Tikus diambil dari kandang dengan dipegang bagian ekornya
Tikus ditempatkan pada empat yang tidak liciin. tengkung tikus dicapit dengan jari sambil dibalikan kemudian ditempatkan pada timbngan
siapkan pipet kaca untuk pengambilan darah
kepala dan ekor tikus dipegang
masukkan pipet kaca kedalam mata melalui belakang bola mata
setelah pipet berada di belakang bola mata lalu ditekan
kepala tikus dimiringkan agar darah dapat keluar
setelah mendapatkan darah yang dibutuhkan, tutup mata tikus dengan kapas yang telah diberi aquades
siapkan suntikan untuk pengmbilan darah
Tetesi aquades pada kapas lalu olesi kapas ke bagian ekor yaitu vena
Kemudian arahkan jarum suntik ke vena lalu diambil darahnya
disipkan alat bedah untuk membedah tubuh tikus
tikus yang sudah dibius atau anestesi di kelurkan dari gelas beker dan ditaruh di nampan pembedahan
pegang dan tarik bagian kulit perut tikus dengan menggunakan pingset
gunting bagin bawah perut tikus secara horizontal lalu gunting secara vertikal ke bagian atas perut tikus, pengguntingan dimulai dari bagian tengah guntingan pertama
kulit perut dibuka sampai bisa terlihat organ jantung tikus
pengambilan darah dilakukan secara langsung dengan memasukkan jarum suntik ke bagian dalam jantung tikus
Tikus dibius menggunakan kloroform dengan cara kapas yang telah di beri kloroform dimasukan ke adalam toples kaca, setelah itu tikus dimasukan ke dalam toples dan ditutup menggunakan penutup karet
Tunggu sampai beberapa menit sampai tikus mati secara perlahan-lahan
Setelah tikus mati, kemudian dikeluarkan
Dilakukan pembedahan
Pembedahan dimulai dari gunting bagian bawang ujung perut tikus sampai bagian atas perut tikus
Setelah itu, bagian yang tergunting di bagia menjadi dua bagian (dibelah tengah)
Setelah bagaian kulit perut terbuka diamati bagian dalam organ tikus
Tikus yang sudah ditimbang diangkat dan diberikan aloksan atau aquades sebanyak 1 ml dengan sonde oral
sonde oral dimasukan perlaha-lahan melalui mulut dan esofagus sampai menuju lambung kemudian disuntikan aquadesnya
Suntikan sonde disiapkan dan diambil 1ml aquades yang siap diberikan kepada tikus
disipkan gelas beker berisi kapas
ditambahkan kloroform pada kapas di dalam gelas beker
tikus yang akan dianestesi dimasukkan ke dalam gelas beker
tutup gelas beker dengan menggunakan bahan karet agar tikus benr-benar menghirup kloroform
tunggu selama 3 menit sampai tikus kehilangan kesadaran
tikus yang sudah kehilangan kesadaran dapat dilanjutkan untuk proses selanjutnya
Tikus diambil dari kandang dengan dipegang bagian ekornya
Tikus ditempatkan pada timbangan dalam keadaan hidup
Tikus ditempatkan pada tempat yang tidak liciin.
Tengkung tikus dicapit dengan jari sambil ekornya tetap dipegang kemudian dibalikan
Tikus ditempatkan pada timbangan dalam keadaan hidup
Tengkung tikus dicapit dengan jari sambil ekornya tetap dipegang kemudian dibalikan
Tikus ditempatkan pada tempat yang tidak liciin.
