LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS
Di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang
Disusun Oleh : Maharani Indriana Koli P1337420215081
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO PURWOKERTO 2018
LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS
I. KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pendahuluan
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Demam terjadi pada oral temperature >37,20. Demam biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus,
jamur atau parasit),
penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan (Kaneshiro & Zieve, 2010). Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif bermacam-macam atau dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak penyakit. Febris dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lainnya. Salah satu penanganan demam adalah dengan memberikan obatobatan. Obat yang dapat mengatasi demam adalah obat anti pireutik, salah satu diantara obat anti pireutik ini adalah parasetamol.
B. Definisi
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya
kemampuan
pada
pusat
termoregulasi
untuk
mengatur
keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang. Dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan suhu dalam tubuh. (Ngastiyah, 2005)
Definisi demam (febris) adalah suhu rectal yang lebih dari 380C (100,4 0F). suhu normal dapat berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara 36,1 0C-380C (970F-100,4oF). Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal 380C. demam merupakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, buakan suatu penyakit dan tidak terjadi dengan sendirinya.
C. Klasifikasi Febris
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain adalah: 1. Demam septic Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan mengigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. 2. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik. 3. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalamsatu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. 4. Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang etrus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti: abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. (Nurarif & Kusuma, 2013) Menurut beberapa definisi tentang febris di atas, dapat disimpulkan bahwa febris adalah peningkatan abnormal suhu badan minimal 38 0C sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.
D. Etiologi
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya : perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan
fisik,
observasi
perjalanan
penyakit,
dan
evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam. (aplikasi nanda) Febris umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus, atau sebaliknya dapat disebabkan oleh setiap gangguan berikut:
1. Penyebab umum febris pada bayi antara lain infeksi saluran pernapasan atas dan bawah, faringitis, otitis media, dan infeksi virus umum dan enteric. Reaksi vaksinasi dan pakaian yang terlalu tebal juga sering menjadi penyebab demam pada bayi. 2. Penyebab febris yang lebih serius antara lain infeksi saluran kemih, pneumonia, bakteremia, meningitis, osteomielitis, atritis septic, kanker, gangguan imunologik, keracunan atau overdosis obat, dan dehidrasi. (Muscari, 2001)
E. Manifestasi Klinis
1. Pasien gelisah (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40C) 2. Kulit kemerahan 3. Hangat pada sentuhan 4. Peningkatan frekuensi pernapasan 5. Menggigil 6. Dehidrasi 7. Kehilangan nafsu makan (Nurarif & Kusuma, 2013)
F. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point (Julia,2000) Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) klien terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (noninfeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat.
Pengeluaran
panas
menurun,
terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas sel makrofag dan sel limfosit T untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau system kekebalan tubuh.
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau
krisis/flush. Menggigil, bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru. Krisis/flush, bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Corwin, 2000)
G. Komplikasi
Menurut Julia (2000), komplikasi yang sering terjadi pada penderita febris diantaranya adalah 1. Dehidrasi 2. Kejang demam
H. Pathway Infeksi zat asing masuk ke dalam tubuh
Merangsang sistem pertahanan
Melapaskan pirogen
Dari dalam tubuh (pirogen endogen)
Reaksi menaikkan suhu tubuh
Dirangsang pelepasan asam arakidonat & produksi prostaglandin meningkat
Pembuluh di arteri sempit &sekresi kelenjar keringat terhambat
Kekurangan volume cairan
Dari luar tubuh (pirogen eksogen)
Membawa pesan ke hipotalamus
Metabolisme basal meningkat
hipertermi
febris
Oksigen ke otak menurun
Kejang demam
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
TIK meningkat
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction.
I. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi. 1. Pemeriksaan laboratorium a. Hematologi Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus. b. Kimia darah Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin harus dilakukan. c. Imunorologi Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil positif dinytakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan adanya penyakit imunologik lain. d. Urinalis Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam) Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit e. Mikrobiologi Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan
untuk
pasien
yang
demam
disertai
batuk-batuk.
