BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur, Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Murwani & Herlambang, 2012). Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Sitorus, 2006) B. Tujuan 1. Tujuan Umum : Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP), secara bertanggung jawab dan menunjukan sikap kepemimpinan yang professional serta langkah-langkah manajemen keperawatan 2. Tujuan Khusus Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa mampu :
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16)
Menjelaskan fungsi perencanaan ( Management Management Approach) Approach) denganbenar Menjelaskan kegiatan dalam perencanaan di ruang keperawatan dengan benar Menjelaskan kegiatan dalam pengorganisasian di ruang MPKP dengan benar Membuat struktur organisasi organisasi dalam model pemberian asuhan keperawatan diruang MPKP Memahami Job description perawat di ruang MPKP Membuat daftar dinas perawat diruang MPKP berdasarkan ketergantungan klien Menjelaskan kegiatan dalam pengarahan di ruang MPKP Menjelaskan program pemberian motivasi di ruang MPKP Menjelaskan program manajemen konfliks di ruang MPKP Menjelaskan program supervise di ruang MPKP Menjelaskan program pendelegasian di ruang MPKP Menjelaskan operan dalam di ruang ruang MPKP Menjelaskan pre dan post post conferment dalam di ruang MPKP Menjelaskan ronde keperawatan dalam di ruang MPKP Menjelaskan fungsi pengendalian pengendalian di ruang MPKP MPKP Menghitung indikator indikator mutu diruangan MPKP
B. Manfaat 1. Bagi pasien Dengan adanya program MPKP di Rumah Sakit diharapkan pasien merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam pemberian asuhan keperawatansehingga tercapai kepuasan klien yang optimal.
2. Bagi perawat a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga. c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat. d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
3. Bagi rumah sakit a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional. b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun rencana strategi. c. Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MPKP) secara optimal. 4. Bagi Mahasiswa Mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi MPKP di dalam Rumah Sakit.
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga. c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat. d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
3. Bagi rumah sakit a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional. b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun rencana strategi. c. Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MPKP) secara optimal. 4. Bagi Mahasiswa Mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi MPKP di dalam Rumah Sakit.
BAB II Tinjauan Lahan
A. Gambaran Umum Rumah Sakit dan Ruang Praktek 1. Sejarah Singkat
Berdasarkan SK MENKES RI No. 368/MENKES/SK/IV/2008 tanggal 15 April 2008 maka RSUD KH Hayyung Kepulauan Selayar di tingkatkan kelasnya dari kelas D ke Kelas C begitu pula namanya berubah menjadi Rumah Sakit Umum KH. Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar pada tanggal 12 Juni 2012. Pada tanggal 13 Januari 2012 RSUD KH. Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar telah berhasil memperoleh sertifikat akreditasi penuh tingkat dasar oleh Tim Komite Akreditasi Rumah Sakit Untuk 5 Jenis Pelayanan, antara lain : Pelayanan Administrasi, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, dan Pelayanan Rekam Medis dan sekarang sementara dalam proses pendampingan untuk memperoleh akreditasi 12 pelayanan atau akreditasi versi 2012. Tanggal 20 oktober 2008, RSUD KH. Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar mendapat penghargaan Piala Citra Pelayanan Prima tahun 2008 kepada unit pelayanan Publik dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia dengan Predikat Nilai terbaik. Sejak berdirinya RSUD KH. Hayyung Kepulauan Selayar telah mengalami beberapa pergantian Direktur sebagai berikut : 1.
dr. Muh Ridwan tahun 2007 – 2007 – 2010 2010
2.
dr. H. Marwan Ganoko, Sp. PK tahun 2011
3.
dr. Hj. Saribulan Arifin, MM tahun 2011 – 2011 – 2014 2014
4.
dr. Rahmawati Syahrir, Sp. KK, M. Kes tahun 2015 – 2015 – 2016 2016
5.
dr. H. Husaeni, M. Kes tahun 2016 – 2016 – 2017 2017
6.
dr. Hazairin, Sp.B tahun 2017 - sekarang
2. Falsafah, Motto, Visi, Misi, dan Tujuan Kegiatan di ruang MPKP meliputi perumusan filosofi, visi, misi, dan tujuan. 1) Filosofi
Filosofi adalah statemen yang mencerminkan nilai-nilai, visi, dan misi dari suatu organisasi. Filosofi memuat seperangkat nilai-nilai yang mengakar dan menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Pernyataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan dalam institusi atau organisasi.
3
Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu yang mengemukakan pandangan praktisi dan manajer perawat tentang apa yang mereka yakini dari manajemen dan praktek keperawatan. Idealnya seluruh personal pegawai keperawatan harus berpartisipasi dalam menyeleksi suatu teori atau kerangka kerja konseptual dan filosofi untuk kepentingan praktek. Setelah hal ini disepakatai, para manajer dan seluruh spsesialis keperawatan mulai menyusun suatu pernyataan visi dan misi untuk mengarahkan dan mengintegrasikan aktifitas-aktifitas kelompok. Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai kemanusiaan.
2) Visi
Langkah pertama dalam merencanakan manajemen keperawatan ada membuat kesepakatan terhadap visi dan misi yang akan dijadikan sebagai suatu hal yang dicitacitakan oleh organisasi. statemen visi dirancang untuk mengilhami dan memotivasi karyawan untuk mencapai suatu kondisi yang diinginkan. Visi ini dirumuskan bersama oleh kepala ruang dengan memperhatikan masukanmasukan dari stakeholders dan visi seharusnya ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan ipteks dan masyarakat. Visi diruangan diturunkan dari visi rumah sakit yang merupakan pengembangan yang disesuaikan dengan ruang masing-masing. 3) Misi
Misi seharusnya memberikan arahan dalam mewujudkan visi dan dinyatakan dalam tujuan-tujuan yang dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu yang mengandung pokok pokok bentuk kegiatan utama yang dapat menjadi landasan hubungan kerja serta pengalokasian sumberdaya ke segenap pihak yang berkepentingan. Misi seharusnya menjadi tolok ukur dalam evaluasi di seluruh unit kerja yang bisa di revisi secara berkala sesuai dengan perkembangan ipteks dan kebutuhan masyarakat. Misi bagian perawat harus berasal dari misi lembaga keseluruhan dan untuk memutuskan misi diruangan keperawatan para perencana harus terlebih dahulu menilai, lingkungan internal dan external bagian dari keperawatan. Untuk mengetahui bahwa misi yang dibuat realistic para perencana harus mengetahui ukuran dan karakter wilayah jangkauan wilayah, masalah-masalah sosial dan kesehatan yang umum serta kelebihan dan kekurangan para anggota staf keperawatan. Setelah misi ditentukan para pimpinan keperawatan dan staff harus mengemukakan suatu pernyataan keyakinan untuk mendukung serta mengilhami aktifitas-aktifitas keperawatan. Pernyataan ini mencakup keyakinan para anggota mengenai sifat kehidupan, kesehatan, penyakit, lingkungan, pelayanan keperawatan dan hubungan antara perawat, pasien dan keluarga. Waterman (1982), mengemukakan bahwa nilainilai yang tersebar diantara karyawan menpunyai pengaruh yang lebih besar terhadap keberhasilan organisasi daripada melaksanakan struktur organisasi, sumber-sumber ekonomi, atau kemampuan teknologi.