Tikus diambil dari kandang dengan dipegang bagian ekornya
LAPORAN PRAKTIKUM
EVALUASI GIZI
ACARA IV
MANAGEMEN HEWAN PERCOBAAN
Oleh:
Ilmu dan Teknologi Pangan 2013
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
LAPORAN PRAKTIKUM
EVALUASI GIZI
ACARA IV
MANAGEMEN HEWAN PERCOBAAN
KELOMPOK 2
Oleh :
Yunika Purwanti A1M013003
Dina Putri Pratami A1M013004
Siva Febidamara A1M013020
Tety Heryanti A1M013021
Nabila Faradina Iskandar A1M013031
Wienanda Trisnani A1M013037
Qothrotul Himmah R. A1M013047
Fasya Fauziah S A1M013052
Laraswati A1M013056
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I . PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah dan evaluasi kandungan gizi serta pegaruhnya pada tubuh telah berjalan sejak lama. Hal ini di tjukan untuk mengetahui tentang kemampuan suatu produk pangan pada seluruh aspeknya yang berhubungan dengan efek toksiknya maupun efek sampingnya tentunya kita membutuhkan hewan uji atau hewan percobaan. Hewan coba adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologis. Hewan laboratorium tersebut di gunakan sebagai uji praktek untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Beberapa jenis hewan yang sering dipakai dalam penelitian maupun praktek yaitu : Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Marmut (Cavia parcellus), Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus).
Penggunaan hewan coba dimanfaatkan sebagai sample atau permodelan yang membantu dalam pengujian suatu kandungan bahan secara in vivo. Penggunaan hewan coba memiliki keunggulan tersendiri jika dibandingkan dengan pengujian langsung kepada manusia. Meskipun penggunaan eksperimen dilakukan terhadap hewan, cara memperlakukan hewan dan cara pengambilan sampel dalam pengamatan sangat perlu diperhatikan. Penggunaan hewan coba bukan hanya sekedar eksploitasi namun tetap harus memperhatikan hak hewan.
Pada percobaan kali ini digunakan tikus putih sebagai media coba. Tikus putih dipulih karena memiliki tingkat produktifitas yang tingg sehingga mudah dikembang biakan. Selain itu tersedia dan mudah untuk didapatkan sebagai hewan coba. Penggunaan tikus sebagai hewan coba sudah banyak digunakan delam berbagai penelitian. Baik untuk penelitian minuman fungsioal maupun dibidang farmasi dan kedokteran.
Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami manajemen hewan coba
2. Mahasiswa memahami cara pengambilan sampel darah dari hewan coba
II . TINJAUAN PUSTAKA
Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat atau standar dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut (Smith, 1998). Dalam menggunakan hewan percobaan untuk penelitian diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai berbagai aspek tentang sarana biologis, dalam hal penggunaan hewan percobaan laboratorium. Pengelolaan hewan percobaan diawali dengan pengadaan hewan, meliputi pemilihan dan seleksi jenis hewan yang cocok terhadap materi penelitian. Pengelolaan dilanjutkan dengan perawatan dan pemeliharaanhewan selama penelitian berlangsung, pengumpulan data, sampai akhirnya dilakukan terminasi hewan percobaan dalam penelitian (CIOMS, 1985).
Rustiawan (1990), menguraikan beberapa alasan mengapa hewan percobaan tetap diperlukan dalam penelitian khususnya di bidang kesehatan, pangan dan gizi antara lain: (1) keragaman dari subjek penelitian dapat diminimalisasi, (2) variabel penelitian lebih mudah dikontrol, (3) daur hidup relatif pendek sehingga dapat dilakukan penelitian yang bersifat multigenerasi, (4) pemilihan jenis hewan dapat disesuaikan dengan kepekaan hewan terhadap materi penelitian yang dilakukan, (5) biaya relatif murah, (6) dapat dilakukan pada penelitian yang berisiko tinggi, (7) mendapatkan informasi lebih mendalam dari penelitian yang dilakukan karena kita dapat membuat sediaan biologi dari organ hewan yang digunakan, (8) memperoleh data maksimum untuk keperluan penelitian simulasi, dan (9) dapat digunakan untuk uji keamanan, diagnostik dan toksisitas.
Penelitian yang memanfaatkan hewan coba, harus menggunakan hewan percobaan yang sehat dan berkualitas sesuai dengan materi penelitian. Hewan tersebut dikembangbiakkan dan dipelihara secara khusus dalam lingkungan yang diawasi dan dikontrol dengan ketat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan defined laboratory animal sehingga sifat genotipe, fenotipe (efek maternal), dan sifat dramatipe (efek lingkungan terhadap fenotipe) menjadi konstan. Hal itu diperlukan agar penelitian bersifat reproducible, yaitu memberikan hasil yang sama apabila diulangi pada waktu lain bahkan oleh peneliti lain (Nomura, 1982). Penggunaan hewan yang berkualitas dapat mencegah pemborosan waktu, kesempatan, dan biaya (Festing, 2003).
