ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN ALAS PURWO DENGAN METODE POI POI NT CE CE NTER QUARTE QUARTE R
LAPORAN KKL
Untuk memenuhi tugas Matakuliah Ekologi Dasar Yang dibina oleh Bapak Hadi Suwono
Oleh: Offering A / Angkatan 2012 Alfiatus Zainiyah
120341421994 120341421994
Elis Tulianingrum
120341400033 120341400033
Novia Sigma Amalina 120341421960 120341421960 Putri Ani Puji K. K.
120341421954 120341421954
Silvanie Giyanatta
120341400035 120341400035
Yohana Wulandari
120341421953 120341421953
Yuli Brasilita
120341400025 120341400025
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG JURUSAN BIOLOGI PRODI PENDIDIKAN April 2014
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Laporan praktikum ini memiliki latar belakang sebagai berikut : Taman Nasional Alas Purwo (TN Alas Purwo) adalah taman nasional yang terletak di Kecamatan
Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis terletak di ujung timur Pulau Jawa wilayah pantai selatan s elatan antara 8026’ 26’45” 45” – 8047’ 47’00” 00” LS dan 144020’ 20’16” 16” – 144036’ 36’00” 00” BT (tanah alas purwo). Analisis vegetasi pada di Alas Purwo dapat ditentukan salah satunya dengan metode point center quarter . Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui tumbuhan tinggi yang terdapat pada suatu areal lahan yang ditumbuhi jenis-jenis je nis-jenis tertentu yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Alas purwo merupakan salah satu vegetasi yang tinggi nilai keanekaragamannya karena disana terdapat berbagai tumbuhan yang dapat menunjukkan ciri yang berbeda-beda. Tentu saja, hal ini dapat dikaji lebih dalam lagi bila penelitian yang sebelumnya dikaitkan dengan praktikum kali ini. Metode yang digunakan berupakan metode pembuatan plot dengan titik pusat tertentu yang menjadi fokus perhatian pengamat. Sedikitnya terdapat 25 plot yang digunakan dalam analisis vegetasi ini. Dengan menggunakan analisis vegetasi ini, praktikan akan lebih fokus terhadap bagian-bagian yang diteliti. Pada plot tersebut masih dibagi lagi menjadi 4 kuadran yang yang nantinya nantinya akan menunjukkan bahwa ada keanekaragaman
yang
tinggi pada daerah Alas Purwo. Keduapuluhlima plot yang digunakan menjadi tempat penelitian, merupakan sebagian kecil saja data yang dapat diambil dari Alas Purwo yang begitu lebar dan luas. Bahkan, praktikum ini masih belum mampu menunjukkan secara umum karakteristik vegetasi pada Alas Purwo. Oleh sebab itu dengan tujuan untuk pembelajaran matakuliah ekologi, praktikan dapat menjadikan kegiatan ini sebagai pelajaran yang mampu menambah informasi mengenai cara-cara mengalanisis suatu vegetasi. Analisis vegetasi pada hal ini merupakan analisis yang sederhana, dan menggunakan alatalat yang sederhana pula, namun dapat membantu pembaca untuk memahami mengenai analisis vegetasi yang ada.
1.2. Rumusan Masalah
Laporan praktikum ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penentuan sampel di lapang menggunakan metode point centered quarter ? 2. Bagaimana vegetasi tumbuhan yang ditemukan menggunakan metode point centered quarter ? 3. Apa jenis tumbuhan yang mendominasi di kawasan vegetasi alas purwo dan yang paling jarang ditemukan di kawasan vegetasi alas purwo?
