LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN POST DATE A. Pengertian
Induksi persalinan adalah upaya menstimulasi uterus untuk memulai terjadinya persalinan. Sedangkan augmentasi atau akselerasi persalinan akselerasi persalinan adalah meningkatkan frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan. (Saifuddin, 2002). Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai terjadi persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane. membrane. Augmentasi merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi spontan yang dianggap tidak adekuat karena kegagalan dilatasi serviks dan penurunan janin. (Cunningham, 2013). Induksi persalinan adalah upaya memulai persalinan dengan cara-cara buatan sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his. (Sinclair, 2010) Secara umum induksi persalinan adalah berbagai macam tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang timbulnya atau mempertahankan kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Atau dapat juga diartikan sebagai inisiasi persalinan secara buatan setelah janin viable. viable. (Llewellyn, 2002) Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu di dapatkan dari perhitungan usia kehamilan,seperti rumus Naegele atau dengan tinggi fundus uteri serial. ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid I edisi III, 2008) Kehamilan lewat waktu atau post date adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut Naegele dengan siklus rata – rata rata 28 hari.(WHO 1977.FIGO 1986) ( Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,2009)
B. Fisiologi / Patofisiologi
Produksi hormon progesteron kurang
Rangsangan uterus kurang
Uterus kurang dapat berkontraksi
Ketidakmampuan uterus mengeluarkan janin
Kehamilan yang lama lebih dari 42 minggu
Post date Kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 2009). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. Selain itu juga terjadinya kehamilan sirotinus antara lain: a. Hipoplasia hipofise b. Anensefalus c. Devisiensi enzim sulfarase plasenta d. Hormon estriol yang rendah.
C. Etiologi Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab
terjadinya kehamilan post term belum jelas. Beberpa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan post term sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut: 1. Pengaruh Progesteron Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipeercaya merupakan kejadian perubahan endoktrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin. Sehingga menduga bahwa terjadinya kehamilan karena berlangsungnya pengaruh progesteron. 2. Teori Oksitosin Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post term member kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peran penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut. 3. Teori Kortisol/ ACTH janin Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen selanjutnya berpengaruh pada meningkatnya produksi prostaglandin. Kadar kortisol rendah merupakan tidak timbulnya HIS. 4. Saraf Uterus Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjadi tekanan pada fleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan bagian bawah maasih tinggi diduga sebagai penyebab kehamilan posterm. 5. Heriditer Morgen (1999) seperti dikutip dalam Cuningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan post term saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak permpuannya akan mengalami kehamilan pos term. (Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, 2009) 6. Kurangnya air ketuban 7. Insufisiensi plasenta ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III, 2008)
D. Pathway
Produksi hormon progesteron kurang Rangsangan uterus kurang Uterus kurang dapat berkontraksi Ketidakmampuan uterus mengeluarkan janin Kehamilan yang lama lebih dari 42 minggu Post date Tindakan Induksi
Kurang pengetahuan
Nifas
Estrogen meningkat Penurunan Laktasi
Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Nyeri Akut b.d Agen cidera fisik
Ketidak efektifan menyusui b.d produksi
Resiko Infeksi b.d trauma jaringan
E. Manifestasi Klinis
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit. 2. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi : 3. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas. 4. Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit. 5. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat. F. Pengaruh pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1. Terhadap Ibu Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak terkoordinir, Janin besar, Moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan mortalitas. 2. Terhadap janin Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
G. Komplikasi
1. Bayi besar, dapat menyebabkan DKP 2. Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai bayi meninnggal 3. Keluarnya mekonium yang dapat menyebabkan aspirasi meconium (Saiffudin, 2006) H. Pemeriksaan Penunjang
1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitas plasenta. 2. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin 3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanantes tanpa tekanandinilai apakah reaktif atau tidak dengan tes tekanan oksitosin 4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 % ( Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I, 2008 )
I. Penatalaksanaan
Bila keadaan bayi baik : 1. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian. Bisa hasil positif segera lakukan SC. 2. Induksi persalinan: Metode pemberian
prostaglandin
farmakologis
diantaranya
yaitu
E (dinoprostone, cervidil, dan prepidil),
prostaglandin E (Misoprostol atau cytotec), dan donor nitrit oksida. Sedangkan ynag termasuk kedalam metode mekanis yakni kateter transservikal (kateter foley), ekstra amnionik salin infusion (EASI), dilator 2013)
servikal higroskopik, dan stripping membrane. (Cunningham,
J. Fokus Pengkajian
1. Keluhan Utama Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak 2. Riwayat Kehamilan Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai 3. Riwayat Persalinan -
Tempat persalinan
-
Normal atau terdapat komplikasi
-
Keadaan bayi
-
Keadaan ibu
4. Riwayat Nifas Yang Lalu -
Pengeluaran ASI lancar / tidak
-
BB bayi
-
Riwayat ber KB / tidak
5. Pemerikasaan fisik -
Keadaan umum klien
-
Abdomen (DJJ Bayi, gerakan bayi)
-
Saluran cerna
-
Alat kemih (Genetalia)
-
Lochea
-
Vagina (perdarahan, cairan amnion)
-
Perinium + rectum
-
Ekstremitas
-
Kemampuan perawatan diri
6. Pemeriksaan psikososial -
Respon + persepsi keluarga
-
Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi
K. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Nyeri akut b.d agen cidera Fisik 2. Resiko infeksi b.d trauma jaringan 3. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
L. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik NOC :
Pain level
Pain control
Comfor level Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada
klien diharapkan nyeri akut dapat teratasi dengan KH: 1. Mampu mengontrol nyeri 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang denga menggunakan mangement nyeri 3. Mampu mengenali nyeri 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang NIC : Pain mangement 1. Lakukan pengkajian nyeri 2. Kaji kultur yang menyebabkan nyeri 3. Ajarkan tekhnik nonfarmokologi 4. Atur posisi senyaman mungkin 5. Kaji TTV 6. Kaji tipe dan sumber nyeri 7. Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian obat analgetik
2. Resiko Infeksi b.d trauma jaringan NOC :
Immune status
Risk control
Knowledge : infection control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada klien diharapkan tidak terjadi infeksi dengan KH: 1. Klien bebas dari tanda gejala infeksi 2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 3. Menunjukan prilaku hidup sehat
NIC : Infection control (kontrol infeksi) 1. Bersih lingkungan setelah dipakai pasien lain 2. Pertahankan tekhnik isolasi 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan 4. Monitor tanda dan gejala infeksi 5. Ajarkan pasien dan keluarga untuk menghindari infeksi 6. Kolaborasi dengan ahli gizi diit TKTP 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik 3. Cemas sehubungan dengan perubahan status kesehatan NOC : Klien tampak tenang NIC : anxiety reduction (penurunan kecemasan). 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Jelaskan selama prosedur dan apa yang dirasakan s elama prosdur 3. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut 4. Libatkan keluarga untuk menemani pasien 5. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC NANDA, NIC-
NOC. 2013. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnose Medis & NAND, NIC- NOC.Jakarta: Media Action Publishing. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal . Jakarta: PT Bina Pustaka Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC Saifudin. 2008. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo Nugroho,Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Nuha Medika;Yogjakarta. Sudarti.2010. Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Anak Balita . Nuha Medika:Yogjakarta. Sujiyatini.2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika; Jogjakarta Varney,Helen .2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. ECG:Jakarta Winjaksastro,H. 2008. Ilmu Kebidanan.PT.Pustaka Sarwono Prawiroharjo:Jakarta. WHO. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta : Media Aesclapius Press