PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 8
Felomenaria Saores Pardede (141510501005)
Dhanu Triyoso (141510501136)
Dheka Nur F (141510501066)
Muhammad Fauzy (141510501166)
Rona Alkanza (141510501120)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai konsekuensi peningkatan jumlah penduduk, maka pemerintah akan tetap mempertahankan dan meningkatkan swasembada pangan, khususnya beras, yang meski telah dicapai sejak tahun 1984 namun sempat terganggu lagi pada beberapa tahun terakhir setelah krisis moneter pada tahun 1998. Di samping kendala budidaya yang lain gangguan hama pada tanaman padi tetap menjadi pusat perhatian penting yang banyak menurunkan hasil dan bahkan menggagalkan panen di beberapa daerah sentra tanaman padi.
PHT dalam pertanian berkelanjutan dalam proses produksinya sangat memperhatikan keadilan terhadap masyarakat, khususnya petani produsen dan konsumen. Oleh karena itu, perlu diterapkan ekolabel yang memberi penghargaan (rewarding) kepada petani yang telah berproduksi dengan benar. Juga perlu memperhatikan konsumen yang turut berkontribusi dalam pengembangan pertanian yang baik, memberi peluang kepada petani untuk membedakan sendiri pasar/tempat penjualan, dan bahkan bila perlu ada kontrak antara petani produsen dan pedagang. Penerapan ekolabel sangat dimungkinkan bila didasari oleh kesepakatan pemberian penghargaan kepada pihak yang terlibat, misalnya insentif bagi produsen yang telah berjasa dalam praktek pertanian yang baik. Di lain pihak, konsumen dapat menggunakan kekuatan daya belinya dalam mempengaruhi praktek produsen, dan pengembang (developer) dapat pula menyusun suatu agenda ekolabel antara produsen dan konsumen. Mereka tentu diharapkan mengerti dan mampu mempraktekkan konsep PHT dalam pertanian berkelanjutan setelah mendengar, melihat, dan merasakan betapa pentingnya kehidupan di masa mendatang.
Tujuan
Mengetahui cara pemantauan, pengamatan dan pengendalian OPT di sawah.
Mengetahui nilai ambang ekonomi beberapa serangga yang menyerang tanaman padi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Sawah merupakan suatu contoh ekosistem dimana sawah menjadi suatu agroekosistem penghasil padi. Agroekosistem adalah suatu bentuk ekosistem buatan yang sengaja dibuat oleh manusia dengan tujuan untuk memperoleh suatu hasil produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas tertentu. Sama halnya dengan ekosistem lain, sawah sebagai ekosistem buatan juga memiliki komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem sawah. sawah tersusun atas komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Komponen abiotik penyusun ekosistem yaitu meliputi unsur udara (iklim), tanah dan air. Komponen biotik terdiri atas unsur tanaman maupun binatang dalam ekosistem tersebut. Sawah merupakan habitat atau tempat hidup bagi berbagai jenis binatang dan tumbuhan yang saling berinteraksi satu sama lain yang membentuk keanekaragaman hayati pada ekosistem sawah (Henuhili dan Tien, 2013).
Interaksi antar komponen penyusun ekosistem sawah baik abiotik maupun biotik, menimbulkan dampak yang positif maupun yang negatif bagi tingkatan produksi tanaman padi. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil padi merupakan gangguan organisme pengganggu tanaman. Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) yang harus diatasi dalam kegiatan budidaya padi. Gulma merupakan salah satu faktor pembatas tingkatan hasil produksi padi karena gulma menyebabkan persaingan hara dan mineral lain pada tanaman padi. Gulma mengurangi hasil tanaman dalam persaingan mendapatkan sumberdaya cahaya, oksigen, dan CO2 serta unsur hara sebagai kandungan nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Gulma yang tumbuh pada lahan mengakibatkan penurunan hasil diakibatkan karena gulma menurunkan aktivitas pertumbuhan antara lain dengan kerdilnya pertumbuhan tanaman, terjadi klorosis, kekurangan hara, serta pengurangan jumah dan ukuran organ tanaman. Kekurangan unsur hara pada tanaman padi dapat mengakibatkan kegagalan total pada tanaman bibit, tanaman menjadi kecil atau kerdil, dan kelainan yang timbul pada jaringan tanaman padi (Antralina, 2012).
