin banyak, sedangkan jumlah kulit terluar yang terisi elekteron tetap sama sehingga tarikan inti terhadap elektron terluar semakin kuat. 2. Energi ionisasi
Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari suatu atom di namakan energi ionisasi. Dalam suatu periode semakin banyak elektron dan proton gaya tarik menarik elektron terluar dengan inti semakin besar (jari-jari kecil) Akibatnya, elektron sukar lepas sehingga energi untuk melepas elektron semakin besar. Hal ini berarti energi ionisasi besar. Jika jumlah elektronnya sedikit, gaya tarik menarik elektron dengan inti lebih kecil (jari jarinya semakain besar). Akibatnya, energi untuk melepaskan elektron terluar relatif lebih kecil berarti energi ionisasi kecil. 3. Keelektronegatifan
Kelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom untuk menarik elektron dari atom lain. Faktor yang mempengaruhi keelektronegatifan adalahgaya tarik dari inti terhadap elektron dan jari-jari atom.Unsur-unsur yang segolongan : keelektronegatifan makin ke bawah makin kecil, karena gaya taik-menarik inti makin lemah.
Unsur-unsur
bagian
bawah
dalam
sistem
periodik
cenderung melepaskan elektron. 4. Sifat Logam
Sifat-sifat unsur logam yang spesifik, antara lain: mengkilap, menghantarkan
panas
dan
listrik,
dapat
ditempa
menjadi
lempengan tipis, serta dapat ditentangkan menjadi kawat / kabel panjang. Sifat-sifat logam tersebut diatas yang membedakan dengan unsur-unsur bukan logam. Sifat-sifat logam, dalam sistem periodik makin kebawah makin bertambah, dan makin ke kanan makin berkurang.Batas unsur-unsur logam yang terletak di sebelah kiri dengan batas unsur-unsur bukan logam di sebelah kanan pada system periodik sering digambarkan dengan tangga diagonal
bergaris tebal. Unsur-unsur yang berada pada batas antara logam dengan bukan logam menunjukkan sifat ganda. 5. Kereaktifan
Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada system periodik, makin ke bawah makin reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik, makin ke bawah makin kurang reakatif, karena makin sukar menangkap electron. Kereaktifan suatu unsur bergantung
pada
kecenderungannya
melepas
atau
menarik
elektron. 6. Afinitas Elektron
Afinitas elektron ialah energi yang dibebaskan atau yang diserap apabila suatu atom menerima elektron. Jika ion negatif yeng terbentuk bersifat stabil, maka proses penyerapan elektron itu disertai pelepasan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda negative. Akan tetapi jika ion negative yang terbentuk tidak stabil, maka proses penyerapan elektron akan membutuhkan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda positif. Jadi, unsur yang mempunyai afinitas elektron bertanda negatif mempunyai kecenderungan lebih besar menyerap elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negative nilai afinitas elektron berarti makin besar kecenderungan menyerap elektron. Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari semkain kecil dangaya tarik inti terhadap elektron semakin besar, maka atom semakin mudah menarik elektron dari luar sehingga afinitas elektron semakin besar. Pada satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom makin besar, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron makin kecil, maka atom semakin sulit menarik elektron dari luar, sehingga afinitas elektron semakin kecil.
V.
Alat dan Bahan
1. Tabung sentrifuga
5. Larutan kalium bromida 1,0 M
2. Tabung reaksi
6. Larutan kalium iodida 1,0 M
3. Larutan perak nitrat 0,1 M
7. Larutan ammonia pekat ( 2 M )
4. Larutan kalium klorida 1,0 M
VI.
Prosedur percobaan
1. Buatlah endapan perak klorida dengan mencampurkan 5 ml larutan perak nitrat 0,1 M dengan 0,5 ml larutan kalium klorida 1,0 M dalam sebuah tabung sentrifuga. Diamkan tabung itu selama satu menit, kemudian pusingkan. Buanglah cairan yang berada di atas endapan, kemudian tambahkan kepada endapan tersebut larutan ammonia pekat tetes demi tetes hingga tidak ada lagi perubahan yang nyata. 2. Lakukan seperti halnya (1) tetapi sebagai ganti larutan Kalium klorida gunakan larutan kalium halide lainnya.
