LAPORAN PRAKITKUM AKTIVITAS BAKTERI E. COLI DAN B. SUBTILIS
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti halnya makhluk hidup yang lain, mikroba juga melakukan berbagai macam
aktivitas.
Aktivitas
mikroba
antara
lain
melangsungkan
proses
metabolisme, pembelahan sel atau reproduksi dan berbagai aktivitas lai nnya. Salah satu aktivitas mikroba yang dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah kemampuan mikroba untuk melakukan proses fermentasi untuk menghasilkan suatu produk yang disebut proses metabolisme. Proses metabolisme ini berlangsung akibat aktivitas biokimia mikroorganisme yang memanfaatkan nutrisi yang tersedia. Unsur-unsur tersebut dapat berupa karbohidrat, lemak, protein, mineral maupun vitamin. Jika di dalam substrat terdapat senyawa sederhana seperti monosakarida, asam amino atau asam lemak, maka mikroba langsung dapat menggunakannya. Namun, jika di dalam medium hanya terdapat senyawa makromolekul seperti polisakarida, protein dan lemak, maka untuk dapat menggunakan senyawa-senyawa tersebut mikroba akan mengeluarkan enzim untuk mendegradasi makromolekul menjadi molekul yang sederhana. Beberapa aktivitas mikroba menghasilkan enzim yang berguna untuk memecah senyawa kompleks polisakarida, protein dan lemak. Enzim ini merupakan enzim ekstraseluler, yang memecah senyawa tersebut dengan cara hidrolisis. Terjadinya pemecahan senyawa ini dapat diamati dengan menumbuhkan mikroorganisme pada medium yang mengandung senyawa tersebut. Setiap mikroba akan memiliki reaksi enzimatis yang berbeda-beda. Ada mikroba yang bisa menghidrolisis
pati
menjadi
glukosa,
ada
yang
mampu
menghidrolisis
lipid menjadi asam lemak dan ada juga yang mampu menghidrolisis menghidrolisis protein menjadi asam-asam amino. Enzim yang digunakan berbeda-beda ada yang khusus
untuk polimer pati, polimer protein dan lipid. Hal tersebut dapat diamati dari produk akhir hasil reaksi enzimatis. Contohnya, metabolisme glukosa akan dihasilkan berbagai asam organik, seperti asam asetat, asam laktat maupun maupun asam organik organik yang lain. Demikian juga dari pemecahan glukosa tersebut dapat dihasilkan gas seperti metana, hidrogen, dan karbon dioksida. Hasil akhir peme cahan karbohidrat tersebut dapat dilihat melalui berbagai pereaksi. Terbentuknya asam dapat dideteksi dengan indikator, asam dengan pengukuran pH dan adanya gas dapat menggunakan tabung ta bung durham. Maka untuk mengetahui aktivitas mikroba terhadap hidrolisis beberapa bahan seperti monosakarida, disakarida, pati dan protein dilakukanlah uji aktivitas mikroba dengan menggunakan kultur bakteri Bacillus subtilis dan E. coli. B. Tujuan 1. Mempelajari aktivitas bakteri E. bakteri E. coli dalam coli dalam pemecahan mono (glukosa) dan disakarida (sukrosa) , polisakarida (pati) serta polipeptida (protein). 2. Mempelajari aktivitas bakteri Bacillus subtilis subtilis dalam pemecahan mono (glukosa) dan disakarida (sukrosa), polisakarida (pati) serta polipeptida polipeptida (protein).