Selain gulma, hama merupakan salah satu jenis dari organisme pengganggu tanaman yang sangat merugikan. Kegagalan dalam pengendalian hama pada padi yang telah ditanam merupakan prioritas utama karena akan menurunkan hasil produksi padi secara nyata. Terdapat berbagai cara dan metode yang dapat dilakukan alam upaya penyelamatan produksi padi. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan menggunakan varietas tahan, musuh alami, cara budidaya (waktu tanam, pengairan, dan lain-lain), hingga penggunaan bahan kimia seperti insektisida (Baehaki, 2011).
Menurut Sembiring (2013), berikut ini adalah beberapa penyakit dan hama yang menyerang tanaman padi:
Wereng Coklat
Peledakan wereng coklat pada pertengahan tahun 1970-an di Indonesia diseakan oleh penggunaan pestisida yang melanggar aturan dan kaidah penggunaan PHT (tepat jenis, dosis dan waktu). Kerusakan yang ditimbulkan oleh wereng coklat dapat meningkatkan tingkatan kerugian hasil padi dari hanya beberapa kwintal gabah. Serangan wereng coklat yaitu dengan menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkut tanaman padi yang dpat menimulkan kerusakan ringan hingga kerusakan berat. Wereng coklat menyerang tanaman padi mulai dari fase tumbuh, bibit, anakan, hingga sampai fase masak susu (pengisian). Gejala tanaman padi yang terserang hama wereng coklat yaitu daun padi yang menguning, kemudian tanaman menjadi kering dengan cepat sehingga daun terlihat seperti terbakar. Hamparan padi yang terserang hama wereng coklat terlihat menyebar dengan ke segala arah dalam bentuk lingkaran.
Penggerek Batang
Hama yang paling sering menimbulkan kehilngan hasil yang tinggi dan kerusakan berat pada tanaman pad yaitu hama pengggerek batang. Keberadaan hama penggerek batang ini ditandai dengan kehadiran kupu-kupu atau ngenggat, kematian tunas-tunas padi, dan kematian malai. Serangan hama penggerek batang dimulai dari fase pembibitan, anakan, maupun fase berbunga. Saat pertanaman musim hujan, serangan dan populasi hama ini perlu diwaspadai. Waktu tanam yang tepat merupakan salah satu cara yang efektif untuk menghindari dampak kerugian yang disebabkan oleh hama penggerek batang ini.
Wereng Hijau
Penyakit tungro merupakan penyakit yang disebabkan oleh hama wereng hijau. Penyakit tungro merupakan penyakit virus pada padi dan merupakan penyakit virus terpending pada wilayah Indonesia karena dapat menghambat sistem pertanian Indonesia tergantung pada virus tungro yang ditimbulkan oleh wereng hijau. Wereng hijau merupakan hama yang mudah ditemukan pada sawah irigasi teknis dan ekosistem tadah hujan. Serangan wereng hijau yaitu dengan menghisap cairan dari dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai pelepah ataupun daun-daun bagian tengah. dampak dari serangan wereng hijau ini yaitu daun padi menjadi berwarna kuning sampai kuning orange, penurunan jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman yang memendek akibat terhambatnya pertumbuhan tanaman. Perkembangan wereng hijau yang sangat tinggi dapat dipengaruhi oleh pemupukan unsur nitrogen yang tinggi.
