STIKES KHARISMA KARAWANG
LAPORAN PENDAHULUAN POST LAPARATOMY A/I ILEUS OBSTRUKTIF
DISUSUN OLEH : NAMA
: WATI SUWARTA
NIM
: 433131490118079 4331314901180 79
PROGRAM STUDI PROFESI NERS NON REGULER STIKES KHARISMA KARAWANG 2018
LAPORAN PENDAHULUAN ILEUS OBSTRUKTIF
A.
Definisi Ileus Obstruktif
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Ada dua tipe obstruksi yaitu : 1.
Mekanis (Ileus Obstruktif) Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
2.
Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik) Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson.
Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut para ahli, yaitu:
Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran normal melalui saluran pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2001).
Obstruksi
usus adalah
(Patofisiologi
isi
usus
disepanjang
saluran
usus
vol 4, hal 403).
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
gangguan
intestinal (Nettina, 2001).
Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase
cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional
(Tucker, 1998).
Ileus
obstruktif adalah
dimana
penyumbatan
mekanis
pada
usus
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
menganggu jalannya isi
suatu
usus (Sabara, 2007).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik.
B.
Etiologi
1) Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 5070% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak. 2) Hernia
inkarserata
eksternal
(
inguinal,
femoral,
umbilikal,
insisional, atau parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia. 3) Neoplasma.
Tumor
menyebabkan obstruksi
primer
usus
halus
dapat
intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intra
abdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal. 4) Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi. 5) Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik. 6) Volvulus
sering
disebabkan
oleh
adhesi
atau
kelainan
kongenital,
seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar. 7) Batu empedu yang
masuk ke ileus. Inflamasi yang berat
dari kantong e
mpedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. 8) Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi. 9) Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan. 10) Benda asing, seperti bezoar 11) Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre. 12) Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium C.
Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Lumen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian. (Pice and Wilson, hal 404). Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai
seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntahmuntah. D. Manifestasi Klinik
1. Nyeri tekan pada abdomen. 2. Muntah. 3. Konstipasi (sulit BAB). 4. Distensi abdomen. 5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan f latus (Kapita Selekta, 2000, hal 318). E.
Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan
dalam usus.
Pemeriksaan darah
laboratorium
(misalnya
pemeriksaan
elektrolit
dan
jumlah
lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume
plasma dan
kemungkinan infeksi.
Pemeriksaan
radiogram
abdomen
sangat
penting
untuk
menegakkan
diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara dalam usus halus,
tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan,
dilakukan and F.
radiogram
barium
untuk
mengetahui
tempat
obstruksi
(Brunner
Suddarth, 2001, hal 1121).
Penatalaksanaan Bedah dan Medis
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal. a. Obstruksi Usus Halus Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan el ektrolit (natrium, klorida dan kalium).
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi. b. Obstruksi Usus Besar Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan. G. Komplikasi
Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi
peradangan
atau infeksi yang hebat pada intra abdomen. Perforasi intra
dikarenakan
obstruksi
yang
sudah
terjadi
selalu
lama
organ
abdomen.
Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan Syok
pada
hipovolemik
terjadi
akibat
dehidrasi
dan
kehilangan
cepat.
volume
plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001). 1. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan
gaya hidup.
2. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama . Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada
umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya
biasanya terus
menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.
b. Riwayat kesehatan sekarang Mengungkapkan dikaji
hal-hal
yang
menyebabkan
mencari
pertolongan,
dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P
: Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q
:Bagaiman
keluhan
dirasakan
atau
oleh
terus-
R
: Di daerah mana gejala dirasakan
S
:Seberapa
keparahan
yang
skala T
klien
klien,
keluhan
timbul,
dan
hilang,
timbul
menerus.
dirasakan
numeric 1 s/d
:Kapan
apakah
sekaligus
klien
dengan
memakai
10. factor
yang
memperberat
memperingan keluhan.
c. Riwayat kesehatan masa lalu Perlu
dikaji
riwayat
apakah
klien
pernah
menderita
penyakit
yang
sama,
ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien. 3. Pemeriksan fisik a. Aktivitas/istirahat Gejala : Kelelahan dan ngantuk. Tanda : Kesulitan ambulasi b. Sirkulasi Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok) c. Eliminasi Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus Tanda : Perubahan warna urine dan feces d. Makanan/cairan Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus. Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah pecah. Kulit
buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik. Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan, Tanda
: Napas pendek dan dangkal
g. Diagnostik Test
Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan dalam usus.