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Vegetasi
Pengertian umum vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara individu -individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan fakto-faktor lingkungan. (Marsono, 1977). Dengan demikian berarti bahwa vegetasi bukan hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan saja, akan tetapi merupakan suatu kesatuan dimana individuindividu penyusunnya saling tergantung satu sama lain dan disebut suatu komunitas tumbuhan. Apabila pengertian tumbuhtumbuhan ditekankan pada hubungan yang erat antara komponen organisme dan faktor lingkungan, maka hal ini disebut ekosistem (Soerianegara, 1971). Masyarakat tumbuh-tumbuhan atau vegetasi merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh atau merupakan suatu sebagai contoh kehidupan yang dinamis. Masyarakat tumbuh-tumbuhan terbentuk melalui beberapa tahap invasi tumbuhtumbuhan, yaitu adaptasi, agregasi, persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilitasi (Soerianegara, 1970). Untuk menuju ke suatu vegetasi yang mantap diperlukan waktu sehingga dengan berjalannya waktu vegetasi akan menuju ke keadaan yang stabil,proses ini merupakan proses biologi yang dikenal dengan istilah suksesi (Odum, 1972). Menurut Marsono, (1977) ada beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi, yaitu flora, habitat (iklim, tanah, dan lain-lain), waktu dan kesempatan sehingga vegetasi di suatu tempat merupakan hasil resultant dari banyak faktor baik sekarang maupun yang lampau. Sebaliknya vegetasi dapat dipakai sebagai indikator suatu habitat baik pada saat sekarang maupun sejarahnya. Pada penyebaran tumbuh-tumbuhan di dunia, faktor lingkungan memegang peranan sangat penting. Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara morfologis maupun fisiologis. Diantara faktor-faktor yang berpengaruh, iklim merupakan yang terbesar pengaruhnya dalam menentukan sifat / tipe hutan.
Oleh karena itu dikenal adanya hubungan antar bentuk morfologis tumbuhan dengan faktor lingkungan (Samingan, 1971). Dengan demikian wajarlah bahwa tiap daerah iklim dijumpai formasi khas untuk daerah iklim yang bersangkutan yang disebut formasi klimak iklim. Disamping itu pada keadaan tempat tumbuh yang khusus dijumpai formasi-formasi yang menyimpang dari formasi klimak iklim (Soerianegara, 1972). Diantara formasi klimak iklim di dunia dikenal adanya tipe vegetasi hutan tropis dataran rendah.
2.2. Analisis Vegetasi
Pengenalan terhadap vegetasi tertentu biasanya digunakan istilah-istilah umum misalnya padang rumput, savana, hutan jati dan sebagainya. Pada saat sekarang cara ini dipandang tidak sesuai lagi, sehingga perlu ditambah cara diskripsi yang lebih memadai. Kebutuhan untuk melukiskan suatu vegetasi tergantung pada vegetasi yang bersangkutan, baik untuk maksud ilmiah maupun keperluan praktis. Oleh karena vegetasi dapat bertindak sebagai indikator habitat, maka dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan “ Land use planning “ . Jika vegetasi ini dipetakan maka kesatuan-kesatuan vegetasi diperlukan di dalam mengadakan diskripsi (Marsono, 1977 ). Menurut Dauserau (1958), yang dikutip Marsono (1977) diskripsi terhadap suatu tipe vegetasi ini dapat didekati dengan berbagai cara, tergantung tujuan yang hendak dicapai. Diantaranya diskripsi yang berdasarkan fisiognomi vegetasi, yaitu diskripsi yang didasarkan atas kenampakan luar suatu vegetasi atau aspek-aspek suatu
komunitas
tumbuh-tumbuhan.
Sedangkan
cara
lain
yang
dapat
dikembangkan adalah diskripsi berdasarkan komposisi floristik vegetasi yaitu dengan membuat daftar jenis suatu komunitas. Cara ini disebut analisis vegetasi. Untuk cara ini selain diperlukan pengetahuan taksonomi juga dipelajari tentang dominansi dan penyebaran. Pada dasarnya analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuhtumbuhan (Soerianegara, 1972).
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada, 1)
Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 -31 Maret 2014.
2)
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Alas Purwo Banyuwangi.
