PERBANYAKAN VEGETATIF
Oleh:
Nama : Desi Ariana Syahid
NIM : B1J012145
Rombongan : II
Kelompok : 5
Asisten : Risna Wahyuningsih
LAPORAN PRAKTIKUM ORCHIDOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anggrek secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam Phylum Spermatopytha, yaitu digolongkan ke dalam tumbuhan berbiji, Kelas Angiospermae atau berbiji tertutup, Subkelas Monokotiledonae atau bijinya berkeping satu, Ordo Gynandrae karena alat reproduksi jantan dan betina bersatu sebagai tugu bunga, Famili Orchidaceae atau keluarga anggrek (Puspitaningtyas et al., 2003). Orchidaceae merupakan famili tanaman terbesar, terdiri dari sekitar 900 genera dan hampir 35.000 spesies. Dendrobium, genus terbesar dalam famili Orchidaceae terdiri dari sekitar 1100 spesies. Dendrobium menyebar di seluruh Asia, dari India sampai Jepang, dan di selatan ke Australia, dan New Zealand (Sukma & Ary, 2010).
Perbanyakan tanaman anggrek dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara garis besar perbanyakan anggrek dibedakan menjadi dua cara, yaitu generatif dan vegetatif. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu bunga anggrek di Indonesia adalah dengan cara menghasilkan tanaman-tanaman baru melalui pemuliaan. Upaya pengembangan tanaman anggrek diantaranya dengan adanya peningkatan kualitas anggrek bulan sebagai induk silangan. Pengembangan Phalaenopsis amabilis dapat dilakukan secara generatif dengan perbanyakan tanaman melalui biji dan kultur mikrospora untuk menghasilkan tanaman induk haploid (Astuti et al., 2011). Perbanyakan anggrek secara vegetatif antara lain stek, pemisahan rumpun, keiki, perbanyakan dengan biji serta perbanyakan dengan akar. Penyetekan biasa dilakukan pada anggrek tipe monopodial, seperti Aranda, Vanda, Renanthera, Arachnis dan Aranthera. Pemisahan rumpun biasanya dilakukan pada anggrek tipe simpodial yang hidup secara merumpun, seperti Dendrobium, Cattleya, Cymbidium, Oncidium dan Coelogyne (Pranata, 2005).
Salah satu anggrek yang diperbanyak dengan cara stek adalah anggrek semiterestrial. Anggrek semiterestrial hidup di tanah, tetapi tidak memiliki bonggol atau umbi semu, sehingga batangnya tumbuh dan hidup di permukaan tanah. Anggrek tipe ini juga bisa tumbuh di bebatuan, dan di tebing-tebing padas. Akar tanaman ini terdiri dari akar udara dan akar yang merambat di permukaan tanah. Akar yang merambat di permukaan tanah tersebut tidak menembus tanah. Termasuk anggrek tipe ini adalah Arachnis, Vanilla, Arundina, Paphiopedillum, Aranda, Renanthera dan Vanda teres (Rafique et al., 2012).
Tujuan
Tujuan praktikum perbanyakan vegetatif adalah dapat melakukan perbanyakan vegetatif dengan benar sesuai dengan pola pertumbuhan jenis anggrek sehingga diperoleh keturunan yang sama dengan induknya.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah tali rafia, pisau, pot, gunting, kawat, dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah Cattleya sp., dan pakis.
Metode
Cara kerja dalam praktikum adalah:
Anggrek spesies Cattleya sp. disiapkan.
Tanaman dikeluarkan dari pot kemudian dipisahkan masing-masing tiga bulb.
Tanaman diikat pada kawat dengan bantuan tali rafia.
Tanaman ditanam ke dalam pot baru berisi media pakis.
Tanaman disiram kemudian didokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambar 1. Hasil Perbanyakan Vegetatif Cattleya sp.
Pembahasan
Hasil yang didapatkan adalah hasil split dapat tumbuh dengan baik, namun pertumbuhannya masih belum terlihat secara nyata. Cara split bisa dikatakan cara tradisional karena memperbanyak tanaman anggrek dari bagian tanaman yang sudah tumbuh secara sempurna. Akan tetapi perbanyakan secara vegetatif (metode konvensional) memakan waktu cukup lama untuk menghasilkan tanaman yang utuh dan siap berbunga (Jena & Chandra, 2013). Islam et al. (2014) menambahkan bahwa secara umum perbanyakan vegetatif dan secara seksual merupakan proses yang lambat. Perbedaan hasil keturunannya juga sangat jelas. Perbanyakan clone dilakukan untuk memperoleh keturunan yang sama dengan induknya. Teknik kultur jaringan untuk perbanyakan sudah banyak dilakukan, antara lain kultur jaringan daun, akar, tunas lateral dari tangkai bunga. Teknik ini kurang efektif dalam memproduksi sejumlah planlet karena pembentukan tunas memerlukan waktu yang lama.