4
. 4) Tujuan
Tujuan adalah pernyataan konkret dan spesifik dimana misi akan dicapai dan filosofi atau keyakinan berlangsung. Tujuan harus hidup yang memuat pernyataan konkret yang menjadi standar agar kinerja dapat diukur. Tujuan dalam keperawatan ini diperlukan dalam semua area dimana pelayanan keperawatan berlangsung. Tujuan memberikan abonement dari produk perawatan kesehatan yang diperlukan oleh pasien. Setelah filosofi, visi dan misi bagian keperawatan dimunculkan, tujuan departemen harus dikembangkan untuk memenuhi visi dan misi yang dipilih sesuai dengan keyakinan-keyakinan yang dinyatakan oleh kelompok. Jika semua perawat telah menyetujui maka pernytaan-pernyataan visi, misi ini didistribusikan kesemua karyawan keperawatan dan dipasang disetiap unit keperawatan. Para manajer keperawatan berkewajiban menyebarkan visi dan misi akan dikenal luas untuk meningkatkan kreativitas serta membuat para karyawan terfokus pada upaya-upaya kearah pencapaian visi. Hubungan selanjutnya dalam rantai perencanaan adalah setiap kepala perawat atau coordinator harus mengarahkan para perawat profesionalnya untuk mengembangkan pernyataan tentang filosofi, visi, misi dan tujuan unit keperawatan. Sebagai contoh jika filosofi organisasi mengacu kepada keyakinan agama, maka pernytaan visi, misi dan tujuan juga mencerminkan keyakinan yang sama. Jika visi departemen menyatakan maksud untuk menyiapkan maksud untuk menyiapkan pasien kearah perawatan diri , maka pernyataan visi, misi dan tujuan unit harus jiga menyebutkan maksud-aksud yang sama
3. Kedudukan, Tugas dan Fungsi a. Kedudukan b. Tugas Membantu bupati dalam melaksanakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan melaksanakan upaya rujukan. c. Fungsi 1) Penyusunan program dan pelaksanaan pelayanan serta penunjang kegiatan pada Rumah Sakit Umum 2) Pelayanan medik dan keperawatan 3) Pelayanan medik dan non medik 4) Pelayanan rujukan 5) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparat pelayanan 6) Pelaksanaan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasaranaRumah Sakit Umum 7) Pengawasan dan penyelenggaraan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan dalam bidang kesehatan 8) Pelayanan fungsi sosial dengan memperhatikan akidah ekonomi 9) Pelaksanaan koordinasidengan dinas kesehatan dan instansi terkaitlainnya dibidang pelayanan kesehatan
5
4.
Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang ada meliputi pelayanan medik, penunjang medik, keperawatan, rehabilitasi medik, farmasi dan gizi. Jenis pelayanan yang diselenggarakan adalah: a. Pelayanan Gawat Darurat 24 jam, dengan Emergency Traumatic Centre (ETC), yang dilengkapi dengan kamar operasi Cito. b. Pelayanan Rawat jalan (Poli Umum, Gigi, Anak, Penyakit Dalam, Bedah, Kebidanan, Syaraf, Jiwa, Mata dan Anastesi) c. Pelayanan Rawat inap dengan kapasitas .... tempat tidur yang terbagi pada 7 ruang rawat inap antara lain bedah, penyakit dalam (Perawatan Jeruk), penyakit dalam (Perawatan Melinjo), perawatan anak, ponek, kebidanan dan ICU. Ruang tersebut terdiri dari VIP, kelas 1, kelas 2 dan kelas 3, untuk perawatan pasien anggota Polisi dan keluarga, peserta ASKES dan pasien umum. d. Pelayanan laboratorium e. Pelayanan radiologi f. Pelayanan Apotek g. Pelayanan Ruang operasi dengan 3 ruang OK di Instalasi Bedah Sentral untuk operasi Bedah, Kebidanan, dan Mata h. Pelayanan Perinatologi i. Pelayanan Kamar Bersalin j. ICU yang sekaligus berfungsi sebagai ICCU k. Pelayanan Keperawatan Jiwa
B. Pengumpulan Data 1. Data Umum a. Tenaga dan Pasien ( M1 – Man ) Masih menjadi perbincangan masyarakat sekitar apakah seorang pasien dapat dikatakan sebagai konsumen rumah sakit. Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undangundang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (“UU 29/2004”), pasien adalah:“...setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baiksecara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.”. Kemudian berdasarkan pasal 1 angka 4 Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (“UU 44/2009”), pasien adalah: “....setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.” b. M2 – Bangunan , Sarana dan Prasarana ( Material ) Bangunan adalah Konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap dalam suatu lingkungan, di atas tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan, tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan budaya. Pedoman teknis sarana dan prasarana rumah sakit kelasc ( pusat sarana,prasarna dan peralatan kesehatan tahun 2007)
6
Sarana adalah Segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi mata maupun teraba oleh panca indra dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan (umumnya) merupakan bagian dari suatu gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri. Pedoman teknis sarana dan prasarana rumah sakit kelasc ( pusat sarana,prasarna dan peralatan kesehatan tahun 2007 Prasarana adalah Benda maupun jaringan / instalasi yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pedoman teknis sarana dan prasarana rumah sakit kelasc ( pusat sarana,prasarna dan peralatan kesehatan tahun 2007
c. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan ( M3 / Metode ) Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) menutur Nursalam (2011) ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Metode Tim yang terdiri dari 4 tim tenaga keperawatan a) Fungsional (bukan metode MAKP). Metode fungsional dilakukan perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal. b) MAKP tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. c) MAKP primer. Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Medorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. d) MAKP kasus. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan intensive care.
7
e) Modifikasi: MAKP tim-primer. Model MAKP tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. d. Pembiayaan ( M4 / Money ) Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah.. Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2002), Edisi I, h. 304 Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 06/per/M.KUKM/I/2007 tentang petunjuk teknis program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro pola syariah bahwa pembiayaan adalah kegiataan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara k operasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya yang mewajibkan penerimaan pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad dengan pembayaran sejumlah bagian hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut.2 Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk 11 e. Pemasaran ( M5 / Marketing ) Pemasaran sebagaimana diketahui, adalah inti dari sebuah usaha. Tanpa pemasaran tidak ada yang namanya perusahaan, akan tetapi apa yang dimaksud dengan pemasaran itu sendiri orang masih merasa rancu. Pengertian pemasaran menurut Kotler (1997:8) adalah Suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain “.
2. Data khusus ( Fungsi manajemen keperawatan di ruangan ) a. Fungsi Perencanaan 1) Visi Ruangan Menurut David (2011:36), sebuah visi di jelaskan secara singkat mengenai gambaran sistem yang di tujunya, dikarenakan perubahan ilmu serta situasi yang tidak dapat diprediksi selama masa yang panjang tersebut, visi adalah proses awal didalam pengembangan sebuah misi organisasi dengan kata lain visi adalah suatu harapan yang ingin dicapai suatu organisasi atau perusahaan kedepannya, sebagai contoh air
8
panas di desa Marobo memiliki visi untuk menjadi sebuah objek wisata yang terpercaya
2) Misi Ruangan
Definisi misi menurut Arman (2008) adalah sebagai berikut: Misi adalah pernyataan-pernyataan yang mendefinsikan apa yang sedang/ akan dilakukan atau ingin dicapai dalam waktu (sangat) dekat atau saat ini 3) Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar (Sailendra, 2015:11). Menurut Tjipto Atmoko (2011), Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikatorindikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan 4) Standar Asuhan Keperawatan
Standar asuhan keperawatan yang di berlakukan melalui SK diren yan med no. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 SAK merupakan alat ukur untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Standar pelayanan dan standar asuhan keperwatan tersebut harus di terapkan secara bertahap.standar pelayanan dan standar asuhan keperawatantersebut berfungisebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan aakah pelayanan / asuhan keperawatan yang di selenggarakan di rumah sakit sdah mengikuti atau memenuhipersyaratan 2 yang di tetapkan dalam standar tersebut.bila pelayanannya sudah mengikuti dan sesuaidengan persyaratan maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan paling sedikit sudah dapat di pertanggung jawabkan maka dapat dikatakan bahwa mutu pelayanannyajuga harus di anggap baik. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan standar ini, perlu di lakukan penilaian secara obyektif dengan menggunakan metode dan instrumen penilaian yang baku. 5) Standar Kinerja Salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian ialah perumusan berbagai ketentuan formal yang harus ditaati oleh semua orang dalam organisasi. Secara popular sering dikatakan bahwa ketentuan formal itu berperan sebagai peraturan permainan yang harus ditaati, Beberapa contoh ketentuan formal adalah standart hasil pekerjaan yang harus dipenuhi, yaitu hasil pekerjaan yang harus dipenuhi baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan disiplin organisasi yang merupakan salah satu kewaiban yang harus ditunaikan oleh semua organisasi. Disiplin organisasi menyangkut banyak hal antara lain keterikan pada norma-norma moral danetika, keberadaan ditempat tugas sesuai dengan jam kerja yang berlaku dalam
9