Berbagai hewan kecil memiliki karakteristik tertentu yang relatif serupa dengan manusia, sementara hewan lainnya mempunyai kesamaan dengan aspek fisiologis metabolis manusia. Tikus putih sering digunakan dalam menilai mutu protein, toksisitas, karsinogenik, dan kandungan pestisida dari suatu produk bahan pangan hasil pertanian (Herlinda, 1986).
Saat ini, beberapa strain tikus digunakan dalam penelitian di laboratorium hewan coba di Indonesia, antara lain: Wistar; (asalnya dikembangkan di Institut Wistar), yang turunannya dapat diperoleh di Pusat Teknologi Dasar Kesehatan dan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Litbangkes; dan Sprague-Dawley; (tikus albino yang dihasilkan di tanah pertanian Sprague-Dawley), yang dapat diperoleh di laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan dan Pusat Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes (Marice, 2010).
III . METODE
Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum tanggal 24 Desember 2015 di laboratorium Teknologi Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan dalam penggunaan hewan coba adalah tikus, aquades, kandang tikus, sarung tangan, masker, jarum suntik, pipet darah, kloroform, kapas, gunting, pinset berkait, sonde oral, dan gelas beker.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengenalan cara menghandle tikus
Pengenalan cara penimbangan berat badan tikus
Pengenalan cara menyonde
Pengenalan cara pengambilan darah melalui ekor dan mata, dan jantung
Cara pengambilan darah melalui ekor
Cara pengambilan darah melalui mata
Pengambilan darah melalui jantung
Pengenalan cara Anestesi tikus
Pembahasan (bahas sesuai yang dilakukan bagaimana keadaan tikus saat dilakuakan 7 perlakuan diatas. BANDINGKAN DENGAN LITERATUR )
Teknik menyonde:
Tikus dipegang bagian tengkuk dan leher kemudian dijepit dengan jari telunjuk dan jari tengah, kemudian dimasukan alat menyonde kebagian lambung. Setelah itu dimasukan bahan bahan kedalam tubuh tikus, selain itu dapat juga dimasukan dengan cara menyuntikan ada bagian kerongkongan tikus.
Menurut (Permatasari 2012) teknik menyonde dibagi menjadi:
a). Perlakuan Oral
Spuit diisi dengan bahan perlakuan kemudian tikus dipegang pada bagian tengkuk dan ekor dijepit dengan jari manis dan jari kelingking. Ujung kanul dimasukkan sampai rongga tekak dan Bahan perlakuan disuntikkan perlahan atau bahan perlakuan dapat juga disemprotkan antara gigi dan pipi bagian dalam, biarkan mencit dan tikus menelan sendiri.
b). Prosedur Penyuntikan :
a. Sub-Cutaneus (S.C)
Mencit dan tikus dipegang dan dikondisikan senyaman mungkin. Terlebih dahulu kulit tikus dicubit cubit untuk menanggulangi stres. Spuit diisi dengan bahan perlakuan. Pada kulit target disemprot dengan Alkohol 70%. Kemudian pada bagian punggung sedikit dicubit. Bahan perlakuan disuntikkan perlahan pada kulit longgar diantara kulit dan musculus bagian punggung.
b. Intra-Muscular (I.M)
Mencit dan tikus dipegang dan dikondisikan senyaman mungkin. Spuit diisi dengan bahan perlakuan. Sebelumnya semprot bagian yang akan disuntik dengan Alkohol 70%. Tusukkan jarum tegak lurus pada tengah–tengah paha. Bahan perlakuan disuntikkan perlahan.
c. Intra-Peritonial (I.P)
Disamping garis tengah diantara dua puting susu paling belakang atau di umbilikalis kanan/kiri Mencit dan tikus dipegang dan dicubit-cubit untuk menanggulangi stres. Spuit diisi dengan bahan perlakuan. Sebelumnya disemprot bagian yang akan disuntik dengan Alkohol 70%. Tusukkan jarum tegak lurus pada umbilikalis kanan/kiri sampai masuk rongga peritonial Bahan perlakuan disuntikkan perlahan.