II. TINJAUAN PUSTAKA Bakteri
memiliki
berbagai
aktivitas
biokimia
(pertumbuhan
dan
perbanyakan) dengan menggunakan nutrisi yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Transformasi biokimia dapat timbul di dalam dan di luar dari bakteri yang diatur oleh enzim katalis biologis yang dikenal sebagai enzim (Maisyah, 2009). Lebih lanjut, Waluyo (2007) menjelaskan bahwa enzim ini akan membantu bakteri dalam hal seperti kegiatan fisiologis meliputi penyusunan zat organik, pencernaan makanan, pembongkaran dan zat makanan. Setiap bakteri memiliki kemampuan dalam menggunakan enzim yang dimilikinya untuk degradasi karbohidrat, lemak dan protein serta asam amino. Metabolisme atau penggunaan dari molekul organik ini biasanya menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk identifikasi dan karakterisasi bakteri. Selain aktivitas tersebut, pada bakteri juga dilakukan aktivitas yang disebut respirasi aerob. Dalam respirasi ini molekul kompleks seperti lipid, protein, dan karbohidrat akan dirombak menjadi senyawa turunannya seperti asam lemak, asam amino, dan monosakarida. Setelah itu turunan dari senyawa komplek tersebut akan didegradasi menjadi senyawa yang disebut piruvat. Proses ini akan melepaskan energi yang dibutuhkan oleh bakteri. (Prescott et.al.,2008). Senada dengan hal tersebut, Djide (2007) juga menjelaskan bahwa mikroorganisme mebutuhkan senyawa seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan beberapa jenis mineral untuk mendapatkan energi atas hasil sintesisnya. Salah satu nutrien utama yang menjadi sumber energi untuk mikroba adalah karbohidrat. Setiap mikroorganisme memecah karbohidrat menjadi bentuk yang berbeda-beda, baik secara anaerob maupun aerob (Djide dkk., 2007). Pada sel bakteri, hidrolisis karbohidrat atau zat tepung dapat dilakukan oleh enzim yang disebut dengan amilase. Bakteri yang dapat menghasilkan enzim amilase dapat menghidrolisis karbohidrat menjadi moleku-molekul maltosa, glukosa, dan dekstrin (Balqis, 2003). Sebagian besar mikroorganisme memperoleh energi dari substrat berupa karbohidrat yang selanjutnya di fermentasi menghasilkan asam-asam organik (asam laktat, format, asetat) dengan disertai atau tidak disertai pembentukan gas.
Organisme-organisme yang berbeda akan menggunakan karbohidrat / gula yang berbeda tergantung dari komponen enzim yang dimilikinya. Perbenihan gula-gula digunakan untuk melihat adanya pembentukan asam yaitu dengan adanya perubahan warna indikator bori dari Bromo Thymol Blue yang terdapat dalam medium menjadi kuning. Serta untuk pembentukan gas, yaitu dengan terlihatnya udara di dalam tabung durham. Glukosa dapat langsung masuk tahap pertama. Sementara sukrosa harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi monosakarida penyusunnya. Hasil fermentasi karbohidrat tersebut akan menghasilkan asam piruvat, asam asetat, dan CO2 (Volk dan Wheeler, 1993). Di samping itu, bakteri dapat menghidrolisis dua senyawa nonkarbohidrat lain, yaitu protein dan lemak. Menurut Balqis (2003), protein merupakan senyawa yang disusun oleh asam amino yang memiliki ikatan peptida, sedangkan lemak merupakan merupakan suatu kelompok biomolekul yang memiliki ciri khusus dalam kelarutannya dan berperan penting dalam struktur dan metabolisme sel. Lebih lanjut Murray (2003) dalam Hendriani (2009) menjelaskan bahwa Untuk melakukan hidrolisis protein, bakteri dapat mensekresikan enzim protease yang dapat menghidrolisis ikatan peptide sehingga dapat melepas masing-masing asam aminonya. Protease merupakan enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi pemecahan molekul protein dengan cara hidrolisis. Bakteri yang mengeluarkan enzzim protease ekstraseluler ini disebut sebagai bakteri proteolitikk. Enzim protease ini diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan ke mediumnya. Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel, namun tidak semua enzim protease tersebut dilepaskan ke mediumnya. Dekomposisi protein lebih sulit dibandingkan dengan pemecahan karbohidrat. Produk akhir dari dekomposisi ini pun lebih bervariasi. Hal ini disebabkan struktur protein lebih kompleks. Mikroorganisme dengan sistem enzim yang kompleks, memecah protein menjadi senaywa-senyawa yang lebih sederhana (Abraham et al (1993) dalam Hendriani (2009)). Bakteri proteolitik dapat digolongkan menjadi bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif pembentuk spora, bakteri aerobik dan anaerobik fakultatif yang tidak membentuk spora, dan bakteri anaerobik pembentuk spora.