3.2 Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan alat dan bahan sebagai berikut, Alat yang dibutuhkan yakni tali tampar, kamera digital, buku dan alat tulis, roll meter, klinometer , kompas. Bahan yang digunakan ialah berbagai jenis tumbuhan di kawasan hutan Alas Purwo
3.3
Prosedur Kerja
Secara umum penelitian ini dibagi menjadi 5 tahapan: 1) Lokasi pengambilan sampel dipilih yakni di Alas Purwo. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di satu stasiun dengan satu stasi un berjumlah 25 plot. 2) Teknik Pengambilan Data a) Menentukan daerah pengamatan sebagai plot pertama dengan mengukurnya 10 m. b) Dari pengukuran 10 m tersebut membuat titik sampling (garis absis dan ordinat khayalan). c) Dari titik sampling tersebut membagi menjadi 4 kuadrat. d) Dari keempat kuadrat tersebut, menentukan pohon yang terdekat dengan titik sampling dari masing-masing kuadratnya. e) Mengukur keliling pohon tersebut yang kemudian mencari diamet er dan tinggi pohon tersebut dan mengukur jarak dari titik sampling ke pohon yang terdekat tersebut. f) Mengulangi langkah nomer 2 – 5 pada plot selanjutnya.
3)
Pengukuran Faktor Lingkungan Pengambilan data faktor lingkungan dilakukan pada saat pengambilan data. Data faktor lingkungan yang diambil meliputi suhu udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, intensitas cahaya pada tanah, kesuburan tanah dan pH tanah.
4)
Identifikasi Tumbuhan Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan cara mencocokkan gambar dan ciriciri tumbuhan dengan tabel identifikasi tumbuhan dan bertanya pada ahli.
5)
Analisis Data Analisis vegetasi berupa analisa kerapatan relatif jenis, frekuensi relatif jenis dominansi relatif jenis dan nilai penting jenis. Dimana rumus-rumusnya sebagai berikut :
BAB 4 DATA DAN ANALISIS DATA 4.1. Data
Pada Laporan praktikum analisis vegetasi tumbuhan menggunakan teknik PCQ (Point Center Quarter) ini diperoleh data sebagai berikut: Titik
No.
Samp ling
1
2
Jenis Tumbuhan
Jarak
Jarak
Kelilin
Quart
(pohon ke titik
(phon ke
g
er
pusat)
pengamat)
Pohon
(cm)
(cm)
(cm)
1
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
1
Barringtonia
288
890
56,5
50
asiatica
(+2 m)
3
2
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
3
Barringtonia
93
93
62
65
asiatia
4
4
-
-
-
-
-
1
Alestonia stabilis
58
58
71,3
15
2
Pongamia
4
76
86
20
pinnata L.
(+3 m)
3
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
5
1
Pongamia
578
578
113
20
pinnata L. 2
-
-
-
-
-
3
Astonia
130
130
120
5
spectabilus
6
4
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
2
Astonia
417
417
60
10
spectabilus
7
3
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
1
Voacanga
130
130
33
10
grandifolia 2
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
4
Pongomia
372
372
90
10
546
546
50
20
354
354
41
10
pinnata 8
1
Asthonia spectabilus
2
Pongomia pinnata
9
3
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
2
Astonia
670
670
87,5
5
spectabilus
10
3
Pongobia pinnata
180
180
80
10
4
-
-
-
-
-
1
Voacanga
284
354
100
20
grandifolia
(+1
m) 2
-
-
-
-
-
3
Voacanga
343
343
110
20
grandifolia
11
4
-
-
-
-
-
1
Pongomia
1088
620
321
20
pinnnata
(+5 m)
2
Casearia
690
690
76
30
grawiaefolia
12
3
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
2
Aphana mixis
230
230
140
20
polystachya
13
3
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
2
Voacanga
390
390
46
25
grandifolia
14
3
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
1
Swietenia
700