Kepinding Tanah
Hama ini sering mencapai jumlah populasi yang sangat melimpah dan terkadang sulit dikendalikan dengan pestisida sehingga seringkali menyebabkan kerugian yang cukup tinggi pada budidaya padi. Kepinding tanah menyerang tanaman padi pada malam hari dengan naik ke batang padi dan menghisap cairan dari dalam jaringan tanaman. Pada siang hari, kepinding tua yang berwarna hitam coklat mengkilat akan bergerombol dipangkal batang padi, persis diatas genangan air pada siang hari. Saat musim kemarau, kepinding tanah berada dibelahan-belahan tanah yang ditumbuhi oleh rumput-rumput dan dapat terbang ke pertanaman padi dengan perkembangbiakan dalam beberapa generasi. Serangan yang ditimbulkan oleh kepinding tanah menyebabkan warna tanaman berubah menjadi coklat kemerahan atau kuning.
Walang Sangit
Hama yang pada umumnya merusak bulir padi pada fase pemasakan yaitu hama walang sangit. Hama walang sangit menyerang tanaman padi dengan mekanisme serangan berupa hisapan butiran gabah. Walang sangit memiliki pertahanan diri dengan mengeluarkan bau busuk jika merasa terancam. Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan walang sangit yaitu warna beras yang berubah dan beras menjadi mengapur serta gabah padi yang berubah menjadi hampa tak berisi.
Secara tidak langsung, pemberian nutrisi tambahan kedalam tanah berpengaruh pada serangan dan pertambahan populasi hama. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang memiliki ketersediaan unsur hara seperti N, P, dan K yang tinggi akan lebih rentan terhadap hama dan penyakit. Pemberian unsur yang berlebihan dapat dimanfaatkan oleh hama untuk pembentukan enzim dan protein yang dibutuhkan oleh tanaman maupun serangan hama. Penggunaan pupuk kimia dapat meneybabkan ketidakseimbangan unsu dalam tanah dan nutrisi pada tanaman, sehingga tanaman menjadi lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama mendapatkan nutrisi yang berasal dari tanaman, nutrisi dalam tanaman akan meningkatkan dan menjadi sumber nutrisi bagi hama dengan peningkatan preferensi sumber pakan bagi populasi hama yang menyerang tanaman. Tanggapan atas pemberian unsur N yang tinggi adalah terjadinya peningkatan pertumbuhan serangga, kelangsungan hidup, laju reproduksi, kepadatan populasi, dan tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama yang populasinya bertambah begitu pesat (Senoaji dan Heru, 2013).
Ketahanan tanaman padi yang ditanam pada lahan dapat dibentuk dengan memberikan nutrisi tambahan yaitu dengan menambahkan unsur Kalium dan Silikat yang dapat memberikan ketahanan pada padi terhadap hama dan penyakit yang menyerang. Pulau Jawa merupakan agroekosistem padi sawah yang fragil dan rentan terhadap serangan ataupun ledakan populasi hama penyakit penting yaitu wereng batang coklat (WBC), penggerek batang dan penyakit blas. Tidak dilakukanya pemupukan Kalium, pengembalian jerami yang tidak dikembalikan dan penggunaan pestisida yang tinggi menyebabkan agroekosistem di Pulau Jawa menjadi fragil dan rentan terhadap ledakan hama yang menyebabkan berbagai kerugian akibat penurunan kualitas hasil produksi padi (Wiyono et al., 2014).
Tanaman padi yang sehat adalah tanaman padi yang terhindar ataupun tanaman padi yang tidak terkena serangan hama dan penyakit. Salah satu cara penanggulangan hama yang dapat dilakukan untuk menanggulangi hama dengan membiarkan musuh alami tetap hidup. Pada hakikatnya musuh alami dapat mengendalikan hama secara hama tanpa melibatkan insektisida. Lingkungan sekitar yang memungkinkan akan menyebabkan perkembangan bagi musuh alamiyang menjadi predator hama. Indonesia yang beriklim tropis sebenarnya memiliki ekosistem pertanian yang memiliki banyak jenis musuh alami yakni parasitoid dan predator yang secara efektif dapat menekan populasi hama secara alami. Namun pengelolaan sistem pertanian saat ini yang cenderung melibatkan dan berorientasi pada penggunaan bahan kimia yang dapat mematikan musuh alami menjadi kendala tersendiri yang dapat membunuh musuh alami tersebut. Penggunaan insektisida yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan membunuh hama sekaligus membunuh musuh alami yang dapat menekan populasi hama secara efektif (Moningka et al., 2012).
