PERBANYAKAN VEGETATIF
Oleh : Wahyu Dwi Saputra B1J014145 Dhea Riwanti B1A015008 Safrina Rahmah Nasution B1A015019 Sarwo Peni B1A015046 Rahmi Mutia Mawardi B1B015041 Rombongan : II Kelompok :1 Asisten : Nur Afiyati Fazrin
LAPORAN PRAKTIKUM ORCHIDOLOGI
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2017
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Anggrek (Orchidaceae) merupakan famili dengan anggota terbesar mencakup kira-kira lebih dari 5.000 dari 50.000 jenis anggrek alam di dunia terdapat di Indonesia. Penyebarannya merata hampir di seluruh pelosok negeri, meliputi hutan-hutan tropis di Sumatera Barat ke arah selatan, seluruh pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua (Mahfut et al., 2016). Perbanyakan tanaman anggrek dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara garis besar perbanyakan anggrek dibedakan menjadi dua cara, yaitu generatif dan vegetatif. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu bunga anggrek di Indonesia adalah dengan cara menghasilkan tanaman-tanaman baru melalui pemuliaan. Upaya pengembangan tanaman anggrek diantaranya dengan adanya
peningkatan
kualitas
anggrek
bulan
sebagai
induk
silangan.
Pengembangan Phalaenopsis amabilis dapat dilakukan secara generatif dengan perbanyakan tanaman melalui biji dan kultur mikrospora untuk menghasilkan tanaman induk haploid (Astuti et al., 2011). Perbanyakan anggrek secara vegetatif antara lain stek, pemisahan rumpun, keiki, perbanyakan dengan biji serta perbanyakan dengan akar. Penyetekan biasa dilakukan pada anggrek tipe monopodial, seperti Aranda, Vanda, Renanthera, Arachnis dan Aranthera. Pemisahan rumpun biasanya dilakukan pada anggrek tipe simpodial yang hidup secara merumpun, seperti Dendrobium, Cattleya, Cymbidium, Oncidium dan Coelogyne (Pranata, 2005). B. Tujuan
Tujuan praktikum perbanyakan vegetatif adalah dapat melakukan perbanyakan vegetatif dengan benar sesuai dengan pola pertumbuhan jenis anggrek sehingga diperoleh keturunan yang sama dengan induknya.
II. TELAAH PUSTAKA
Benih perkecambahan
anggrek
kekurangan
biji
membutuhkan
endosperma bantuan
yang
jamur
fungsional, yang
sesuai.
sehingga Tingkat
perkecambahan biji anggrek di alam hanya 2-5%. Sekalipun berhasil, namun benih butuh waktu lama untuk berkecambah dan setiap gangguan di habitat bisa menghancurkan seluruh populasi. Bibit tersebut membutuhkan 12 tahun untuk tumbuh dewasa. Perbanyakan vegetatif anggrek melalui pembagian rumpun rimpang, umbi atau oleh tunas akar. Seringkali, sulit untuk mendapatkan jumlah tanaman yang diinginkan. Kesulitan dalam perkecambahan alami dan perbanyakan vegetatif yang lambat bisa menyebabkan spesies ini punah. Perbanyakan anggrek secara in vitro melalui biji dapat menghasilkan anggrek dalam jumlah besar dalam waktu singkat (Parmar & Archaya, 2016). Salah satu program untuk melestarikan anggrek langka dan terancam punah adalah dengan cara perbanyakan. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan vegetatif, mempunyai pengertian yaitu perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ vegetatif tanaman seperti batang yang mempunyai tunas samping (aksilar/lateral) dan mata tunas dari induk yang terpilih. Induk terpilih misal mempunyai warna dan corak bunga yang indah dan belum pernah ada, warna daun bervariasi. Teknik memperbanyak tanaman tersebut dengan cara stek batang, cangkok, sambung ( grafting ) dan okulasi (Lestari et al., 2013). Hasil akhir dari perbanyakan vegetatif ini adalah bibit atau tanaman yang sama dengan induk yang terpilih yang telah dicontohkan di atas atau diistilahkan dengan fotocopy atau true to type. Pemilihan perbanyakan di atas tentunya juga terkait dengan tujuannya, apabila menghendaki tanaman yang mempunyai variasi/ keragaman sifat/karakter lain dari normalnya, maka perbanyakan generatif yang dipilih. Apabila menginginkan tanaman hias yang mempunyai kesamaan dengan induk yang terpilih, maka. Perbanyakan vegetatif diperlukan untuk tanaman dan kultivar yang tidak menghasilkan biji secara teratur atau tidak bisa menghasilkan biji (Husain, 2012). Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis,
lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan (Boulline & Went, 1933). Salah satu anggrek yang diperbanyak dengan cara stek adalah anggrek semiterestrial. Anggrek semiterestrial hidup di tanah, tetapi tidak memiliki bonggol atau umbi semu, sehingga batangnya tumbuh dan hidup di permukaan tanah. Anggrek tipe ini juga bisa tumbuh di bebatuan, dan di tebing-tebing padas. Akar tanaman ini terdiri dari akar udara dan akar yang merambat di permukaan tanah. Akar yang merambat di permukaan tanah tersebut tidak menembus tanah. Termasuk anggrek tipe ini adalah Arachnis, Vanilla, Arundina, Paphiopedillum, Aranda, Renanthera dan Vanda teres (Rafique et al., 2012). Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh factor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh (Simmler et al., 2010).