organisasi, kesediakan bekerja lembur apabila diminta, kewajiban melapor kepada atasan apabila seseorang terpaksa mangkir atau sakit, kesediaan ditempatkan. Dimanapun organisasi beroperasi dan dalam hal tertentu disiplin berpekaian. Untuk menetapkan tingkat kinerja karyawan, dibutuhkan penilaian kinerja. Menurut Simamora (2004), semakin jelas standar kinerjanya, makin akurat tingkat penilaian kinerjanya. Masalahnya, baik para penyelia maupun karyawan tidak seluruhnya mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan. Karena bisa jadi, standar kinerja tersebut belum pernah disusun. Oleh karena itu, langkah pertama adalah meninjau standar kinerja yang ada dan menyusun standar yang baru jika diperlukan. Minimal sebuah standar kinerja, harus berisi dua jenis informasi dasar tentang apa yang harus dilakukan dan seberapa baik harus melakukannya. Standar kinerja merupakan identifikasi tugas pekerjaan, kewajiban, dan elemen kritis yang menggambarkan apa yang harus dilakukan. Setiap standar/kriteria harus dinyatakan secara cukup jelas sehingga manajer dan bawahan atau kelompok kerja mengetahui apa yang diharapkan dan apakah telah tercapai atau tidak. Standar haruslah dinyatakan secara tertulis dalam upaya menggambarkan kinerja yang sungguh-sungguh. Standart yang harus ada di ruang MPKP antara lain adalah SAK (standar asuhan keperawatan), SOP (standar operasional prosedur) dan Protap (prosedur tetap). b. Fungsi Pengorganisasian Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi dengan mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah rumah sakit, puskesmas, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan dan lain sebagainya. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi dan memfokuskan sumber daya pada tujuan. Karakteristik sistem kerjasama dapat dilihat, antara lain 1) Ada komunikasi antara orang yang bekerjasama; 2) Individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerjasama; 3) Kerjasama itu ditujukan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya manusia, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi. Apabila serangkaian kegiatan telah disusun dalam rangka mencapai tujuan organisasi, maka untuk pelaksanaan kegiatan tersebut harus diorganisasikan. Agar organisasi dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan secara efektif, maka dalam fungsi
10
organisasi harus terlihat pembagian tugas dan tanggung jawab orang-orang atau karyawan yang akan melakukan kegiatan masing-masing. Pengorganisasian diruangan perawatan MPKP menggunakan pendekatan sistem/metode antara lain adalah pembuatan struktur organisasi, daftar dinas dan daftar pasien. 1) Struktur Organisasi
Pengorganisasian diruangan MPKP menggunakan pendekatan sistem/metode penugasan tim. SDM perawat diorganisasikan dengan menggunakan metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi. Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien diruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10 orang, dan jumlah perawat antara 6-10 orang, untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan daftar pasien. Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang yang membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok klien Struktur organisasi A
11
2) Uraian tugas
Uraian tugas masing-masing personil diatas antara lain adalah : a. Kepala ruangan - Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian. - Mengorganisir pembagian tim dan pasien - Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya, - Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya, - Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya, - Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak lanjutinya, - Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya, b. Ketua tim/perawat primer: - Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian. - Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan, - Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya, - Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan, - Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, - Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya, - Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan, c. Uraian
tugas perawat pelaksana: - Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawabnya. - Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan pasien dan keluarganya - Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
3) Pengaturan jadwal dinas
Daftar dinas disusun berdasarkan tim, yang dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruang pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu berikutnya bekerja sama dengan ketua tim. Setiap tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) malam h ari dan yang libur. Contoh Jadwal Dinas Ruangan A No
nama
senin
1
karu
P
selasa
Tim I Katim
P
12
rabu
kamis
jumat
sabtu
minggu
PA1
M
PA2
S
PA3
M
PA4
S
PA5
P
Katim
P
PA 1
M
PA 2
S
PA 3
M
PA 4
S
PA 5
L
Σ Pagi Σ Sore Σ Malam 4) Pengaturan daftar Pasien Daftar pasien adalah daftar semua pasien yang menjadi tanggung jawab tiap kelompok selama 24 jam. Secara individu, setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Hal ini menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien ruangan diisi oleh katim sebelum operan dengan dinas berikutnya. Contoh Daftar Pasien di Ruangan A No Nama Dokter Perawat PA/PP 22-1023-1024-10Pasien primer/ 09 09 09 Ketua tim pagi Sore Malam
1
2
Tim I 1.sinta 2.alek 3.risak 4.paijo 5.paiman 6.dewi
Dr.sri Dr. Sri Dr.sri Dr.sri Dr.sri Dr.sri
Setiadi Setiadi Setiadi Setiadi Setiadi setiadi
Tim II
13
Anton Marina Jafar Aris Tono haris
Anton Marina Jafar Aris Tono haris
Anton Marina Jafar Aris Tono haris
Anton Marina Jafar Aris Tono haris
Menurut jadwal dinas tanggal 22 november 2009.dinas pagi anton, haris,mereka akan merawat yang di alokasikan kepada mreka serta pasien yang perawatnya dinas sore atau malam 5) Pengorganisasian Perawatan klien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien : (1) Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam (2) Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam (3) Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai berikut: 1. Kategori I : Perawatan mandiri/self care Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana. 2. Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk
14
mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi. 3. Kategori III : Perawatan total/intensive care Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus. Petunjuk penetapan jumlah berdasarkan derajat ketergantungan : (1) Dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama dan sebaliknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari. (2) Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi tiga kriteria) (3) Kelompok pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah pasien yang ada dalam klasifikasi minimal, parsial dan total. (4) Bila hanya mempunyai satu kriteria dari hasil klasifikasi tersebut maka pasien dikelompokan pada klasifikasi di atasnya Kriteria ketergantungan
Jumlah pasien prgri sesuai kriteria 1 2
3
Perawatan minimal : 1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri 2. Makan dan minum dilakukan sendiri 3. Ambulasi dengan pengawasan 4. Observasi tandatanda vital dilakukan setiap shift 5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil 6.pengobatanprosedur memerlukan pengobatan
Perawatan parsial : 1.Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu dilakukan
15
4
5
6
7
8
9
sendiri 2.Observasi tanda-tanda vital setiap 4 Jam 3.Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali 4.Folley kateter, intake ouput dicatat 5.Pasien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan total : 1.Segalanya diberi bantuan 2.Posisi yang diatur, observasi tandatanda vital setiap 2 jam 3.Makan memerlukanNGT, inravena terapi 4. Pemakaian suction 5. Gelisah/disorientasi
Jumlah total pasien perhari
16
6) Sistem penghitungan tenaga Dalam satu penelitian Douglas (1975, dalam Sudarsono, 2000) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti pada tabel berikut
Jumlah tenaga perawat yang di butuhkan pada suatu ruangan Jumlah pasien
Klasifikasi pasien minimal
parsial
Total
pagi
sore
malam
pagi
sore
malam
pagi
sore
Malam
1
0.17
0.14
0.10
0.27
0.15
0.07
0.36
0.30
0.20
2
0.34
0.28
0.20
0.54
0.30
0.14
0.72
0.60
0.40
3
0.51
0.48
0.30
0.18
0.45
0.21
1.08
0.90
0.60
Dst Dari tabel diatas, dapat diambil contoh : Suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan perawatan minimal, 14 pasien dengan perawat intermediet dan 5 pasien dengan perawatan total), maka jumlah perawat yang dibutuhkan: a. Dinas pagi : 3 x 0,17 = 0,51 14 x 0.27 = 3,78 5 x 0,36 = 1,90 Jumlah 6,90 → 6 orang b. Dinas siang 3 x 0,14 = 0,42 14 x 0.15 = 2.10 5 x 0,30 = 1,50 Jumlah 4,02 → 4 orang c. Dinas malam 3 x 0,10 = 0,30 14 x 0.07 = 0,98 5 x 0,20 = 1,00 Jumlah 2,26 → 2 orang Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa total jumlah kebutuhan perawat untuk dinas pagi, sore dan malam sebanyak 12 orang. b. Fungsi Pengarahan Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi, pengembangan motivasi yang efektif. Pelaksanaan (actuating ) merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena
17
merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar. Memang diakui bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang akan dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi. Untuk maksud itu maka diperlukan tindakan pengawasan (actuating ) atau usaha untuk menimbulkan action. Pengarahan di ruang perawatan dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu program operan, pre dan post confrence, motivasi, pendelegasian, supervisi, dan ronde keperawatan 1) Operan
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam. Tujuan operan pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu menentukan prioritas diagnosa dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan diterangkan tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas. Operan ini harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan klien saat itu.