Dalam pemantapan produksi tanaman padi, usaha pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan bagian terpenting dalam kegiatan budidaya padi. Serangga yang menjadi hama dapat dikendalikan dengan penerapan metode pengendalian hama terpadu sehingga tidak mengakibatkan kehilangan hasil dan mampu mencapai target produksi yang optimal. Pengendalian hama secara terpadu diharapkan dapat memberikan kondisi yang menguntungkan bagi keberhasilan dalam usaha budidaya padi. Seringkali petani menerapkan metode dan cara yang tidak seimbang bagi keseimbangan yang diharapkan ekosistem sehingga semakin memperburuk keadaan dan menimbulkan permasalahan OPT yang semakin serius (Suryanto, 2010).
Pengendalian hama dan penyakit tanaman telah dikembangkan sejak dahulu, namun salah satu komponen perlindungan atau proteksi tanaman dengan pengendalian hama dan penyakit saat ini sedang gencar dikembangkan yaitu penggunaan pestisida nabati atau senyawa bioaktif alami yang berasal dari organisme hidup seperti tumbuhan. Penggunaan pestisida alami merupakan upaya dalam mengatasi dampak negatif penggunaan pestisida kimia . pada proses metabolismenya, tumbuhan akan menghasilkan senyawa primer dan sekunder. Senyawa sekunder yang dihasilkan oleh tanaman ini seperti fenol, alkaloid, terpenoid, dan senyawa lain yang merupakan pertahanan tanaman terhadap serangan hama (Rukmana dan Yuyun, 2002).
Menurut Surachman dan Widada (2007), pengendalian terhadap hama dapat dilakukan dengan beberapa tindakan untuk menekan tingkat serangan yang ditimbulkan. Terdapat beberapa syarat yang menjadi acuan untuk melakukan tindakan pengendalian hama yakni:
Keserasian prinsip pengendalian hama dengan memadukan beragai cara yang efektif dan tidak berdampak buruk bagi keseimbangan ekosistem agar keadaan ekosistem tetap seimbang dan selaras.
Pengendalian hama mengutamakan metode pengendalian dengan teknik budidaya yang tepat. Pengendalian hama dapat dilakukan secara fisik maupun mekanik, biologis dan genetik.
Pestisida digunakan apabila sudah dalam keadaan yang terpaksa, sesedikit mungkin menggunakan pestisida karena dapat menimbulkan kerugian lain jika digunakan secara berlebihan. Pestisida digunakan jika populasi hama sangat tinggi dan saat hama sudah menimbulkan keruskan yang sangat parah.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum matakuliah Pengantar Teknologi Pertanian tentang "Pemupukan Tanah Sawah" yang dilaksanakan UPT Agrotechnopark Jubung Universitas Jember pada hari Sabtu, 25 April 2014 pukul 07.00 – selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Kuadran
Tali rafia
Jaring serangga
Gelas plastik
3.3 Cara Kerja
Menentukan petak contoh (sampel) dengan ukuran 2 × 2 m.
Meletakkan pengamatan OPT (hama dan penyakit) pada petak contoh dengan menggunakan jaring serangga.
Serangga yang diperoleh kemudian dimasukkan pada gelas plastik.
Menentukan antara serangga yang merugikan dan serangga yang menguntungkan.
Menghitung jumlah serangga yang merugikan dan menguntungkan berdasar jenis spesiesnya, kemudian merata-ratakan dengan kelompok lain dalam satu kelas.
Menentukan apakah lahan tersebut perlu dikendalikn atau tidak perlu dikendalikan berdasarkan ambang ekonomi serangga tersebut.