Selain mono dan disakarida serta protein, beberapa bakteri juga mampu menghidrolisis amilum menjadi gula sederhana yang mudah larut dengan menghasilkan enzim amilum. Bakteri jenis ini disebut bakteri amilolitik. (Pelczar & Chan, 2005). Amilolitik merupakan aktivitas bakteri dalam merombak pati dengan bantuan enzim amilase. Enzim amilase adalah enzim yang mampu menghidrolisis pati menjadi senyawa lebih sederhana seperti maltosa dan glukosa. Enzim ini banyak digunakan untuk keperluan industri. Enzim ini dapat memecah atau menghidrolisis pati, glikogen, dan turunan polisakarida dengan cara memecah ikatan glikosidiknya. Enzim amilase dibedakan menjadi 3 golongan yaitu α -amilase yang di sebut juga endoamilase, β-amilase yang di sebut juga eksoamilase, dan glukoaminase (Rehm & Reed, 2000). Mikroorganisme yang bersifat amilolitik dapat memecah pati (amilum) yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang senyawa yang lebih sederhana, yakni glukosa. Kemampuan tersebut dikarenakan mikroorganisme mempunyai enzim amilase (Sukarminah, 2010). Mikroorganisme yang mampu menghasilkan amilase antara lain Bacillus macerans, Bacillus polimexa, dan Bacillus subtilis (Sukarminah, 2010). Bakteri yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Menurut Kusnadi (2003), Escherichia coli merupakan bakteri yang membentuk rantai dan memiki bentuk batang pendek. Pada keadaan pembiakan yang tidak cocok dapat membentuk filamen yang panjang, bersifat aerob dan anaerob fakultatif, dan terjadi pergerakan pada sebagian strain Escherichia coli. Bakteri ini merupakan kelompok Enterobacteriaceae yang hidup didalam saluran pencernaan manusia sebagai penghuni usus ( enteron) dan bersifat patogen. Penyakit yang sering ditimbulkan adalah diare. Bacillus subtilis merupakan bakteri saprofit yang dapat hidup secara anaerob, tidak menyebabkan penyakit pada tanaman, dan memiliki spora Bakteri ini mampu tubuh pada suhu 45 oC dan pada pH 5,70. Bacillus secara alami terdpat dimana-mana, dan termasuk spesies yang hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus meghasilkan enzim ekstraseluler seperti protease, lipase,
amilase, dan selulase yang bia membantu pencernaan dalam tubuh (Wongsa dan Bacillus subtilis adalah bakteri non patogen yang merupakan Gram positif dan dapat menyebabkan penyakit bakteremia, septikaemia, dan endokardis (Hatmanti, 2000).
III. METODE A. Alat dan Bahan
Medium cair yang mengandung glukosa dan sukrosa serta telah ditetesi indikator bromo thymol blue.
Medium padat berupa medium agar pati dan skim milk agar. Larutan yod.
Kultur murni Bacillus subtilis dan E. Coli.
Jarum Ose
Lampu spirtus
Tabung reaksi
Cawan petri
Alkohol untuk sterilisasi alat dan tangan
Rak tabung reaksi
B. Prosedur Kerja 1. Uji pemecahan mono dan disakarida Medium cair yang berisi glukosa dan sukrosa serta telah ditetesi indikator dan diberi tabung durham disiapkan dalam tabung reaksi, masing-masing sebanyak dua ulangan
Pada keempat tabung, masing-masing diinokullasikan dengan 1 ose kultur muurni B. subtilis dan E. coli, sehingga didapatkan medium glukosa + B. subtilis, glukosa + E. coli, sukrosa + B. subtilis dan sukrosa + E. coli
Keempat tabung reaksi ditutup dengan kapas, diletakkan dalam rak tabung reaksi, dan diinkubasikan selama 2 hari
Setelah diinkubasikan selama dua hari, amati perubahan yang terjadi. J ika terdapat perubahan warna biru menjadi kuning, berarti dalam proses inkubasi dihasilkan asam-asam organik. Sedangkan terbentuknya gas dapat diamati dalam tabung durham.