18
Pedoman operan antar shift PEDOMAN OPERAN : awal pergantian shif : Nursing station/kantor perawat : Kepala ruang : 1. Karu/Pj shift membuka acara dengan salam 2. Katim/Pj Tim mengoperkan : - Kondisi/keadaan pasien (dx perawatan, tindakan yang sudah dilaksanakan, hasil asuhan) - Tindak lanjut untuk shif berikutnya 3. Perawat shif berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang sudah disampaikan 4. Karu memimpin Ronde kekamar pasien 5. Karu merangkum informasi operan, memberikan saran tindak lanjut 6. Karu memimpin doa bersama dan menutup acara 7. Bersalaman
Waktu kegiatan Tempat Penanggungjawab Kegiatan
2) Pre dan post confrence Pre conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
PEDOMAN PRE CONFERENT
: Setelah operan : Meja masing-masing tim : Ketua tim : 1. Karu/Pj shift membuka acara 2. Katim menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana 3. Katim memberikanmasukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu 4. Katim memberikan reinforcemen 5. Katim menutup acara
Waktu kegiatan Tempat Penanggung jawab Kegiatan
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
19
PEDOMAN PRE CONFRECENT : Sebelum operan ke dinas berikut
Waktu kegiatan Tempat Penanggung jawab Kegiatan
: Meja masing-masing tim : Ketua tim : 1. Karu/Pj shift membuka acara 2. Katim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien 3. Katim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan 4. Katim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan kepada perawat shif berikutnya 5. Katim menutup acara
3) Motivasi kepada perawat Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement ) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat untuk fokus pada potensi masing-masing anggota 4) Pendelegasian Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar aktifitas organisasi tetap berjalan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses seba gai berikut : a) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan b) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas c) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan d) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuaanya e) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
20
f) Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi narasumber untuk menyelesaikan masalah yang etrjadi g) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai h) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan Penerapan delegasi di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim dan ketua tim kepeda perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang
Pendelegasian tugas dilakukan secara berjenjang yang penerapanya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil. a) Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKP. Bentuknya antara lain adalah : - Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk menggantikan tugas sementara tugas kepala ruang karena alasan tertentu - Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shif - Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan. b) Pendelegasian insidentil, yang terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP
berhalangan hadir , sehingga pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shif dan tergantung pada personil yang berhalangan. Mekanisme yang dilakukan adalah sebagai berikut : - `Bila kepala ruangan berhalangan, kepala seksi menunjuk salah satu ketua tim untuk menggantikan tugas kepala ruang - `Bila ketua tim berhalangan hadir, maka kepala ruangan menunjuk salah satu anggota tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua tim - Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir, sehingga satu tim kekurangan personil maka kepala ruangan berwenang memindahkan perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang kekurangan personiltersebut atau katim melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana yang hadir.
21
Prinsip pendelegasian tugas di MPKP antara lain adalah : - Pendelegasian tugas harus menggunakan format pendelegsaian - Personil yang menerima pendelegasian adalah personel yang berkompetemn dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya - Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal, terinci dan tertulis - Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib memonitor pelaksanaan tugasdan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi - Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasilnya
Contoh Lembar Pendelegasian
Yang Bertanda tangan dibawah ini : Nama : ……………………………………………… Nip. :……………………………………………… Unit Kerja :……………………………………………… Jabatan :……………………………………………… Menyatakan tidak dapat melaksanakan tugas sebagai ………………. pada hari, tanggal……………………………………………….. Demi kelancaran pelaksanaan tugas tersebut, saya mendelegasikan pelaksanaan tugas beserta kewenanganya kepada : Nama : ……………………………………………… Nip. :……………………………………………… Unit Kerja :……………………………………………… Jabatan :……………………………………………… Demikian surat pendelegasian ini saya buat dengan sungguh-sungguh Jakarta, ……………………………. Yang Mendelegasikan tugas Penerima delegasi
(…………………….) (…………………..) 5) Supervisi Pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan demikian pengawasan mengandung makna pembinaan.
22
Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan ganti balutan, maka katim mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat, yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan. Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih berpengalaman, ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan atau tindakan. Agar hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan. Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwat, dan kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim. Supaya hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan. Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwat, dan kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim. Diruang MPKP supervsi berjenjang dilakukan sebagai berikut : - Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana - Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap ketua tim dan perawat pelaksana - Ketua tim melakukan pengawasan terhadap perawat pelaksana Materi supervisi disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat yang disupervisi. Untuk kepala ruang materi supervisi adalah kemampuan 23
manajerial dan kemampuan asuhan keperawatan. Ketua tim supervise terkait dengan kemampuan pengelolahan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan, sedangkan untuk perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Agar supervise dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staff maka perlu disusun standart dan jadual pasti dalam supervise.Untuk evaluasi fungsi pengarahan ini, kepala ruangan menyusun rencana terhadap ketua tim dan perawat pelaksana sebagai rencana bulanan 6) Ronde keperawatan Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, dengan melibatkan klien untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan oleh ketua Tim atau penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim. Karakteristik pelaksanan ronde keperawatan antara lain: - Klien dilibatkan secara langsung - Klien merupakan fokus kegiatan - Perawat pelaksana, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama - Kosuler memfasilitasi kreatifitas - Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah Tujuan : - Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien
- Meningkatkan vadilitas data klien - Menilai kemampuan justifikasi - Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja - Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan. Peran perawat primer dan perawat pelaksana dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain : - Menjelaskan keadaan dan data demografi klien -
Menjelaskan masalah keperawatan utama
- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
24
- Menjelaskan tindakan selanjutnya - Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil Peran perawat primer lain dan atau konsuler - Memberikan justifikasi - Memberikan reinforcement - Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional - Mengarahkan dan koreksi - Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari c. Pengendalian Pengendalian (controlling ) adalah proses untuk mengamati secara terusmenerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Pengawasan (controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Adalah wajar jika terjadi kekeliruan-kekeliruan tertentu, kegagalan-kegagalan dan petunjuk-petunjuk yang tidak efektif hingga terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan dari pada tujuan yang ingin dicapai. Pada pelaksanaan MPKP kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran 1) Indikator Mutu
a) Penghitungan lama hari rawat (BOR) BOR (bed occupancy rate) adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 %. Standar nasional BOR adalah 70-80 %. jumlah hari perawatan rumus
jumlah tempt tidur x jumlah hari persatuan waktu
x100 %
Keterangan : - Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pa sien dirawat dalam satu hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu - Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya 28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam bulan tersebut
25
b) Penghitungan rata-rata lama dirawat (ALOS) ALOS (average length of stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum ALOS ideal 6-9 hari. Rumus penghitungan ALOS jumlah hari perawatan pasien keluar Rumus
x100%
jumlah pasien keluar ( hidup + mati )
Keterangan : - Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu - Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang pulang atau meninggal dalam satu periode tertentu
c) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (TOI) TOI (turn over interval ) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong 1-3 hari Rumus penghitungan TOI : Rumus:
(jumlah TTx hari) - hari perawatan RS
x 100 %
jumlah pasien keluar ( hidup + mati )
Keterangan : - Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki - Hari perawatan :jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan mati - Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal . 2) Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan Peralatan atau instrument dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan standart yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga katagori audit keperawatan, yaitu : 1) Audit struktur Berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standart, SOP dan rekam medic, pelanggan (internal maupun external). Standart dan indikator diukur dengan mengunakan cek list. 26
2) Audit proses Merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retrospektif, concurrent , atau peer review. Retrospektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi. Concurent adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesame anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan. 3) Audit hasil Audit hasil adalah produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu berupa BOR, ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial dan angka dekubitus. 3) Survey Kepuasan
Kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Survey kepuasan yang dilakukan diruang MPKP adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain. 4) Survey Masalah Pasien
Survey masalah keperawatan adalah survey dengan standart Nanda untuk pasien baru opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu (satu bulan). C. Analisa SWOT ( Strength, Weakness, Opportunity, Threat )
Mengidentifikasi strategis merupakan suatu tahapan yang sangat menentukan dalam proses perencanaan strategis, yang dilakukan dengan berdasarkan dari analisis SWOT. Menurut Jan L.Ronchetti dalam An Integrated Balanced Scorecard Atrategic Planning Model for Nonprfit, Vol. 1, 2011.pp. 25-35, mengatakan bhwa “A SWOT analysis is a tool used tocollect stakeholder input and abjectively examine the organization’s operating advantages and brriers to effectiveness”( Analisis SWOT adalah alat yang di gunakan untuk mengumpulkan stakeholder dari dalam dan memeriksa swecara objektif keuntungan operasi organisasi dan keefektifan hambatan) Alat yang di pakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang di hadapi dengan kekuatan dan kelemahan yang di milikinya.
