Laporan Praktikum Fisiologi
Penglihatan dan Waktu Reaksi
KELOMPOK A7
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Tahun Ajaran 2010/2011
Daftar Presensi Kehadiran Anggota Kelompok
Ketua Kelompok
:
Marvelius Liandry (102010008) Anggota Kelompok
..........................
:
Veresa Chintya (102010013)
..........................
Nicholas Wijayanto (102010021)
..........................
Sari Prasili Suddin (102010029)
..........................
Theatania Trisna Yonathan (102010034)
..........................
Felisiana Kasman (102010042)
..........................
Vonny Christy (102010050)
..........................
Claudia Natalia Zachawerus (102010055)
..........................
Jasreena Kaur Sandal (102010362)
..........................
Tujuan Percobaan Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Memeriksa luas lapang pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakan perimeter. 2. Memeriksa kemampuan seseorang dalam membedakan warna-warna yang sangat berhubungan dengan adanya kelainan buta warna. 3. Memeriksa kepekaan seseorang terhadap respon yang ada melalui pengamatan mengenai waktu reaksi.
Alat dan Bahan A. Percobaan I. Perimetri 1. Perimeter 2. Formulir pencatatan hasil 3. 5 buah batang lidi dengan warna pada ujungnya masing-masing putih, merah, biru, hijau dan kuning
B. Percobaan II. Pemeriksaan Buta Warna Buku pseudoisokromatik Ishihara
C. Percobaan III. Waktu Reaksi a. Mistar pengukur waktu reaksi b. Reaction timer c. Formulir pencatatan hasil
Cara Kerja 1. Percobaan I. Perimetri a. Suruh orang percobaan duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter. b. Tutup mata kiri orang percobaan dengan sapu tangan. c. Letakkan dagu orang percobaan di tempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi bahgian atas batang vertikal sandaran dagu. d. Siapkan formulir
e. Suruh orang percobaan memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi di tengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan orang percobaan harus tetap dpusatkan pada titik fiksasi tersebut. f. Gunakan benda yang dapat digeser (lidi yang ada bulatan warna warni) pada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang. g. Pilih bulatan yang berwarna putih dengan diameter sedang pada benda tersebut. h. Gerakkan perlahan-lahan bulatan putih itu menyusuri busur dari tepi kiri orang percobaan ke tengah. Tepat pada saat orang percobaan melihat bulatan putih tersebut, penggeseran dihentikan. i.
Baca tempat pergeseran tersebut pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.
j.
Ulangi tindakan no.7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur.
k. Ulangi tindakan no.7, 8 dan 9 setelah busur setiap kali diputar 30° sesuai arah jarum jam dari pemeriksa, sampai posisi busur vertikal. l.
Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula. Pada posisi ini tidak perlu dilakukan pencacatana lagi.
m. Ulangi tindakan no.7, 8 dan 9 setelah busur setiap kali diputar 30° berlawanan arah jarum jam dari pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60° dari bidang horizontal. n. Periksa juga lapang pandang orang percobaan untuk bebagai warna lain: merah, hijau, kuning dan biru dengan cara yang sama seperti di atas. o. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan bewarna putih.
2. Percobaan II. Pemeriksaan Buta Warna a. Suruh orang percobaan mengenali angka atau gambar yang terdapat didalam buku pseudoisokromatik ishihara. b. Catat hasil pemeriksaannya didalam formulir yang tersedia.
3. Percobaan III. Waktu reaksi a. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangan kananya di tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk bergerak 1cm siap untuk menjepit
b. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dan menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk OP tanpa menyentuh jari-jari OP. c. Catatlah hasil pengukuran waktu reaksi dari rection timer sebagai pendukung hasil percobaan manual diatas. Lalu hitunglah rata-rata waktu reaksi yang didapatkan.