Semua prosedur diatas dilakukan secara steril dan proses inokulasi bakteri dilakukan di dekat nyala api. 2. Uji Hidrolisis Pati
Medium agar pati yang telah dicairkan dalam penangas air dan suhunya turun menjadi 45-50oC disiapkan
Medium agar pati cair tersebut dituang ke dalam cawan petri steril, lalu diratakan dengan memutar cawan petri diatas meja, selanjutnya dibiarkan hingga dingin dan memadat
Sebelumnya, dibagian bawah cawan petri dibuat garis dengan menggunakan spidol, membagi cawan menjadi dua bagian
1 ose B. subtilis dan 1 ose E. coli masing-masing diambil menggunakan jarum ose dan digoreskan pada ½ bagian cawan petri (bentuk goresan lurus dan sepanjang 2 cm, lalu diinkubasikan selama 2 hari
Setelah diinkubasikan selama 2 hari, yodium diteteskan pada medium dan dibiarkan beberapa saat. Zona jernih yang terbentuk di sekitar koloni diamati
Semua prosedur di atas dilakukan secara steril dan proses inokulasi bakteri dilakukan di dekat nyala api. 3. Uji hidrolisis protein Medium skim milk agar yang telah dicairkan dalam penangas air dan suhunya turun menjadi 45-50 oC disiapkan
Medium tersebut dituang ke dalam cawan petri steril, lalu diratakan dengan memutar cawan petri diatas meja, selanjutnya dibiarkan hingga dingin dan
Sebelumnya, dibagian bawah cawan petri dibuat garis dengan menggunakan spidol, membagi cawan menjadi dua bagian
1 ose B. subtilis dan 1 ose E. coli masing-masing diambil menggunakan jarum ose dan digoreskan pada ½ bagian cawan petri (bentuk goresan lurus dan sepanjang 2 cm, lalu diinkubasikan selama 2 hari
Setelah diinkubasikan selama 2 hari, yodium diteteskan pada medium dan biarkan beberapa saat. zona jernih yang terbentuk di sekitar koloni diamati
Semua prosedur diatas dilakukan secara steril dan proses inokulasi bakteri dilakukan di dekat nyala api.
IV. PEMBAHASAN A. Hasil Pada praktikum acara kelima ini, dilakukan uji aktivitas mikroba terhadap pemecahan mono dan disakarida, uji hidrolisis pati, dan uji hidrolisis protein. Setelah dilakukan pengamatan, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Uji Pemecahan monosakarida dan disakarida
Indikator Sampel
Terbentuknya Gas
Perubahan Warna
Glukosa dan Escherchia coli
(Tidak ada gelembung gas)
Kuning pekat
Glukosa dan Bacillus subtilis
+ (Terdapat gelembung gas)
Kuning jernih
Gambar
Sukrosa dan Escherchia coli
+ (Terdapat gelembung gas)
Kuning jernih
Sukrosa dan Bacillus subtilis
+ (Terdapat gelembung gas)
Kuning pekat
2. Uji Hidrolisis Pati Zona Jernih Indikator Sampel Bakteri Escherchia coli
Bakteri Bacillus subtilis
(Tidak terdapat zona jernih) + (Terdapat zona jernih)
Gambar
3. Uji Hidrolisis Protein Zona Jernih Indikator Sampel Bakteri Escherchia coli
Bakteri Bacillus subtilis
Gambar
(Tidak terdapat zona jernih) + (Terdapat zona jernih)
B. Pembahasan Pada percobaan pertama, dilakukan uji pemecahan mono dan disakarida. Sampel monosakarida menggunakan medium cair yang mengandung glukosa sementara untuk disakarida digunakan medium cair yang mengandung sukrosa. Pada masing-masing medium tersebut telah diberi indikator berupa bromo thymol blue untuk mengetahui perubahan warna yang menunjukkan pembentukan asam dan diberi tabung durham untuk mengetahui adanya gelembung gas saat pengamatan. Bakteri yang digunakan pada praktikum ini adalah Bacillus subtilis dan Escherichia coli dan dilakukan dalam keadaan anaerob karena tabung ditutup dengan kapas. Hasil pengamatan yang diperoleh dapat dilihat di tabel hasil pengamtan, yaitu pada tabung reaksi yang berisi glukosa dan diinokulasikan bakteri Escherichia coli didapatkan hasil bahwa tidak terdapat gelembung gas, dan terjadi perubahan warna pada medium cairnya menjadi kuning pekat. Adanya perubahan warna indikator bromo thymol blue menjadi kuning pekat tersebut menandakan terbentuknya asam pada proses pemecahan glukosa oleh Escherichia coli. Larutan medium cair yang telah mengandung glukosa tersebut pada awalnya akan berwarna biru jika ditetesi indikator bromo thymol blue, namun karena ada aktivitas mikroba yang menghasilkan asam, maka pH larutan akan turun sehingga larutan berubah