Pemeriksaan simtologi
Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
Leukosit: normal atau sedikit meningkat
Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah
Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)
Sigmoidoskopi: Marilynn
menunjukkan
tempat
obstruktif. (Doenges,
E, 2000)
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan, resiko perubahan pola hidup) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000). Diagnosa keperawatan merupakan respon klien terhadap adanya masalah kesehatan. Oleh karena itu diagnosa keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia berdasarkan teori kebutuhan dasar Abraham Maslow (Gaffar, 1996). Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan ileus obstruksi adalah sebagai berikut : (Doenges, M.E. 2001 dan Wong D.L) 1. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/ usus. 2. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan muntah. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi. 4. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurangnya pemanjanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif
D.
Rencana Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi. Beberapa komponen yang perlu diperhatikan untuk mengevaluasi tindakan keperawatan meliputi menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi (Nursalam, 2001, hal 52) Adapun renana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan obstruksi usus antara lain: 1. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/ usus.
Tujuan: Nyeri hilang/terkontrol, menunjukkan rileks. Kriteria hasil : ·
Intervensi:
a.Selidiki
keluhan
faktor
nyeri,
perhatikan
lokasi,
intensitas
(skala
0-10)
dan
pemberat/penghilang.
Rasional: Nyeri
rentang
distensi
abdomen,
dan
mual.
Membiarkan
pasien
ketidaknyamanannya sendiri membantu mengidentifikasi intervensi yang
tepat dan
mengevaluasi keefektifan analgesia.
b.Pantau tanda-tanda vital. Rasional: Respon
pernafasan,
autonomik
meliputi
perubahan
pada
TD,
nadi
dan
yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan energi. Abnormalitas
tanda vital
terus menerus memerlukan evaluasi lanjut.
c. Memberikan tindakan kenyamanan. Mis: gosokan punggung, pembebatan insisi selama perubahan posisi dan latihan batuk/bernafas; lingkungan tenang. Anjurkan
penggunaan bimbingan imajinasi, tehnik relaksasi. Berikan aktivitas
hiburan. Rasional: Memberikan dukungan (fisik,
otot,
emosional), menurunkan tegangan
meningkatkan relaksasi, mengfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa
kontrol dan kemampuan koping. d.
Palpasi
kandung
Tingkatkan
kemih
terhadap
distensi
bila
berkemih
ditunda.
privasi dan gunakan tindakan keperawatan untuk meningkatkan
relaksasi bila bila
pasien berupaya untuk berkemih. Tempatkan pada posisi
semi-fowler atau berdiri sesuai kebutuhan. Rasional: Faktor psikologis dan nyeri dapat meningkatkan tegangan otot.
Posisi dalam
tegak meningkatkan tekanan intra-abdomen, yang dapat membantu berkemih.
Kolaborasi :
e. Berikan analgesik, narkotik, sesuai indikasi. Rasional: Mengontrol/mengurangi
dan
nyeri
untuk
meningkatkan
istirahat
meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik.
f. Kateterisasi sesuai kebutuhan. Rasional: Kateterisasi
mengosongkan
tunggal/multifel
dapat
digunakan
untuk
kandung kemih sampai fungsinya kembali.
Nyeri berkurang sampai hilang. ·
Ekspresi wajah rileks.
·
TTV dalam batas normal.
·
Skala nyeri 3-0.
2. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan muntah.
Tujuan: Volume cairan seimbang. Kriteria hasil : ·
Klien mendapat cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang.
·
Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.
