Laporan Pendahuluan Sindrome Nefrotik 1.
Definisi Sind Sindro rom ma
nefro efroti tik k
(SN) (SN)
merup erupak akan an
sala salah h
satu satu
manif anifes esta tasi si
klin klinik ik
glomerulon glomerulonefritis efritis (GN) ditandai ditandai dengan dengan edema anarsarka, proteinuri proteinuriaa massif ≥ 3,5 g/hari, hiperkolesterolemia dan lipiduria. Pada proses awal atau SN ringan, untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala ditemukan. Proteinuria massif merupakan tanda khas SN akan tetapi pada SN berat yang disertai kadar albumin rendah, ekskresi protein dalam urin urin juga juga berk berkur uran ang. g. Prot Protei einu nuria ria juga juga berk berkon ontr trib ibus usii terh terhad adap ap berb berbag agai ai komplikasi yang terjadi pada SN.
c. Glomer Glomerulo ulonef nefriti ritiss memb membran ranosa osa (GNMN) (GNMN) d. Glumer Glumerulo ulonef nefriti ritiss membran membranopl oplori orifera feratif tif (GNMP) e. Glomer Glomerulo ulonef nefriti ritiss prolip proliperat eratif if lainny lainnyaa Glomerulonefritis sekunder akibat infeksi seperti HIV, Hepatitis B dan C, Tuberculosa. Sedangkan yang disebabkan oleh keganasan seperti adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma, karsinoma ginjal. Yang disebabkan oleh penyakit jaringan penghubung seperti lupus eritematosus sistemik, dan rematik. Sedangkan yang dikarenakan efek obat dan toksin seperti obat anti imflamasi non steroid, pinisilin, captopril, dan heroin. Yang disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus, pre eklamsia 3.
Patofisiologi Peru Peruba baha han n
pato patolo logi giss
yang ang
mend mendas asar arii
pada pada sind sindro rom m nefr nefrot otik ik adal adalah ah
c. Glomer Glomerulo ulonef nefriti ritiss memb membran ranosa osa (GNMN) (GNMN) d. Glumer Glumerulo ulonef nefriti ritiss membran membranopl oplori orifera feratif tif (GNMP) e. Glomer Glomerulo ulonef nefriti ritiss prolip proliperat eratif if lainny lainnyaa Glomerulonefritis sekunder akibat infeksi seperti HIV, Hepatitis B dan C, Tuberculosa. Sedangkan yang disebabkan oleh keganasan seperti adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma, karsinoma ginjal. Yang disebabkan oleh penyakit jaringan penghubung seperti lupus eritematosus sistemik, dan rematik. Sedangkan yang dikarenakan efek obat dan toksin seperti obat anti imflamasi non steroid, pinisilin, captopril, dan heroin. Yang disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus, pre eklamsia 3.
Patofisiologi Peru Peruba baha han n
pato patolo logi giss
yang ang
mend mendas asar arii
pada pada sind sindro rom m nefr nefrot otik ik adal adalah ah
kadar kadar lipopr lipoprote otein in lipase lipase plasma plasma (enzim (enzim utama utama yang yang memecah memecah lemak lemak di plasma darah).
Etiologi primer dan sekunder Kerusakan glomerulus Perubahan permeabilitas membran glomerulus Penurunan laju filtrasi glomerulus Protein terfiltrasi
Hipoalbuminemia
Peningkatan sintesa protein di hati
Penurunan sist. imun
Penurunan tekanan onkotik Peni Pening ngka kata tan n teka tekana nan n hidr hidros osta tati tik k
Peme Pemeca caha han n lem lemak & prot protei ein n
Perpindahan cairan dari intrasel Ke intertisial Peningkatan kolestrol darah
Risiko tinggi infeksi
Hiperlipidemia
Nekrosi
Kelemahan
Beban jantung meningkat Gangguan Mobilitas Fisik
nsi paru tdk adekuat Gangguan integritas kulit
Perubahan perfusi jaringan / cerebral
Ekspa
Gangguan Pola Nafas tidak efektif
4.
Tanda dan Gejala a. Proteinuria > 3,0 gr/24 jam b. Hipoalbumin
yang
disebabkan
karena
peningkatan
permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma. Kadar albumin < 3 g/dl c. Edema anasarka d. Hiperlipidemia yang disebabkan karena penurunan enzim pemecah lemak di plasma darah e. Lipiduria 5.
