LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR BETON I
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
GENAP 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunianya-lah sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Uji Kuat Tekan Beton di Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Warmadewa dengan baik.
Adapun tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui kuat tekan beton yang sudah direncanakan, sehingga pada nantinya
ilmu yang didapat pada praktikum ini dapat berguna kedepannya. Pada
kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan asisten Laboratorium Teknik Sipil Universitas Warmadewa yang telah
membantu, membimbing dan mengarahkan kami serta bersikap bijaksana dalam
pelaksanaan praktikum sampai penyelesaian laporan ini.
Akhir kata kami harapkan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan kepada pembaca. Adapun laporan ini masih memiliki
kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan laporan ini.
Denpasar, Juli 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Praktikum 2
1.3 Manfaat Praktikum 2
1.4 Lingkup Praktikum 2
1.5 Tempat Dan Waktu Praktikum 3
BAB II TAHAPAN PRAKTIKUM 4
2.1 Pengujian Agregat Halus 4
2.1.1 Alat Dan Bahan 4
2.1.2 Langkah Kerja 4
2.2 Pengujian Agregat Kasar 5
2.2.1 Alat Dan Bahan 5
2.2.2 Langkah kerja 5
2.3 Rancangan Campuran Beton 6
2.4 Pembuatan Benda Uji 7
2.5 Pengujian Slump 12
2.6 Perawatan Beton 13
2.7 Pengujian Kuat Tekan Beton 13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 14
3.1 Pemeriksaan Kadar Air 14
3.1.1 Agregat Halus (Pasir Karangasem) 14
3.1.2 Agregat Kasar (Batu Pecah) 15
3.2 Pemeriksaan Kadar Lumpur 16
3.2.1 Agregat Halus (pasir karangasem) 16
3.2.2 Agregat Kasar (Batu Pecah) 17
3.3 Pemeriksaan Gradasi 19
3.4 Rancangan Campuran Beton 21
3.4.1 Rencana Campuran Beton 21
3.5 Pengujian Slump 22
3.6 Pengujian Kuat Tekan Beton 22
3.7 Penyebab Kegagalan Kuat Tekan Beton 23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 24
4.1 Kesimpulan 24
4.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Menimbang agregat halus 8
Gambar 2.2 Mencampur material beton dengan bantuan alat Concrete Mixer
9
Gambar 2.3 Menuangkan adonan beton yang sudah tercampur 9
Gambar 2.4 Adonan beton yang dirojok saat uji slump 10
Gambar 2.5 Uji Slump 10
Gambar 2.6 Pencetakan beton menggunakan cetakan silinder 11
Gambar 2.7 Kerikil tersebar merata dalam cetakan 11
Gambar 2.8 Hasil Pengukuran Uji Slump 13
Gambar 3.1 Daerah Gradasi Agregat Halus 20
Gambar 3.2 Daerah Gradasi Agregat Halus 21
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tempat Dan Waktu Praktikum 3
Tabel 3.1 Pemeriksaan Kadar Air Pada Agregat Halus 14
Tabel 3.2 Pemeriksaan Kadar Air Pada Agregat Kasar 15
Tabel 3.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur Pada Agregat Halus 17
Tabel 3.4 Pemeriksaan Kadar Lumpur Pada Agregat Kasar 18
Tabel 3.5 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus 19
Tabel 3.6 Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar 20
Tabel 3.7 Rencana Campuran Beton 22
Tabel 3.8 Nilai perbandingan kuat tekan beton normal 23
Tabel 3.9 Hasil uji kuat tekan beton pada masing-masing benda uji 23
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil,
dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil, struktur beton
digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat atau pelat cangkang.
Dalam teknik sipil hidro, beton digunakan untuk bagunan air seperti
bendung, bendungan, saluran dan drainase perkotaan. Beton juga digunakan
dalam teknik sipil transportasi untuk pekerjaan rigid pavement (lapis keras
permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya. Jadi
beton hampir digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil. Artinya semua
struktur dalam teknik sipil akan menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan
pondasi (Mulyono, 2003).
Karena beton sering digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik
sipil, maka mutu beton yang akan digunakan perlu diperhatikan. Mutu beton
ini sangat mempengaruhi nilai kuat beton itu sendiri. Mutu beton
dipengaruhi oleh parameter-parameter seperti kualitas semen, kebersihan
agregat, takaran dari bahan-bahan pembentuk beton, dll.
