Nama : Tia Nabila S . R . S Nim : 175120400111038 Kelas : Diplomasi D-2
1. Jelaskan inti dari "Principal-Agent "Principal-Agent Theory"! Inti dari principal agent theory adalah teori yang mengkaji hubungan antara principal adalah principal, yaitu yang terwakilkan atau dalam hubungan hu bungan diplomasi principal adalah negara,penguasa,dll negara,penguasa,dll dan agent adalah adalah yang mewakilkan nya, dalam hal ini diplomat merupakan agent nya karena dialah yang diberikan tugas untuk mewakilkan negara. Namun theory ini melihat bahwa dalam hubungan P-A P -A ada kemungkinan agen
“melalaikan” tugas nya karena memiliki kepentingan yang berbeda, informasi yang asimetris, dll. Pada awalnya teori digunakan dalam ilmu ekonomi dan diaplikasikan pada hubungan antara pemilik saham dan corporate excutive maupu yang lainya. Dalam tulisan nya Jonsson & Hall Diplomatic Representation, mereka menjelaskan perbedaan antara representasi representasi sebagai behavior (acting for others) atau status ( standing for others), mereka juga mencoba menjelaskan sampai batas mana seorang perwakilan terikat pada mandat nya, dan kapan mereka diperbolehkan bertindak diluar mandat demi kepentingan yang diwakilkan. Tulisan ini juga mengilustrasikan skenario saat diplomat sebagai pihak yang mewakilkan harus bisa mempertanggung jawabkan kesepakatan kesepakatan yang dibuat, karena itu menurutnya perilaku
yang “sesuai” untuk dilakukan dilakukan diplomat masih menjadi perdebatan, perdebatan, autor juga memperlihatkan dinamika hubungan principal – agent, bagaiman teknologi telah mempengaruhi hungan diplomasi, dan menurut nya dalam dunia diplomasi mandateinependence atau principal-agent dilema ada karena sifat dan peran dari instruksi yang diterimanya. Autor telah memberikan penjelasan, contoh dan sudut pandang yang beragam
dengan baik, dari situ bisa disimpulkan bahwa “representation” merupakan konsep yang dinamis dan bukan sesuatu yang statis, dan bisa dilihat sebagai proses dari interaksi secara mutual antara principal dan agent.
2. Jelaskan mekanisme "Two-Level Games" yang dimaksud oleh Robert D. Putnam! Two level games merupakan politik dalam negosiasi internasional pada tingkat nasional dan internasional. Di tahap nasional kelompok domestik ingin mewujudkan kepentingannya dengan menekan pemerintah dan di sektor internasional pemerintah memaksimalkan kemampuan mereka dan meminimalisir kerugian agar dapat memenuhi tuntutan kelompok dalam negeri. Robert D. Putnam membuat metafora dengan mengumpakan adanya papan permainan, pada papan internasional terdapat para pemimipn negara di kedua ujung nya, dan disamping pemimpin negara duduk diplomat dan para penasehat internasionalnya. Sedangkan di seputar papan domestik terdapat partai, figur parlemen,spokeperson untuk agensi – agensi nasional, perwakilan kelompok kepentingan, dan penasehat politik. Mekanisme nya adalah pemain dituntut untuk melakukan langkah yang bisa
“mengalahkan” pemain lain di ke-dua papan ( maksudnya mengalahkan adalah mencapai sebuah keputusan yang memuaskan). Langkah yang dimaksudkan bisa seperti, menaikkan harga energi, mengakui wilayah, atau membatasi impor, dll. Namun dalam Two-Level Games yang bergerak secara rasional bagi pemain pada satu papan mungkin tidak layak bagi pemain yang sama di papan yang lainnya. Walaupun demikian, terdapat suatu bentuk insentif yang kuat untuk mewujudkan konsistensi antara dua games ini. Dan setiap pemain kunci di meja internasional yang tidak puas dengan hasilnya bisa marah, dan sebaliknya, setiap pemimpin yang gagal untuk memuaskan sesama pemain, berisiko diusir dari kursinya. Tetapi pemain ytang cukup ahli dan piawai bisa membuat gerakan yang dilakukan pada satu papan dan dapat memicu penyusunan kembali pada papan lainya, yang nantinya memungkinkan mereka untuk menang (mencapai tujuan yang memuaskan, walaupun awalnya terlihat sulit). Robert D. Putnam dalam penjelesanya tentang mekanisme win – set memberikan latar belakang pada peristiwa konferensi Bonn 1978, menurutnya terkadang dalam pencapaian sebuah keputusan internasional, politik domestkl dan internasional tercampur , karenanya putnam membuat metafora ini ia juga menekankan bahwa metafora bukanlah bukanlah sebuah teori. Bukan sebuah analisis formal dari permainan dengan aturan, pilihan, hadiah, pemain, dan informasi yang jelas, namun masih terdapat campuran-campuran motif permainan yang tidak memiliki solusi tertentu.