Penatalaksanaan Medis Pengobata SN terdiri dari
gobatan spesifik
ditujukan terhad
protein akibat sindrom nefrotik belum ditetapkan. Pembatasan asupan protein 0,8-1,0 gr/ kgBB/hari dapat mengurangi proteinuria. Tambahan vitamin D dapat diberikan kalau pasien mengalami kekurangan vitamin ini. d. Terapiantikoagulan Bila didiagnosis adanya peristiwa tromboembolisme , terapi antikoagulan dengan heparin harus dimulai. Jumlah heparin yang diperlukan untuk mencapai
waktu
tromboplastin parsial (PTT)
terapeutik
mungkin
meningkat karena adanya penurunan jumlah antitrombin III. Setelah terapi heparin intravena , antikoagulasi oral dengan warfarin dilanjutkan sampai sindrom nefrotik dapat diatasi. e. TerapiObat Terapi khusus untuk sindroma nefrotik adalah pemberian kortikosteroid yaitu prednisone 1 – 1,5 mg/kgBB/hari dosis tunggal pagi hari selama 4 –
statin seperti simvastatin, pravastatin dan lovastatin dapat menurunkan kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL. f. Obat anti proteinurik misalnya ACE inhibitor (Captopril 3 x 12,5 mg), kalsium antagonis (Herbeser 180 mg) atau beta bloker. Obat penghambat enzim konversi angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors) dan antagonis reseptor angiotensin II dapat menurunkan tekanan darah dan kombinasi
keduanya
mempunyai
efek
aditif
dalam
menurunkan
proteinuria. 6.
Komplikasi a. Hiperlipidemia merupakan keadaan yang sering menyertai SN. Kadar kolesterol pada umumnya meningkat sedangkan trigliserida bervariasi dari normal sampai sedikit tinggi. Peningkatan kadar kolesterol disebabkan oleh meningkatnya LDL (low density lipoprotein) yaitu sejenis lipoprotein
katabolisme yang meningkat dan bertambah banyaknya yang terbuang melalui
urine.
Gagal ginjal akut disebabkan oleh hypovolemia. Oleh kerana cairan berakumulasi di dalam jaringan tubuh, kurang sekali cairan di dalam sirkulasi darah. Penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik dan timbulnya nekrosis tubular akut. 7.
Prognosis Prognosis tergantung pada kausa sindrom nefrotik. Pada kasus anak, prognosis adalah sangat baik kerana minimal change disease (MCD) memberikan respon yang sangat baik pada terapi steroid dan tidak menyebabkan terjadi gagal ginjal (chronic renal failure). Tetapi untuk penyebab lain seperti focal segmental glomerulosclerosis (FSG) sering menyebabkan terjadi end stage renal disease (ESRD). Faktor – faktor lain
9. Pemeriksaan diagnostik 1. Uji urine a. Protein urin – meningkat. b. Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria. c. Dipstick urin – positif untuk protein dan darah. d. Berat jenis urin – meningkat 2. Uji darah a. Albumin serum – menurun. b. Kolesterol serum – meningkat. c. Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi). d. Laju endap darah (LED) – meningkat. e. Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan. 3. Uji diagnostik
Konsep Dasar Keperawatan A. Pengkajian 1. Keadaan Umum : 2. Riwayat : Identitas anak : nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll. Riwayat kesehatan yang lalu : pernahkah sebelumnya klien sakit seperti ini ? Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami, imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan. Pola kebiasaan sehari-hari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eleminasi. 3. Riwayat penyakit saat ini :
o
Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
o
Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
B. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Sindrom Nefrotik
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kelebiahn volume cairan teratasi.volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil
6.
Berikan diuretik sesuai instruksi. Rasional : Menurunkan
Edema
Gangguan perfusi jaringan renal berhubungan dengan
penurunan konsentrasi Hb di dalam darah, hipoksia jaringan Tujuan : menunjukan keseimbangan cairan dengan kriteria evaluasi sesak nafas teratasi, edema perifer tidak ada, kadar kreatinin dan ureum dalam batas normal, kadar Hb dalam darah dalam batas normal. Intervensi : 1. Observasi status hidrasi klien (misalnya : membran mukosa lembab, keadekuatan nadi dan tekanan darah ) . Rasional : Memberikan infirmasi tentang status keseimbangan cairan. 2. Pantau hasil laboratorium terutama peningkatan kreatinin dan ureum. Rasional : Peningkatan kadar kreatinin dan ureum dapat
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang
menurun. Tujuan : Infeksi dapat teratasi dengan kriteria evaluasi suhu dalam batas normal, nilai laboratorium dalam batas normal. Intervensi : 1.
Pantau suhu minimal setiap 4 jam sekali. Rasional :
Peningkatan suhu tubuh merupakan tanda awitan komplikasi dari proses penyakit. 2.
Pantau SDP (Sel Darah Putih). Rasional : Peningkatan SDP
total mengidentifikasikan adanya infeksi. 3.
Gunakan teknik aseptik yang ketat pada setiap tindakan.
Rasional : Untuk menghindari transmisi atau penyebaran patogen. 4.