Masalah yang sering dihadapi dalam pembuatan beton adalah bagaimana
cara merencanakan takaran dari bahan-bahan pembentuk beton (job mix design)
agar mendapatkan nilai kuat tekan beton yang diinginkan. Maka dari itu
perlu dilakuan percobaan-percabaan agar mendapatkan takaran yang tepat agar
beton yang dibuat mencapai nilai kuat tekan sesuai dengan yang diinginkan.
2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan job mix design beton yang dibuat agar
mendapatkan nilai kuat tekan yang sudah direncanakan.
2. Untuk mengetahui nilai kuat tekan beton yang telah dibuat.
3 Manfaat Praktikum
Dari melakukan praktikum ini, manfaat yang di dapat adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat yang digunakan dalam
pengujian kuat tekan beton.
2. Mahasiswa dapat membuat job mix design beton agar mendapatkan
nilai kuat tekan yang sudah direncanakan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui nilai kuat tekan beton yang telah
dibuat.
4 Lingkup Praktikum
Pada praktikum pengujian kuat tekan beton ini, lingkup dalam
melaksanakan praktikum adalah sebagi berikut:
1. Pengujian yang dilakukan untuk agregat adalah pengujian kadar
air dan pengujian kadar lumpur.
2. Pengujian slump menggunakan Krucut Abrams dengan diameter atas
10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm.
3. Benda uji berbentuk silinder dengan ukuran 150 mm × 300 mm.
4. Pengujian kuat tekan beton dilakukan setelah umur 14 hari.
5 Tempat Dan Waktu Praktikum
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Warmadewa. Untuk waktu pelaksanaan praktikum di bagi menjadi tiga tahap,
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1.1 Tempat Dan Waktu Praktikum
"No "Tempat Praktikum "Tanggal "Waktu "Keterangan "
" " "Praktikum "Praktikum " "
"1. "Laboratorium "14-15 Juni "13.00 "Pengujian "
" "Teknik Sipil "2017 "WITA-selesai"Material "
" "Universitas " " " "
" "Warmadewa " " " "
"2. "Laboratorium "22 Juni 2017"13.00 "Pencampuran "
" "Teknik Sipil " "WITA-selesai"Material "
" "Universitas " " " "
" "Warmadewa " " " "
"3. "Laboratorium "04 Juli 2017"13.00 "Pengujian Kuat "
" "Teknik Sipil " "WITA-selesai"Tekan Beton "
" "Universitas " " " "
" "Warmadewa " " " "
BAB II
TAHAPAN PRAKTIKUM
Pengujian Agregat Halus
Dalam praktikum ini agregat halus yang digunakan adalah pasir yang
berasal dari Karangasem. Adapun alat dan bahan serta langkah kerja dalam
pengujian agregat halus adalah sebagai berikut.
1.
2.
1.
1 Alat Dan Bahan
Berikut alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian agregat halus:
1. Pasir Karangasem.
2. Timbangan.
3. Cawan.
4. Cetok.
5. Oven.
6. Mesin Pengayakan.
7. Gelas ukur.
1.
2.
1.
1.
2 Langkah Kerja
Berikut adalah langkah kerja dalam pengujian agregat halus:
1. Siapkan pasir yang akan digunakan.
2. Timbang berat cawan kosong.
3. Timbang berat pasir yang dimasukan ke dalam cawan untuk mencari
berat kadar air awal pasir tersebut.
4. Setelah ditimbang masukan pasir dan cawanya ke dalam oven selama
1 hari.
5. Setelah di oven, timbang kembali pasir untuk mengetahui berat
kadar air setelah di oven.
6. Setelah melakukan penimbangan kembali, dilanjutkan dengan
pengayakan agregat untuk mengetahui besaran butiran agregat
tersebut.
7. Hasil ayakan pasir yang tertinggal di pan dimasukan ke dalam
gelas ukur dan diamkan selama 2 jam.
Pengujian Agregat Kasar
Pada umumnya agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton adalah
krikil. Dalam praktikum ini agregat kasar yang digunakan adalah krikil yang
berasal dari Karangasem. Adapun alat dan bahan serta langkah kerja dalam
pengujian agregat kasar adalah sebagai berikut.
2.
3.