Intervensi: a. Pantau
tanda-tanda
perubahan
vital
dengan
sering,
perhatikan
peningkatan
nadi,
TD, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan
sering selama 24 jam
pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang atau
bengkak insisi berlebihan. Rasional: Tanda-tanda awal hemoragi usus atau pembentukan hematoma,
yang
dapat menyebabkan syok hipovolemik.
b. Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membran mukosa. Rasional: Memberi informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.
c. Perhatikan adanya edema Rasional: Edema
dengan
dapat
terjadi
kerena
perpindahan
cairan
berkenaan
penurunan kadar albumin serum/protein.
d. Pantau masukan dan haluaran, perhatikan haluaran urine, berat jenis,. Kalkulasi keseimbangan 24 jam, dan timbang berat badan setiap hari. Rasional: Indikator
Memberikan
langsung
dari
hidrasi/perfusi
pedoman untuk penggantian cairan.
organ
dan
fungsi.
e. Perhatikan adanya/ukur distensi abdomen. Rasional: Perpindahan
sirkulasi
cairan
dari
ruang
vaskuler
menurunkan
volume
dan merusak perfusi ginjal.
f. Observasi/catat sesuai
kuantitas,
jumlah
dan
karakter
drainase
NGT.
tes
pH
indikasi. Anjurkan dan bantu dengan perubahan posisi sering.
Rasional: Haluaran
ketidakseimbangan
cairan
berlebihan
dapat
menyebabkan
eletrolit dan alkalosis metabolik dengan kehilangan lanjut
kalium oleh ginjal yang
berupaya untuk mengkompensasi. Hiperasiditas,
ditunjukkan oleh pH kurang dari
5, menunjukkan pasien beresiko ulkus stres.
Pengubahan posisi mencegah
pembentukan magenstrase di lambung, yang
dapat menyalurkan cairan gastrik dan
udara melalui selang NGT ke dalam
duodenum. g. Kolaborasi: Pertahankan potensi penghisap NGT/usus. Rasional: Meningkatkan dekompresi usus untuk menurunkan distensi/tekanan
di
garis
menyertai
jahitan
dan
menurunkan
mual/muntah,
yang
dapat
anastesia,manipulasi usus atau kondisi yang sebelumnya ada, mis:
kanker. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrisi.
Tujuan: Berat badan stabil dan nutrisi teratasi. Kriteria hasil : ·
Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
·
Berat badan stabil.
·
Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi: a. Tinjau
faktor-faktor
mencerna
individual
yang
mempengaruhi
kemampuan
untuk
makanan, mis: status puasa, mual, ileus paralitik setelah selang
dilepas. Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi.
b. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen; catat pasase flatus. Rasional: Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2-4 hari).
c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C. Rasional: Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet. Protein/vitamin
C
adalah kontributor utuma untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan.
Malnutrisi
adalah fator dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi.
d. Observasi terhadap terjadinya diare; makanan bau busuk dan berminyak. Rasional: Sindrom
halus, e.
malabsorbsi
dapat
terjadi
setelah
pembedahan
usus
memerlukan evaluasi lanjut dan perubahan diet, mis: diet rendah serat.
Kolaborasi
:
Berikan
proklorperazin
obat-obatan
sesuai
indikasi:
Antimetik,
mis:
(Compazine). Antasida dan inhibitor histamin, mis: simetidin
(tagamet). Rasional: Mencegah muntah. Menetralkan atau menurunkan pembentukan
asam 4.
untuk mencegah erosi mukosa dan kemungkinan ulserasi.
Kurang
pengetahuan
kebutuhan interpretasi
tentang
kondisi/situasi,
prognosi
dan
pengobatan b/d kurangnya pemanjanan/mengingat, kesalahan informasi, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan
kognitif.
Tujuan: Menyatakan paham terhadap proses penyakitnya. Kriteria hasil : ·
Klien dan keluarga mengetahui penyakit yang diderita
·
Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses belajar
·
Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengobatan
Intervensi: a. Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat dan kebutuhan diet. Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi usus.
b. Tinjau ulang perawatan selang gastrostomi bila pasien dipulangkan dengan alat ini. Rasional: Meningkatkan
kemandirian
dan
meningkatkan
kemampuan
perawatan diri. c. Tinjau perawatan kulit disekitar selang. Rasional: Membantu mencegah kerusakan kulit dan menurunkan resiko infeksi.
d. Identifikasi demam
tanda
dan
gejala
yang memerlukan
evaluasi
medis,
mis
menetap, bengkak, eritema, atau terbukanya tepi luka, perubahan
karakteristik drainase.