Kolaborasi pemberian antibiotik. Rasional : Untuk
3.
Kaji tingkat fungsional klien dengan menggunakan skala
mobilitas. Rasional : Mempertahankan sendi pada posisi fungsional dan mencegah deformitas muskulus skeletal .
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perpindahan cairan
dari intra sel ke intratisial. Tujuan : Ventilasi dan oksigen adekuat dengan kriteria evaluasi saturasi oksigen dalam batas normal, klien tidak sesak, suara nafas normal, pernafasan dalam batas normal, tidak terdapat sianosis. Intervensi : 1. Observasi status neurologis. Rasional : dapat memberikan informasi yang aktual tentang kondisi klien.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. W DENGAN SINDROM NEFROTIK DI RUANG ICU ULIN BANJARMASIN
Tanggal Masuk
: 19 November 2012
Ruangan
: ICU
Pengkajian
: 19 November 2012
No. RMK
: 1. 02. 00. 45
A.
IDENTITAS PASIEN Nama
: Ny. W
Agama
: Islam
Pendidikan
: D3
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Jl. Sawahan Pelaihari Tala
Status
: Menikah
Hubungan dengan pasien
: Saudara kandung
C. STATUS KESEHATAN 1. Keluhan Utama Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak nafas dan bengkak ditangan dan kaki. 2. Ri
at Pe
akit Seka
Keluaraga pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya dan pasien pernah mengalami hipotensi serta pasien pernah menderita riwayat asma. 4. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan pasien.
: laki-laki
: perempuan
: pasien
----------------- : tinggal serumah
E. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: pasien terlihat lemah, terpasang O₂ dengan metode Masker Non Reberating : 7 liter/menit, SPO : 75%
Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif
2.
Kardivaskular Irama jantung pasien regular, tidak terdapat nyeri dada, bunyi jantung normal, CRT lebih dari 3 detik, akral dingin kering, EKG terdapat sinus tachikardi. Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif
3. Persarafan Glaslow Coma Skala (GCS) pasien mata 1, verbal 1, motorik 4 dengan
Nafsu makan pasien menurun, terpasang NGT, pasien diberikan nutrisi berupa cairan jenis nutrisol. Keadaan mulut terlihat bersih dengan mukosa bibir kering, terdapat nyeri tekan di daerah epigastrium, bunyi peristaltik usus 8 x/menit, pada eliminasi BAB sebanyak 1x / 21 jam dengan frekuensi tidak teratur. Konsistensi feses berbau amis dengan warna kuning campur darah.
6. Muskoluskeletal/ Integumen Kemampuan persendian terbatas dengan kekuatan otot 1111
1111
1111
1111
, warna kulit sianotik dengan turgor kulit jelek > 3 detik
dengan
Pasien mandi selama di RS sebanyak 1x/ hari dengan cara diseka dan ganti pakaian sebanyak 1x /hari.
9. Psiko-sosio-spiritual Orang yang paling dekat dengan pasien adalah suami dan adik pasien, pasien tidak terlihat beribadah selama di RS.