Pemeriksaan kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul. f. Radiologi Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk setiap penyakit demam yang signifikan. g. Biologi molekuler Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi (Soedarto, 2007)
J. Penatalaksanaan
1. Secara fisik a. Mengawasi kondisi klien dengan pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakan klien tidur gelisah, sering terkejut atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata klien cenderung melirik keatas atau apakah klien mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu. b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan c. Jalan napas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya e. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh klien. 2. Obat-obatan antipiretik Antipiretik bekerja secarasentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin
dengan
jalan
menghambat
enzim
cyclooxygenase sehingga set poin hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas di atas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi (Suriadi dan Yuliani, R., 2001)
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan febris adalah : 1. Aktivitas atau istirahat Gejala yang ditemukan pada kasus febris antara lain kelemahan, malaise, kelelahan, merasa gelisah dan ansietas, cepat lelah dan insomnia. 2. Sirkulasi Tanda takikardi, kemerahan, tekanan darah hipotensi, kulit membrane mukosa kotor, turgor buruk, kering dan lidah pecah-pecah akan ditemukan pada pasien febris. 3. Integritas ego Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta tanda seperti menolak dan depresi juga akan ditemukan dalam pengkajian integrits ego pasien. 4. Eliminasi Pengkajian eiminasi akan menemukan gejala tekstur feses yang bervariasi dari lunak sampai bau atau berair, perdarahan per rectal dan
riwayat batu ginjal dengan tanda menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik dan ada haemoroid. 5. Makanan dan cairan Pasien akan mengalami anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan dan tidak toleran terhadap diet. Dan tanda yang ditemukan berupa penurunan lemak sub kutan, kelemahan hingga inflamasi rongga mulut. 6. Hygiene Pasien akan mengalami ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri dan bau badan. 7. Nyeri atau ketidaknyamanan Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah akan dialami pasien dengan titik nyeri yang dapat berpindah. 8. Keamanan Pasien
mengalami
anemia
hemolitik,
vaskulotis,
arthritis
dan
peningkatan suhu tubuh dengan kemungkinan muncul lesi kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi. 2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d hipovolemia 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan yang menurun. 4. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
C. Analisa Data
Diagnosa yang muncul: Dx Keperawatan &
Batasan Karakteristik
Fator yang
data focus
berhubungan
Hipertermia (0007)
1. konvulsi
1. anastesia
Ds:
2. kulit kemerahan
2. penurunan
Ibu
klien
mengatakan
3. peningkatan
kliennya panas Do: a.
b.
di
atas
normal
respirasi 3. dehidrasi 4. pemajanan
Suhu tubuh klien
4. kejang
lingkugan
lebih dari 370C
5. takikardi
panas
Kulit
6. takipnea
5. penyakit
7. kulit terasa hangat
6. pemakaian pakaian
terasa
hangat c.
tubuh
suhu
Kulit
terlihat
yang
yang tidak sesuai
kemerahan
dengan
suhu
d.
Kejang
lingkungan
e.
Takikardi
f.
takipnea
7. peningkatan
laju
metabolism 8. medikasi 9. trauma 10.
aktivitas
berlebihan Ketidakseimbangan
1. Kram abdomen
1. Factor biologis
nutrisi
2. Nyeri abdomen
2. Factor ekonomi
3. Menghindari
3. Ketidakmampuan
kurang
kebutuhan
dari tubuh
(00002)
makanan 4. Berat badan 20 %
Ds a. Ibu
klien
mengatakan kliennya susah makan
atau lebih dibawah berat badan ideal 5. Kerapuhan kapiler
untuk mengabsorbsi nutrien 4. Ketdakmampuan untuk
mencerna
b. Ibu
Klien
mengatakan kliennya mengalami muntah Do
makanan
7. Kehilangan rambut berlebihan
tampak dan
tak
usus
hiperaktif 9. Kurang makanan
memiliki stamina
10. Kurang informasi
b. Berat badan klien
11. Kurang minat pada
mengalami
makanan
penurunan
12. Penurunan
c. Klien terlihat tidak
beratbadan dengan
memilki nafsu makan
asupan
d. Membran mukosa
adekuat
klien pucat
f. Klien menghindari makanan
makanan
13. Kesalahan
e. Adanya sariawan tampak
konsepsi 14. Kesalahan informasi 15. Membrane mukosa pucat 16. Ketidakmampuan memakan makanan 17. Tonus
otot
menurun 18. Mengeluh gangguan
sensasi
rasa 19. Mengeluh
asupan
makanan berkurang 20.Cepat
kenyang
setelah makan 21. Sariawan
5. Ketidakmampuan menelan makanan
8. Bising
a. Klien lemas
6. Diare
rongga
6. Factor psikologis
mulut
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (00204) Ds: a.
Ibu
klien
mengatakan kliennya lemas Do: a.
Kulit
menjadi
kering b.
Capillary refill >3 detik
c.
Terjadi
peurunan
nadi
D. Intervensi
NO.
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
NOC:
NIC:
1. Hidration
Temperature regulation
2. Adherence behavior
(pengaturansuhu)
3. Immune status
1. Monitor suhu minimal
KEPERAWATAN 1.