Klasifikasi anggrek Cattleya sp. menurut Cronquist (1981), adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Orchidales
Family : Orchidaceae
Genus : Cattleya
Spesies : Cattleya sp.
Cattleya sp. adalah salah satu genus dari 42 spesies anggrek dari Kosta Rika sampai bagian Tropis Amerika Selatan dan merupakan salah satu marga anggrek epifit. Anggrek jenis ini hidup menempel pada pohon-pohon kayu besar di dalam hutan yang rindang, sehingga mereka terlindung dari paparan sinar matahari langsung dan memperoleh kelembaban yang sangat mereka butuhkan. Cattleya sp. tidak menyukai sinar matahari langsung sepanjang hari. Anggrek Cattleya sp. senang mendapat sinar langsung di pagi hari selama 4-5 jam sehari, atau sinar terang sehari penuh. Daunnya berwarna hijau gelap, pertanda Cattleya sp. kekurangan sinar matahari. Sebaliknya, bila kelebihan sinar, warna daunnya akan menjadi hijau kekuningan. Cadangan makanan ini akan tersimpan di dalam bulb. Bulb yang padat berisi akan rajin menghasilkan tunas dan bunga. Cattleya sp. akan rajin berbunga pada lingkungan bertemperatur antara 15-35oC (Gunawan, 1984).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara perbanyakan atau perkembangbiakkan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Pengembangan teknologi perbanyakan tanaman secara vegetatif bertujuan untuk mengembangkan teknologi perbenihan sehingga tidak bergantung pada bibit yang berasal dari benih dan menghasilkan tanaman unggul yang memiliki sifat yang identik dengan induknya. Perbanyakan vegetatif dapat dibedakan menjadi dua yaitu perbanyakan vegetatif alami, dimana mengambil bahan tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman dan sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya, dan perbanyakan vegetatif buatan (adanya campur tangan manusia), yaitu dengan okulasi, grafting, kultur jaringan, perbanyakan vegetatif tanpa perbaikan sifat, yaitu cangkok dan stek (daun, batang, akar) (Hendrayono, 2000).
Menurut Lestari (1985), macam-macam tipe perbanyakan anggrek meliputi :
Stek batang
Perbanyakan dengan cara stek cocok dilakukan pada anggrek berbatang satu (monopodial). Monopodial adalah batang anggrek yang terus menerus tumbuh ke atas dan tak terbatas, tanpa memiliki cabang atau ranting. Sepanjang batang selalu muncul akar-akar udara yang berguna mencari makan, sekaligus untuk merekatkan diri pada benda-benda yang terdapat disekitarnya. Contohnya Arachnis, Aranthera, Renanthera, Vanda pensil, Vanda semi terete dan Vanda quarter terete. Perbanyakan anggrek monopodial dilakukan dengan memotong stek pucuk atau stek ujung batang. Bagian yang terpotong minimal mempunyai dua akar, tanpa mengurangi jumlah daun. Panjang stek bagian atas 40-50 cm. Sisa batang bawah tetap dipelihara karena dapat mengeluarkan beberapa tunas baru.
Pemisahan Rumpun (Split) untuk tanaman anggrek tipe simpodial
Pemisahan rumpun dilakukan pada anggrek berbatang banyak (simpodial). Simpodial adalah tumbuh secara bersama (berumpun). Anggrek ini tidak tumbuh memanjang, tetapi memiliki cara sendiri untuk memperbanyak diri secara vegetatif, yakni membuat banyak anakan seperti bonggol pohon pisang. Contohnya Cattleya, Cymbidium, Dendrobium, dan Oncidium. Perbanyakan anggrek simpodial dilakukan melalui pemisahan rumpun atau pemisahan anakan adventif (tunas yang tumbuh di ruas-ruas batang). Pemisahan rumpun dapat dilakukan bila pot telah penuh dan padat oleh tunas anakan. Tunas anakan itu kemudian dipisahkan dari tanaman induknya. Anakan yang dipisah sebaiknya memiliki 3 anakan dan bagian dasar dari anakan (rhizome) harus tetap saling berhubungan antara yang satu dengan lainnya. Semua akar yang tidak aktif atau akar tua dibuang sehingga anakan tampak seperti tidak berakar. Cara penanamannya, dasar pot diisi dengan pecahan batu-bata atau genting setinggi sepertiga bagian. Di atasnya diisi lagi dengan media tumbuh setinggi sepertiga bagian. Selanjutnya anakan tersebut ditanam dengan mengatur posisi. Anakan yang paling tua diletakkan di dekat atau menempel pada bibir pot bagian pinggir atas. Dengan cara ini pertumbuhan tunas anakan dapat mengisi seluruh permukaan bagian pot.