MCHC
26,9 %
32 – 38 %
HITUNG JENIS
HASIL
NILAI RUJUKAN
Basofil
0,1%
0–1%
Eosinofil
0,1%
1–3%
Gram%
91,8%
50 – 70 %
Limfosit%
5,1%
25 – 40 %
Monosit%
2,9%
3–9%
Basofil#
0,03 ribu/ul
< 1 ribu/ul
Eosinofil#
0,03 ribu/ul
<3 ribu/ul
Gram#
25,4 ribu/ul
2,5 – 7 ribu/ul
Limfosit#
1,4 ribu/ul
1,25 – 4,0 ribu/ul
Eritrosit
3,58 ribu/ul
3,9 – 5,5 juta/ul
Hematokrit
29,6 vol%
37 – 47 vol%
Trombosit
125 ribu/ul
150 – 450 ribu/ul
RDW-CV
17,4 %
11,5 – 14,7 %
MCV, MCH, MCHC
HASIL
NILAI RUJUKAN
MCV
82,7 fl
80 – 97 fl
MCH
27,7 pg
27 – 32 pg
MCHC
33,4 %
32 – 38 %
HITUNG JENIS
HASIL
NILAI RUJUKAN
Basofil
0,1%
0–1%
Eosinofil
0,1%
1–3%
Ureum
120
10 – 50 mg/dl
Kreatinin
3,4
0,6 – 1,2 mg/dl
G. TERAPI 1.
Injeksi metilprednisolone 3x ½
2. Ceftriaxone 2x1 gr (injeksi) 3. Lasix 1x20 mg (injeksi) jika TD (sistol) lebih dari 100 mmHg 4. Kalnex 3x1 (injeksi) 5. Injeksi gastrofer 2x1 6. Injeksi braint act 2 x150
2. Pola nafas tidak tidak teratur jenis
Penurunan volume intravaskuler
pernafasan kausmaul dengan suara nafas stridor. 3. Respirasi sebesar 28
Ekspansi paru tidak
x/menit, retraksi
adekuat
interkostal(+), cupping hidung (+). 4. Saturasi oksigen (SPO2) sebesar 75%
DS :
7. Nilai laboratorium; Hb sebesar 6,1 gr/dl
mg/ dl 6. Hemoglobin sebesar 6,1 gr/dl 7. Intake = 900cc / 24 jam Output = 700cc / 24 jam
DS : DO: 1. Urine 700cc/24 jam 2. Adanya oliguria 3. Udem anasaka
Kelebihan volume
Protein terfiltrasi
cairan Hipoalbumin
x/menit.
Penurunan sistem imun
4. Respirasi sebesar 28 x/menit 5. Nilai laboratorium; leukosit
sebesar
27,4
ribu/ul,
monosit
sebesar
2,9%,
basofil
sebesar Eosinofil
0,1
%,
sebesar
0,1 %, Gram % sebesar 91,8 %
DO : 1. Kesadaran sopor
Gangguan
2. Nilai GCS : E1M4V1
Fisik
Mobilitas
Edema
dengan total 6 3. Irama
pada
adalah
EKG sinus
tachikardi 4. Nadi
sebesar
104
x/menit 5. Pasien bantuan
memerlukan total
untuk
memenuhi kebutuhan nya 6. Pasien terpasang DC dan NGT
Kelemahan
J. INTERVENSI KEPERAWATAN DIAGNOSA
TUJUAN
1. Pola nafas tidak efektif
Setelah
dilakukan
INTERVENSI intervensi
RASIONAL
1. Observasi status neurologis.
berhubungan dengan
selama 1 shift dinas, Ventilasi
2. Observasi status pernafasan,
perpindahan cairan dari
dan oksigen adekuat dengan
peningkatan frekuensi, upaya
intrasel ke intertisial.
kriteria evaluasi :
nafas atau perubahan pola
1. Saturasi oksigen dalam batas normal 2. Pasien tidak sesak 3. Suara nafas normal 4. Pernafasan dalam batas normal
nafas.
aktual tentang kondisi pasien 2. Mengetahui secara dini kebutuhan oksigen pasien atau pasien 3. Bunyi
3. Kaji adanya bunyi nafas dan bunyi nafas tambahan 4. At ur
1. Dapat memberikan informasi yang
posi si
pasien
nafas
mengindikasikan kekurangan oksigen 4. Untuk memaksimalkan ventilasi
se mi
fowler
5. Menunjukan status oksigenisasi dan status asam-basa
5. Lakukan pemeriksaan analisa gas darah
5. Tidak terdapat sianosis Setelah di lakukan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital
1.
selama 1 shift dinas, gangguan
2. Monitor status neurologis
tentang kondisi pasien
penurunan suplai nutrisi perfusi jaringan serebral dapat
3. Atur posisi (semi fowler)
2.
dan O2
4. Lakukan
kesadaran pasien
2. Gangguan perfusi serebral berhubungan
dengan
teratasi dengan kriteria hasil: 1. Tekanan darah dalam batas
obnormal
rehabilitasi
fisik
dan okupasi 5. Pantau kadar hematokrit dan
3.
Memberikan
Mengetahui
informasi
tingkat
Untuk mencegah terjadinya
tekanan intra serebral 31
normal
Hb
2. Pasien
4.
menunjukan
konsentrasi
dan
secara mandiri 5.
3. Nilai GCS dalam batas
Re nal
be rhubungan
dengan nekrosis jaringan
normal yaitu E4V5M6 Setelah dilakukan intervensi
3. Ka dar
creat inin
ureum
dalam
dan batas
4. Kadar Hb dalam darah,
keperawatan
selama
peningkatan
creatinin dan ureum 3. Observasi TTV pasien tiap 1 jam
intervensi 1
5. Pantau intake dan output
1. Memberikan informasi tentang status keseimbangan cairan. 2. Peningkatan ureum
kadar
dapat
creatinin
dan
mengidentifikasikan
penurunan fungsi ginjal. 3. Untuk mengetahui status kondisi terkini pasien 4. Adanya
edema
merupakan
tanda
kurangnya fungsi ginjal 5. Dapat
mengetahui jumlah cairan
yang masuk ke tubuh pasien
cairan.