Hasil Percobaan a. Hasil percobaan I: MATA KANAN
Putih
Merah
Hijau
Kuning
Biru
Temporal
0
79
65
84
86
72
Nasal
180
55
55
60
62
59
Temporal
330
85
81
72
84
84
Nasal
150
64
40
56
48
56
Temporal
300
82
83
79
77
76
Nasal
120
50
53
43
50
53
Temporal
270
69
73
68
71
68
Nasal
90
46
38
43
51
43
Temporal
60
76
75
68
70
66
Nasal
240
68
74
70
69
76
Temporal
30
76
68
70
78
68
Nasal
210
72
53
60
67
70
Luas Lapang Pandang
Warna Putih
Temporal
: 79 o
Nasal
: 55o
Temporal Bawah
: 83,5o
Nasal Atas
: 57 o
Bawah
: 69 o
Atas
: 46 o
Temporal Atas
: 76 o
Nasal bawah
: 70 o
Total
: 535.5
o
Warna Merah
Temporal
: 65 o
Nasal
: 55 o
Temporal Bawah
: 82o
Nasal Atas
: 46;5 o
Bawah
: 73 o
Atas
: 38o
Temporal Atas
: 71’5 o
Nasal bawah
: 61’5 o
Total
: 492,5
Warna Hijau
Temporal
: 84 o
Nasal
: 60 o
Temporal Bawah
: 75,5 o
Nasal Atas
: 49’5 o
Bawah
: 68 o
Atas
: 43o
Temporal Atas
: 69 o
Nasal bawah
: 65 o
Total
o
: 514
o
Warna Kuning
Temporal
: 86 o
Nasal
: 62 o
Temporal Bawah
: 80,5 o
Nasal Atas
: 49 o
Bawah
: 71 o
Atas
: 51 o
Temporal Atas
: 74 o
Nasal bawah
: 68 o
Total
: 541,5
o
Warna Biru
Temporal
: 72 o
Nasal
: 59 o
Temporal Bawah
: 80 o
Nasal Atas
: 54,5 o
Bawah
: 68 o
Atas
: 43o
Temporal Atas
: 67 o
Nasal bawah
: 73 o
Total
: 516,5
PUTIH
MATA KIRI
o
Nasal
0
63
Temporal
180
88
Nasal
330
67
Temporal
150
78
Nasal
300
69
Temporal
120
81
Nasal
270
70
Temporal
90
50
Nasal
60
67
Temporal
240
82
Nasal
30
58
Temporal
210
82
Temporal
: 63 o
Nasal
: 88 o
Temporal Bawah
: 68 o
Nasal Atas
: 79,5 o
Bawah
: 70 o
Atas
: 50 o
Temporal Atas
: 62,5 o
Nasal bawah
: 82 o
Total
: 563
o
b. Hasil Percobaan II Berikut ini adalah tabel yang berisi perbandingan antara mata normal dan mata seseorang yang mengalami buta warna.
Person with total
Number
Normal
Person with
of plate
Person
red green deficiencies
1
12
12
12
2
8
3
X
3
5
2
X
4
29
70
X
5
74
21
X
6
7
X
X
7
45
X
X
8
2
X
X
9
X
2
X
10
16
X
X
11
Traceable
X
X
Protan Strong
Mild
colour blindness and weakness
Deutan Strong Mild
12
35
5
(3) 5
2
3 (5)
13
96
6
(9) 6
9
9 (6)
Can trace
14
two lines
purple
Purple (red)
red
Red (purple
Pada percobaan yang disesuaikan dengan kebenaran yang ada pada tabel diatas, OP dapat menyebutkan dan mengidentifikasikan dengan benar semua angka dan bentuk atau garis yang ada pada ishihara tersebut selayaknya orang dengan mata normal.
