LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TYPHOID
1. Anatomi Fisiologi Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus (kerongkongan), (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum mayor (usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid, salmonella salmonella typi berkembang biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari : lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar). Gambar 2.1. Anatomi Usus Manusia (Sumber : Syair, H. 2010) Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum disebut juga usus dua belas jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus). Dinding duodenum ini mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum. Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 2 meter dari ileum dengan panjang 4 – 5 – 5 m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk k ipas dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium mesenterium memungkinkan memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang cabang-cabang arteri dan dan vena mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. t egas. Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat t erdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam asendens tidak masuk kembali ke dalam ileum. Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit.
Disana-sini terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ilium terdapat kelompok-kelompok nodula itu. Mereka membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis 20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya satu sentimeter sampai beberapa sentimeter. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus (tifoid). Sel-sel Peyer’s adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran mukosa. Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum (Pearce E.C., 2009). Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung dalam usus halus melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe di sebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vili berisi lakteal, pembuluh darah epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium. Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan lemak yang di absorbsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke hati untuk mengalami beberapa perubahan. Fungsi usus halus : Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran – saluran limfe. Menyerap protein dalam bentuk asam amino. Karbohidrat diserap dalam betuk monosakarida. Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan. Enzim yang bekerja ialah : 1. Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik. 2. Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino. 3. Laktase mengubah laktase menjadi monosakarida. 4. Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakarida. 5. Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida, Hepar merupakan organ terbesar di dalam tubuh , berwarna coklat kemerahan, beratnya ±1 ½ kg, berperan penting dalam metabolisme dan penetralan obat Kandung Empedu merupakan organ berbentuk buah pir, letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati, berwarna hijau gelap, berfungsi dalam pencernaan dan penyerapan lemak (Syair, H. 2010).
2. Definisi Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2010). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2009). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2008). Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38 ⁰C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8 ⁰C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40 ⁰C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000). Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain: a.
Demam septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b.
Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c.
Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. e.
Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
Jenis Demam
Ciri-ciri
Demam septik
Malam hari suhu naik sekali, pagi hari turun hingga
diatas
normal,
sering
disertai
menggigil dan berkeringat Demam remitten
Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah mencapai normal. Perbedaan suhu mungkin
mencapai
2
derajat
namun
perbedaannya tidak sebesar demam septik. Demam intermiten
Suhu badan turun menjadi normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam terjadi dua hari sekali disebut tertiana dan apabila terjadi 2 hari bebas demam diantara 2 serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
3. Etiologi Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya a.
Suhu lingkungan.
b.
Adanya infeksi.
c.
Pneumonia.
d.
Malaria.
e.
Otitis media.
f.
Imunisasi
3.
Manifestasi Klinis Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a.
Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 ⁰C - 40⁰C)
b.
Kulit kemerahan
c.
Hangat pada sentuhan
d.
Peningkatan frekuensi pernapasan
e.
Menggigil
f.
Dehidrasi
g.
Kehilangan nafsu makan Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).
4.
Patofisiologi Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit. Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit. Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus
pirogen
ini
akan
dirangsang
pelepasan
asam
arakidonat
serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel
makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
5. PATWAYS
Bakteri
Reaksi obat
Virus
Infeksi
Endotoksin
Zat peradangan
Pirogenik lain
Monosit makrofag sel kupfer
Respon hipotalamus anterior
Kesan psikis tidak enak
Gangguan psikis
Penigkatan titik penyetelan suhu
Vasidolatasi kulit
Dx. Hipertermi
Demam
Dx. Cemas
Berkeringat
Dx. Resiko volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
6.
Pemeriksaan Penunjang Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi
7.
Penatalaksanaan
a.
Secara Fisik Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejangkejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1.
Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2.
Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3.
Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4.
Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknyaMinuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
5.
Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6.
Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7.
Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh
akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh. b.
Obat-obatan Antipiretik Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
1.
Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2.
Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup parasetamol
3.
Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup parasetamol. Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya. Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus
melalui
pencegahan
pembentukan
prostaglandin
dengan
jalan
menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang t imbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.Efek terhadap
ginjal
berupa
gagal
asetaminopen).Dosis
ginjal
akut
terapeutik
(terutama
yaitu
5-10
bila
dikombinasikan
mgr/kgBB/kali
tiap
6
dengan
sampai
8
jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek
sampingnya
berupa
dispepsia
dan
anemia
hemolitik.Dosis
pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan. 8. a. b.
Komplikasi Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak
No
1.
6.
Diagnosa Keperawatan
a.
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b.
Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c.
Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaforesis.
d.
Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
7.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Keperawatan
(NOC)
(NIC)
Hipertermia
Setelah
berhubungan dengan
keperawatan
proses infeksi, proses
klien menunjukkan temperatur
penyakit.
dalam
Batasan karakeristik :
kriteria hasil:
Kenaikan
suhu
tubuh diatas rentang normal Serangan
dilakukan
batas
Suhu
tindakan
selama…x24jam
normal
Tubuh
dengan
konvulsi (kejang) Kulit kemerahan
Monitir
suhu
sesering
mungkin Monitor IWL Monitor warna dan suhu kulit
dalam
batas
normal Bebas dari kedinginan
atau
Fever treatment
Suhu tubuh stabil 36,5 0-37,50c
Monitor tekanan darah, nadi dan RR Monitor penurunan tingkat kesadaran
Termoregulasi dbn
Monitor WBC, HB dan HCT
Nadi dbn
Monitor intake dan output
Pertambahan RR
<1 bln : 90-170
Takikardi
<1 thn : 80-160
Saat
disentuh
2 thn : 80-120
tangan terasa hangat
6 thn : 75-115
Kolaborasikan
pemberian
antipiretik Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
10 thn : 70-110
Selimuti pasien
14 thn : 65-100
Berikan cairan intravena
>14thn : 60-100
Kompres pasien pada lipat
Respirasi dbn BBL : 30-50 x/m Anak-anak : 15-30 x/m Dewasa : 12-20 x/m
paha dan aksila Tingkatkan sirkulasi udara Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya
menggigil Temperature regulation Monitor suhu minimal tiap 2 jam Rencanakan
monitoring
suhu secara kontinyu Monitor TD, nadi dan RR Monitor warna dan suhu kulit Monitor
tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Selimuti
pasien
mencegah
untuk
hilangnya
kehangatan tubuh Diskusikan
tentang
pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan
efek
negative dari kedinginan Berikan antipiretik bila perlu
Vital Sign Monitoring Monitor TD, nadi, suhu dan RR
Catat
adanya
fluktuasi
tekanan darah Monitor VS pada saat pasien berbaring, duduk atau berdiri Monitor TD , nadi, RR, sebelum, selama dan sesudah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama dari pernafasan Monitor suara paru Monitor
pola
pernafasan
abnormal Monitor warna, suhu dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan
sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign 2.
Resiko
injuri
Setelah
dilakukan
tindakan
berhubungan dengan
keperawatan selama …x24jam
infeksi
anak bebas dari cidera dengan
mikroorganisme.
kriteria hasil:
Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien Identifikasi keamanan
kebutuhan
pasien
sesuai
Menunjukan homeostatis
dengan kondisi fisik dan fungsi
Tidak ada perdarahan mukosa
kognitif pasien dan riwayat
dan bebas dari komplikasi lain
penyakit terdahulu pasien Menghindari yang
berbahaya
lingkungan misalnya
memindahkan perabotan Memasang side rail tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Membatasi pengunjung Memberikan
penerangan
yang cukup Menganjurkan
keluarga
untuk menemani pasien Mengontrol lingkungan dari kebisingan Memindahkan barang
barang-
yang
dapat
membahayakan Berikan penjelasan pada pasien
dan
keluarga
pengunjung
atau
adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit. 3.
Resiko kurang cairan
Setelah
berhubungan dengan
keperawatan selama …x24jam
intake yang kurang
volume cairan adekuat dengan
dan
kriteria hasil:
diaphoresis,
faktor
yang
mempengaruhi kebutuhan
cairan
(hipermetabolik).
dilakukan
tindakan
Fluid management: Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor
Mempertahankan urine output
status
(kelembaban
dehidrasi membrane
sesuai dengan usia dan BB, BJ
mukosa,
urine normal, HT normal
tekanan darah ortostatik)
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Tidak
ada
tanda-
nadi
adekuat,
Monitor vital sign Monitor asupan makanan/
tanda
dehidrasi, elastisitas turgor kulit
cairan dan hitung intake kalori harian
baik, membrane mukosa lembab,
Lakukan terapi IV
tidak
Monitor status nutrisi
ada
berlebihan.
rasa
haus
yang
Berikan cairan Berikan cairan IV pada suhu ruangan Dorong masukan oral
Berikan
penggantian
nasogastrik sesuai output Dorong
keluarga
untuk
membantu pasien makan Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing perhari Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih
muncul
memburuk Atur kemungkinan transfusi 4.
Ansietas
Setelah
berhubungan dengan
keperawatan
hipertermi,
ansietas
proses penyakit
efek
dilakukan
tindakan
Kaji dan identifikasi serta
2x24jam
luruskan informasi yang dimiliki
selama
klien/keluarga
hilang
dengan kriteria hasil: Klien/keluarga mengidentifikasi dapat
hal-hal
meningkatkan
berpartisipasi
dalam
dapat yang dan
informasi
klien/keluarga
yang
pada akurat
tentang penyebab hipertermi
mau
klien/keluarga
setiap
klien/keluarga
perasaan dan
yakinkan bahwa
kecemasan merupakan respon
Klien/keluarga mengungkapkan cemas
Berikan
Validasi
tidakan yang dilakukan
penurunan
mengenai
hipertermi
menurunkan suhu tubuh Klien/keluarga
klien/keluarga
yang
yang normal Diskusikan
berhubungan dengan hipertermi,
klien/keluarga
proses penyakit
tindakan
rencana
yang
berhubungan hipertermi
dengan
dilakukan dengan
dan
keadaan
penyakit
8. Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
9.
Evaluasi Keperawatan Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
10. Discharge Planning a.
Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter/perawat
b.
Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c.
Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d.
Instruksikan untuk control ulang
e.
Jelaskan factor penyebab demand an menghindari factor pencetus DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta: EGC. Guyton, Arthur C. (2008). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3 . Jakarta, EGC. Guyton, Arthur C. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC. NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA. Yogyakarta: Media Hardy Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.