dalam batas normal
dilakukan
laboratorium
4. Kaji adanya edema
normal
Setelah
hasil
terutama
2. Edema perifer tidak ada
hipoalbumin
nadi dan tekanan darah). 2. Pantau
1. Sesak nafas teratasi
dengan
hidrasi
mukosa lembab, keadekuatan
dapat
:
berhubungan
status
perfusi
teratasi, dengan kriteria evaluasi
4. Kelebihan volume cairan
1. Observasi
pasien (misalnya: membran
renal
Penurunan hematokrit dan
Hb mengindikasikan adanya iskemia
selama 1 shift dinas,gangguan jaringan
meningkatkan
kemampuan pasien untuk berfungsi
komunikasi jelas
3. Gangguan perfusi Jaringan
Untuk
shift
dinas, kelebihan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2. Pasang urine kateter jika diperlukan
1. Untuk menghindari dehidrasi atau kelebihan cairan 2. Untuk memonitor intake dan output 3. Untuk menginformasikan tindakan
32
hasil :
3. Monitor
1. Terbebas
dari edema,
efusi pleura, anasarka 2. Bunyi
nafaas
bersih,
3. Terbebas dari distensi
tekanan
sentral
Yang
sesuai dengan retensi cairan 4. Monitor TTV
keperawatan yang tepat selanjutnya 4. Memberikan
informasi
tentang
kondisi pasien
5. Kaji lokasi dan luas edema
cairan 7. Beri ka n
vena jugularis
vena
lab.
6. Monitor masukan makanan/
tidak ada dispnea
4. Memel ihara
hasil
5. Untuk menentukan derajat kelebihan volume cairan tubuh 6. Menghindari kelebihan cairan
diureti k
se suai
7. Mengurangi kelebihan cairan tubuh
instruksi
kanan
kapiler paru 5. Output janung dan TTV dalam batas normal 6. Terbebas dari kelelahan, kecemasan dan bingung
5. Infe ksi
be rhubungan
Setelah
dilakukan
intervensi
dengan penurunan sistem
selama 1 shift dinas, Infeksi
imun.
dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : 1. Suhu
dalam
batas
normal. 2. nilai laboratorium dalam batas normal.
1.Pantau suhu minimal setiap 1 jam sekali
1. Peningkatan suhu tubuh merupakan tanda
2.Pantau SDP (sel darah putih). 3.Gunakan teknik aseptik yang ketat pada setiap tindakan.
awitan
komplikasi
dari
prosees penyakit 2. Peningkatan
SDP
total
mengidentifikasikan adanya infeksi. 3. Untuk menghindari transmisi atau penyebaran pantogen
4.Kol aborasi
pe mberia n
4. Untuk mencegah terjadinya infeksi 33
antibiotik
(Ceftriaxone 2x1
yang lebih lanjut
gr)
6. Hambatan mobilitas fisik Setelah berhubungan kelemahan
dengan
selama
dilakukan
intervensi
8
hambatan
jam
1. Lakukan latihan ROM pasif untuk
sendi
jika
mobilitas fisik dapat teratasi
merupakan
dibuktikan
minimal 2x sehari.
dengan
kriteria
evaluasi :
kontraindikasi
respirasi normal
dalam
tubuhnya
kekanan dan kekiri setiap 2
batas normal ke cepat an
memiringkan
na di, batas
sendi dan atropi otot. 2. Mencegah kerusakan kulit dengan mengurangi tekanan
2. Atur posisi pasien dengan
1. Kekuatan output dalam
2. TD,
tidak
1. Tindakan ini mencegah kontraktur
3. Mempertahankan sendi pada posisi fungsional dan mencegah deformitas musculuskletal.
jam. 3. Ka ji
t ingkat
fungsi onal
pasien dengan menggunakan skala mobilitas
34
K. IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN Hari/Tanggal Selasa / 20 November 2012
Diagnosa Keperawatan I
Implementasi
Evaluasi
08.00 Wita
Me mberi kan
S: O2
vi a
ma sker
non
O : Pasien tampak ada pernafasan cuping
rebreathing sebanyak 8 liter/ menit.
hidung, pasien memakai O2 via MNR
Mengobservasi status pernafasan didapat
sebanyak
cuping hidung positif, retraksi interkostal
x/menit, saturasi O2 79%.
