PENDAHULUAN Latar Belakang
Pert Pertan ania ian n
di
Indo Indone nesi siaa
berk berkem emba bang ng
sesu sesuai ai
deng dengan an
peng penget etah ahua uan n
masyarakatnya. Pertama kalinya bercocok tanaman dilakukan secara berpindah pindah. Ladang atau hutan dibuka kemudian ditanami tanaman pokok sepserti padi gogo, tales, ubi kayu, ubi jalar, jalar , dan sayur-sayuran. s ayur-sayuran. Tanaman tersebut belum diberi pupuk kandang atau pemeliharaan lainnya. Mulanya tanaman tumbuh subur tetapi kemudian menurun kesuburannya. Karena produksi menurun, petani berpindah ketempat lain, membuka lahan dan menanam lagi. Salah satu contoh tanaman pertanian yang dapat dibudidayakan yaitu sawi. Sawi (Brassica napus atau Brassica juncea) sudah lama dikenal di banyak negara. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daratan Asia Tengah dan menyebar ke benua Eropa melalui Yunani. Dan akhirnya sampai ke Indonesia. Sawi diperbanyak dengan biji. Biji yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Biji sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapangan, sawi terlebih dahulu harus disemaikan. Persemaian dapa dapatt dilak dilakuk ukan an di bede bedeng ngan an atau atau di kota kotak k perse persema maia ian. n. Seti Setiap ap 1 ha laha lahan n dibutuhkan 700 gram biji sawi. Tanaman ini sebenarnya bukan khas dataran tinggi karena dapat ditanam baik di dataran rendah maupun tinggi. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan
terhadap hujan. Karenanya, tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman.
Tujuan Penulisan
Penulisan Laporan Akhir Praktikum Bercocok Tanam Komoditi Sawi ini bertujuan untuk mengetahui cara bercocok tanam serta sebagai laporan dari praktikum bercocok tanam sawi yang telah dilaksanakan.
Kegunaan Penulisan
Laporan Akhir Praktikum ini digunakan sebagai syarat umum untuk mengikuti praktikal test di Laboratorium Dasar Agronomi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Sawi (Brassica napus atau Brassica juncea) sudah lama dikenal di banyak negara. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daratan Asia Tengah dan menyebar ke benua Eropa melalui Yunani. Sawi sejati yang merupakan tanaman asli (nenek moyang sawi) memiliki nama ilmiah Sinopis alba, tetapi sawi yang dibudidayakan dan yang dikenal secara komersial adalah sawi bernama ilmiah Brassica sp. Di kalangan internasional, sayuran ini dikenal dengan nama mustard. Umumnya tanaman sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. (Nazaruddin, 2000) Menurut Rukmana, 1994 pada klasifikasi dalam tatanama (sistematika) tumbuhan, sawi termasuk ke dalam Kingdom: Plantae , Divisi: Spermatophyta, Kelas: Angiosermae,
Sub Kelas: Dicotyledone, Ordo: Papavolvares, Famili:
Cruciferae atau Brassicaceae, Genus: Brassica, Spesies: Brassica juncea. Sawi putih (Brassica juncea L. var. rugosa Roxb dan prain) rasanya enak. Daunnya lebar berwarna hijau tua lemas, halus bertangkai panjang, dan bersayap. Sayapnya melengkung ke bawah. Sawi jenis ini batangnya pendek dan tegap. (Tim Penulis PS, 1993) Sistem perakaran tanaman petsai dan sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini
berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Rukmana,1994). Batang (caulis) petsai maupun sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Pada umunya daun-daun sawi bersayap dan bertangkai panjang yang bentuknya pipih. Beberapa varietas petsai dapat berbunga secara alami di daerah tropis Indonesia. Varietas yang sulit berbunga dapat dirangsang dengan perlakuan suhu dingin 5°- 10° C selama 3-4 minggu pada biji-bijinya yang disebut teknik Vernalisasi (Tafajani,2011). Syarat Tumbuh Tanaman