27
D. IDENTIFIKASI MASALAH MI ( ketenagaan) 1. Jumlah pendapatan yang di terima kurang sesuai dengan latar pendidikan 2. Tingkat beban kerja tidak sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien yang ada di ruangan M2 (sarana dana prasarana) 1. Perawat mengatakan peralatan untuk peralatan pasien hampir lengkap tapi belum maksimal 2. Perawat mengatakan alat yang tersedia belum sesuai dengan rasio pasien M3 ( metode) a. Penerapan model 1. hanya sedikit perawat yang mengetahui kebuthan perawatan pasien secara komprehensif 2. penempatan sumber daya manuasia banyak yang belum sesuai dengan pendidikan b. dokumentasi keperawatan 1. pendokumentasian di ruangan masih banyak bersifat manual belum menggunakan teknologi ( komputer) c. ronde keperawatan 1. rondee keperawatan adalah kegiatan yang belum dapat dilaksankan secara optimal d. supervisi 1. belum ada uraian yang jelas tentang supervisi 2. belum mempunyai format yang bakudalampelaknaan supervisi 3. kurang nya program pelatihandan sosialisasi tenyang supervisi M4 (Money) Pemasukanperbulan dirasa belum cukup memenujhi kebutuhan ruangan M5 (marketing) Tidak adakegiatan dari ruangna yang mengikut sertakan pengunjung E. Prioritas masalah
Prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks dengan memperhatikan aspekaspek sebagai berikut : - Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi, - Severity(Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan, - Manageability(Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah masalah, - Nursing Concern(Nc), yaitu fokus pada Keperawatan, - Affordabilility(Af), yaitu ketersedian sumber daya. Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dngan kriteria sebagai berikut : - Nilai 1 = sangat kurang sesuai, - Nilai 2 = kurang sesuai, - Nilai 3 = cukup sesuai, - Nilai 4 = sesuai 28
- Nilai 5 = sangat sesuai. Tabel 2.2 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan No Masalah Mg Sv Mn Nc Af 1 2
3
4 5
Visi, misi dan filosofi belum terbentuk Pelaksanaan pembuatan catatan harian, bulanan dan tahunan belum dilaksanakan Pemahaman tentang metode penugasan tim-primer belum seragam Operan belum berjalan dengan baik Dan seterusnya
Skor
2
4
5
4
5
800
4
3
4
4
4
768
5
5
5
5
4
2500
4
3
4
3
3
144
Dari tabel diatas maka dibuat prioritas masalah sebagai berikut : 1. Pemahaman tentang metode penugasan tim-primer belum seragam 2. Visi, misi dan filosofi belum terbentuk 3. Pelaksanaan pembuatan catatan harian, bulanan dan tahunan belum dilaksanakan 4. Operan belum berjalan dengan baik F. RENCANA STRATEGIS
Rencana kegiatan meliputi: 1. Membuat visi misi ruangan 2. Membuat buku catatan harian 3. Membuat sop operan dan pelaksaannya setiap hari Tabel 3.1 Rencana kegiatan residensi manajemen Keperawatan di RSUD KH. Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar No Kegiatan Waktu Ruang Sasaran Metode Hasil yang diharapkan 1 Membuat visi & misi 2 Pembuatan Terbentuk perangkat format catatan MPKP harian - Buku catatan Terbentuk harian format - Format audit pengkajian catatan harian keperawatan - Format Terbentuk pengkajian rencana awal diagnosis (10
29
keperawatan - Renpra (10 diagnosis yg. Sering dipakai) - Format discharge planning - Format pendelegasian - Format penghitungan BOR, LOS, TOI
30
diagnosa) Terbentuk format discharge planning Terbentuk format BOR, ALOS dan TOI
BAB III HASIL PELAKANAAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit dan Ruang Praktek 1) Sejarah Singkat
Berdasarkan SK MENKES RI No. 368/MENKES/SK/IV/2008 tanggal 15 April 2008 maka RSUD KH Hayyung Kepulauan Selayar di tingkatkan kelasnya dari kelas D ke Kelas C begitu pula namanya berubah menjadi Rumah Sakit Umum KH. Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar pada tanggal 12 Juni 2012. Pada tanggal 13 Januari 2012 RSUD KH. Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar telah berhasil memperoleh sertifikat akreditasi penuh tingkat dasar oleh Tim Komite Akreditasi Rumah Sakit Untuk 5 Jenis Pelayanan, antara lain : Pelayanan Administrasi, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, dan Pelayanan Rekam Medis dan sekarang sementara dalam proses pendampingan untuk memperoleh akreditasi 12 pelayanan atau akreditasi versi 2012. Tanggal 20 oktober 2008, RSUD KH. Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar mendapat penghargaan Piala Citra Pelayanan Prima tahun 2008 kepada unit pelayanan Publik dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia dengan Predikat Nilai terbaik. Sejak berdirinya RSUD KH. Hayyung Kepulauan Selayar telah mengalami beberapa pergantian Direktur sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
dr. Muh Ridwan tahun 2007 – 2010 dr. H. Marwan Ganoko, Sp. PK tahun 2011 dr. Hj. Saribulan Arifin, MM tahun 2011 – 2014 dr. Rahmawati Syahrir, Sp. KK, M. Kes tahun 2015 – 2016 dr. H. Husaeni, M. Kes tahun 2016 – 2017 dr. Hazairin, Sp.B tahun 2017 – sekarang.
B. Falsafah, Motto, Visi, Misi, dan Tujuan
RSUD KH. Hayyung Kab. Kepulauan Selayar mempunyai falsafah, motto, visi, misi dan tujuan sebagai berikut: 1) Motto
Senyum, Sapa, Sopan, Santun dan Sembuh ( 5 S ) 2) Visi
Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai rumah sakit yang melayani dengan hati dan memberikan yang terbaik untuk mendukung Kabupaten Kepulauan Selayar maju, sejahtera dan religius. 3) Misi
1) Menyelanggarakan upaya pelayanan kesehatan yang murah, aman, berkualitas dan terjangkau. 31
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Rumah Sakit Umum Daerah yang berdaya saing kuat, profesional dan religius. 3) Meningkatkan kualitas sarana prasarana rumah sakit untuk kepentingan publik. C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi 1. Tugas Membantu bupati dalam melaksanakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan melaksanakan upaya rujukan. 2. Fungsi 1) Penyusunan program dan pelaksanaan pelayanan serta penunjang kegiatan pada Rumah Sakit Umum 2) Pelayanan medik dan keperawatan 3) Pelayanan medik dan non medik 4) Pelayanan rujukan 5) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparat pelayanan 6) Pelaksanaan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasaranaRumah Sakit Umum 7) Pengawasan dan penyelenggaraan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan dalam bidang kesehatan 8) Pelayanan fungsi sosial dengan memperhatikan akidah ekonomi 9) Pelaksanaan koordinasidengan dinas kesehatan dan instansi terkaitlainnya dibidang pelayanan kesehatan D. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang ada meliputi pelayanan medik, penunjang medik, keperawatan, rehabilitasi medik, farmasi dan gizi. Jenis pelayanan yang diselenggarakan adalah: l. Pelayanan Gawat Darurat 24 jam, dengan Emergency Traumatic Centre (ETC), yang dilengkapi dengan kamar operasi Cito. m. Pelayanan Rawat jalan (Poli Umum, Gigi, Anak, Penyakit Dalam, Bedah, Kebidanan, Syaraf, Jiwa, Mata dan Anastesi) n. Pelayanan Rawat inap dengan kapasitas .... tempat tidur yang terbagi pada 7 ruang rawat inap antara lain bedah, penyakit dalam (Perawatan Jeruk), penyakit dalam (Perawatan Melinjo), perawatan anak, ponek, kebidanan dan ICU. Ruang tersebut terdiri dari VIP, kelas 1, kelas 2 dan kelas 3, untuk perawatan pasien anggota Polisi dan keluarga, peserta ASKES dan pasien umum. o. Pelayanan laboratorium p. Pelayanan radiologi q. Pelayanan Apotek r. Pelayanan Ruang operasi dengan 3 ruang OK di Instalasi Bedah Sentral untuk operasi Bedah, Kebidanan, dan Mata s. Pelayanan Perinatologi t. Pelayanan Kamar Bersalin u. ICU yang sekaligus berfungsi sebagai ICCU v. Pelayanan Keperawatan Jiwa 32
E. Pengumpulan Data 1. Data Umum a. Tenaga dan Pasien ( M1 – Man ) Tenaga perawat berjumlah 21 orang yang terdiri dari perawat profesi 6 orang, perawat advokasi 15orang dan pasien 6 orang b. M2 – Bangunan , Sarana dan Prasarana ( Material ) Ruang perawatan jeruk terdiri dari 16 ruangan perawatan dengan masing-masing ruangan terdiri dari 3 kamar VIP, kelas I berjumlah 7 kamar, kelas II berjumlah 3 kamar, dan isolasi 1 kamar.