positif, aspirasi sebanyak 26 x/ menit, nadi
8
liter/menit,
Respirasi
A : Masalah belum teratasi
116 x/ menit, saturasi O2 79%, P : Lanjutkan intervensi
35
26
09.00 Wita
1. Observasi status neurologis 2. Observasi status pernafasan, peningkatan
Mengatur posisi semi fowler
Kolaborasi pemberian metilprednisolon 3x
frekuensi upaya nafas, perubahan pola nafas, kaji adanya bunyi nafas ta mbahan
½ dan pemberian kalnex 3x1 mg
17.00
mengkaji kesadaran pasien yaitu kesadaran pasien koma, GCS E1 M3 V1 skor total 5
21.00
Tekanan Darah 146/72 Mmhg
Kolaborasi pemberian : Kalnex 3 x 1 mg Brain act 2 x 150 mg Gastrofer 2 x1mg
II
Kesadaran coma
Pemberian lasix 2 x 1 mg 08.00 Wita
S:
O : Kesadaran pasien coma, dengan nilai
Kesadaran coma dengan GCS, E1 V1 M3
36
dengan skor total 5
GCS : E1 V1 M3, hasil lab. Hematokrit 22,7 VOL%, dan hemoglobin 6,1 gr/dl
09.00 Wita
Memberikan ROM pasif
A : Masalah belm teratasi P : Lanjutkan intervensi
Hasil lab. Hematokrit sebesar 22,7 VOL %, Hb
1. Monitor TTV
61 gr/dl
2. Monitor status neurologis 3. Melakukan ROM pasif Monitor
hasil
lab.
Hematokrit
dan
hemoglobin III
08.00 Wita membran mukosa kering dengan intake
900cc/ 24 jam, output 700cc/24 jam hasil lab. Ureum 120 mg/dl, kreatinin
3,4 mg/dl
S : O:membran mukosa kering, intake 900cc/24 jam, output 700cc/24 jam, hasil lab. Ureum 120 dan kreatinin 3,4 A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
09.00 Wita 1. Mengobservasi status hidrasi pasien kolaborasi pemberian injeksi Gastrofer 2
x 1 mg injeksi lasix 2x1000 mg
2. Mengobservasi TTV 3. Memantau intake dan output 4. Pantau nilai lab ureum dan kreatinin
37
IV
08.00 Wita
S:
Memonitor intake sebesar 900cc / 24 jam
O : intake 900cc/24 jam, output 700cc/24 jam, TTV = TD: 146/72 mmhg, N : 116x/ menit,
Output 300cc/ 24 jam
R: 26 x/ menit, T: 38,5 0C, pitting edema
TTV = TD 146/72 mmhg
+2
N 116x/ menit
R 26x/ menit
A : Masalah belum tertasi
T 38,50C
P : Lanjutkan intervensi
Pitting edema +2
1. Monitor TTV 2. Kaji lokasi dan luas edem 3. Monitor masukan makanan dan cairan
09.00 Wita
4. Monitor hasil lab. (Ureum, kreatinin dan hematokrit)
TTV= TD : 136/ 78 mmhg N : 112x/ menit R : 27x/ menit T : 38,20C
Kolaborasi pemberian lasix 2 x 1 gr V
08.00 Wita
memantau suhu tubuh dengan suhu
38,50 C
S: O : suhu tubuh pasien sebesar 38,5 0C, hasil lab. Leukosit 27,4 ribu/Ul
38
kolaborasi pemberian ceftriaxon 2 x 1 gr
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
09.00 Wita
1. Pantau suhu tubuh pada saat 1 jam sekali
hasil lab. Leukosit sebesar 27,4 ribu/ Ul
2. Pantau hasil lab. Leukosit 3. Kolaborasi pemberian ceftriaxson 2 x 1 gr
VI
08.00 Wita
S:
melakukan oral hygiene
O : TTV : TD: 146/78 mmhg, N: 116 x/ menit,
memberikan vit. Albimumin 4 kapsul
R : 26 x/menit, T : 38,5 0C, Skala aktivitas
via NGT
memberikan Nutrisol 6 x 100 cc
membantu dalam proses eliminasi
pasien, skala aktivitas 4 (dibantu total) A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1. Lakukan latihan ROM pasif untuk
14.00
sendi
memberikan Nutrisol via NGT
mengatur posisi pasien miring kanan
dan miring kiri
jika
tidak
merupakan
kontraindikasi minimal 2x sehari. 2. Atur
posisi
pasien
dengan
memiringkan tubuhnya kekanan dan kekiri setiap 2 jam. 3. Kaji tingkat fungsional pasien 39
Rabu
I
21 November
08.00 Wita
2012
Me mberi kan
S: O2
vi a
ma sker
non
O : Pasien tampak ada pernafasan cuping
rebreathing sebanyak 8 liter/ menit.
hidung, pasien memakai O2 via MNR
Mengobservasi status pernafasan didapat
sebanyak 8 liter/menit, nadi 112x/menit
cuping hidung positif, retraksi interkostal
,respirasi 25 x/menit, saturasi O2 76%.