Menimbang berat badan hewan
- Disiapkan timbangan analitik (posisi ON)
- Dimasukkan hewan uji kedalam pinggan timbangan (berbentuk baskom)
- Kemudian diletakkan hewan uji kedalam pinggan
- Dicatat hasil pengamatan pada layar timbangan
(Oemijati, 2010)
Oemijati, Setiabudy R Budijanto A. Pedoman etik penelitian kedokteran indonesia. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
di dalam rongga perut yaitu hati, lambung, ginjal, pankreas, usus besar, usus halus, serta rectum.
Pada umumnya pengambilan darah dilakukan sekitar 10% dari total volume darah dalam tubuh dan dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau sekitar 1% dengan interval 24 jam. Total darah yang diambil sekitar 7,5% dari bobot badan. Diperkirakan pemberian darah tambahan (exsanguination) sekitar setengah dari total volume darah. Contohnya: Bobot 300g, total volume darah 22,5 ml, maksimum pengambilan darah 2,25 ml, maka pemberian exsanguination 11,25 ml.
Pengambilan darah harus menggunakan alat seaseptik mungkin. Untuk meningkatkan vasodilatasi, perlu diberi kehangatan pada hewan tersebut, misalnya taruh dalam ruangan dengan suhu 40oC selama 10-15 menit, dengan mememasang lampu pemanas dalam ruangan tersebut.
Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu:
Melalui vena di ekor
Pengambilan darah melalui pembuluh darah yang terdapat di ekor memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Metode ini sulit dilakukan karena pembuluh darah yag terdapat pada ekor memiliki ukuran yang sangat kecil. Ukuran pembuluh darah ekor ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan jarum yang digunakan untuk pengambilan darah, sehingga sulit dilakukan.
sinus orbitalis mata
Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan pipet darah. Pipet darah dimasukkan ke jaringan di bawah mata. Pengambilan darah dilakukan di atas tempat yang mudah dibersihkan karena akan banyak darah yang keluar dan melebihi kapasitas pipet darah. Pengambilan darah melalui mata dapat dilakukan secara berulang kali selama tikus masih dalam kondisi yang baik.
langsung dari jantung
Pengambilan darah melalui jantung dilakukan untuk volume darah yang banyak. Pada metode ini tikus harus dibunuh terlebih dahulu dengan cara anestesi. Setelah tikus dibunuh selanjutnya dilakukan pembedahan dengan membuka bagian dalam tikus dengan cara menggunting kulit bagian perut tikus. Jika organ jantung sudah ditemukan, dilakukan pengambilan darah dengan menusukan jarum suntik ke bagian jantung.
Pengenalan cara Anestesi tikus
Anestesi atau pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi untuk sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat dilakukan. Padda praktikum ini anestesi dilakukan dengan menggunakan kloroform. Tahapan yang dilakukan pada anestesi adalah dengan menyiapkan gelas beker berisi kapas, lalu ditambahkan kloroform pada kapas didalam gelas beker dengan dosis secukupnya. Selanjutnya tikus dimasukkan kedalam gelas beker yang berisi kloroform dan ditutup rapat agar tikus benar-benar menghirup kloroform. Tikus yang menghirup kloroform kesadarannya terus menurun, semakin lama tikus akan semakin lemas. Tikus akan kehilangan kesadaran setelah 3 menit menghirup kloroform. Selain menggunakan kloroform, anestesi juga dapat dilakukan dengan menggunaka eter. Namun, penggunaan klorofrom lebih kuat dampaknya untuk anestesi tikus, meskipun dengan konsentrasi ynag sama.
Pengenalan cara pembedahan tikus
Cara pembedahan tikus pada praktikum kali ini telah sesui dengan literature (wati,2009) Teknik anastesi yang digunakan adalah teknik anestesi dengan menggunakan ether, awalnya mencit yang dikorbankan dimasukan ke dalam stoples kemudian ditutup rapat, selanjutnya 10-20 ml ether dituang kedalam kapas dan dimasukkan stoples yang telah dihuni mencit tersebut (hewan yang akan dikorbankan).