1.Fasilitas untuk pasien No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Barang Tempat tidur Meja pasien Kipas asngin Kursi roda Branchart Kamar mandi WC Wastafel AC
Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
2.Fasilitas untuk petugas kesehatan No
Nama Barang
Jumlah
1
Almari es kecil
3
2
Troli obat
1
3
Aiphone
1
4
Dispenser
1
5
Almari besi
2
6
Kursi sandaran
4
7
Meja kantor
3
8
Rak obat
1
9
Bangku kayu
5
10
Tempat sampah sedang
2
11
Troli besi
2
12
Kalkulator
1
33
c. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan ( M3 / Metode ) Metode Tim yang terdiri dari 4 tim tenaga keperawatan d. Pembiayaan ( M4 / Money ) Pembiayaan ruangan dibiayai oleh manajemen Rumah Sakit e. Pemasaran ( M5 / Marketing ) Memperkenalkan perawatan Jeruk dengan sarana yang ada 2. Data khusus ( Fungsi manajemen keperawatan di ruangan Jeruk ) a. Fungsi Perencanaan 1) Visi Ruangan Wawancara , menurut Kepala ruangan sudah ada visi di perawatan jeruk, Observasi , hasil pengamatan di ruang perawatan jeruk tidak terlihat visi keperawatan yang ditempel di dinding ruangan Kuesioner, perawat pelaksana menunjukkan pengetahuan yang baik dalam bekerja berdasarkan visi keperawatan. Masalah : Perumusan visi ruangan belum ada 2) Misi Ruangan Wawancara , menurut kepala ruangan sudah ada misi di perawatan jeruk Observasi , hasil pengamatan di ruang jeruk tidak terlihat misi keperawatan yang ditempel di dinding ruangan Kuesioner, perawat pelaksana menunjukkan pengetahuan yang baik dalam bekerja berdasarkan misi keperawatan. Masalah : Perumusan misi ruangan belum ada 3) Standar Operasional Prosedur Wawancara , menurut Kepala ruangan sampai saat ini sudah ada SOP di ruangan Observasi , hasil pengamatan di ruang jerukterdapat SOP di ruangan Masalah: tidak ada 4) Standar Asuhan Keperawatan Wawancara , menurut Kepala ruangan sampai saat ini sudah ada SAK di ruangan Observasi , hasil pengamatan di ruang jeruk tidak terdapat SAK di ruangan Masalah: SAK belum ada w. Standar Kinerja Wawancara , menurut Kepala ruangan sampai saat ini sudah ada standar kinerja di ruangan Observasi , hasil pengamatan di ruang jeruk terdapat standar kinerja di ruangan. Masalah: tidak ada
34
F. Fungsi Pengorganisasian a. Struktur Organisasi Wawancara , menurut Kepala ruangan didapatkan informasi bahwa struktur ketenagaan yang ada sudah dibentuk 4 tim sebagai penerjamaan dari konsep MPKP diruangan. Observasi : sudahada struktur organisasi yang dipasang di dinding ruangan nurse station tapi struktur organisasi belum sesuai standar Kuesioner : Persepsi PerawatPelaksana menunjukkan kategori cukup baik Masalah : struktur organisasi belum sesuai standar
Struktur organisasi perawatan jeruk RSUD K.H HAYYUNG Kepulauan S elayar KEPALA UNIT Halyati,S.Kep
ADMINISTRASI Reza Purnamasari, AMK
KETUA TIM I Nur Asni Fattah, AMK
KETUA TIM 2 Dewi Sartika, AMK
KETUA TIM 3 Herlinsa, S.Kep.Ns
PENCATATAN DAN PELAPORAN Syahra,A.md.Keb
LOGISTIK Fauziah,A.md.Keb
KETUA TIM 4 Resnawati,S.Kep,Ns
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
Ali Akbar, Amd. Kep
Andi Rusman, AMK
Rohani, S.Kep,Ns
Nofialdi, AMK
Dian Selfiani, S.Kep,Ns
Nur Anita,Amd. Kep
SriWahyuni,S.Kep, Ns
Nur Dinastiwarni,S.Kep, Ns
Andi Reski Sri utami, AMK
Hasneni, AMK
Pitriana,S.Kep
Syamriani,S.Kep,Ns
b. Uraian tugas Wawancara : Menurut Kepala ruangan setiap perawat sudah mempunyai uraian tugas masing-masing bagi tiap tenaga keperawatan. Batas wewenang dan tanggung jawab perawat cukup jelas dengan dibuat job discription dimasingmasing ruangan. Observasi : Diruangan sudah ada buku uraian tugas perawat sesuai perannya.
35
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruang menunjukkan katagori baik. Masalah : tidak ada c. Pengaturan jadwal dinas Wawancara : Menurut Kepala ruangan pengaturan shif yang dilakukan oleh Kepala ruang disesuaikan dengan jumlah perawat yang ada di ruangan dan tidak berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien, k arena disesuaikan dengan jumlah perawat dan kondisi Rumah Sakit. Observasi : Format daftar shif diruangan menggunakan proporsi jumlah perawat yang ada. Kuesioner : Persepsi perawat pelaksana menunjukan kategori cukup baik Masalah : Penjadwalan belum menggunakan tingkat ketergantungan klien.