positif, aspirasi sebanyak 25 x/ menit, nadi
A : Masalah belum teratasi
112 x/ menit, saturasi O2 76%, P : Lanjutkan intervensi 09.00 Wita
1.Observasi status neurologis 2.Observasi
status
pernafasan,
Mengatur posisi semi fowler
peningkatan frekuensi upaya nafas,
Kolaborasi pemberian metilprednisolon 3x
perubahan pola nafas, kaji adanya
½ dan pemberian kalnex 3x1 mg
bunyi nafas tambahan
17.00
mengkaji kesadaran pasien yaitu kesadaran pasien, GCS E1 M3 V1 skor total 5 40
21.00
Tekanan Darah 136/78 MmHg
Kolaborasi pemberian : Kalnex 3 x 1 mg Brain act 2 x 150 mg Gastrofer 2 x1mg
Kesadaran coma
Pemberian lasix 2 x 1 mg II
08.00 Wita
S:
O : Kesadaran pasien coma, dengan nilai
Kesadaran coma dengan GCS, E1 V1 M3 dengan skor total 5
GCS : E1 V1 M3. A : Masalah belm teratasi
09.00 Wita Memberikan ROM pasif
P : Lanjutkan intervensi 1. Monitor TTV 2. Monitor status neurologis 3. Melakukan ROM pasif 4. Monitor
hasil lab.
Hematokrit dan
hemoglobin
41
III
08.00 Wita membran mukosa kering dengan intake
900cc/ 24 jam, output 700cc/24 jam 09.00 Wita kolaborasi pemberian injeksi Gastrofer 2
S: O : membran mukosa kering, intake 900cc/24 jam, output 700cc/24 jam, A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
x 1 mg injeksi lasix 2x1000 mg
1. Mengobservasi status hidrasi pasien 2. Mengobservasi TTV 3. Memantau intake dan output
IV
08.00 Wita
4. Pantau nilai lab ueum dan kreatinin S:
Memonitor intake sebesar 900cc / 24 jam
O : intake 900cc/24 jam, output 700cc/24 jam,
Output 720 cc/ 24 jam
TTV = TD: 136/72 mmhg, N : 112x/ menit, R:
TTV = TD 136/72 mmhg N =112x/ menit
A : Masalah belum tertasi
R= 25x/ menit
P : Lanjutkan intervensi
T = 38,50C
25 x/ menit, T: 38,5 0C, pitting edema +2
Pitting edema +2
1. Monitor TTV 2. Kaji lokasi dan luas edem 3. Monitor masukan makanan dan cairan Monitor hasil lab. (Ureum, kreatinin dan
09.00 Wita
hematokrit)
42
TTV= TD : 136/ 78 mmhg N : 112x/ menit R : 27x/ menit T : 38,50C
V
Kolaborasi pemberian lasix 2 x 1 gr
08.00 Wita
memantau suhu tubuh dengan suhu
38,50 C
S: O : suhu tubuh pasien sebesar 38,5 0C, A : Masalah belum teratasi
kolaborasi pemberian ceftriaxon 2 x 1 gr
P : Lanjutkan intervensi 1. Pantau suhu tubuh pada saat 4 jam sekali 2. Pantau hasil lab. Leukosit 3. Kolaborasi pemberian ceftriaxson 2 x 1 gr
VI
08.00 Wita
S:
43
melakukan oral hygiene
memberikan vit. Albimumin 4 kapsul
via NGT
memberikan Nutrisol 6 x 100 cc
membantu dalam proses eliminasi
O : TTV : TD: 146/78 mmhg, N: 116 x/ menit, R : 26 x/menit, T : 38,5 0C, Skala aktivitas pasien, skala aktivitas 4 (dibantu total) A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
14.00
memberikan Nutrisol via NGT
mengatur posisi pasien miring kanan
dan miring kiri
1. Lakukan latihan ROM pasif untuk sendi jika
tidak
merupakan
kontraindikasi
minimal 2x sehari. 2. Atur posisi pasien dengan memiringkan tubuhnya kekanan dan kekiri setiap 2 jam.
44
Kamis, 22 November 2012
I
08.00 Wita
Me mberi kan
S: O2
vi a
ma sker
non
O : Pasien tampak ada pernafasan cuping
rebreathing sebanyak 8 liter/ menit.
hidung, pasien memakai O2 via MNR
Mengobservasi status pernafasan didapat
sebanyak 8 liter/menit, nadi 112 x/menit
cuping hidung positif, retraksi interkostal
,respirasi 28 x/menit, saturasi O2 68%.
positif, aspirasi sebanyak 28 x/ menit, nadi
A : Masalah belum teratasi
112 x/ menit, saturasi O2 68 %, P : Lanjutkan intervensi 09.00 Wita
1. Observasi status neurologis 2. Observasi status pernafasan, peningkatan
Mengatur posisi semi fowler
frekuensi upaya nafas, perubahan pola
Kolaborasi pemberian metilprednisolon 3x
nafas, kaji adanya bunyi nafas ta mbahan.