c. Hasil Percobaan III. Waktu Reaksi
Pada percobaan mengenai waktu reaksi, digunakan tiga jenis percobaan, yaitu:
1. Percobaan menggunakan mistar
2. Percobaan Menggunakan reaction timer untuk rangsang bunyi
3. Percobaan Menggunakan reaction timer untuk rangsang bunyi
Menggunakan mistar
Percobaan
Angka yang ditunjuk (detik)
I
0,18 s
II
0,17 s
III
0,15s
IV
0,13s
V
0,13s
Menggunakan reaction timer untuk rangsang cahaya dan bunyi
Pembahasan Lapang pandang merupakan satu area penglihatan yang dilihat hanya oleh satu mata
pada suatu jarak tertentu. Lapang pandang bagian nasal adalah area yang terlihat dibagian nasal manakala area yang terlihat dari sisi lateral disebut lapangan pandang bagian temporal. Untuk mendiagnosis adanya kebutaan pada bagian retina tertentu, dapat dilakukan dengan memetakan lapang pandang dari setiap mata melalui satu proses yang disebut perimetri dengan menggunanakan perimeter. Alat ini berbentuk setengah bola dengan jari jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini penderita diletakkan untuk diperiksa. Batas lapang pandangan perifer adalah 90 derajat temporal, 75 derajat inferior, 60o nasal, dan 60o superior. Dikenal dua cara pemeriksaan perimetri, yaitu: Perimetri kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik,dimana pemeriksaan dilakukan dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi terlihat oleh pasien. Selain itu ada pula pemeriksaan perimetri statik atau perimeter profil dan perimeter curve differentialthreshold, dimana pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas objek sehingga terlihat oleh pasien. Uji perimeter yang kita lakukan dalam percobaan merupakan uji lapang pandangan dengan memakai bidang parabola yang terletak 30cm di depan pasien. Pasien diminta untuk terus menatap titik pusat alat dan kemudian benda digerakkan dari perifer ke sentral. Bila ia melihat benda atau sumber cahaya tersebut, maka dapat ditentukan setiap batas luar lapang pandangannya. Dengan alat ini juga dapat ditentukan letak bintik buta lapang pandangan Pada semua peta perimetri, suatu titik buta yang disebabkan sedikitnya sel batang dan kerucut di retina di atas lempeng optic dijumpai kira-kira 15 derajat sebelah lateral dari titik pusat penglihatan. Pemeriksaan mata dengan menggunakan perimeter ini dapat dilihat pada percobaan pertama diatas. Selain di area lempeng optic, kadangkala bintik buta dapat juga dijumpai di bagian lapang pandang yang lain. Bintik buta yang demikian disebut skotomata; seringkali disebabkan oleh kerusakan nervus optikus akibat glaukoma (tekanan cairan dalam bola mata terlalu tinggi), akibat reaksi alergi pada retina, atau akibat keadaan toksik, seperti keracunan timah dan pemakaian tenbakau yang berlebihan. Kondisi lain yang dapat didiagnosis dengan perimetri adalah retinitis pigmentosa. Pada penyakit ini terdapat bagian retina yang mengalami degenerasi, dan di area tersebut terjadi pengendapan pigmen melanin yang berlebihan. Biasanya retinitis pigmentosa mula-mula menyebabkan kebutaan pada bagian
perifer lapangan pandang dan selanjutnya secara bertahap menyebar ke arah sentral. Kerusakan pada seluruh nervus optikus menyebabkan kebutaan pada mata yang terkena. Kerusakan pada kiasma optikum menghambat penjalaran impuls dari separuh bagian nasal kedua retina tesebut lalu menjadi buta, yang berarti bahwa orang tersebut akan mengalami kebutaan di kedua bagian temporal lapangan pandang karena bayangan dari lapangan pandang menjadi terbalik di retina oleh system optis mata; keadaan ini disebut hemianopsa bitemporal. Lesi seperti ini seringkali disebabkan adanya tumor pada kelenjar hipofise yang menekan ke arah atas