1 Alat Dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian agregat
kasar:
1. Krikil Karangasem
2. Timbangan.
3. Cawan.
4. Cetok.
5. Oven.
6. Mesin Pengayakan.
7. Gelas ukur.
2 Langkah kerja
Berikut adalah langkah kerja yang digunakan dalam pengujian agregat
kasar:
1. Siapkan kerikil.
3. Timbang berat cawan kosong.
4. Timbang berat kerikil yang dimasukan ke dalam cawan.
5. Setelah ditimbang masukan kerikil dan cawanya ke dalam oven
selama 1 hari.
6. Setelah di oven, cuci kerikil sampai bersih, untuk menghilangkan
kotoran yang menempel di kerikil.
7. Setelah dicuci masukan kembali ke dalam oven selama 1 hari.
8. Setelah di oven dilanjutkan dengan pengayakan agregat.
9. Agregat yang berhasil lolos pada saringan no. 16 ditimbang
kembali.
Rancangan Campuran Beton
Campuran beton merupakan perpaduan dari komposit material penyusunnya.
Karakteristik dan sifat bahan akan mempengaruhi hasil rancangan.
Perancangan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau
proporsi bahan-bahan penyusun beton. Proporsi campuran dari bahan-bahan
penyusun beton ini ditentukan melalui sebuah perancangan beton (mix
design). Hal ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat
teknis serta ekonomis (Mulyono, 2003). Adapun rancangan campuran beton
dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
A. Perencanaan campuran beton untuk f'c 25 MPa pada umur 28 hari
dengan data:
1. f'cr : 26.64 MPa
2. Agregat Halus : Pasir Karangasem
3. Agregat Kasar : Krikil Karangasem
4. Diameter agregat maksimum : 20 mm
5. Mutu semen yang digunakan : Semen Portland Tipe I (PCI)
B. Perhitungan Bahan-bahan yang diperlukan untuk 1m3 campuran
beton.
1. Faktor air semen : 0.55
Berdasarkan tabel 2.3 perkiraan kebutuhan air per-m3 beton
sesuai dengan ukuran maksimum agregat (20 mm) dengan jenis
batuan batu pecah (alami) dan dipakai nilai slump 30-60 mm
diambil:
Kadar air bebas : 210 kg/m3
Sehingga kadar air semen : 382 kg/m3
2. Berdasarkan gambar 8.5.2 (Buku TEKNOLOGI BETON, Tri
Muliyono) persentase pasir terhadap kadar agregat yang
dianjurkan untuk ukuran butir maksimum 20 mm, dengan nilai
slump 30-60 mm sehingga didapat presentase 42%.
3. Presentase jumlah agregat kasar = 100% - presentase jumlah
agregat halus = 58%.
Pembuatan Benda Uji
Berikut adalah alat dan bahan serta langkah kerja dalam pembuatan
benda uji.
A. Alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam pembutan benda uji adalah sebagai
berikut:
1. Cetakan berbentuk silinder dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm.
2. Batang besi.
3. Cetok.
4. Concrete Mixer.
5. Ember.
6. Kerucut Abrams.
7. Meteran.
8. Kuas.
B. Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembutan benda uji adalah
sebagai berikut:
1. Semen Gresik tipe I (PCI).
2. Pasir.
3. Kerikil ukuran 20 mm.
4. Air.
5. Solar.
C. Langkah Kerja
Berikut adalah langkah kerja dalam pembuatan benda uji:
1. Bahan disiapkan kemudian ditimbang (pasir, kerikil, air dan
semen) sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan untuk 3
benda uji,
Gambar 2.1 Menimbang agregat halus
2. Cetakan disiapkan kemudian diolesi solar agar beton tidak
melekat pada cetakan nantinya.
3. Kemudian seluruh bahan dicampur sampai menjadi adonan atau
adukan yang plastis menggunakan Concrete Mixer.
Gambar 2.2 Mencampur material beton dengan bantuan alat Concrete Mixer
4. Setelah adonan cukup plastis lalu dimasukan kedalam kerucut
abrams dan ukur nilai slumpnya.
Gambar 2.3 Menuangkan adonan beton yang sudah tercampur
Gambar 2.4 Adonan beton yang dirojok saat uji slump
Gambar 2.5 Uji Slump
5. Setelah didapat nilai slump yang diinginkan maka campuran
beton dituangkan kedalam cetakan silinder dan diisikan
dalam 3 lapis, masing-masing diatur supaya sama tebalnya
(1/3 tinggi silinder).