III. MATERI DAN METODE A. Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum acara Perbanyakan Vegetatif adalah Anggrek Dendrobium sp. dan Phalaenopsis sp. Alat yang digunakan adalah pot, kawat, tali pengait, gunting stek, dan pisau. B. Metode
Metode yang dilakukan pada praktikum acara Perbanyakan Vegetatif adalah sebagai berikut : 1. Anggrek diletakkan di green house. 2. Diamati pertumbuhannya.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 4.1 Hasil Perkembangbiakan Vegetatif Anggrek
B. Pembahasan
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara perbanyakan atau perkembangbiakkan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Pengembangan teknologi perbanyakan tanaman secara vegetatif bertujuan untuk mengembangkan teknologi perbenihan sehingga tidak bergantung pada bibit yang berasal dari benih dan menghasilkan tanaman unggul yang memiliki sifat yang identik dengan induknya. Perbanyakan vegetatif dapat dibedakan menjadi dua yaitu perbanyakan vegetatif alami, dimana mengambil bahan tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman dan sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya, dan perbanyakan vegetatif buatan (adanya campur tangan manusia), yaitu dengan okulasi, grafting , kultur jaringan, perbanyakan vegetatif tanpa perbaikan sifat, yaitu cangkok dan stek (daun, batang, akar) (Hendrayono, 2000). Menurut Lestari (1985), macam-macam tipe perbanyakan anggrek meliputi : a. Stek batang Perbanyakan dengan cara stek cocok dilakukan pada anggrek berbatang satu (monopodial). Monopodial adalah batang anggrek yang terus menerus tumbuh ke atas dan tak terbatas, tanpa memiliki cabang atau ranting. Sepanjang batang selalu muncul akar-akar udara yang berguna mencari makan, sekaligus untuk merekatkan diri pada benda-benda yang terdapat
disekitarnya.
Contohnya Arachnis, Aranthera, Renanthera, Vanda pensil, Vanda semi terete dan Vanda quarter terete. Perbanyakan anggrek monopodial dilakukan dengan memotong stek pucuk atau stek ujung batang. Bagian yang terpotong minimal mempunyai dua akar, tanpa mengurangi jumlah daun. Panjang stek bagian atas 40-50 cm. Sisa batang bawah tetap dipelihara karena dapat mengeluarkan beberapa tunas baru. b. Pemisahan Rumpun (Split) untuk tanaman anggrek tipe simpodial Pemisahan rumpun dilakukan pada anggrek berbatang banyak (simpodial). Simpodial adalah tumbuh secara bersama (berumpun). Anggrek
ini
tidak
tumbuh
memanjang,
tetapi
memiliki
cara
sendiri
untuk
memperbanyak diri secara vegetatif, yakni membuat banyak anakan seperti bonggol pohon pisang. Contohnya Cattleya, Cymbidium, Dendrobium, dan Oncidium. Perbanyakan anggrek simpodial dilakukan melalui pemisahan rumpun atau pemisahan anakan adventif (tunas yang tumbuh di ruas-ruas batang). Pemisahan rumpun dapat dilakukan bila pot telah penuh dan padat oleh tunas anakan. Tunas anakan itu kemudian dipisahkan dari tanaman induknya. Anakan yang dipisah sebaiknya memiliki 3 anakan dan bagian dasar dari anakan (rhizome) harus tetap saling berhubungan antara yang satu dengan lainnya. Semua akar yang tidak aktif atau akar tua dibuang sehingga anakan tampak seperti tidak berakar. Cara penanamannya, dasar pot diisi dengan pecahan batu-bata atau genting setinggi sepertiga bagian. Di atasnya diisi lagi dengan media tumbuh setinggi sepertiga bagian. Selanjutnya anakan tersebut ditanam dengan mengatur posisi. Anakan yang paling tua diletakkan di dekat atau menempel pada bibir pot bagian pinggir atas. Dengan cara ini pertumbuhan tunas anakan dapat mengisi seluruh permukaan bagian pot. c. Pemotongan Keiki Keiki adalah anakan yang tumbuh liar di ujung umbi. Keiki ini umumnya muncul di ruas-ruas tanaman anggrek dewasa. Keiki terbentuk jika media tanam tidak pernah diganti, sehingga akar tanaman banyak rusak. Saat memotong keiki, umbi induk harus ikut terangkat. Tujuannya agar anggrek tetap mendapat suplay makanan lewat umbi. Keiki sebaiknya tidak langsung ditanam di pot. Tempelkan dulu di lempengan pakis sampai terjadi penambahan umbi. Jika umbi sudah terbentuk 2-3 buah, keiki siap untuk dipindahkan ke pot. Perbanyakan anggrek dengan keiki ini hanya bisa dilakukan pada anggrek Dendrobium sp. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan vegetatif