dari sella tursica ke bagian bawah kiasma optikum. Gangguan pada traktus optikus menyebabkan persarafan separuh bagian masingmasing retina pada sisi yang sama dengan letak lesi terputus, akibatnya kedua mata tidak dapat melihat objek disisi kepala yang berlawanan. Keadaan ini disebut hemianopsia homonim. Retina mengandung 3 tipe sel reseptor warna, atau sel kerucut. Tipe pertama, relative berbeda dari dua yang lain, adalah paling responsif terhadap warna yang hampir lembayung (juga dikenali tritos), dengan panjang gelombang 420 nm (panjang gelombang yang pendek). Dua tipe lain lain adalah reseptor yang mendeteksi panjang gelombang yang panjang (dikenali protos yang sensitive terhadap warna merah) dan yang mendeteksi panjang gelombang yang sederhana (atau deuteros yang peka terhadap warna hijau). Jadi, luas lapang pandang mata bergantung kepada panjang gelombang cahaya tertentu. Semakin panjang gelombang cahaya, semakin luaslah luas lapang pandang mata. Dalam percobaan menggunakan perimetri diatas, didapatkan hasil bahwa rata-rata luas lapang pandang yang terbesar adalah warna putih, disamping itu, pada pemeriksaan mata kanan, ditemukan bahwa rata-rata luas penampang terbesar adalah pada warna kuning. Pemeriksaan mata yang juga penting untuk mengetahui normal tidaknya mata seseorang ialah dengan melakukan test buta warna. Buku pseudoisokromatik ishihara adalah buku yang digunakan untuk uji buta warna. Dengan set uji ini dikatakan telah dapat mengindikasi apakah kita tergolong buta warna total atau buta warna partial. Pada orang normal, di dalam lingkaran akan tampak angka atau garis tertentu. Tetapi pada orang buta warna, yang tampak pada lingkaran akan berbeda seperti yang dilihat oleh orang normal. Pada retina manusia normal terdapat dua jenis sel yang sensitif terhadap cahaya. Ada sel batang (rod cell) yang aktif pada cahaya rendah, kemudian ada sel kerucut (cone cell) yang aktif pada cahaya yang intensitasnya tinggi (terang). Singkat kata, sel kerucut inilah yang membuat kita dapat melihat warna-warna, membedakan warna. Penyakit buta warna
ada yang didapat karena faktor keturunan, atau karena memang kita m engalami kelainan pada retina, saraf2 optik dan mungkin ada gangguan pada otak. Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik. Dibawa oleh kromosom X pada perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anaknya. Ketika seseorang mengalami buta warna, mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan pigmen yang dibutuhkan untuk mata berfungsi dengan normal. Persepsi yang salah pada masyarakat mengenai penyakit buta warna adalah, bahwa buta warna sama sekali tidak bisa melihat warna, yang ada hanyalah warna hitam putih. Persepsi ini tidak benar karena tipe buta warna yang hanya dapat melihat warna hitam dan putih adalah satu tipe dari buta warna, masih ada tipe penyakit buta warna lainnya. Seperti penyakit buta warna yang hanya dapat melihat varian warna dari percampuran Merah dan Kuning saja (dichromatic), ada yang tidak dapat membedakan warna ketika banyak warna dicampurkan, ada yang tidak dapat membedakan gradasi warna. Bila mata tak mempunyai sekelompok sel kerucut yang dapat menerima warna, maka orang itu tak akan dapat membedakan beberapa warna dari warna lainnya. Waktu reaksi adalah periode antara diterimanya rangsang (stimuli) dengan permulaan munculnya jawaban (respon). Semua informasi yang diterima indera baik dari dalam maupun dari luar disebut rangsang. Indera akan mengubah informasi tersebut menjadi impuls-impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak. Berdasarkan kepekaan indera dan kecepatan proses persarafan, waktu reaksi