Menghitung nilai ambang ekonomi beberapa serangga yang menyerang tanaman padi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
PEKERJAAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Petak Contoh
Jenis OPT (serangga hama, penyakit, musuh alami) (Foto)
Jumlah
A
Belalang
1
A
Ulat
3
A
Ngengat
1
A
Tomcat (Parasitoid)
4
A
Laba-laba
1
A
Predator
1
Pembahasan
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan organisme atau semua mahkluk hidup penyusun suatu ekosistem yang merusak dan menyebbkan dampak kerugian bagi kegiatan budidaya baik yang terdiri dari kelompok bakteri, jamur, serangga, virus, burung, mamalia dan bahkan tumbuhan lain yang dapat mengganggu dan merusak tanaman. OPT menjadi pembatas dalam peningkatan hasil produksi padi maupun tanaman lain yang dibudidayakan pada suatu ekosistem karena OPT berpengaruh pada proses metabolisme yang dilakukan oleh tanaman. Tanaman yang terganggu oleh keberadaan OPT akan mengalami penurunan tingkatan hasil produksi baik dari segi kualitas maupun kuantitas hasil produksi, bahkan hingga sampai kehilangan seluruh tanaman padi jika kerusakan yang ditimbulkan sangat parah. Serangan yang ditimbulkan oleh OPT dikelompokkan menjadi beberapa istilah yang lebih luas seperti, pantogen atau penyebab penyakit tanaman, hama atau organisme yang dapat merusakkan dan menimbulkan penyakit akibat virus yang ditularkan maupun dampak negatif lain dan gulma atau tumbuhan liar yang tumuh disekitar tanaman budidaya yang menyebabkan persaingan hara semakin tinggi.
Pengendalian OPT secara terpadu dapat dilakukan dengan pengamatan terlebih dahulu untuk mengetahui skala kerusakan tanaman maupun skala populasi hama dan penyakit yang menyerang. Metode pengamatan hama pada lahan secara umum dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengamatan keliling atau patroli dan pengamatan tetap. Pengamatan keliling atau patrol adalah kegiatan mengamati OPT dengan menjelajahi suatu lahan dengan mengetahui tanaman yang terserang dan terancam, luas pengendalian, bencana alam, serta mencari informasi mengenai penggunaan, peredaran dan penyimpanan bahan OPT. Sub wilayh yang diamati oleh metode keliling adalah hamparan. Setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan metode keliling atau patrol, dapat diperoleh data dan informasi yang akan digunakan untuk menentukan daerah yang dicurigai pada daerah tersebut dengan didasarkan pada kerentanan varietas tanaman budidaya yang ditanam dengan atau terhadap OPT utama yang menyerang lahan tersebut, standar pertumbuhan tanaman yang ditanam serta jarak tanaman terhadap serangan hama yang menyerang tanaman tersebut. Pengamatan tetap merupakan metode pengamatan terhadap hama yang dilakuan secara berkala pada etak contoh tetap atau peralatan tertentu seperti perangkap lampu, penakar curah hujan, dan SMPK.
Terdapat banyak faktor yang dapat menimbulkan kerugian akibat pemerosotan hasil budidaya tanaman. Salah satu pembatas dalam produksi tanaman budidaya yaitu adalah organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama, penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman yang menyerang tanaman budidaya baik secara langsung maupun secara persaingan unsur hara antar tanaman utama dengan gulma, dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman padi yang sedang dibudidayakan. Serangan OPT yang intensitasnya sudah sangat parah bahkan akan menyebabkan kehilangan hasil produksi secara total sehingga tanaman mati dan tidak dapat berproduksi sebagaimana yang ditargetkan. Perkembangbiakan OPT yang terdapat di lapangan dipengaruhi oleh penerapan teknologi budidaya yang diterapkan. Penerapan teknologi budidaya yang tidak tepat seperti penggunaan pestisida dengan tidak berwawasan lingkungan, pemupukan yang berlebihan dan sistem budidaya yang tidak dianjurkan, secara langsung menimbulkan ledakan populasi bagi hama dan gulma sehingga dampak kerusakan terhadap tanaman akan semakin parah. Perkembangbiakan beberapa jenis OPT yang sangat pesat juga didukung oleh perubahan iklim yang ekstim dengan sulitnya menentukan waktu dan pola tanam akibat curah hujan yang tidak menentu. Kerusakan tanaman dan kerugian yang diakibatkan oleh OPT serta beberapa Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Hama Terpadu dengan berwawasan lingkungan menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan pengendalian terhadap organisme pengganggu tumbuhan seperti Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman dan UU lain sebagainya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada acara praktikum yang dilaksanakan di Agrotechnopark (ATP) Jubung, terdapat beberapa OPT yng ditemukan pada tanaman padi di petak contoh yang digunakan, yakni:
Keong Mas (Pomacea canaliculata L.)