Dua sampai 5 menit kemudian dilakukan pengamatan terhadap napas dan denyut jantung, apabila mencit sudah tidak bernapas, tutup toples dibuka, sebelum dilakukan pembedahan tikus
1. dibunuh dengan dislokasi pada tulang leher untuk memastikan hewan telah benar-benar mati.
2.Posisikan tikus pada papan bedah menggunakan pins
3. Bedah mulai dari bagian perut ataupun uterus menggunakan gunting bengkok.
Pengenalan Organ tikus
Berdasarkan pengamatan didapatkan data-data sebagai berikut, posisi ginjal kanan lebih tinggi dari ginjal kiri ini, menurut Pack (2003) hal ini diakibatkan karena ginjal kiri terdesak oleh lambung yang berada diatasnya. Organ selanjutnya yaitu hati. Selai hati juga ditemukan 2 lobus paru-paru yang dilindungi oleh diafragma, paru-paru tikus berada dalam rongga torak, serta menutupi jantung/ Organ selanjutnya yang ditemukan yaitu jantung yang berada didalam rongga dada(torak) serta usus halus usus halus dari tikus percobaan pun memiliki 3 bagian yang memilki susunan seperti susunan usus halus pada manusia yaitu duodenum atau usus dua belas jari (Pagarra, 2009), duodenum ini terletak dibawah lambung atau juga merupakan organ yang menyambungkan lambung dengan usus kosong (jejunum), bagian usus halus yang ke dua yaitu jejunum, jejunum ini merupakan bagian kelanjutan dari duodenum (usus 12 jari), bagian yang usus halus yang ketiga yaitu ileum, ileum ini merupakan kelanjutan dari duodenum hingga menyatu dengan usus besar, organ selanjutnya yang ditemukan yaitu usus besar, usus besar pada tikus percobaan memilki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan usus halus serta tidak memiliki lipatan-lipatan, sama halnya seperti usus besar pada manusia (Pearce, 2009). Hasil pengamatan dari pembedahan tikus pada percobaan kali ini pun hanya didapatkan organ-organ yang berada di rongga dada yaitu jantung dan paru-paru, serta organ yang berada
PENUTUP
Simpulan
Evaluasi suatu produk pangan dapat dilakukan pada hewan coba. Salah satunya adalah tikus.
Tikus putih memiliki susunan morflogi yang menyerupai manusia dam mudah dikembang biakan sehingga dapat digunakan sebagai hewan coba.
Penelitian terhadap pengaruh suatu produk pangan terhadap tikus coba dapat dilakukan dengan pemberian pangan secara langsung. Salah satunya dengan metode sonde oral.
Evaluasi pada tikus dapat dilakukan dengan pengambilan sampel darah, organ, dan jaringan.
Saran
Penggunaan tikus sebagai hewan coba perlu sangat diperhatikan tingkat pemeliharaan, perlakuan, dan penangaan saat praktikum. Sehingga tikus masih tetap hidup untuk beberapa kali pengambilan sampel darah. Pada proses pembedahan sebaiknya organ tetap utuh.
DAFTAR PUSTAKA
Council for International Organization of Medical Sciences (CIOMS). 1985. International guiding principles for biomedical research involving animals council for International Organization of Medical Sciences (CIOMS).
Festing, M. F. W. 2003. Principles: the need for better experimental design. Trends Pharmacol Sci. 24 : 341-5.
Herlinda, Y. 1986. Hewan percobaan tikus albino strain wistar di unit penelitian gizi Diponegoro. Majalah Kedokteran Indonesia. 36 (11).
Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman nasional etik penelitian kesehatan suplemen II etik penggunaan hewan percobaan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Malole, M.M.B, Pramono. 2009.Penggunaan Hewan-hewan Percobaan Laboratorium. Bogor : IPB. Ditjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Marice S, Raflizar. Status gizi dan fungsi hati mencit galur CBS (Swiss) dan tikus putih galur wistar di laboratorium hewan percobaan puslitbang biomedis dan farmasi. Media Litbang Kesehatan. 20 (1).
Nomura, T., Tajima Y. 1982. Defined laboratory animals, advances in pharmacology and therapeutics II. Oxford Pergamon Press.
