5. Kelelahan
berhubungan
dengan
penurunan
produksi
energi metabolik/pembatasan diet, anemia. 6. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala. 7. Cemas
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang penyakitnya. 8. Kurangnya
pengetahuan
tentang
proses
penyakit,
diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. 9. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
gangguan
metabolisme
protein. C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan
keseimbangan
berhubungan
dengan
cairan
edema
dan
sekunder
elektrolit :
volume
cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O) Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada
edema,
keseimbangan
antara
input
dan
output Intervensi: a. Kaji
status
cairan
dengan
menimbang
BB
perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital b. Batasi masukan cairan R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi c. Jelaskan
pada
pasien
pembatasan cairan
dan
keluarga
tentang
R:
Pemahaman
meningkatkan
kerjasama
pasien
dan keluarga dalam pembatasan cairan d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan
cairan
terutama
pemasukan
dan
haluaran R:
Untuk
mengetahui
keseimbangan
input
dan
output
2. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung,
akumulasi/penumpukan
urea
toksin,
paru.
Evaluasi
kalsifikasi jaringan lunak. Rencana: a. Auskultasi adanya
suara
edema,
jantung
perifer,
dan
kongesti
vaskuler
dan
vaskuler,
dan
keluhan dispnoe. R/
Adanya
keluhan
edema
paru,
dispnea
kongesti
manunjukan
adanya
renal
failure. b. Monitor
tekanan
perubahan
darah,
tekanan
nadi,
darah
catat
akibat
bila
ada
perubahan
posisi. R/ Hipertensi yang signifikan merupakan akibat dari
gangguan
aldosteron. dapat
renin
Tetapi
terjadi
angiotensin
ortostatik akibat
hipotensi dari
dan juga
defisit
intravaskular fluid. c. Kaji
adanya
keluhan
skala keparahan.
nyeri
dada,
lokasi
dan
R/ Hipertensi dan Chronic renal failure dapat menyebabkan terjadinya myocardial infarct. d. Kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas. R/
Kelemahan
dapat
terjadi
akibat
dari
tidak
BUN,
Serum
lancarnya sirkulasi darah. e. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan
laboratorium
(Na,
K),
kreatinin, Kreatinin klirens. Pemeriksaan thoraks foto. Pemberian obat-obatan anti hipertensi. Siapkan Dialisi 3. Resiko
tinggi
abnormal)
terjadi
cedera
berhubungan
(profil
dengan
darah
penekanan,
produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi Sel
Darah
Merah
gangguan
faktor
pembekuan,
peningkatan kerapuhan vaskuler. Rencana: a. Perhatikan kelemahan,
keluhan
peningkatan
takikardia,
kelelahan,
mukosa/kulit
pucat,
dispnoe, nyeri dada. R/Dapat menunjukan anemia, dan respon jantung untuk mempertahankan oksigensi sel. b. Awasi tingkat kesadaran dan prilaku. R/Anemia dapat menyebabkan hipoksia, serebral, perubahan prilaku mental dan orientasi. c. Evaluasi respon terhadap aktivitas. R/Anemia
menurunkan
meningkatkan
oksigenasi
kelelahan,
jaringan, memerlukan
perubahan aktivitas (istirahat). d. Observasi perdarahan terus menerus dari tempat penusukan, atau pada area mukosa.
R/Mengalami kerapuhan kapiler. e. Awasi
haematemesis
atau
sekresi
GI/darah
feses. R/Stress
dan
abnormalitas
hemostatik
dapat
mengakibatkan perdarahan GI track. f. Berikan
sikat
gunakan
jarum
lakukan
gigi
halus,
kecil
pencukur
pada
penekanan
saat
lebih
elektrik,
penyuntikan,
lama
setelah
penyuntikan. R/
Menurunkan
resiko
perdarahan/pembentukan
hematoma. Kolaborasi : g.Pemeriksaan
Laboratorium
Darah
Lengkap,
Thrombosit, Faktor Pembekuan dan Protrombin. R./ Uremia, menurunkan produksi eritropoetin, menekan gagal
produksi ginjal
Sel
Darah
kronik,
Hb,
Merah.