Pemotongan Keiki
Keiki adalah anakan yang tumbuh liar di ujung umbi. Keiki ini umumnya muncul di ruas-ruas tanaman anggrek dewasa. Keiki terbentuk jika media tanam tidak pernah diganti, sehingga akar tanaman banyak rusak. Saat memotong keiki, umbi induk harus ikut terangkat. Tujuannya agar anggrek tetap mendapat suplay makanan lewat umbi. Keiki sebaiknya tidak langsung ditanam di pot. Tempelkan dulu di lempengan pakis sampai terjadi penambahan umbi. Jika umbi sudah terbentuk 2-3 buah, keiki siap untuk dipindahkan ke pot. Perbanyakan anggrek dengan keiki ini hanya bisa dilakukan pada anggrek Dendrobium sp.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan vegetatif ada 2 macam, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern antara lain yaitu, dormansi bahan tanam dan ZPT. Faktor ekstern meliputi suhu, kelembaban, cahaya, jamur dan bakteri (Pranata, 2005). Faktor lain seperti jenis media dan pemupukan sangat menentukan produktivitas tanaman anggrek. Salah satu usaha untuk meningkatkan laju pertumbuhan pada anggrek ialah dengan pemupukan melalui daun agar proses penyerapan hara lebih efektif (Sukma & Ary, 2010). Menurut Sukarman (2011), bibit tanaman yang berasal dari stek sangat ditentukan antara lain oleh kematangan batang stek (umur fisiologis batang), teknik pengambilan dan pemotongan stek, waktu pengambilan, dan cara pembibitannya. Stek harus diambil dari tanaman yang sehat dan vigor. Stek yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman harus memenuhi persyaratan : umur tanaman, tidak kahat hara, tidak terserang hama dan penyakit, warna daun hijau tua, dan diameter batang atau sulur 1 cm. Tanaman harus sudah pernah berbunga/berbuah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa:
Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek, split, dan keiki.
Stek dapat dilakukan pada anggrek dengan pola pertumbuhan monopodial.
Split dan keiki dapat dilakukan pada anggrek dengan pola pertumbuhan simpodial.
Saran
Saran yang dapat diberikan dalam melakukan praktikum adalah dalam melakukan perbanyakan vegetatif harus disesuaikan dengan pola pertumbuhan tanamang anggrek yang akan diperbanyak.
DAFTAR REFERENSI
Astuti, D., & Purnobasuki, W. 2011. Induksi Pembelahan Sporofitik Mikrospora Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis (l.) bl.) dengan Perlakuan Hormon 2,4-d. Surabaya. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.
Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York. Columbia University Press.
Gunawan, L.W. 1984. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hendrayono, M. 2000. Pembiakan Vegetatif. Bogor. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB.
Islam, N., Khondokar, Nasiruddin & Al Amin. 2014. In Vitro Growth and Multiplication of a Hybrid Orchid (Dendrobium alba x Ascanda dongtarm) with Different Concentration of Plant Growth Regulators. Journal of Bioscience and Agriculture Research (JBAR), Vol 1 (1): 27-33.
Jena, S., & Chandra, Bhol. 2013. In Vitro Propagation of Acampe papillosa Lindl. (Orchidaceae) through Direct Somatic Embryogenesis using Leaf Explants. Asian Journal of Biological and Life Sciences, Vol 2 (3).
Lestari, S. S. 1985. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Semarang. CV. Aneka Ilmu.
Pranata, W. 2005. Perbanyakan Vegetatif melalui Stek. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Puspitaningtyas, D. M., Mursidawati S., & Sutrisno, Jauhari A. 2003. Anggrek Alam Di Kawasan Konservasi Pulau Jawa. Bogor. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Rafique, R., Fatima, Nushtaq, Iqbal, Rasheed & Hasan. 2012. Effect of Indole-3-Butyric Acid (IBA) on In Vitro Root Induction in Dendrobium Orchid (Dendrobium sabin H.). African Journal of Biotechnology, Vol 11(20): 4673-4675.
Sukarman. 2011. Pertumbuhan Empat Klon Harapan Vanili (Vanilla planifolia) pada Umur Fisiologis dan Posisi Ruas yang Berbeda. Jurnal Littri, Vol 17 (1):1-5.
Sukma, Dewi & Ary Setiawati. 2010. Pengaruh Waktu dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek Dendrobium 'Tong Chai Gold. J. Hort Indonesia.