700
137
35
730
730
157
30
350
350
66
19
machrophyla 2
Swietenia machrophyla
3
Aphana mixis polystachya
15
4
-
-
-
-
-
1
Swietenia
255
255
80
43
machrophyla
2
Swietenia
344
344
143
25
317
317
137
18
214
214
97
10
203
203
148
11
machrophyla 3
Swietenia machrophyla
4
Swietenia machrophyla
16
1
Swietenia machrophyla
2
-
-
-
-
-
3
Swietenia
260
260
122
30
machrophyla
17
4
-
-
-
-
-
1
Swietenia
20
20
141
20
machrophyla 2
-
-
-
-
-
3
Swietenia
345
345
160
14
233
233
185
11
357
357
78
12
382
382
95
12
220
220
174
9
525
525
115
17
machrophyla 4
Swietenia machrophyla
18
1
Pterospermum difersifolia
2
Swietenia machrophyla
3
Swietenia machrophyla
4
Swietenia machrophyla
19
1
-
-
-
-
-
2
Swietenia
435
435
176
26
369
369
50
13
machrophyla 3
Swietenia
machrophyla
20
4
-
-
-
-
-
1
Swietenia
310
310
172
10
machrophyla 2
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
4
Swietenia
287
287
103
13
machrophyla 21
1
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
3
Swietenia
227
227
158
12
490
490
126
25
315
315
164
13
625
625
105
12
399
399
167
14
153
153
218
9
machrophyla 4
Swietenia machrophyla
22
1
Swietenia machrophyla
2
Swietenia machrophyla
3
Swietenia machrophyla
4
Swietenia machrophyla
23
1
-
-
-
-
-
2
Swietenia
700
700
183
23
machrophyla 3
-
-
-
-
-
4
Swietenia
240
240
155
14
machrophyla 24
1
-
-
-
-
-
2
Pterospermum
360
360
147
19
difersifolia
3
Swietenia
567
567
125
15
200
200
271
19
machrophyla 4
Swietenia machrophyla
25
1
-
-
-
-
-
2
Sizigium lithorale
670
670
123
26
3
Aphana mixis
538
538
72
20
731
731
106
20
polystachia 4
Pterospermum difersifolia
Data Faktor Abiotik Plot
Suhu udara ( )
Kelembaban udara (%)
1
31
69
2
31
68
3
30
70
4
30
70
5
29
69
6
29
73
7
30
73
8
29
72
9
31
70
10
31
68
11
31
67
12
32
60
13
31
60
14
32
64
15
33
59
16
32
58
17
32
52
18
33
52
19
32
54
20
32
52
21
33
52
22
32
52
23
33
51
24
32
54
25
32
58
4.2. Analisis Data
Laporan praktikum ini memiliki analisis data sebagai berikut: Jarak pohon rata-rata dari titik pusat =
Jumlah semua jarak yang terukur jumlah titik
=
199,16 m 100
= 1,9916 m Jumlah pohon per 100 = 100 / 1,9916 = 25,21 1. Densitas relatif =
jumlah individu yang tumbuh
x 100
total individu seluruh jenis tumbuhan No
1
Spesies
Barringtonia
Jumlah
2
jumlah dalam
jumlah pohon
quarter
dalam 100 m
2/100 = 0.02
0.02 x25,21=
0.50542/12.605x100%
0.5042
= 4%
0.03 x25,21=
0.7563/12.605x100% =
0.7563
6%
0.01 x25,21=
0.2521/12.605x100% =
0.2521
2%
0.03 x25,21=
0.7563/12.605x100% =
0.7563
6%
0.06 x25,21=
1.5126/12.605x100% =
asiatica 2
Pterospermum
3
3/100 = 0.03
difersifolia 3
Alestonia
1
1/100 = 0.01
stabilis 4
Aphana mixis
3
3/100 = 0.03
polystachia 5
Pongamia
6
6/100 = 0.06
densitas relatif
pinnata L. 6
Sizigium
1
1/100 = 0.01
1.5126
12%
0.01 x25,21=
0.2521/12.605x100% =
0.2521
2%
0.25 x25,21=
6.3025/12.605x100% =
6.3025
50%
0.04 x25,21=
1.0084/12.605x100% =
1.0084
8%
0.04 x25,21=
1.0084/12.605x100% =
1.0084
8%
0.01 x25,21=
0.2521/12.605x100% =
0.2521
2%
lithorale 7
Swietenia
25
25/100 = 0.25
machrophyla 8
Astonia
4
4/100 = 0.04
spectabilus 9
Voacanga
4
4/100 = 0.04
grandifolia 10
Casearia
1
1/100 = 0.01
grawiaefolia JUMLAH
50
0.5
12.605
2. Dominasi relatif Spesies Barringtonia asiatica
Diameter
BA (cm2)
Pterospermum difersifolia Alestonia stabilis Diameter (cm)
BA (cm2)
(cm)
BA (cm2)
(cm)
56,5
88,705
78
122,46
62
97,34
147
230,79
106
166,42
Total
Diameter
71,3
111,941
186,045
519,67
111,94
93,02
173,22
111,94
BA Ratarata
Spesies Aphana mixis
Pongamia pinnata L.