dibedakan atas: waktu reaksi sederhana dan waktu reaksi kompleks. Waktu reaksi sederhana terjadi ketika subjek memberikan jawaban yang spesifik terhadap rangsang yang telah ditentukan atau diketahui sebelumnya, misalnya, reaksi terhadap bunyi pistol dalam start, menekan tombol penjawab ketika lampu rangsang menyala. Waktu reaksi kompleks berhubungan dengan kasus dimana subjek dihadapkan pada beberapa rangsang dan harus memilih atau menentukan satu respon. Subjek harus mempelajari respon yang harus dibuat ketika menjawab rangsang yang spesifik. Reaksi kompleks dilakukan dalam permainan permainan, misalnya tenis, voli dan olahraga-olahraga pertandingan, misalnya tinju, anggar. Reaksi dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain: jenis kelamin, umur seseorang, jenis rangsangan, kondisi fisik, tingkat keterlatihan, dan intensitas perhatian serta konsentrasi. Pada percobaan diatas melibatkan indra penglihatan dan pendengaran. Seperti yang kita ketahui, pada indra penglihatan , cahaya berjalan dalam garis lurus. Jalan cahaya bisa dibengkokkan dengan kornea kemudian oleh lensa. Lensa mengarahkan cahaya ke retina, di
dalam retina, energi cahaya merangsang terbentuknya impuls di dalam sel-sel batang dan selsel kerucut. Impuls-impuls tersebut dibawa ke otak melalui saraf penglihatan. Di dalam otak impuls diterjemahkan,
sehingga kita bisa melihat. Sedangkan pada indra
pendengaran, ketika suatu benda bergetar, udara di sekitarnya juga bergetar, proses ini
menghasilkan energi berbentuk gelombang suara. Telinga luar menangkap gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga dan ke telinga tengah, di telinga tengah, gelombang suara menggetarkan gendang telinga seperti membran genderang. Getaran ini kemudian bergerak melalui tiga tulang di dalam telinga tengah, secara berurutan disebut tulang martil, landasan dan sanggurdi. Tulang sanggurdi menggetarkan menggetarkan membran di telinga dala. Di telinga dalam, ketika tulang sanggurdi bergetar, cairan di dalam koklea juga bergetar. Getaran ini merangsang ujung akhir saraf di dalam koklea untuk menghasilkan impuls. Impuls yang dihasilkan dikirim ke otak oleh saraf pendengar. Hasil percobaan mengenai waktu reaksi menunjukkan bahwa respon yang ditunjukkan OP masih cukup baik. Hal ini dapat dilihat dengan rata-rata waktu yang dicapai oleh OP pada setiap percobaan. Semakin sering percobaan atau pemberian rangsang diberikan, reaksi OP semakin membaik dan
Semakin sering percobaan atau pemberian
rangsang diberikan, reaksi OP semakin membaik dan terlihat lebih stabil. Itulah alasannya mengapa pada percobaan menggunakan reaction timer dalam menghitung rata-rata waktu reaksi, hanya diambil data ke 6-15 dari keseluruhan data. Respon tiap rangsangan yang diberikan berbeda-beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang telah disebutkan diatas, seperti jenis kelamin, umur seseorang, jenis rangsangan dsb. Adapun jika hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori dapat disebabkan oleh beberapa faktor luar, antara lain alat yang kurang memadai (alat penghitung waktu reaksi) ataupun kesalahan pada pencatatan itu sendiri.
Kesimpulan 1. Rata-rata luas lapang pandang yang paling besar adalah pada warna putih, khususnya pada pemeriksaan mata kiri. Sedangkan luas lapang pandang pada urutan kedua yaitu
warna
kuning pada pemeriksaan mata kanan. 2. OP tidak buta warna karena dapat melihat perbedaan warna. Dan dalam tes ini OP tidak mengalami kesulitan dalam membaca angka maupun lambang yang ada pada buku ishihara tersebut 3. Waktu reaksi yang dirunjukkan OP semakin cepat dan stabil dengan rangsangan berulang yang diberikan kepadanya.