Hama keong mas yang ditemukan pada lahan pertanaman padi merupakan hama yang merusak tanaman padi dengan menyerang jaringan tanaman, keong mas memarut jaringan pada tanaman padi dan memakan jaringan tersebut. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama keong mas yaitu berupa terdapatnya bibit yang hilang dilahan pertanaman padi. Waktu yang tepat untuk dapat mengendalikan hama keong mas ini yaitu pada saat tanaman berusia 10 hari setelah tanam atau 21 hari setelah sebar benih, kemudian kecepatan laju pertumbuhan tanaman lebih besar dan lebih cepat dibandingkan laju kerusakan yang ditimbulkan oleh keong mas.
Ulat Hijau (Naranga aenescens)
Saat budidaya padi mencapai fase pesemaian hingga pada saat anakan maksimum, populasi hama ulat akan menjadi tinggi. Larva yang masih berusia muda menyerang tanaman padi dengan memarut jaringan epidermis tanaman padi dan akan meninggalkan bekas berwarna putih pada lapisan bawah daun saat sesudah melakukan serangan. Tanah yang memiliki unsur hara berlebih akibat pemberian pupuk yang tidak sesuai dengan takaran dianjurkan, menjadi tanah yang sangat disukai oleh hama ini. Ulat ini akan meningkat dengan tajam populasinya saat selama musim hujan. Hama ini bersembunyai di dasar tanaman atau di dasar rumput-rumput pada siang hari dan ngengatnya aktif pada malam hari. Penekanan populasi teradap hama ini dapat dilakukan secara efektif dengan mengandalkan mush alaminya. Tanaman yang terserang hama ini dapat dikembalikan atau disembuhkan sehingga kerusakan yang parah akibat hama ini jarang terjadi.
Penggerek Batang (Scirpophaga innotata)
Salah satu hama terpenting yang menjadi perusak tanaman padi yaitu hama penggerek batang. Serangan yang dilakukan oleh hama penggerek batang dapat menimbulkan kerusakan berat. Kerusakan berupa kehilangan hasil panen yang tinggi dan merusak setiap fase pada pertumbuhan padi mulai dari fase pembibitan, anakan, sampai pada fase berbunga atau fase generatif. Sundep merupakan sebutan bagi hama penggerek batang ini apabila serangan hama penggerek batang terjadi pada fase anakan dan akan disebut beluk saat serangan terjadi pada saat fase berbunga. Gejala yang dirimbulkan sundep merupakan dengan menyerang daun padi yang berusia muda atau daun padi sebelum masa pembungaan. Daun yang terserang sundep akan mulai menguning kemudian mengering dan mati. Gejala yang ditimbulkan akibat serangan beluk yang menyerang titik tumbuh tanaman padi yang sedang berisi buliran padi, sehingga buliran padi keluar dan berguguran dan mengakibatkan gabah-gabah kosong dan berwarna keabu-abuan. Pada saat musim hujan, hama penggerek batang padi ini perlu diwaspadai dan diperhatikan secara intensif.
Kepinding Tanah (Scotinophara coarctata)
Gejala kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan kepinding tanah yaitu menyerupai penyakit blas dengan meninggalkan bekas berwarna coklat disekitar daerah bekas hisapan. Daun yang terkena serangan hama kepinding tanah menjadi kering dan menggulung secara membujur, gabah menjadi setengah berisi bahkan hampa. Kepinding tanah menyerang tanaman padi mulai dari fase pembibitan hingga sampai tanaman dewasa.