VII.
Hasil Pengamatan Pengamatan
Pelarut
Kelarutan halida perak (larut/tak larut) AgCl
Air
AgI
Larut, larutan bening, Larut, larutan bening,
Larut, larutan sedikit
dan
keruh, dan
kecil Amonia pekat
AgBr
kelarutannya dan kelarutannya sangat kecil
kelarutannya kecil
Larut, larutan bening, Larut, larutan bening,
Larut, larutan sangat
dan
keruh, dan
kecil
kelarutannya dan kelarutannya kecil
kelarutannya besar
Persamaan Reaksi
1. KCl(aq)
+
AgNO3(aq)
KNO3(aq)
+
AgCl(s)
AgCl(s)
+
H2O(l)
AgOH(s)
+
HCl(aq)
2. KBr (aq) (aq)
+
AgNO3(aq)
KNO3(aq)
+
AgBr (s) (s)
AgBr (s) (s)
+
H2O(l)
AgOH(s)
+
HBr (aq) (aq)
+
AgNO3(aq)
KNO3(aq)
+
AgI(s)
H2O(l)
AgOH(s)
+
HI(aq)
+
AgCl(s)
3. KI(aq) AgI(s)
+
4. KCl(aq)
+
AgNO3(aq)
KNO3(aq)
AgCl(s)
+
2NH3(aq)
Ag(NH3)2Cl(aq)
5. KBr (aq) (aq)
+
AgNO3(aq)
KNO3(aq)
AgBr (s) (s)
+
2NH3(aq)
Ag(NH3)2Br (aq) (aq)
+
AgNO3(aq)
KNO3(aq)
+
2NH3(aq)
Ag(NH3)2I (aq)
6. KI(aq) AgI(s)
+
+
AgBr (s) (s)
AgI(s)
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai sifat periodisitas spesies (lanjutan). Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk memahami adanya kemiripan atau keteraturan sifat-sifat spesies dan setelah melakukan kegiatan tersebut, diharapkan praktikan dapat menentukan kemiripan sifat-sifat kelarutan senyawa halida perak. Pada percobaan ini bahan yang yang digunakan antara lain larutan Perak Nitrat 0,1 M, larutan Kalium Klorida 0,1 M, larutan Kalium Bromida 0,1 M, Larutan Kalium Iodida 0,1 M serta dengan pelarut air (aquadest). Dalam melakukan percobaan dibutuhkan tabung sentrifuge yang berfungsi untuk memisahkan bahan-bahan berdasarkan perbedaan berat jenis. Cara kerja dari alat ini adalah memutar sampel dengan kecepatan tinggi. Berdasarkan percobaan yang kami lakukan untuk campuran larutan perak nitrat 0,1 M sebanyak 5 ml dengan larutan Kalium Klorida 1 M sebanyak 0,5 ml. Endapan yang terbentuk setelah dipusingkan menggunakan sentrifuge ditetesi dengan air kelarutan halida perak yang teramati adalah larutannya bening dan kelarutannya kecil terbentuk endapan. Untuk campuran larutan Perak Nitrat 0,1 M sebanyak 5 ml dengan larutan Kalium Bromida 1 M sebanyak 0,5 ml. Kelarutan halida perak yang teramati adalah larutannya bening dan kelarutannya sangat kecil serta terbentuk endapan. Untuk campuran larutan Perak Nitrat 0,1 M sebanyak 5 ml dengan larutan Kalium Iodida 1 M sebanyak 0,5 ml, kelarutan halida perak yang teramati adalah larutannya sedikit keruh dan kelarutannya kecil serta terbentuk endapan. Kemudian digunakan larutan perak nitrat 0,1 M, larutan Kalium Klorida 0,1 M, larutan Kalium Bromida 0,1 M, Larutan Kalium Iodida 0,1 M serta larutan Ammonia pekat dengan konsentrasi sebesar 2 M. Untuk kelarutan halida perak dengan menggunakan pelarut ammonia dilakukan tiga kali percobaan yaitu menggunakan larutan KCl, KBr,dan KI, yang pertama dilakukan adalah mencampurkan 5 ml larutan Perak Nitrat 0,1 M dengan 0,5