Hipertermia(00007)
4. Risk control 5. Risk detection
tiapdua jam 2. Rencklienan
Kriteriahasil:
monitoring
1. Keseimbanganantarapro
suhusecarakontinyu
duksipanas, panas yang
3. Monitor
diterima,
tekanandarah,
dankehilanganpanas
nadidanrespiratory
2. Seimbangantaraproduksi panas,
panas
rate
yang 4. Monitor
diterima,
warnadansuhukulit
dankehilanganpanassela ma
28
5. Monitor
tandahipertermidanhi
haripertamakehidupan
potermi
3. Keseimbanganasambasa
6. Tingkatkan
bayibarulahir
tanda-
intake
cairandannutrisi
4. Temperature stabil : 36,5 7. Selimutipasienuntukm
– 37,5°C 5. Tidakadakejang 6. Tidakadaperubahanwarn akulit 7. Pengendalianrisiko: hipertermia 8. Pengendalianrisiko: hipotermia 9. Pengendalianrisiko: proses menular 10.
Pengendalianrisiko:
paparansinarmatahari
encegahhilangnyakeh angatantubuh 8. Ajarkanpada
orang
tuapasiencaramencega hkeletihklienibatpanas 9. Diskusikantentangpen tingnyapengaturansuh udankemungkinanefe k
negative
darikedinginan 10.Beritahutentangindika siterjadinyakeletihand anpenanganann emergency
yang
diperlukan 11.Ajarkanindikasidarihi potermiadanpenangan an yang diperlukan yang diperlukan 12.Berikan
anti
piretikjikadiperlukan 2.
Ketidakseimbangan
NOC:
NIC
nutrisi kurang dari
1. Nutritional status
Weight
kebutuhan
2. Nutritional status: Food (1260)
tubuh
(00002)
and fluid intake 3. Nutritional
Management
1. Binahubungandengan status:
keluargaklien
nutrient intake
2. Jelaskankeluargaklien
4. Weight control
mengenaipentingnyape
Kriteria Hasil:
mberianmakanan,
1. Adanya
penambahanberatbada
berat
peningkatan badan
sesuai
dengan tujuan
an
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
kebutuhan nutrisi ada
3. Jelaskankelurgaklient entangkondisiberatba
3. Mampu mengidentifikasi
4. Tidak
ndankehilaganberatbad
danklien 4. Jelaskanresikodarikek
tanda
malnutrisi
uranganberatbadan 5. Berikanmotivasikelua
5. Menunjukan peningkatan
rgaklienuntukmening fungsi
pengecapan dari menelan 6. Tidak terjadi penurunan
katkanberatbadanklie n 6. Pantauporsimakanklie
berat badan yang berarti
n 7. Anjurkanklienmakant eratur
3.
Ketidakefektifan perfusi
NOC:
NIC:
jaringan 1. Circulation Status
perifer (00204)
2. Tussue Cerebral
Perfusion
Peripheral
: Management
Sensation
Kriteria Hasil:
1. Monitor
Mendemonstrasikan sirkulasi
yang
status
daerah tertentu yang
ditandai
hanya peka terhadap
dengan:
panas/dingin/tajam/tu
1. Tekanan
systole
dan
diastole dalam rentang yang diharapakan 2. Tidak
adanya
ada
ortostatik
hipertensi 3. Tidak ada tanda-tanda peningkatan intrakranial
mpul 2. Monitor
adanya
paretese 3. Instruksikan keluarga untukmengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi 4. Gunakan
sarung
tangan untuk proteksi 5. Kolaborasi pemberian analgetik 6. Batasi gerakan pada kepala,
leher
dan
punggung
E. Implementasi
Setelah melakukan rencana tindakan (intervensi), maka selanjutnya adalah melakukan implementasi. Implementasi untuk pasien dengan febris antara lain seperti memberikan kompres, menganjurkan pasien untuk memakai baju yang tipis, menganjurkan pasien untuk banyak minum air putih, memonitor suhu tubuh pasien, dan kolaborasi pemberian antipiretik.
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka pantau suhu tubuh pasien, apakah sudah turun atau kembali normal. Jika belum maka lakukan intervensi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin. (2000). Hand Book Of Pathofisiologi. Jakarta:EGC Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC . Jakarta: MediAction Johnson, M., et all. (2010). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Julia Klaartje Kadang, SpA (2015). Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com diakses tanggal 22 Januari 2018. Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. (2010). Fever. University of Washington. Available
from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm.
Diakses
pada tanggal 22 Januari 2018 pukul 22.00 Nanda. (2015).
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika. Robert, (2007), Penyakit – Penyakit Tropis, Artikel diakses dari ww.who_peditric.com Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika. Sinarty hartanto. (2003). Klien Demam Perlu Kompres. www. Pediatrik. Com/knal.php. diakses tanggal 22 Januari 2018. Soedarto, (2007), Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga Universitas Press.