Sizigium lithorale
polystachia Diameter
BA (cm2)
(cm)
Diameter
BA (cm2)
(cm)
Diameter
BA (cm2)
(cm)
140
219,8
86
135,02
66
103,62
113
177,41
123
193,11
72
Total
113,04
90
141,3
41
64,37
436,46
1147,67
193.11
145,49
191,28
193,11
BA Ratarata
Spesies Swietenia machrophyla
Diameter
BA (cm2)
Astonia spectabilus Diameter (cm)
BA (cm2)
(cm)
Voacanga grandifolia Diameter
BA (cm2)
(cm)
137
215,09
120
188,4
33
51,81
157
246,49
60
94,2
100
157
80
125,6
50
78,5
110
172,7
143
224,51
87,5
137,375
46
72,22
137
215,09
97
152,29
148
232,36
122
191,54
141
221,37
160
251,2
185
290,45
95
149,15
174
273,18
115
180,55
176
276,32
50
78,5
172
270,04
103
161,71
158
248,06
126
197,82
164
257,48
105
164,85
167
262,19
218
342,26
183
287,31
155
243,35
125
196,25
271
425,47
Total
6380,48
498,475
453,73
255,22
124,62
113,43
BA Ratarata
Spesies Casearia grawiaefolia
Diameter
BA (cm2)
(cm) 76 Total
119,32 119,32
BA Rata-
119,32
rata
Dominasi jenis tumbuhan Barringtonia asiatica
:
93,02 x 0,5042 = 46,90
Pterospermum difersifolia
:
173,22 x 0,7563 = 131,01
Alestonia stabilis
:
111,94 x 0,2521 = 28,22
Aphana mixis polystachia
:
145,49 x 0,7563 = 110,03
Pongamia pinnata L.
:
191,28 x 1,5126 = 289,33
Sizigium lithorale
:
193,11 x 0,2521 = 48,68
Swietenia machrophyla
:
255,22 x 6,3025 = 1608,52
Astonia spectabilus
:
124,62 x 1,0084 = 125,67
Voacanga grandifolia
:
113,43 x 1,0084 = 114,39
Casearia grawiaefolia
:
119,32 x 0,2521 = 30,08
+
2.532,82 setiap 100 Dominasi relatif Barringtonia asiatica
:
46.90 /1.532,82 x 100 = 1,85 %
Pterospermum difersifolia
:
131,01 /1.532,82 x 100 = 5,17 %
Alestonia stabilis
:
28,22 /1.532,82 x 100 = 1,11 %
Aphana mixis polystachia
:
110,03 /1.532,82 x 100 = 4,34 %
Pongamia pinnata L.
:
289,33 /1.532,82 x 100 = 11,42%
Sizigium lithorale
:
48,68
Swietenia machrophyla
:
1608,52/1.532,82 x 100 = 63,5 %
Astonia spectabilus
:
125,67 /1.532,82 x 100 = 4,96 %
Voacanga grandifolia
:
114,39 /1.532,82 x 100 = 4.51 %
Casearia grawiaefolia
:
30,08 /1.532,82 x 100 = 1,19 %
Barringtonia asiatica
:
2/100 x 100 = 2%
Pterospermum difersifolia
:
3/100 x 100 = 3%
Alestonia stabilis
:
1/100 x 100 = 1%
Aphana mixis polystachia
:
3/100 x 100 = 3%
Pongamia pinnata L.