ml larutan Kalium Klorida 1 M. Setelah larutan dipusingkan dengan menggunakan sentrifuge selama 5 menit terlihat perbedaan sampel antara larutan dan endapan yang terbentuk. Cairan yang berada di atas endapan dibuang hal ini bertujuan untuk memberikan hasil endapan dengan pelarut yaitu ammonia pekat 2 M, setelah ditambahkan tetes demi tetes Ammonia pekat 2 M kelarutan kela rutan halida perak yang teramati adalah larutannya bening dan kelarutannya kecil serta terbentuk endapan. Untuk campuran larutan Perak Nitrat 0,1 M sebanyak 5 ml dengan larutan Kalium Bromida 1 M sebanyak 0,5 ml. Endapan yang terbentuk setelah dipusingkan menggunakan sentrifuge ditetesi dengan Ammonia pekat 2 M kelarutan halida perak yang teramati adalah larutannya bening dan kelarutannya kecil serta terbentuk endapan. Untuk campuran larutan Perak Nitrat 0,1 M sebanyak 5 ml dengan larutan Kalium Iodida 1 M sebanyak 0,5 ml. Endapan yang terbentuk setelah dipusingkan menggunakan sentrifuge ditetesi dengan Ammonia pekat 2 M kelarutan halida perak yang teramati adalah larutannya sangat keruh dan kelarutannya besar serta terbentuk endapan. Kelarutan halogen dalam air dalam satu golongan dari atas kebawah kelarutannya semakin kecil karena bertambahnya massa atom relatif. Berdasarkan teori kelarutan AgCl > AgBr AgBr > AgI. AgI. Hal ini, karena karena periodisitas golongan. Adapun yang mempengaruhinya, yaitu:
Dilihat dari kereaktifannya, golongan VIIA merupakan unsur non logam, maka semakin ke bawah kereaktifannya semakin kecil. Unsur AgI paling
susah bereaksi dengan ammonia maupun air, sehingga proses pelarutannya paling sukar dibandingkan dengan AgCl dan AgBr. Begitupun sebaliknya, AgCl yang mengandung ion Cl - (berada paling atas di golongan VIIA dibandingkan Br dan I) paling mudah dilarutkan oleh ammonia karena mudah dalam
menangkap elektron, sehingga sehingga mudah mudah untuk bereaksi dan terlarut.
Dilihat dari keelektronegatifannya, makin ke bawah makin kecil, karena gaya gaya taik-menarik inti makin lemah. Unsur-unsur bagian bawah dalam sistem periodik cenderung melepaskan elektron. Di golongan VIIA, Iodin berada paling bawah, karena itu ion I- paling susah menarik ion Ag +, sehingga paling sukar untuk dilarutkan. Dilihat dari nilai Ksp nya dengan AgCl Ksp = 1,8. 10 -10, AgBr Ksp = 5,0 13 × 10 – 13 , AgI Ksp = 1,5. 10 -16 . Jadi, kelarutan AgCl akan lebih besar dari
AgBr dan AgI. Jadi, AgI memiliki endapan yg lebih banyak, ini menandakan bahwa kelarutan AgI kecil sehingga mudah terbentuk te rbentuk endapan dan sulit untuk larut. Kebanyakan klorida larut dalam air, endapan perak klorida larut dalam air dingin, akan tetapi lebih mudah larut dalam air mendidih dibandingkan air dingin. Yang digunakan dalam percobaan ini adalah air dingin sehingga endapan perak nitrat larut dalam air namun namun tidak secepat dengan air panas. panas. Yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan amonia pekat. Endapan larutan perak bromida sangat sedikit larut dalam larutan amonia encer, tetapi mudah larut dalam amonia pekat. Pada larutan perak iodida, larutan amonia pekat tidak dapat melarutkan endapan tersebut.