Untuk mendapatkan analisis solusi Two-Level Games mungkin akan menjadi sebuah tantangan yang sulit. Tetapi putnam ingin memperlihatkan sebuah ilustrasi empiris antara pengaruh hubungan domestik dan internasional. Dan menurutnya yang dibutuhkan sekarang adalah sebuah konsep dan teori yang dapat membantu kita untuk mengorganisasi observasi empiris yang kita punya, dan karena nya tulisan ini merupakan sebuag metafora besar tetapi putnam bisa memberikan contoh, prespektif yang berbeda beda namun menurut saya beberapa penjelasan nya kurang dapat dimengerti terlebih bagi kaum awam, tetapi di sisi lain metafora ini dapat memperkenalkan kita pada prespektiuf lain dan bahwa terkadang keputusan yang diambil oleh pemerintah pusat,adalah mencoba untuk merkonsilasi antara domestik dan internasional.
3. Apa yang dimaksud dengan "Win-Set" dalam "Two-Level Games"?
Dalam Two-Level games terdapat istilah win-set, putnam mendefinisikanya sebagai rentang hasil yang akan diterima masing – masing pihak. Putnam menggambarkan proses untuk mencapai sebuah kesepakatan dalam 2 tahap, tahap pertama adalah tawar – menawar antara negosiator dan tahap kedua terjadi diskusi yang terpisah untuk menentukan apakah kesepakatan nya akan diratifikasi atau tidak. Menurutnya, lebih luas nya win-set akan membuat kesepakatan pada tahap satu lebih memungkinkan, kesepakatan akan lebih memungkinkan apabila win-set mengalami tumpang tindih, dan lebih luas nya setiap win – set lebih memungkinkan nya untuk mengalami overlap,dan juga terjadi kebalikan nya. Ada 3 faktor yang mempengaruhi win set yaitu preferensi pada tahap 2 dan koalisi, instusi di tahap 2, dantahap l1 strategi negosiasi yang dipakai. Ada 3 faktor penting yang mempengaruhi ukuran win-set. 1. 2. 3.
Distribusi kekuasaan, preferensi kebijakan, dan koalisi antara konstitusi tahap 1 Lembaga politik di level 2 Strategi negosiator di tahap 1. Dalam perundingan dua level, negosiator kepala merupakan satu-satunya link resmi antara tahap 1 dan tahap 2.
Dalam tulisan nya putnam menjelaskan hubungan antara win set dan ratifikasi,peran win set dalam mengambilan keputusan, dan faktor – faktor yang mempengaruhi nya. Putnam mencoba menekan pada penting nya win-set yang terlihat
dalam judul sub bab nya yaitu, Towards a theory of ratification: the importance of “ winset”, dalam hal ini putnam sudah berhasil menghiglight poin-poin penting akan efek dari win set, dan dai juga mengilustrasikan penggunan win set dengan mengkaitkan nya dengan kejadian yang telah terjadi agar metofora ini lebuh mudah untuk dimengerti.