Rasional: Pengenalan dini dari komplikasi dan intervensi segera dapat
mencegah progresi situasi serius dan mengancam hidup. e.
Tinjau ulang keterbatasan/pembatasan aktivitas, mis: tidak mengangkat benda berat selama 6-8 minggu dan menghindari latihan dan olahraga keras. Rasional: Menurunkan resiko pembentukan hernia.
ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG ICU ( INTENSIVE CARE UNIT )
Tanggal Masuk
:
No Register
:
Tanggal Operasi
:
Nomor bed
:
Tanggal Pengkajian
:
Ruang/Kelas
:
Diagnosa Medis
:
IDENTITAS KLIEN
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin : Agama
:
Suku/Bangsa : Bahasa
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
I. PENGKAJIAN KONDISI/KESAN UMUM
Saat dilakukan pengkajian klien dikategorikan sakit sedang dengan tanda-tanda kesadaran somnolen, keadaan umum lemah II. PENGKAJIAN KESADARAN
Saat dilakukan pengkajian kesadrannya somnolen GCS : E3 V2 M5 III. PENGKAJIAN PRIMER
A. Airway (jalan napas) dengan kontra servikal Tidak terdapat sumbatan jalan napas baik parsial maupun total dan tidak ada kemungkinan fraktur cervical
B. Breathing dan Ventilasi Frekuensi napas 20 x/mnt, pergerakan dinding dada simetris dan tidak ada bunyi napas tambahan C. Sirkulation dengan kontrol perdarahan Nadi 99x/mnt, kulit klien terlihat pucat dan tidak ada perdarahan eksternal serta tidak ada tanda-tanda jejas/trauma D. Disability Tingkat kesadaran klien
: Somnolen
GCS
: Eye
Total GCS
: 3 ( Dengan panggilan )
Verbal
: 2 ( Mengeranng )
Motorik
: 5 ( Terlokalisir )
: 10
Sensorik
Pupil
: Isokor +/+
Keadaan Ekstermitas
: kemampuan motorik klien mengalami lemah
Refleks
: Normal adanya koordinasi gerak dan tidak ada kejang
IV. PENGKAJIAN SEKUNDER A. Riwayat Penyakit
Klien kiriman dari RS I dengan post op laparatomy perforasi gaster 1 minggu yang lalu dengan kesadaran somnolen 1. Provoled : Klien mengalami nyeri abdomen karea post op laparatomy 2. Quality
: nyeri yang dirasakan klien pada abdomen
3. Radian
: Klien mersakan nyeri pada daerah abdomen
4. Severity
: Nyeri klien dikategorikan nyeri sedang (skala 4)
5. Time
: Kapan nyeri yang dirasakan
Keterangan : 0 : Tidak nyeri 1 sampai 3 : Nyeri ringan 4 sampai 6 : Nyeri sedang 7 sampai 10 : Nyeri berat B. Tanda-tanda vital dengan mengukur TD, Nadi, RR, Suhu, HR dan Saturasi oksigen C. Pengkajian Head To Toe ( kepala sampai kaki )
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium, Rontgen, dan Pengobatan
V. ANALISA DATA : Data subjektif, Data Objektif, Penyebab dan masalah VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidakadekuat Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya insisi pembedahan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan VII.
INTERVENSI
VIII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
1.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC. 2.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika. 3.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
4.
Setiawan,
Wawan.
2010. Intervensi
dan
Rasional
Ileus
Obstruktif .
dengan
Obstruksi
(http://wawanjokamblog.blogspot.com/ Diakses tanggal 11 Januari 2011). 5.
Zwani.
2007. Asuhan
Keperawatan
Pada
Pasien
Usus(http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-usus.htmlDiakses tanggal 11 Januari 2011). 6.
Harnawati.
2008. Obstruksi
(http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/obstruksi-usus/Diakses tanggal
Usus. 11
Januari
2011). 7.
Vanilow, Barry. 2010. Askep Ileus Obstruksi . (http://barryvanilow.blogspot.com//.
Diakses tanggal 11 Januari 2011).