Sawi dapat ditanam di dataran tinggi (varietas dataran tinggi) dan dapat ditanam di dataran rendah (varietas dataran rendah) dengan kelembapan 80-90%. Sawi tidak tahan terhadap curah hujan tinggi. (Siswadi, 2006) Sawi dapat di tanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah, yaitu di pekarangan, di lading, atau di sawah, jarang diusahakan di daerah pegunungan. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Sehingga ia dapat di tanam di sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman. (Tim Penulis PS, 1993) Tanaman ini sebenarnya bukan khas dataran tinggi karena dapat ditanam baik di dataran rendah maupun tingg. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Karenanya, tanaman ini di dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup penyiraman. Tanah yang
gembur, banyak mengandung humus, dan berdrainase baik sangat cocok untuk sawi. Derajat keasaman yang sesuia untuk tanaman ini berkisar antara 6-7. (Setiawan, 1995) Penanaman Sawi diperbanyak melalui bijinya yang disemai terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan. Kebutuhan benih sekitar 700 gram biji sawi/ha ( Setiawan,1995). Penanaman dilapangan dapat dilakukan setelah bibit berumur 3-4 minggu di persemaian. Jarak tanam umumnya yang digunakan adalah 30 x 40 cm. Kegiatan menanam ini sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari agar tanamman tidak layu terkena sinar matahari. (Kanisius,1976) Pemeliharaan Penyiraman perlu dilakukan secara intensif terutama ketika hujan tidak turun atau musim kemarau. Sebaiknya penyiraman dilakukan dengan gembor yang halus lubangnya, agar tanaman yang masih muda tidak rusak. (Setiawan, 1995) Tanah bedengan harus senantiasa lembap. Oleh karena itu, perlu disiram pada waktu-waktu tertentu. Akan tetapi, penyiraman tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan tanah menjadi padat. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor penyiram yang halus untuk tanaman yang masih kecil dan yang besar untuk tanaman yang lebih besar. (Rukmana, 1999)
Penyulaman perlu dilakukan perlu dilakukan jika tampak ada tanaman yang mau atau pertumbuhannya kurang sempurna. Hal ini dilakukan segera minimal 1 minggu setelah ditanam agar diperoleh pertumbuhan yang serempak. Penyulaman segera dilakukan bila ternyata ada tanaman yang mati. (Setiawan, 1995). Pemberian pupuk dapat dilakukan melalui daun dan akar. Pupuk yang dilarutkan ke dalam air yang kemudian disemprotkan pada daun disebut pupuk daun. Sedangkan pemberian pupuk melalui akar dibenamkan ke dalam tanah. Oleh karena tanaman sawi menyukai tanah yang gembur dan subur maka harus ditambahkan pupuk kandang sebanyak 10-15 ton/ha. Selain pupuk kandang, sawi juga membutuhkan pupuk tambahan terutama yang banyak mengandung unsur nitrogen (Mugnisjah,1994). Sawi sudah dapat dipanen setelah berumur 2 bulan sejak penanaman. Beberapa cara pemanenannya, yaitu tanaman dicabut seluruhnya, bagian batang tepat di atas permukaan tanah dipotong, atau satu per satu daunnya dipetik. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman tahan lama (Ashari,1995).
Pupuk Urea
Sekitar 90% urea industri digunakan sebagai pupuk kimia. Urea dalam bentuk
butiran
kimia pemasok
curah unsur
( prill ) nitrogen.
digunakan Di tanah,
dalam pertaniansebagai pupuk urea
akan
terhidrolisis dan
melepaskan ion amonium. Kandungan N pada urea adalah 46%, tetapi yang tergunakan oleh tanaman biasanya separuhnya.
Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk urea seringkali disubsidi
oleh pemerintah suatu
negara,
termasuk
Indonesia.