Pada
hematokrit
biasanya rendah. h.Pemberian transfusi. R./ Mengatasi anemia simtomatik. i.Pemberian obat – obatan : j.Sediaan besi, asam folat, sianokobalamin. R./ Memperbaiki gejala anemi. k.Cimetidin (Actal). R./ Profilaksis menetralkan asam lambung. l.Hemostatik (Amicar). R./ Menghambat perdarahan. m.Pelunak feses. R./ Mengurangi perdarahan mukosa. 4. Resiko
terjadinya
berhubungan
dengan
kerusakan gangguan
integritas status
kulit
metabolik,
sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati
ferifer),
penurunan
turgor
kulit,
penurunan aktivitas, akumulasi areum pada kulit. Rencana : a. Inspeksi
kulit
terhadap
Perubahan
Warna,
turgor, perhatikan kemerahan,ekskoriasi. R/ Menandakan area sirkulasi buruk, yang dapat menimbulkan dekubitus. b. Kaji
keadaan
kulit
terhadap
kemerahan
dan
adanya excoriasi. R/
Sirkulasi
darah
yang
kurang
menyebabkan
kulit mudah rusak dan memudahkan timbulnya dicubitus/ infeksi. c. Pantau
masukan
cairan
dan
hidrasi
kulit,
membran mukosa. R/ Deteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi integritas jaringan pada tingkat seluler. d. Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri bantalan pada
tonjolan
tulang
,
pelindung
siku
dan
tumit.. R/ Mengurangi/ menurunkan tekanan pada daerah yang edema, daerah yang perfusinya kurang baik
untuk
mengurangi/menurunkan
iskemia
jaringan. e. Jaga
keadaan
kulit
agar
tetap
kering
dan
bersih. R/
Kulit terjadi
yang
basah
iritasi
terus
yang
menerus
mengarah
memicu
terjadinya
dikubitus. f. Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan kering yang menyerap keringat
dan bebas keriput. R/
Mencegah
iritasi
kulit
dan
meningkatkan
evaporasi. g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin. R/
Menghilangkan
ketidaknyamanan
dan
menurunkan resiko cedera. h. Kolaborasi
dalam
pemberian
foam
dan
tempat
tidur angin. R/ Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan
yang
dapat
membatasi
ferfusi
seluler, sehingga dapat mengurangi iskemik jaringan. 5. Anemia
berhubungan
dengan
menurunnya
produksi
eritropeitin. Rencana : a. Pertahankan
kebersihan
tanpa
menyebabkan
kulit kering. R/ kekeringan meningkatkan sensitivitas kulit dengan merangsang ujung saraf. b. Cegah
penghangatan
yang
berlebihan
dengan
mempertahankan suhu ruangan yang sejuk dengan kelembaban yang rendah, hindari pakaian yang terlalu tebal. R/penghangatan
yang
berlebihan
meningkatkan
sensitivitas melalui vaso dilatasi. c. Anjurkan tidak menggaruk. R/ Garukan merangsang pelepasan histamin. d. Observasi tanda-tanda vital.
R/Deteksi dan
dini
terhadap
penentuan
perkembangan
terhadap
klien
tindakan
selanjutnya. e. Kolaborasi dalam: Pemberian transfuse dan Pemeriksaan Hb. 6. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala. Rencana : a. Kaji tanda-tanda kurangnya
pemenuhan kebutuhan
tidur pasien. R./ Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan
tidur
pasien
akibat
gangguan
pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat b. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah. R./
Mengetahui merupakan
perubahan
kebiasaan
dari
pasien
hal-hal ketika
yang tidur
akan mempengaruhi pola tidur pasien. c. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas,
efek obat-obatan
dan suasana ramai. R./ Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur
yang
lain
dialami
dan
dirasakan
menggunakan
pengantar
pasien. d. Anjurkan
pasien
untuk
tidur dan teknik relaksasi. R./
Pengantar
tidur
akan
memudahkan
pasien
dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri. e. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
R./
Lingkungan
yang
nyaman
dapat
membantu
meningkatkan tidur/istirahat. 7. Cemas
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang penyakitnya. Rencana : a.
Kaji
tingkat
kecemasan
yang
dialami
oleh
pasien. R./
Untuk
menentukan
tingkat
kecemasan
yang
pasien
sehingga
perawat
bisa
dialami
memberikan
intervensi
yang
cepat
dan
tepat. b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya. R./ Dapat meringankan beban pikiran pasien. c. Gunakan komunikasi terapeutik. R./
Agar
terbina
rasa
saling
percaya
antar
perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan. d. Beri
informasi
yang
akurat
tentang
proses
penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan. R./ Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan
dapat
mengurangi
beban
pikiran
pasien. e. Berikan
keyakinan
pada
pasien
bahwa
perawat,
dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan
pertolongan
seoptimal mungkin.
yang
terbaik
dan
R./
Sikap
positif
membantu
dari
timkesehatan
akan
kecemasan
yang
menurunkan
dirasakan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda
Juall.
(1999).
Rencana
Asuhan
dan
Dokumentasi Keperawatan Edisi 2; EGC. Jakarta.
Carpenito,
Lynda
Juall.
(1999).
Rencana
Asuhan
dan
Dokumentasi Keperawatan Edisi 6; EGC. Jakarta.
Doengoes,
Marylin
E.
(1989)
Nursing
Care
Plans. F.A
Davis Company. Philadelphia. USA.
Haznam
M.
W.
(1992).
Kompendium
Diagnostik
&
Terapi
Ilmu Penyakit Dalam Edisi II . Bandung.
Junadi,
Purnawan.
(1982).
Kapita
Selekta
Kedokteran.
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Ngastiyah.
(1997).
Perawatan
Anak
Sakit.
Editor:
Setiawan. EGC. Jakarta:
Price, Sylvia Anderson. (1985).
Pathofisiologi Konsep
Klinik Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
Smith, Cindy Grennberg. (1988).
Nursing Care Planning
Guides for Children. Baltimore. Williams & Wilkins
Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II . FKUI. Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)DENGAN OVERLOAD
Oleh DANI HAMDANI 06.01.0341
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN VIII-A SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MALANG