Gambar 2.6 Pencetakan beton menggunakan cetakan silinder
6. Setiap lapis di rojok agar merata di dalam silinder.
Gambar 2.7 Kerikil tersebar merata dalam cetakan
7. Permukaan atas diratakan menggunakan batang besi.
8. Setelah itu dibiarkan selama 2 hari, maka cetakan dibuka.
Pengujian Slump
Berdasarkan PBI 1971 NI 2 pengujian slump ini dilakukan dengan alat
sebagai berikut:
A. Kerucut Abrams:
1. Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah terbuka,
2. Diameter atas 10 cm,
3. Diameter bawah 20 cm,
4. Tinggi 30 cm.
B. Batang besi:
1. Diameter 16 mm,
2. Panjang 60 cm,
3. Ujung dibulatkan.
C. Alas: rata, tidak menyerap air.
D. Langkah pengujian:
1. Kerucut Abrams diletakkan di atas bidang alas yang rata dan
tidak menyerap air.
2. Kerucut diisi adukan beton sambil ditekan supaya tidak
bergeser.
3. Adukan beton diisikan dalam 3 lapis, masing-masing diatur
supaya sama tebalnya (1/3 tinggi kerucut Abrams),
4. Setiap lapis ditusuk-tusuk dengan batang penusuk
sebanyak 36 kali.
5. Setelah selesai, bidang atas diratakan.
6. Dibiarkan ½ menit (sambil membersihkan sisa jatuhan
beton di samping kerucut Abrams).
7. Kerucut ditarik vertikal ke atas dengan hati-hati, tidak
boleh diputar atau ada gerakan menggeser selama menarik
kerucut,
8. Diukur penurunan puncak beton segar yang diuji slump-nya.
Gambar 2.8 Hasil Pengukuran Uji Slump
Perawatan Beton
Perawatan benda uji dilakukan selama 14 hari dengan cara direndam di
dalam ember yang berisi air.
Pengujian Kuat Tekan Beton
Setelah waktu perawatan beton berakhir selama 14 hari, dilakukan
pengujian kuat tekan beton menggunakan alat uji kuat tekan beton berbentuk
silinder dengan diameter 15 cm, dan tinggi 30 cm.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Pemeriksaan Kadar Air
Kadar air pada agregat sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang
terkandung dalam agregat. Semakin besar selisih antara berat agregat semula
dengan berat agregat setelah kering oven maka semakin banyak pula air yang
dikandung oleh agregat tersebut dan sebaliknya. Karena besar kecilnya kadar
air berbanding lurus dengan jumlah air yang terkandung dalam agregat maka
semakin besar jumlah air yang terkandung dalam agregat maka semakin besar
pula kadar air agregat itu dan sebaliknya. Akan tetapi bila berat kering
oven besar maka kadar air akan semakin kecil dan sebaliknya (Sebastyan,
2012).
1 Agregat Halus (Pasir Karangasem)
Adapun hasil pemeriksaan kadar air pada agregat halus dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Pemeriksaan Kadar Air Pada Agregat Halus
"No "Uraian "No Keranjang "
" " "A "B "
" " "(gr) "(gr) "
"1 "Berat pasir semula + "6760 "3542 "
" "cawan " " "
"2 "Berat pasir oven + "6520 "3509 "
" "cawan " " "
"3 "Presentase (%) "3.68 "0.94 "
"Presentase rata – rata (%) "2.31 "
Kadar air agregat halus sebesar 2.31%, dan nilai ini tidak memenuhi
standar spesifikasi kadar air yaitu 0-1% (ASTM C-556), Dengan demikian
perhitungan campuran adukan beton perlu menambah ataupun mengurangi jumtah
air ke dalam campuran. Kadar air pada agregat perlu diketahui untuk
menghitung jumlah air yang perlu dalam campuran adukan beton sesuai nilai
fas. Selain itu kadar air mempengaruhi pengembangan volume agregat halus.
Agregat halus berbutir halus mengalami pengembangan volume yang lebih besar
daripada agregat halus berbutir kasar (Sitompul, 2012).