Jadwal Dinas Ruangan Jeruk No
Nama
senin
selasa
Rabu
kamis
jumat
sabtu
Minggu
1
H
P
P
P
P
P
P
P
2
N
P
P
M
M
L
SR
SR
3
A
P
P
M
M
L
SR
SR
4
D
SR
SR
L
P
P
M
M
5
D
SR
SR
L
P
P
M
M
6
A
SR
SR
L
P
P
M
M
7
N
M
M
L
SR
SR
L
P
8
H
M
M
L
SR
SR
L
P
9
H
M
M
L
SR
SR
L
P
10
R
P
P
M
M
L
SR
SR
11
S
P
P
M
M
L
SR
SR
12
P
P
P
M
M
L
SR
SR
13
R
SR
SR
L
P
P
M
M
14
N
SR
SR
L
P
P
M
M
15
M
SR
SR
L
P
P
M
M
16
S
M
M
L
SR
SR
L
P
17
D
M
M
L
SR
SR
L
P
18
R
M
M
L
SR
SR
L
P
19
S
P
P
P
P
P
P
P
20
F
P
P
P
P
P
P
P
36
d. Pengaturan daftar Pasien Wawancara: menurut Kepala ruang tidak ada daftar pasien di ruangan jeruk sesuai kebijakan rumah sakit bahwa data pasien dirahasiakan Observasi: Hasil pengamatan di perawatan jeruk tidak didapatakan daftar pasien tertempel di dinding Masalah: tidak ada e. Pengorganisasian Perawatan klien Wawancara : menurut Kepala ruang didapatkan data bahwa metode penugasan yang dilakukan menggunakan metode tim, dengan membentuk dalam ruangan 4 tim Observasi : Hasil pengamatan ada 4 tim diruangan yang dibuat sesuai tugas sehari-hari. Pembagian tanggungjawab terhadap pasien dilakukan berdasarkan kamar, perawat pelaksana langsung bertanggung jawab kepada kepala ruangan, tidak bertanggung jawab kepada ketua tim. Dan pada struktur organisasi di ruangan sudah menunjukkan penerapan metode tim. Kuesioner : Persepsi perawat ruang menunjukkan katagori baik dalam bekerja berdasarkan metode tim. Masalah : tidak ada f. Sistem penghitungan tenaga Wawancara : menurut Kepala ruang didapatkan data bahwa perhitungan tenaga disesuaikan dengan kebutuhan dalam setiap tim jaga. Observasi :Tenaga perawat pelaksana berjumlah 15 orang. Kuesioner : Persepsi perawat ruang menunjukkan katagori baik G. Fungsi Pengarahan a. Operan Wawancara : menurut Kepala ruangan didapatkan informasi bahwa operan dilakukan pada setiap pergantian shif jaga langsung di depan pasien. Observasi : Operan belum dilakukan sepenuhnya, masih ada petugas yang belum melakukan operan di ruang pasien. Masalah : Belum optimalnya pelaksanaan operan jaga b. Pre dan post confrence Wawancara : menurut Kepala ruangan didapatkan informasi bahwa pre dan post confrence dilakukan pada setiap pergantian shif jaga langsung di depan pasien. Observasi: Pre dan post confrence belum dilakukan sepenuhnya, masih ada petugas yang belum melakukan secara maksimal. Masalah : Belum optimalnya pelaksanaan Pre dan post confrence c. Motivasi kepada perawat
37
Wawancara : menurut Kepala ruangan didapatkan informasi bahwa peningkatan motivasi sebenarnya sudah dilakukan oleh rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya mengadakan pelatihan dan pembinaan. Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana mengenai motivasi yang ia dapatkan dari pimpinan dengan katagori baik (82 %) dalam memberikan motivasi. Masalah : tidak ada d. Pendelegasian Wawancara : Menurut Karu didapatkan informasi bahwa pendelegasian diruangan masih belum ada tetapi dilakukan hanya dengan cara lisan. Observasi : Format pendelegasian diruangan tidak ada Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan kategori cukup baik Masalah : Belum optimalnya penerapan pendelegasian dalam penerapan metode MPKP. e. Supervisi Wawancara : Menurut Karu didapatkan informasi bahwa materi supervisi disesuaikan dengan uraian tugas dari masing2 staf p erawat yang disupervisi. Observasi: Belum ada jadwal supervisi di ruangan Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan kategori baik f. Ronde keperawatan Wawancara: Menurut Karu didapatkan informasi bahwa ronde keperawatan sangat jarang dilakukan di ruangan karena jarang ada kasus kompleks di ruangan. Observasi: Belum ada dokumentasi keperawatan tentang ronde keperawatan. Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan kategori baik. H. Fungsi Pengendalian a. Indikator Mutu Wawancara : Menurut Karu belum ada tim pengendalian mutu dan pelaksanaan gugus kendali mutu. Observasi : Belum ada sistem pelaporan dan pencatatan kegiatan pengendali mutu dan belum ada struktur kerja dan format pengendalian diruangan. b. Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan Wawancara : Menurut Karu didapatkan informasi bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan format yang ada yang sudah disepakati bersama antara kepala ruang dan komite keperawatan, tetapi audit secara rutin belum dilakukan, sehingga sampai sekarang belum diketahui tingkat kepatuhan perawat dalam mengisi dokumentasi keperawatan. Obseravasi : Tersedia lembar penulisan standar asuhan keperawatan terintegrasi. Pada format rencana keperawatan. Format implementasidisediakan tersendiri pada rekam medis pasien. Dalam dokumentasiterlihat kesinambungan antara masalah dan tindakan keperawatan : Pengkajian dan Diagnosa keperawatan mencerminkan kondisi pasien yang seutuhnya, evaluasi didokumentasikan secara kontinyu, tetapi format dokumentasi keperawatan (pengkajian s/d evaluasi) yang sudah terisi tetapi belum optimal. Format audit penulisan dokumentasi diruangan tidak ada.
38
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana tentang penulisan dokumentasi keperawatan dalam kategori baik Masalah : Belum optimalnya kegiatan audit dokumentasi keperawatan
c. Survey Kepuasan Kuesioner : Survey kepuasan pasien dan keluarga diberikan 15 kuesioner kepada pasien dan keluarganya, dimana survey kepuasan menurun karena pasien yang mengatakan puas sebesar 53%. d. Survey Masalah Pasien Peningkatan pelayanan yang lebih baik dan optimal. Pasien yang terpasang infus jarang dipantau Sarana kesehatan perlu ditingkatkan Kebersihan halaman dan penataannya masih perlu ditingkatkan Perawat tidak menjelaskan aturan-aturan yang berlaku selama perawatan Perawat tidak menjelaskan sarana yang ada di ruangan Perawat tidak memperkenalkan diri Perawat tidak selalu menepati janji yang ditetapkan Perawat kurang perhatian terhadap pasien.
Presentasi kegiatan residensi dan hasil analisis pengkajian serta rencana penyelesaian masalah manajemen keperawatan di RSUD K.H. Hayyung dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 28 Maret 2018 yang dihadiri oleh, kepala seksi keperawatan, kepala seksi pelayanan medik dan keperawatan yang merangkap pembimbing akademik, para kepala ruangan, serta pembimbing lahan. Pada pertemuan tersebut telah disepakati prioritas masalah yang telah ditetapkan meliputi: 1. Belum ada visi misi ruangan 2. Pemahaman tentang rencana kegiatan harian perawat belum seragam. 3. Penerapan sop operan dan pelaksaannya setiap hari Rencana penyelesaian masalah diatas adalah melakukan kegiatan penyegaran dengan tema penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional. Fokus penyegaran antara lain adalah pembuatan visi misi di ruangan, penulisan rencana harian, operan, dan pre post conference. PERSIAPAN KEGIATAN A. PENYIAPAN PERANGKAT MPKP Penyiapan perangkat kegiatan MPKP dilakukan dengan menyusun format bersama dengan kepala ruang dan supervisor ruangan. Perangkat yang disusun dengan pembuatan visi misi di ruangan, pembuatan format kegiatan harian, dan pembuatan format operan, pre dan post conference. Penyiapan perangkat ini dilakukan pada tanggal 31 maret s/d 2 april 2018. (format hasil diskusi terlampir). B. PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Tahap Pelaksanaan
39
Pelaksanaan kegiatan MPKP mulai dilakukan tanggal 31 Maret 2018 sesuai jadwal yang telah disusun. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh kelompok antara lain adalah Persiapan hasil kegiatan dalam bentuk pengkajian dan penyiapan perangkat MPKP, pelaksanaan kegiatan berdasarkan analisis data yang dikumpulkan dan evaluasi dengan program kontrol kegiatan. .