menjadi kuning pekat. Perubahan warna tersebut merupakan sebuah respon yang diberikan oleh indikator BTB di dalam medium. Adanya asam yang dihasilkan Escherichia coli tersebut membuktikan bahwa Escherichia coli telah melakukan degradasi glukosa dalam keadaan anaerob atau disebut juga fermentasi karbohidrat dan menghasilkan asam organik. Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan (Pelczar, 2008) bahwa bakteri dalam kondisi lingkungan minim oksigen maupun tanpa oksigen dapat melakukan aktifitas seperti fermentasi untuk mendapatkan energinya. Fermentasi adalah proses memproduksi energi dengan menggunakan bahan organic sebagai donor dan aseptor electron. Bakteri fakultatif anaerob dan obligat anaerob dapat melakukan berbagai tipe fermentasi, seperti fermentasi asam laktat, fermentasi alcohol, dan sebagainya. Kusnadi (2003) menjelaskan lebih detail bahwa bakteri Escherichia coli dapat memfermentasi gula seperti mono dan disakarida melalui piruvat nebjadi asam format, laktat, asetat, dan suksinat. Sebagai hasil tambahan adalah CO2 dan H2, dan ethanol. Reaksi untuk fermentasi glukosa oleh E. coli adalah sebagai berikut : 2 glukosa + H2O 2 laktat + Asetat + Etanol + 2CO 2 + 2 H2 (Kusnadi, 2003) Dalam respirasi anaerob, glukosa dalam medium cair akan dirubah oleh enzim yang dimiliki oleh E. colli menjadi asam-asam organik yang menyebabkan medium pHnya turun dan merubah warna indikator BTB. Pendegradasian tersebut akan menghasilkan energi yang digunakan oleh bakteri untuk keperluan sintesa selsel tubuhnya. Sementara itu, tidak adanya gelembung gas pada tabung durham dimungkinkan terjadi karena terlalu sedikitnya gelembung gas yang terbentuk sehingga kurang terlihat oleh praktikan atau disebabkan kesalahan peletakan tabung durham yang seharusnya diletakkan dalam kondisi terbalik. Pada pengamatan tabung reaksi kedua yang berisi medium cair dan mengandung glukosa serta telah diinokulasikan bakteri Bacillus subtilis, didapatkan hasil berupa terbentuknya gelembung gas yang terlihat di tabung durham dan terjadi perubahan warna menjadi kuning jernih. Hal tersebut membuktikan bahwa bakteri Bacillus subtilis memiliki enzim untuk memecah glukosa menjadi asam-asam organik dan menghasilkan gas dalam keadaan anaerob.
Sama dengan pendegradasian glukosa oleh Escherichia coli, pendegradasian glukosa oleh Bacillus subtilis juga bertujua untuk menghasilkan energi yang akan digunakan untuk keperluan sintesa sel. Sementara untuk tabung reaksi yang berisi medium cair dan mengandung sukrosa serta telah diinokulasikan bakteri Bacillus subtilis maupun Escherichia coli , didapatkan hasil yang seragam yakni terbentuknya gelembung gas yang terlihat di tabung durham dan terjadi perubahan warna indikator menjadi kuning pekat untuk Bacillus subtilis dan kuning cerah untuk Escherichia coli. Dalam hal ini, adanya gelembung gas pada tabung durham menunjukkan terjadi pemecahan disakarida yakni sukrosa oleh kedua bakteri. Sedangkan adanya perubahan warna menunjukkan terjadinya pemecahan sukrosa yang menghasilkan asam organik. Perbedaan warna kuning antara yang dihasilkan ol eh Escherichia coli dan Bacillus subtilis menunjukkan perbedaan jumlah asam organik yang terbentuk. Pada inokulasi bakteri Escherichia coli, asam organik yang terbentuk lebih sedikit dibanding pada inokulasi Bacillus subtilis. Hal itu mungkin dikarenakan jumlah, kemampuan, dan kecepatan kedua bakteri berbeda dalam memecah sukrosa menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga jumlah hasil pembentukan asam organik tidak sama. Selanjutnya, pada uji pemecahan pati yang meggunakan media Starch Agar didapatkan hasil bahwa bakteri Bacillus subtilis memberikan hasil yang positif terhadap uji pemecahan pati. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya zona jernih yang nampak pada sekitar koloni bakteri. Adanya zona jernih yang terlihat pada koloni bakteri yang telah ditetesi iodin tersebut menandakan bahwa bakteri telah menghidrolisis pati menjadi senyawa sederhana dan membuktikan bahwa bakteri Bacillus subtilis memiliki enzim amilase yang dapat memecah amilum menjadi senyawa sederhana seperti glukosan dan maltosa. Terbentuknya zona bening pada amilolitik disebabkan oleh aktivis bakteri amilolitik yang memblock daerah pada cawan petri untuk mendapatkan makanan yang berasal dari amilolitik berupa pati. Pada daerah zona bening, dapat terlihat pertumbuhan bakteri amilolitik dibandingkan dengan daerah yang tidak terdapat z ona beningnya.