Menurut Soejitno dan Edi (1993) dalam Roja (2009), ambang ekonomi merupakan batas populasi hama atau batas kerusakan yang ditimbulkan oleh hama sebagai dasar penggunaan pestisida. Jika populasi hama berada diatas ambang ekonomi, telah mengakibatkan kerugian yang besaran nilainya lebih besar daripada biaya pengendalian. Berikut merupakan beberapa nilai ambang ekonomi hama dari tanaman padi, yaitu:
Wereng Coklat
Mekanisme kerusakan yang timbul oleh wereng coklat yaitu dengan menghisap cairan yang terdapat pada sistem vascular atau pembuluh tanaman padi. Batas ambang hama wereng coklat yang menyerang tanaman padi yaitu berkisar 15 ekor wereng per rumpun tanaman dengan siklus hidup wereng coklat 15-33 hari.
Kepinding Tanah
Kerusakan yang ditimbulkan oleh kepinding tanah yaitu kehilangan buliran gabah karena kepinding tanah menghisap butiran gabah yang sedang berisi. Batas ambang kepinding tanah yaitu 5 ekor nimfa per rumpun tanaman padi. Jika terdapat lebih dari 5 ekor dalam satu rumpun, dapat mengakibatkan kehilangan hasil produksi padi hingga sampai 35%.
Walang Sangit
Mekanisme serangan hama walang sangit yaitu dengan merusak tanaman yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Nilai ambang ekonomi walang sangit adalah lebih dari 1 ekor walang sangit per dua rumpun pada masa keluar malai hingga pada sampai fase pembungaan tanaman padi.
Penggerek Batang
Pengendalian pada hama ini tidak akan efektif jika kerusakan yang ditimbulkan telah terlihat. Penggunan insektisida dapat dilakukan jika keberadaan populasi hama ini telah melebihi ambang ekonomi. Ambang ekonomi hama penggerek batang yaitu 10% rumpun yang terserang dan 4 butir telur per rumpun tanaman padi.
Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan praktikum, pengamat menemui beberapa musuh alami hama pada tanaman padi yang sedang dibudidayakan, yakni:
Lycosa sp. dan Oxyopes sp., predator atau musuh alami hama ini menangkap hama dengan jarring sebagai perangkap dan hama yang tertangkap akan dihisap habis dalam kurun waktu sekitar 3 jam. Laba-laba yang menjadi predator hama ini saling memangsa sesamanya atau kanibal untuk bertahan hidup.
Ophionea sp. dan larva Cocinelidae sp., yang memiliki peran sebagai predator hama ulat (Naranga aenescens).
Belalang (Conecephalus sp.) meupakan salah satu dari kelompok predator yang memangsa hama-hama yang menyerang tanaman padi.
Pengendalian terhadap OPT yang menimbulkan kerugian bagi kegiatan budidaya tani sudah sepatutnya dikendalikan dengan menggunakan metode dan cara yang benar. Metode yang digunakan dalam pengendalian OPT pada pertanaman padi sebaiknya menerapkan tata cara yang berwawasan lingkungan dan ramah pada keseimbangan ekosistem sawah. dalam melakukan kegiatan pengendalian OPT, sebaiknya mengurangi keterkaitan dan keterlibatan bahan kimia sebagai solusi atas permasalahan yang ditimbulkan OPT. penggunaan bahan organik dan organisme alami akan menjadi solusi terbaik bagi sisi lingkungan, tanaman dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami hama tanaman dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali hayati/biologi. Jika keadaan lingkungan memungkinkan, tanpa campur tangan manusiapun musuh alami yang telah ada pada lahan tempat menanam padi sudah menjadi predato atau musuh alami bagi hama yang menyerang tanaman padi sawah yang dibudidayakan. Namun pada kenyataannya, musuh alami yang sebenarnya menjadi predator bagi hama banyak diburu ataupun mati akibat penerapan metode budidaya yang kurang tepat. Indonesia seagai negara dengan iklim tropis sebenarnya menjadi tempat yang sesuai dan sudah memiliki musuh alami yang berlimpah, namun penerapan sistem budidaya yang salah menyebabkan keseimbangan ekosistem berubah dan berdampak pada penurunan populasi musuh alami (Moningka et al., 2012).