2 Agregat Kasar (Batu Pecah)
Berikut merupakan hasil pemeriksaan kadar air pada agregat kasar yang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Pemeriksaan Kadar Air Pada Agregat Kasar
"No "Uraian "No Keranjang "
" " "A "B "
" " "(gr) "(gr) "
"1 "Berat batu pecah "5350 "3681 "
" "semula + cawan " " "
"2 "Berat batu pecah oven"5073 "3559 "
" "+ cawan " " "
"3 "Presentase (%) "5.18 "3.31 "
"Presentase rata – rata (%) "4.24 "
Kadar air agregat kasar sebesar 4.24%, dan nilai ini tidak memenuhi
standar spesifikasi kadar air yaitu 0-3% (ASTM C-566). Hal ini mungkin
disebabkan material yang diperiksa telah kering terkena sinar matahari
langsung sebelum dilakukan penelitian. Kadar air pada agregat perlu
diketahui untuk menghitung jumlah air yang perlu dalam campuran adukan
beton sesuai nilai fas. Dengan demikian perhitungan campuran adukan beton
perlu menambah jumlah air ke dalam campuran (Sitompul, 2012).
2 Pemeriksaan Kadar Lumpur
Lumpur adalah gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan agregat
dan lolos ayakan No. 200. Kandungan kadar lumpur pada permukaan butiran
agregat akan mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat
sehingga akan mengurangi kekuatan dan ketahanan beton. Lumpur dan debu
halus hasil pemecahan batu adalah partikel berukuranantara 0.002 mm s/d
0.006 mm (2 s/d 6 mikron). Adanya lumpur dan tanahliat menyebabkan
bertambahnya air prngaduk yang diperlukan dalam pembuatan beton, disamping
itu pula akan menyebabkan turunnya kekuatan beton yang bersangkutan serta
menambah penyusutan dan creep. Untuk mendapatkan kuat tekan beton yang
tinggi dapat dilakukan dengan cara meminimalkan kandungan lumpur yang
terkandung dalam agregat halus ataupun kasar (Maulidawati, 2014).
1 Agregat Halus (pasir karangasem)
Adapun hasil pemeriksaan kadar lumpur pada agregat halus dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur Pada Agregat Halus
"No "Uraian "No Keranjang "
" " "A "B "
" " "(gr) "(gr) "
"1 "Tinggi agregat halus"8.6 "7.3 "
" "+ lumpur " " "
"2 "Tinggi agregat halus"8.4 "7.1 "
"3 "Presentase kadar "2.32 "2.74 "
" "lumpur (%) " " "
"Presentase rata – rata (%) "2.53 "
Kadar lumpur agregat halus sebesar 2.53%, dan nilai ini memenuhi
standar spesifikasi kadar lumpur yaitu < 5% (PBI 71 hal 23 point 3). Lumpur
yang menempel pada permukaan agregat dapat menghalangi terjadinya lekatan
yang baik antara agregat dan pasta semen. Nilai kadar lumpur yang kecil
menandakan kandungan lempung atau kotoran pada agregat sedikit. Dengan
demikian agregat ini dapat digunakan sebagai material pembentuk beton.
Nilai kadar lumpur agregat halus pasir alam asal Karangasem. Selain itu
agregat halus tersebut telah terkena hujan sebelum dilakukan pemeriksaan
terhadap kadar lumpur (Sitompul, 2012).
2 Agregat Kasar (Batu Pecah)
Berikut merupakan hasil pemeriksaan kadar lumpur pada agregat kasar
yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Pemeriksaan Kadar Lumpur Pada Agregat Kasar
"No "Uraian "No Keranjang "
" " "A "B "
" " "(gr) "(gr) "
"1 "Berat Batu Pecah Oven "1000 "1000 "
"2 "Berat Batu Pecah "960 "984 "
" "kering oven setelah " " "
" "dicuci " " "
"3 "Presentase (%) "4 "1,6 "
"Presentase Rata – rata (%) "2.8 "
Kadar lumpur agregat kasar sebesar 2.8%, dan nilai ini tidak memenuhi
standar spesifikasi kadar lumpur yaitu maksimum 1% (PBI 71 hal 23 point 3).
Kadar Lumpur pada agregat kasar perlu untuk diketahui, karena kadar lumpur
berbanding terbalik dengan kekuatan beton semen. Semakin tinggi kadar
lumpur maka semakin rendah pula kekuatan pada betonnya. Nilai kadar lumpur
yang kecil menandakan kandungan lempung atau kotoran pada agregat sedikit.
Dengan demikian agregat ini dapat digunakan sebagai material pembentuk
beton. Nilai kadar lumpur agregat halus pasir alam asal Karangasem. Selain
itu agregat halus tersebut telah terkena hujan sebelum dilakukan
pemeriksaan terhadap kadar lumpur (Sitompul, 2012).