½ dan pemberian kalnex 3x1 mg 17.00
mengkaji kesadaran pasien yaitu kesadaran pasien, GCS E1 M3 V1 skor total 5
45
21.00
Tekanan Darah 137 /80 MmHg
Kolaborasi pemberian : Kalnex 3 x 1 mg Brain act 2 x 150 mg Gastrofer 2 x1mg
Kesadaran coma
Pemberian lasix 2 x 1 mg II
08.00 Wita
S:
Kesadaran coma dengan GCS, E1 V1 M3
O : Kesadaran pasien coma, dengan nilai
dengan skor total 5
GCS : E1 V1 M3. A : Masalah belum teratasi
09.00 Wita
Memberikan ROM pasif
P : Lanjutkan intervensi 1. Monitor TTV 2. Monitor status neurologis 3. Melakukan ROM pasif Monitor hasil lab. Hematokrit dan hemoglobin
III
08.00 Wita
membran mukosa kering dengan intake
S: O: membran mukosa kering, intake 900cc/24 46
900cc/ 24 jam, output 700cc/24 jam 09.00 Wita kolaborasi pemberian injeksi Gastrofer 2
jam, output 700cc/24 jam, A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
x 1 mg
injeksi lasix 2x1000 mg
1. Mengobservasi status hidrasi pasien 2. Mengobservasi TTV 3. Memantau intake dan output 4. Pantau nilai lab ueum dan kreatinin
IV
08.00 Wita
S:
Memonitor intake sebesar 900cc / 24 jam
O : intake 900cc/24 jam, output 700cc/24 jam,
Output 760 cc/ 24 jam
TTV = TD: 137/80 mmhg, N : 112x/ menit, R:
TTV = TD 137/80 MmHg N =112x/ menit
A : Masalah belum tertasi
R= 25x/ menit
P : Lanjutkan intervensi
T 38,50C
25 x/ menit, T: 38,5 0C, pitting edema +2
Pitting edema +2
1. Monitor TTV 2. Kaji lokasi dan luas edem 3. Monitor masukan makanan dan cairan Monitor hasil lab. (Ureum, kreatinin dan
09.00 Wita
hematokrit)
TTV= TD : 137/ 78 mmhg 47
N : 110x/ menit R : 25x/ menit T : 37,60C
V
Kolaborasi pemberian lasix 2 x 1 gr 08.00 Wita
memantau suhu tubuh dengan suhu
38,50 C
S: O : suhu tubuh pasien sebesar 38,5 0C, A : Masalah belum teratasi
kolaborasi pemberian ceftriaxon 2 x1 gr
P : Lanjutkan intervensi 1. Pantau suhu tubuh pada saat 4 jam sekali 2. Pantau hasil lab. Leukosit 3. Kolaborasi pemberian ceftriaxson 2 x 1 gr VI
08.00 Wita
S:
melakukan oral hygiene
O : TTV : TD: 137/80mmhg, N: 112 x/ menit,
memberikan vit. Albimumin 4 kapsul
R : 28 x/menit, T : 38,5 0 C, Skala aktivitas
via NGT
memberikan Nutrisol 6 x 100 cc
membantu dalam proses eliminasi
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
14.00
pasien, skala aktivitas 4 (dibantu total)
memberikan Nutrisol via NGT
1. Lakukan latihan ROM pasif untuk sendi
48
mengatur posisi pasien miring kanan
dan miring kiri
jika
tidak
merupakan
kontraindikasi
minimal 2x sehari. 2. Atur posisi pasien dengan memiringkan tubuhnya kekanan dan kekiri setiap 2 jam. 3. Kaji tingkat fungsional pasien dengan
49
Jum’at 23 November 2012
I –VI
S: O : saturasi oksigen 0%, TD tidak teraba, arteri karotis tidak teraba, nadi tidak teraba, kesadaran koma dengan nialai GCS E1M1V1, tidak ada refleks pupil. A: Pasien meninggal dunia jam 09.00 Wita wita P : intervensi dihentikan Kronologi kejadian : Pada jam 08.00 Wita saturasi oksigen pasien turun dengan nilai sebesar 24 %, pasien tampak apneu dengan saturasi yang terus turun tekanan darah 70/40 MmHg, respirasi sebesar 3 x/menit, nadi sekitar 40 x/menit, suhu 38,5 0C. Tindakan yang dilakukan pada saat itu dengan melakukan beging dengan kecepatan 100 x/menit konsentrasi oksigen 100% hal it terus dilakukan sampai jam 08.55 wita setelah itu pada gambar di monitor menunjukan gambaran EKG asistol yang mana sempat dilakukan tindakan RJP selama 5 menit dan di barengi dengan pemberian injeksi efinefrin 2 ampul. Jam 09.00 Wita pasien di diagnosa oleh dokter jaga sudah meninggal dunia.
50