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupaka semua mahkluk hidup penyusun suatu ekosistem yang mengganggu tanaman dan mengakibatkan kerugian pada usaha budidaya tanaman yang sedang ditanam. Pengendalian terhadap OPT sudah sepatutnya dilakukan untuk menekan populasi hama dan gulma dan untuk mengurangi resiko kerugian yang disebabkan oleh hama dan gulma. PHT merupakan metode pengendalian OPT dengan tata cara yang berwawasan lingkungan agar keseimbangan ekosistem tetap utuh terjaga. Pengendalian OPT secara terpadu dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia dan mengganti bahan kimia dengan mengandalkan musuh alami yang dapat berperan sebagai predator bagi hama yang menyerang tanaman.
5.2 Saran
Pada kegiatan praktikum pengendalian hayati, sebaiknya praktikan dibimbing dengan tegas saat kegiatan pengamatan berlangsung, tidak hanya melakukan peneguran saat sebelum maupun sesudah kegiatan berlangsung. Kegiatan praktikum akan lebih baik jika tidak dilaksanakan pada saat hari Minggu karena pada hari tersebut merupakan hari untuk beribadah bagi umat Kristiani.
DAFTAR PUSTAKA
Antralina. 2012. Karakteristik Gulma dan Komponen Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Sistem SRI pada Waktu Keberadaan Gulma yang Berbeda. Agribisnis dan Pengembangan Wilayah, 3(2): 9-17.
Baehaki. 2011. Strategi Fundamental Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat dalam Pengamanan Produksi Padi Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian, 4(1): 63-75.
Henuhili, V., dan Tien A. 2013. Konservasi Musuh Alami sebagai Pengendalian Hayati Hama dengan Pengelolaan Ekosistem Sawah. Penelitian Saintek, 18(2): 29-40.
Moningka, M., Dantje T., dan Jeane K. 2012. Keragaman Jenis Musuh Alami pada Serangga Hama Padi Sawah di Kabupaten Minahasa Selatan. Eugenia, 18(2): 89-97.
Roja, A. (2009). "Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu (PHT) pada Padi Sawah". Makalah pada Pelatihan Spesifik Lokalita, Sumatera Barat.
Rukmana, R., dan Yuyun Y. O. 2002. Tanaman Penghasi Pestisida Alami. Yogyakarta: Kanisius.
Sembiring, Abdul S. 2013. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit dan Hama Tanaman Padi. Pelita Informatika Budi Darma, 3(1): 6-11.
Senoaji, W., dan R. Heru P. 2013. Interaksi Nitrogen dengan Insidensi Penyakit Tungro dan Pengendaliannya Secara Terpadu pada Tanaman Padi. IPTEK Tanaman Pangan, 8(2): 80-89.
Surachman, E., dan Widada A. S. 2007. Hama Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.
Suryanto, W. A. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Masalah dan Solusinya. Yogyakarta: Kanisius.
Wiyono, S., Widodo, Hermanu, dan Triwidodo. 2014. Mengelola Ledakan Hama dan Penyakit Padi Sawah pada Agroekosistem yang Fragil dengan Pengendalian Hama Terpadu Biointensif. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, 1(2): 116-120.
LAMPIRAN
Gambar 2. Telur keong mas yang menempel pada batang padi
Gambar 2. Telur keong mas yang menempel pada batang padi
Gambar 4. Gulma enceng gondokGambar 3. Keong mas yang terkumpulGambar 1. Mencari OPT secara konvensional
Gambar 4. Gulma enceng gondok
Gambar 3. Keong mas yang terkumpul
Gambar 1. Mencari OPT secara konvensional