ada 2
macam, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern antara lain yaitu, dormansi bahan tanam dan ZPT. Faktor ekstern meliputi suhu, kelembaban, cahaya, jamur dan bakteri (Pranata, 2005). Faktor lain seperti jenis media dan pemupukan sangat menentukan produktivitas tanaman anggrek. Salah satu usaha untuk meningkatkan laju pertumbuhan pada anggrek ialah dengan pemupukan melalui daun agar proses penyerapan hara lebih efektif (Sukma & Ary, 2010). Menurut
Sukarman (2011), bibit tanaman yang berasal dari stek sangat
ditentukan antara lain oleh kematangan batang stek (umur fisiologis batang), teknik pengambilan dan pemotongan
stek, waktu pengambilan, dan cara
pembibitannya. Stek harus diambil dari tanaman yang sehat dan vigor. Stek yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman harus memenuhi persyaratan: umur tanaman, tidak kahat hara, tidak terserang hama dan penyakit, warna daun hijau tua, dan diameter batang atau sulur ≥ 1 cm. Tanaman harus sudah pernah berbunga/berbuah.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum, dapat disimpulkan perbanyakan vegetatif anggrek dengan cara keiki dan split dapat dilakukan pada anggrek simpodial, contohnya pada anggrek Dendrobium sp. dan Cattleya. Perbanyakan vegetatif dengan cara stek dapat dilakukan pada anggrek monopodial, contohnya pada anggrek Phalaenopsis sp.
B. Saran
Saran untuk acara praktikum ini, sebaiknya dijelaskan bagaimana proses atau metode perbanyakan vegetatif, tidak hanya memindahkan anggrek sehingga mahasiswa mengerti bagaimana cara perbanyakan anggrek secara vegetatif.
DAFTAR REFERENSI
Astuti, D., & Purnobasuki, W. 2011. Induksi Pembelahan Sporofitik Mikrospora Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis (l.) bl.) dengan Perlakuan Hormon 2,4-d . Surabaya: Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Boullin & Went. 1933. Perbanyakan Vegetatif melalui Stek . Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hendrayono, M. 2000. Pembiakan Vegetatif . Bogor: Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Husain, I. 2012. Induksi Protocorm pada Eksplan Bawang Putih pada Media MS Minim Hara Makro dan Mikro yang Ditambahkan Air Kelapa. Jurnal Hortikultura, 1(1): 28-32. Lestari, S. S. 1985. Mengenal dan Bertanam Anggrek . Semarang: CV. Aneka Ilmu. Mahfut, Daryono, B.S., Joko, T. & Somowiyarjo, S. 2016. Survei Odontoglossum ringspot virus (ORSV) yang Menginfeksi Anggrek Alam Tropis di Indonesia. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 20(1): 1 – 6. Parmar, G. & Archaya, R. 2016. In vitro seed germination of endangered Nepalese orchid species: Dendrobium fimbriatum Hook. Advanced Journal of Seed Science and Technology, 3(1): 72-74. Pranata, W. 2005. Perbanyakan Vegetatif melalui Stek . Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Rafique, R., Fatima, Nushtaq, Iqbal, Rasheed & Hasan. 2012. Effect of Indole-3Butyric Acid (IBA) on In Vitro Root Induction in Dendrobium Orchid (Dendrobium sabin H.). African Journal of Biotechnology, 11(20): 46734675. Simmler, C., Antheaume C., & L. Astein. 2010. Antioxidant Biomarkers from Vanda coerulea Stems Reduce Irradiated HaCaT PGE-2 Production as a Result of COX-2 Inhibition. Plos One 5, 1(10):1-9. Sukarman. 2011. Pertumbuhan Empat Klon Harapan Vanili (Vanilla planifolia) pada Umur Fisiologis dan Posisi Ruas yang Berbeda. Jurnal Littri, 17 (1):1-5. Sukma, D. & Setiawati, A. 2010. Pengaruh Waktu dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek Dendrobium ’ Tong Chai Gold. J. Hort Indonesia.