Penggunaan media starch agar dijelaskan oleh Fardiaz (1992) bahwa Media yang biasa digunakan pada uji hidrolisis karbohidrat adalah media Starch Agar (SA) yang mengandung tripton, ekstrak khamir, K 2HPO4, pati terlarut, agar, dan air. Ekstrak khamir sebagai sumber vitamin B kompleks, tripton dipakai untuk menyediakan nitrogen, karbohidrat, dan garam mineral, air untuk menyalurkan nutrient yang dibutuhkan mikroba, sedangkan pati berfungsi sebagai komponen karbohidrat yang akan dihidrolisis pada uji ini. Indikator yang digunakan pada uji amilolitik ini adalah yodium. Tujuan penetesan larutan yodium diberikan untuk membuktikan apakah bakteri yang tumbuh pada media adalah bakteri amilolitik. Yodium akan bereaksi secara kimiawi dengan pati dan masuk ke dalam bagian pati yang kosong dan berbentuk spiral sehingga terbentuk warna biru-kehitaman. Proses yodinisasi ini akan membentuk molekul yang dapat menyerap semua cahaya, kecuali warna biru. Jika pati telah dipecah menjadi maltosa atau glukosa, maka warna birunya akan hilang karena bentuk spiralnya sudah tidak ada. Tidak terbentuknya warna pada saat larutan yodium ditambahkan ke dalam media menunjukkan terjadinya hidrolisis pati. Menurut Fardiaz (1992) warna jernih atau bening pada sekeliling bakteri setelah ditambahkan yodium disebabkan karena amilum tidak dapat bereaksi lama dengan yodium. Areal berwarna coklat kemerahan di sekeliling koloni menunjukkan hidrolisis sebagian terhadap pati. Sementara itu, hasil negatif yang ditunjukkan oleh Escherichia coli terhadap uji pemecahan pati dimungkinkan merupakan sebuah kesalahan. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya zona jernih pada sekeliling koloni Escherichia coli yang telah ditetesi pati. Kesalahan tersebut mungkin terjadi karena saat inokulasi bakteri Escherichia coli dilakukan, jarak jarum ose ke nyala api bunsen terlalu dekat sehingga kemungkinan bakteri telah mati karena suhu yang terlalu tinggi dan tidak dapat mendegradasi pati (amilum) sehingga tidak terbentuk zona jernih. Arora (1999) menambahkan bahwa terbentu atau tidaknya zona bening baik pada bakteri amilolitik dan proteolitik dapat disebabkan media penanaman yang terlalu padat ataupun penyebaran inokulasi bakteri yang tidak merata sehingga bagian yang
terbentuk zona bening adalah bagian yang mengandung makanan dengan sedikit koloni. Hasil pengamatan pada pengujian pemecahan protein didapatkan hasil bahwa bakteri Escherichia coli memberikan hasil negatif dan Bacillus subtilis memberikan hasil positif. Hal tersebut ditunjukkan dari adanya zona jernih pada sekitar koloni bakteri Bacillus subtilis, sementara pada Escherichia coli tidak. Adanya zona jernih pada sekitar koloni disebabkan adanya degradasi protein oleh bakteri sebagai hasil dari aktivitas enzim protease. Bakteri yang memiliki enzim protease disebut bakteri protealitik. Menurut Fardiaz (1992), media untuk uji hidrolisis protein adalah media SMA (Skim Milk Agar ) yang tersusun dari tripton, dekstrosa, ekstrak khamir, agar, air destilata, dan 20% susu skim bubuk. Biasanya media ini dapat bekerja pada pH netral, yaitu pH 7. Tripton sebagai sumber sumber N dan mineral, ekstrak khamir sebagai sumber vitamin B kompleks, dekstrosa sebagai sumber energi, sedangkan susu skim bubuk mengandung kasein yang akan dipecah pada uji hidrolisis ini. Karena adanya kandungan protein inilah maka bakteri memanfaatkannya untuk menghidrolisisnya dan menghasilkan energi. Menurut Suhartono (1997), terbentuknya zona bening disekitar koloni disebabkan karena adanya aktivitas hidrolisis substrat skim milk agar. Skim milk agar mengandung kasein yang berisi protein yang dihidrolisis oleh proteolitik. munawar (2007) menambahkan bahwa
koloni bakteri proteolitik dapat
menghasilkan enzim protease yang mampu menghidrolisis protein menjadi dipeptida atau bahkan menjadi asam amino penyusunnya. Terbentuknya zona bening pada medium skim milk agar disebabkan oleh akrtivitas bakteri proteolitik yang menghidrolisis protein dalam medium.
V. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum aktivitas mikroba adalah 1. Bakteri Escherichia colli dan B. subtilis memiliki enzim amilase dan protease. 2. Kecepatan kedua bakteri tersebut dalam mendegradasi mono dan disakarida, pati dan protein berbeda satu sama lain. 3. Adanya perubahan warna pada medium cair mono dan disakarida disebabkan karena respon indikator bromo thymol blue terhadap penurunan pH medium cair. 4. Penurunan pH tersebut membuktikan bahwa prosed degradasi mono dan disakarida oleh bakteri menghasilkan asam-asam organik seperti asam piruvat, dan asam laktat. 5. Adanya gelembung udara pada tabung durham membuktikan bahwa adanya gas sebagai hasil degradasi mono dan disakarida oleh bakteri. 6. Adanya zona jernih pada medium uji pemecahan pati dan protein tersebut membuktikan bahwa pati dan protein telah dihidrolisis menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana 7. Zona jernih pada uji pemecahan pati tersebut terbentuk akibat yodium yang bereaksi secara kimiawi dengan pati dan masuk ke dalam bagian pati yang kosong dan berbentuk spiral sehingga terbentuk warna birukehitaman. Proses yodinisasi ini akan membentuk molekul yang dapat menyerap semua cahaya, kecuali warna biru. Jika pati telah dipecah menjadi maltosa atau glukosa, maka warna birunya akan hilang karena bentuk spiralnya sudah tidak ada. Sehingga terbentuk zona cair di seluruh bakteri
B. Saran Dalam melakukan praktikum mikrobiologi dibutuhkan kesabaran, ketelatenan dan kecermatan tinggi agar hasil yang didapatkan benar benar akurat dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya karena praktikum mikrobiologi rawan akan kegagalan yang disebabkan kesalahan dari faktor praktikan. Semua proses praktikum haruslah dilaksanakan secara aseptis untuk mencegah kontaminasi bakteri agar hasil yang didapat akurat dan praktikan juga terhindar dari kontak langsung dengan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Arora. 1999. Pencemaran Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta : UGM Press. Balqis, dkk. 2003. Biokimia. Malang: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Peningkatan Manajemen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Djide, N., Sartuni, dan Kadir, S. 2007. Bioteknologi Farmasi. Makassar : UNHAS Press. Fardias, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hatmanti, A. 2000. Pengenalan Bacillus sp. Bogor : Balitbang Lingkungan Laut, Puslitbang Oseanologi-LIPI Hendriani, Rini, dkk. 2009. Jurnal Pencarian Bakteri Tanah Penghasil Enzim Protease dari Gunung Gede Cianjur. Bandung : Fakultas Farmasi Unpad. Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi (Edisi Revisi). Bandung : FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Maisyah. 2009. Aktivitas Biokimia Mikroba. Erlangga : Jakarta. Munawar & Harry Widjayanti. 2007. Mikrobiologi. Palembang : F-MIPA UNSRI. Pelczar, M. J. Dan E. C. S, Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta : UIP. Prescott, L. M, J. P. Harley, dan D. A. Klein. 2008. Microbiology. 7th Ed. McGrawHill Book Company Inc. USA Rehm HJ, G Reed. 2000. Biotechnology: Enzyme Technology. Jilid ke-8. Weinhaim: VCH Verlags Gessel Schaff. Suhartono, Imam. 1997. Macam-Macam Protein. Jakarta : Balai Pustaka. Sukarminah, E. , Sumanti D. M. , dan Hanidah I. 2010. Mikrobiologi Pangan. Jatinangor : Unpad. Volk and Wheleer. 1993. Analisis praktikum Mikrobiologi Umum untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta : UGM Press. Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang ,
Lampiran