2. Penerapan Kegiatan Penerapan dan uji coba MPKP di RSUD K.H. Hayyung, dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Visi Langkah pertama dalam merencanakan manajemen keperawatan ada membuat kesepakatan terhadap visi dan misi yang akan dijadikan sebagai suatu hal yang dicita-citakan oleh organisasi. statemen visi dirancang untuk mengilhami dan memotivasi karyawan untuk mencapai suatu kondisi yang diinginkan. Visi di perawatan jeruk belum ada terlihat d dinding ruangan yang bisa dilihat oleh semua pengunjung. Visi ini dirumuskan bersama oleh kepala ruang dengan memperhatikan masukan-masukan dari stakeholders dan visi seharusnya ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan ipteks dan masyarakat. Visi diruangan diturunkan dari visi rumah sakit yang merupakan pengembangan yang disesuaikan dengan ruang masing-masing.
b. Misi Misi seharusnya memberikan arahan dalam mewujudkan visi dan dinyatakan dalam tujuan-tujuan yang dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu yang mengandung pokok pokok bentuk kegiatan utama yang dapat menjadi landasan hubungan kerja serta pengalokasian sumberdaya ke segenap pihak yang berkepentingan. Misi seharusnya menjadi tolok ukur dalam evaluasi di seluruh unit kerja yang bisa di revisi secara berkala sesuai dengan perkembangan ipteks dan kebutuhan masyarakat. Misi bagian perawat harus berasal dari misi lembaga keseluruhan dan untuk memutuskan misi diruangan keperawatan para perencana harus terlebih dahulu menilai, lingkungan internal dan external bagian dari keperawatan. Untuk mengetahui bahwa misi yang dibuat realistic para perencana harus mengetahui ukuran dan karakter wilayah jangkauan wilayah, masalah-masalah sosial dan kesehatan yang umum serta kelebihan dan kekurangan para anggota staf keperawatan. Setelah misi ditentukan para pimpinan keperawatan dan staff harus mengemukakan suatu pernyataan keyakinan untuk mendukung serta mengilhami aktifitas-aktifitas keperawatan. Pernyataan ini mencakup keyakinan para anggota mengenai sifat kehidupan, kesehatan, penyakit, lingkungan, pelayanan keperawatan dan hubungan antara perawat, pasien dan keluarga. Waterman (1982), mengemukakan bahwa nilai-nilai yang tersebar diantara karyawan menpunyai pengaruh yang lebih besar terhadap keberhasilan organisasi daripada melaksanakan struktur organisasi, sumber-sumber ekonomi, atau kemampuan teknologi.
40
Misi di perawatan jeruk belum ada terlihat d dinding ruangan yang bisa dilihat oleh semua pengunjung, sehuingga kelompok memberi masukan untuk pembuatan misi di ruangan. c. Rencana Harian Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift yang dilakukan oleh perawat asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference. 1) Rencana harian kepala ruangan
Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas. Kepala ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai hubungan keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai narasumber utama atau konsultan untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada semua tim di ruangan. Berikut isi rencana harian kepala ruangan meliputi : - Asuhan keperawatan - Supervisi Katim dan perawat pelaksana - Supervisi tenaga selain perawat - Kerja sama dengan unit yang terkait Di perawatan jeruk belum ada format rencana harian kepala ruangan yang bisa dilihat. 2). Rencana Harian Ketua Tim Isi rencana harian ketua tim antara lain adalah: - penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di timnya, -Melakukan supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi secara langsung dan tidak langsung, serta on the job trainning yang dirancang, - Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya.
Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi hari banyak kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan sore dan malam. Belum ada format rencana harian ketua tim yang bisa dilihat di perawatan jeruk. 3). Rencana Harian Perawat Pelaksana Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah klien yang dirawat pada shif dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shif sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference. Perawat pelaksana akan
41
membuat rencana yang ditujukan pada tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana Catatan harian Perawat Pelaksana/Assosiet ( PP/PA ) pada shift sore dan malam agak berbeda jika hanya 1 (satu) orang dalam satu tim. Perawat tersebut akan berperan sebagai ketua tim dan PA/PP, sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conferenc. Belum ada format rencana harian perawat pelaksana yang bisa dilihat di perawatan jeruk.
d. Operan Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam. Tujuan operan pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu menentukan prioritas diagnosa dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan diterangkan tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas. Operan ini harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara signkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan klien saat itu.
Kegiatan operan diruang Perawatan Jeruk dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur yang sudah disepakati oleh kelompok dengan menerapkan prinsip operan, namun masih belum optimal, antara lain : operan dilakukan di meja, isi dari operan yang masih bersifat kolaboratif, operan yang dilakukan kadangkadang tidak dilakukan bersama-sama karena belum semua perawat hadir pada waktunya, visite dokter pada jam pergantian shift, kepala ruang / ketua tim tidak hadir karena ada acara tertentu. Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan : menyepakati kembali jadwal dinas pagi, sore dan malam, menulis laporan pada status pasien saja, dibuat kesepakatan mengenai jam visite dokter, membuat rencana perawatan yang komprehensif dan terorganisir. e. Pre-post conference Pre-post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan dan sebelum operan berikutnya yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
Kegiatan pre conference di kelompok adalah, setelah operan dan pengarahan dari kepala ruangan, ketua tim melakukan kegiatan pre-post conference bersama anggota timnya dan membagi habis pasien sesuai dengan pasien kelolaan dan pasien 42
titipan pada shiftnya. Mahasiswa berdiskusi dengan kepala ruang tentang metode penugasan tim primer, bersama-sama dengan ketua tim menentukan tingkat ketengantungan pasien agar mempunyai persepsi yang sama sehingga dalam pembagian tugas perawat pelaksana disesuaikan tingkat ketergantungan pasien. Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah perlunya peningkatan motivasi agar pelaksanaan pre-post conference dapat terus dilakukan, peningkatan kualitas melalui pendidikan dan pelatihan, kepala ruangan melakukan supervisi dan mengingatkan katim terhadap pelaksanaan pre-post conference agar terbiasa dan menjadi budaya kerja. Perlunya peninjauan struktur ruangan dan pemetaan tenaga yang proporsional, adanya uraian tugas yang jelas di Ruang agar kegiatan diruangan lebih optimal.
C. Evaluasi kegiatan MPKP Evaluasi kegiatan MPKP adalah proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk indikator mutu yang dipakai oleh kelompok dalam melakukan evaluasi selama kegiatan tersebut antara lain adalah : berupa BOR, ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial dan angka cedera. 1. BOR, BOR (bed occupancy rate) adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 -90 %. Standar nasional BOR adalah 70-80 %. Selama praktek maka BOR di ruangan adalah 52 %, artinya mengalami penurunan dari rata-rata BOR yang ada diruangan ini.
2. ALOS ALOS (average length of stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum ALOS ideal 6-9 hari. Hasil analisis alos selama praktek manajemen 4-5 hari artinya ada penurunan angka rata-rata lama rawat pasien dibanding alos sebelumnya 3. TOI TOI (turn over interval) adalah rata-rata hari temp at tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong 1-3 hari. Dan hasil analisis kegiatan Nilai TOI selama praktik adalah 3 hari. 4. Kejadian infeksi nosokomial Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul selama dalam perawatan di rumah sakit. Selama praktek tidak dijumpai kejadian infeksi nosokomial. 5. Kejadian cedera Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam perawatan yang 43
disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya. Indikator ini dapat menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnya tidak ada kasus pasien yang cedera. Selama praktek tidak didapatkan kejadian cedera dari pasien.
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
B.
Simpulan
Semakin meningkatnya pengetahuan dan tuntutan pengembangan kesehatan oleh masyarakat umum, termasuk didalamnya keperawatan merupakan salah satu faktor yang harus di cermati dan di perhatikan oleh tenaga perawat. Sehingga perawat perlu mengembangkan kemampuan dan pengetahuan dibidangnya dimana akan berdampak pada peningkatan pelayanan yang akan dirasakan oleh masyarakat juga. Sedangkan saat ini untuk meningkatkan pelayanan keperawatan tidak hanya dengan penambahan jumlah tenaga perawat, namun salah satu strategi untuk menoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
C.
Saran
Dalam melakukan pengkajian manajemen keperawatan hendaknya mempertimbangkan visi dan misi instansi terkait. Sehingga dlm memberikan usulan/masukan tidak bertolak belakang dengan tujuan akhir yang diinginkan instansi tersebut.
44
LAMPIRAN Kepuasan Pasien
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
selalu
3
20,0
20,0
20,0
sering
4
26,7
26,7
46,7
kadang-kadang
5
33,3
33,3
80,0
tidak pernah
3
20,0
20,0
100,0
15
100,0
100,0
Total
Kepuasan keluarga Pasien
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
selalu
3
20,0
20,0
20,0
sering
5
33,3
33,3
53,3
Valid kadang-kadang 6
40,0
40,0
93,3 100,0
tidak pernah
1
6,7
6,7
Total
15
100,0
100,0
Perawat Pelaksana
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
selalu
3
20,0
20,0
20,0
sering
4
26,7
26,7
46,7
kadang-kadang
5
33,3
33,3
80,0
tidak pernah
3
20,0
20,0
100,0
15
100,0
100,0
Total
45