3 Pemeriksaan Gradasi
Berikut adalah hasil pemeriksaan gradasi agregat halus dan kasar yang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.5 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus
"Nomor "Bahan Yang Diayak (1000gr) "
"Ayakan " "
"(mm) " "
" "Pasir "Jumlah Pasir"Jumlah Sisa "Jumlah Yang "
" " " "Ayakan Rata "Melalui "
" " " "- rata "Ayakan "
" "(gr) "(%) "(%) "(%) "
"4.75 "0 "0.2 "0.2 "99.8 "
"1.16 "218 "21.6 "21.8 "78.2 "
"0.6 "179 "17.9 "39.7 "60.3 "
"0.3 "157 "15.7 "55.4 "44.6 "
"0.25 "85 "8.5 "63.9 "36.1 "
"0.18 "87 "8.7 "72.6 "27.4 "
"0.075 "188 "18.8 "91.4 "8.6 "
"pan "86 "8.6 "100 "0 "
"jumlah "1000 " "445 " "
"Modulus "4.45 "
"Kehalusan " "
"Zona "II "
Gambar 3.1 Daerah Gradasi Agregat Halus
Tabel 3.6 Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar
"Nomor "Bahan Yang Diayak (1000gr) "
"Ayakan " "
"(mm) " "
" "Krikil"Jumlah "Jumlah Sisa "Jumlah Yang "
" " "krikil "Ayakan Rata "Melalui "
" " " "- rata "Ayakan "
" "(gr) "(%) "(%) "(%) "
"37.5 "0 "0 "0 "100 "
"25.4 "27 "2.7 "2.7 "97.3 "
"19 "173 "17.3 "20 "80 "
"12.5 "462 "46.2 "66.2 "33.8 "
"9.5 "193 "19.3 "85.5 "14.5 "
"4.75 "140 "14 "99.5 "0.5 "
"1.16 "5 "0.5 "100 "0 "
"jumlah "1000 " "373.9 " "
"Modulus "3.739 "
"Kehalusan " "
Gambar 3.2 Daerah Gradasi Agregat Halus
Modulus halus butir (MHB) didefinisikan sebagai jumlah persen
komulatif dari butir agregat yang tertinggal di atas satu set ayakan. Makin
besar nilai MHB makin besar butir agregatnya. Umumnya agregat halus
mempunyai MHB sekitar 1.50-3.8 dan krikil mempunyai nilai MHB 5-8 (Mulyono,
2003).
4 Rancangan Campuran Beton
1 Rencana Campuran Beton
Berikut merupakan hasil perhitungan rencana campuran beton (Job Mix
Design):
Tabel 3.7 Rencana Campuran Beton
"Proporsi "Semen "Air (kg) "Agregat kondisi "
"Campuran "(kg) " "SSD (kg) "
" " " "Halus "Kasar "
"1 m³ "362 "210 "734 "974 "
"1 silinder "2,36 "1,3 "4,4 "6,05 "
"ukuran 150 mm " " " " "
"× 300 mm " " " " "
Pada umumnya untuk kuat tekan beton f'c 25 MPa rancangan komposisi
campuran betonnya adalah 1 : 1.93 : 2.78 (Nuryani, 2005). Dari hasil
praktikum didapat perbandingan takaran bahan penyusun beton mutu f'c 25 MPa
untuk 1 m3 yaitu 362 : 734 : 974 (1 : 2 : 2.7).
5 Pengujian Slump
Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran
beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability-
nya. Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang
digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton
kekurangan, kelebihan, atau cukup air (Fuga, 2012).
Berdasarkan Job Mix Design digunakan nilai Slump antara 30-60 mm. Dari
hasil uji slump didapatkan keruntuhan sebesar 5,5 cm, sehingga memenuhi
syarat.