Kesimpulan
Setelah percobaan dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Semua halida perak dapat larut dalam amonia amonia kecuali pada halida perak iodida. 2. AgI paling sukar larut dalam pelarut ammonia dan air dibandingkan dengan AgCl dan AgBr, karena memiliki kereaktifan, keelektronegatifan, afinitas elektron, dan energi ionisasi yang kecil. 3. Semakin kecil nilai kelarutan suatu zat maka artinya zat tersebut semakin sukar larut dalam pelarutnya. Jika pelarutnya adalah air, maka nilai Kspnya juga semakin kecil. Begitu pula sebaliknya. 4. AgCl memiliki kereaktifan, keelektronegatifan, afinitas elektron, dan energi ionisasi yang besar sehingga AgCl kelarutannya besar. 5. Pada AgCl endapan berwarna putih, pada AgBr endapan berwarna abuabu kehijauan dan pada AgI endapan berwarna ber warna putih kekuningan.
VIII. Daftar Pustaka
Chaniago,
W.
2016.
Laporan
Kimia
Anorganik .
(online).
https://www.scribd.com/document/323138643/laporan-kimia-anorganik . (Diakses pada tanggal 15 September 2017). Gulo, F., dan Desi. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik I . Inderalaya: Universitas Sriwijaya. Saito,
T.
2012. Halogen
dan
Halida. Halida .
(online).
try.com/2012/4/halogen-dan-halida.html.. (Diakses try.com/2012/4/halogen-dan-halida.html
http://www.Chem-ispada
tanggal
15
September 2017). Syukri,S. 1999. Kimia 1999. Kimia Dasar I . Bandung: ITB. Winarto,
D.
2012.
Sifat
Periodisitas
Unsur
Kimia. Kimia.
(online).
http://www.ilmukimia.org/2012/01/sifat-periodisitas-unsur-kimia.html?m=1/.. (Diakses pada tanggal 15 September 2017). m=1/
Lampiran AgCl, AgBr, dan AgI dalam pelarut air
AgCl, AgBr, dan AgI dalam pelarut ammonia pekat 2M
Tugas:
1. Hasil pengamatan kelarutan halida perak secara kualitatif adalah sebagai berikut: Pelarut
Kelarutan halida perak (larut/tak larut) AgCl
Air
AgI
Larut, larutan bening, Larut, larutan bening,
Larut, larutan sedikit
dan
keruh, dan
kelarutannya dan kelarutannya
kecil Amonia pekat
AgBr
sangat kecil
kelarutannya kecil
Larut, larutan bening, Larut, larutan bening,
Larut, larutan sangat
dan
keruh, dan
kelarutannya dan kelarutannya
kecil
kecil
kelarutannya besar
2. Persamaan reaksi yang terjadi pada tiap perlakuan yaitu: (a) Ag+(aq) + Cl- (aq)
→ AgCl (s) putih
AgCl(s) + H2O(l) → AgOH(s) + HCl(aq) AgCl(s) + NH3(aq) → Ag(NH3)2Cl(aq)
(b) Ag+(aq) + Br - (aq) → AgBr (s) (s) abu-abu AgBr (s) (s) + H2O(l) → AgOH(s) + HBr (aq) (aq) AgBr (s) (s) + NH3(aq) → Ag(NH3)2Br (aq) (aq)
(c) Ag+(aq) + I- (aq)
→ AgI(s) kuning
AgI(s) + H2O(l) → AgOH(s) + HIaq) AgI(s) + NH3(aq) → Ag(NH3)2I(aq)
3. Sifat periodisitas kelarutan halida perak adalah: Semakin kebawah, kelarutan semakin kecil
4. Hubungan antara kelarutan halida perak dengan ukuran ion halidanya adalah: Semakin kecil kelarutannya