Di
pasaran
Indonesia, pupuk urea dipasarkan dalam dua bentuk: ber subsidi (berwarna merah muda, digunakan untuk bantuan pembangunan) dan tidak bersubsidi (berwarna putih, untuk dipasarkan secara komersial).
Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau pembakaran batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut lalu dicampur dengan amonia melalui proses Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur dengan es kering (karbondioksida) menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya, amonium karbamat dicampur dengan air ditambah energi untuk menghasilkan urea dan air.
BAHAN DAN METODE
Waktu penanaman dilakukan di sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. Penanaman dilakukan di lahan yang telah disediakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Alat dan Bahan Alat
Adapun alat yang digunakan saat melaksanakan praktikum penanaman sawi ini adalah cangkul yang digunakan untuk mengolah lahan tanaman sawi, pacak kecil yang digunakan untuk memberikan tanda pada sampel sawi yang diteliti, gembor yang digunakan untuk menyiram tanaman sawi dengan air, meteran/penggaris yang digunakan untuk mengukur tinggi tanaman sawi setiap minggu, alat tulis yang digunakan untuk mencatat hasil pengukuran tinggi tanaman sawi dan memberikan tanda berupa nomor pada pacak kecil, garu yang digunakan untuk membersihkan lahan dari gulma yang mengganggu tanaman sawi, tali plastik yang digunakan untuk mempermudah pengaturan jarak tanam, timbangan yang digunakan untuk menimbang berat produksi sawi pasc a panen.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan saat melaksanakan praktikum penanaman sawi ini adalah bibit sawi yang digunakan sebagai bibit tanaman yang ditanam, air yang digunakan sebagai sumber mineral tumbuhan untuk proses fotosintesis, pupuk yang digunakan untuk penambahan unsur hara tumbuhan dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi pada tanah.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja ( tahapan – tahapan )
saat melaksanakan
praktikum penanaman sawi ini adalah diukur lahan yang diolah yaitu seluas 2x2 m2 dengan menggunakan meteran, diawali pengolahan tanah dan pembersihan lahan dari gulma menggunakan garu, diolah tanah dengan kedalaman ±30 cm menggunakan cangkul, dibuat lubang tanam berjarak 20x20 cm dengan menggunakan tali plastik yang telah diukur, diambil benih sawi yang telah disemai (bibit) lalu di tanam sebanyak 2 bibit pada tiap lubang tanam, ditutup kembali dengan pupuk kompos, disiram dengan air secukupnya, dilakukan pemeliharaan hingga panen.
DAFTAR PUSTAKA Ashari, Sumeru.1995. Hortikultura Aspek Budidaya.Universitas Indonesia: Jakarta Baudendistel,R.F.1982. Holticulture: Company:Virginia
a
Basic
Awareness.Reston
Publishing
El-kabumaini,Nasin.2010. Kampungku Dikepung Sayuran.PT Puri Delco:Bandung Halfacre,R.G dan John A. Barden. 1979. Holticulture.McGraw-Hill: America
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22182/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 25 Mei 2013)
Kanisius, 1976. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius:Yogyakarta Mugnisjah, Wahyu Qamara, dkk. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta
Nazaruddin.2000.Sayuran Dataran Rendah.Penebar Swadaya: Jakarta Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Prinsip, Produksi, dan Gizi. Penerbit ITB: Bandung Rukmana, Rahmat.1994. Bertanam Petsai dan Sawi.Kanisius: Jakarta Setiawan,A.I.1995.Sayuran Dataran Tinggi Panen.Penebar Swadaya: Jakarta
Budidaya
dan
Pengaturan
Siswadi.2006. Budidaya Tanaman Sayuran.PT Citra Aji Parama: Yogyakarta
Tafajani, Dudy S. 2000. Panduan Kompllit Bertanam Sayur Dan Buah Buahan.Cahaya Atma : Jakarta
Tim Penulis PS.1993.Sayur Komersial .Penebar Swadaya: Jakarta Tindall,H.D.1983.Vegetables in the Tropics.Macmillan Press London: London
LAMPIRAN