6 Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian kuat tekan beton dilakukan agar dapat mengetahui kuat tekan
beton yang diuji. Jika umur beton yang dikehendaki saat diuji belum
mencapai 28 hari, maka harus dikonversi juga dengan konstanta sebagai
berikut:
Tabel 3.8 Nilai perbandingan kuat tekan beton normal
Berikut ini merupakan hasil pengujian kuat tekan beton f'c 25 MPa
untuk masing-masing benda uji pada umur 14 dan 28 hari yang dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.9 Hasil uji kuat tekan beton pada masing-masing benda uji
"Benda "Berat "Luas "Kuat "Kuat Tekan"Kuat Tekan"
"Uji "(kg) "(mm2) "Tekan "Umur 14 "Umur 28 "
" " " "(kN) "hari (MPa)"hari (MPa)"
"1 "12 "17662.5 "280 "15.85 "18.02 "
"2 "11.65 "17662.5 "200 "11.32 "12.86 "
"3 "11.82 "17662.5 "220 "12.45 "14.15 "
"Rata-rata "15.00 "
7 Penyebab Kegagalan Kuat Tekan Beton
Banyak hal yang biasanya menjadi penyebab gagalanya kuat tekan benda
uji dengan kuat tekan yang sudah direncankan. Berikut faktor-faktor
penyebab gagalnya kuat tekan yang telah direncanakan menurut SNI 03-6815-
2002:
A. Variasi yang disebabkan oleh teknik pembuatan. Pengangkatan dan
pemeliharaan silinder yang baru dibuat, kualitas mold yang jelek.
B. Ukuran butir agregat, penyerapan, bentuk partikel.
C. Prosedur pengujian yang kurang baik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan diatas maka kesimpulan yang kami dapat adalah:
1. Setelah melakukan praktikum uji kuat tekan beton di laboratorium
Teknik Sipil Universitas Warmadewa dan semua data telah
dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa didapat perbandingan
takaran bahan penyusun beton mutu f'c 25 MPa untuk 1 m3 yaitu
362 : 734 : 974 (1 : 2 : 3). Tetapi hasil pengujian tidak sesuai
dengan kuat tekan yang direncanakan.
2. Dari hasil praktikum yang kami lakukan, maka didapat hasil
pengujian kuat tekan beton rata-rata pada umur 28 hari adalah 15
MPa
2 Saran
Banyak hal yang biasanya menjadi penyebab gagalanya kuat tekan benda
uji dengan kuat tekan yang sudah direncankan. Maka dari itu saat
melaksanakan praktikum harus memperhatikan prosedur yang benar agar hasil
dari praktikum sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Indonesia. (2002). SNI 03-6815-2002 Tata Cara
Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton. Jakarta: Badan Standarisasi
Indonesia.
Fuga. (2012, Juni 15). Concrete Slump Test - Uji Slump Beton. Retrieved
from Kuliah Insinyur:
http://kuliahinsinyur.blogspot.co.id/2012/06/concrete-slump-test-uji-
slump-beton.html#.WWc-R4iGPIU
Maulidawati, G. (2014, 11). Pengujian Bahan Agregat. Retrieved Juli 13,
2017, from GM PROJECT:
http://ginamlda.blogspot.co.id/2014/11/pengujian-kadar-lumpur-
agregat.html
Mulyono, T. (2003). TEKNOLOGI BETON. Yogyakarta: ANDI.
Nuryani. (2005). Pengaruh Rasio Tulangan Pada Berbagai Mutu Beton Terhadap
Penguatan Tarik Baja Tulangan Beton Bertulang (Tension Stiffening
Effect). Mutu Beton Terhadap Penguatan Tarik Baja Tulangan Beton
Bertulang (Tension Stiffening Effect), 19. Retrieved Juli 18, 2017,
from http://eprints.undip.ac.id/12068/1/2005MTS4721.pdf
Sebastyan, R. S. (2012, Juli 16). Pengujian Kadar Air Agregat. Retrieved
from Teknik Sipil WA Civil Engeneering:
https://rahmadsigit.wordpress.com/2012/07/16/pengujian-kadar-air-
agregat/
Sitompul, R. (2012). Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Beton. Repository
University of Riau, 20. Retrieved Juli 13, 2017, from
https://www.google.co.id/search?q=repository+beton+universitas+riau&oq=
repository+beton+universitas+riau&aqs=chrome..69i57.35944j0j7&sourceid=
chrome&ie=UTF-8
LAMPIRAN
Gambar Pencampuran material menggunakan Concrete Mixer
Gambar Merojok adonan beton ke dalam kerucut Abrams
Gambar Tes Slump
Gambar Mencetak adonan beton dengan bentuk silinder
Gambar Merojok adonan dalam cetakan silinder
Gambar Penimbangan beton
Gambar Hasil uji tekan beton
Gambar Beton yang sudah di uji