Pack, Phillip E. 2003. Anatomi Dan Fisiologi. Bandung: Pakar Raya.
Pagarra, Halifah. 2009. Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Rustiawan, A dan Vanda J. 1990. Pengujian mutu pangan secara biologis. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor : Bogor
Smith J. B., Mangkoewidjojo S. 1998. Pemeliharaan, pembiakan, dan penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.
Wati, DK. 2009.Sistem Organ Tikus Rattus Norvegicus Dan Pengamatan SelSecara Mikroskopis .Stikes Patria Husada, Blitar
Permatasari, N. 2012. Intruksi Kerja Pengambilan Darah, Perlakuan dan Injeksi Pada Hewan Coba. Laboratorium Biosains. Universitas Brawijaya
LAMPIRAN
No
Perakuan
gambar
1.
Penanganan tikus
2.
penimbangan berat badan tikus
3.
Menyonde
4.
Pengambilan darah melalui ekor
5.
Pengambilan darah melalui mata
6.
Pengambilan darah melalui jantung
7.
Anestesi tikus
8.
Pembedahan tikus
9.
Pengenalan organ organ tikus
tikus yang sudah kehilangan kesadaran dapat dilanjutkan untuk proses selanjutnya
tunggu selama 3 menit sampai tikus kehilangan kesadaran
tutup gelas beker dengan menggunakan bahan karet agar tikus benr-benar menghirup kloroform
tikus yang akan dianestesi dimasukkan ke dalam gelas beker
ditambahkan kloroform pada kapas di dalam gelas beker
disipkan gelas beker berisi kapas
Setelah bagaian kulit perut terbuka diamati bagian dalam organ tikus
Setelah itu, bagian yang tergunting di bagia menjadi dua bagian (dibelah tengah)
Pembedahan dimulai dari gunting bagian bawang ujung perut tikus sampai bagian atas perut tikus
Dilakukan pembedahan
Setelah tikus mati, kemudian dikeluarkan
Tunggu sampai beberapa menit sampai tikus mati secara perlahan-lahan
Tikus dibius menggunakan kloroform dengan cara kapas yang telah di beri kloroform dimasukan ke adalam toples kaca, setelah itu tikus dimasukan ke dalam toples dan ditutup menggunakan penutup karet
pengambilan darah dilakukan secara langsung dengan memasukkan jarum suntik ke bagian dalam jantung tikus
kulit perut dibuka sampai bisa terlihat organ jantung tikus
gunting bagin bawah perut tikus secara horizontal lalu gunting secara vertikal ke bagian atas perut tikus, pengguntingan dimulai dari bagian tengah guntingan pertama
pegang dan tarik bagian kulit perut tikus dengan menggunakan pingset
tikus yang sudah dibius atau anestesi di kelurkan dari gelas beker dan ditaruh di nampan pembedahan
disipkan alat bedah untuk membedah tubuh tikus
setelah mendapatkan darah yang dibutuhkan, tutup mata tikus dengan kapas yang telah diberi aquades
kepala tikus dimiringkan agar darah dapat keluar
setelah pipet berada di belakang bola mata lalu ditekan
masukkan pipet kaca kedalam mata melalui belakang bola mata
kepala dan ekor tikus dipegang
siapkan pipet kaca untuk pengambilan darah
sonde oral dimasukan perlaha-lahan melalui mulut dan esofagus sampai menuju lambung kemudian disuntikan aquadesnya
Tikus yang sudah ditimbang diangkat dan diberikan aloksan atau aquades sebanyak 1 ml dengan sonde oral
Suntikan sonde disiapkan dan diambil 1ml aquades yang siap diberikan kepada tikus
Tikus ditempatkan pada empat yang tidak liciin. tengkung tikus dicapit dengan jari sambil dibalikan kemudian ditempatkan pada timbngan
Tikus diambil dari kandang dengan dipegang bagian ekornya
Kemudian arahkan jarum suntik ke vena lalu diambil darahnya
Tetesi aquades pada kapas lalu olesi kapas ke bagian ekor yaitu vena
siapkan suntikan untuk pengmbilan darah