:
6/100 x 100 = 6%
Sizigium lithorale
:
1/100 x 100 = 1%
Swietenia machrophyla
:
25/100 x 100 = 25%
Astonia spectabilus
:
4/100 x 100 = 4%
Voacanga grandifolia
:
4/100 x 100 = 4%
Casearia grawiaefolia
:
1/100 x 100 = 1%
/1.532,82 x 100 = 1,92 %
3. Menghitung frekuensi Menghitung frekuensi setiap tumbuhan
Menghitung frekuensi relatif setiap tumbuhan Barringtonia asiatica
:
3/50 x100 = 6%
Pterospermum difersifolia
:
6/50 x 100 = 12%
Alestonia stabilis
:
1/50 x100 = 2%
Aphana mixis polystachia
:
3/50 x100 = 6%
Pongamia pinnata L.
:
6/50 x100 = 12%
Sizigium lithorale
:
1/50 x100 = 2%
Swietenia machrophyla
:
25/50 x100 = 50%
Astonia spectabilus
:
4/50 x100 = 8%
Voacanga grandifolia
:
4/50 x100 = 8%
Casearia grawiaefolia
:
1/50 x100 = 2%
4. Menghitung nilai penting Jenis
Densitas relative
tumbuhan
Frekuensi
Dominansi
Nilai
Urutan
relatif
relatif
penting
nilai penting
Barringtonia
4%
4%
1,85 %
9.85%
7
6%
6%
5,17 %
17,17%
5
2%
2%
1,11 %
5,11%
10
6%
6%
4,34 %
16,34%
6
12%
12%
11,42%
35,42%
2
2%
2%
1,92 %
5,92%
8
asiatica Pterospermum difersifolia Alestonia stabilis Aphana mixis polystachia Pongamia pinnata L. Sizigium lithorale
Swietenia
50%
50%
63,5 %
163,5%
1
8%
8%
4,96 %
20,96%
3
8%
8%
4,51 %
20,51%
4
2%
2%
1,19 %
5,19%
9
machrophyla Astonia spectabilus Voacanga grandifolia Casearia grawiaefolia
Selain faktor biotik, faktor abiotik yang mempengaruhi dalam praktikum Point Center Quarter adalah suhu udara dan kelembaban udara. pada setiap plot memiliki suhu dan kelembaban udara yang berbeda-beda. Data diambil sebanyak 25 plot mulai dari daerah dekat pantai sebagai plot 1 dan kemudian masuk ke dalam hutan sampai dengan 25 plot dengan jarak per plot 10 m. Pada plot 1, suhu udaranya adalah 31 derajat Celcius, sedangkan kelembaban udaranya adalah 69%. Pada plot 2, memilki suhu udara 31 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 68%. Pada plot 3 memilki suhu udara 30 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 70%. Pada plot 4, memilki suhu udara 30 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 70%. Pada plot 5, memilki suhu udara 29 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 69%. Pada plot 6, memilki
suhu udara 29 derajat Celcius dan kelembaban
udaranya adalah 73%. Pada plot 7, memilki suhu udara 30 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 73%. Pada plot 8, memilki suhu udara 29 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 72%. Pada plot 9, memilki suhu udara 31 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 70%. Pada plot 10, memilki suhu udara 31 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 70%. Pada plot 11, memilki
suhu udara 31 derajat Celcius dan kelembaban
udaranya adalah 67%. Pada plot 12, memilki suhu udara 31 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 68%. Pada plot 13, memilki suhu udara 31 derajat
Celcius dan kelembaban udaranya adalah 60%. Pada plot 14, memilki suhu udara 32 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 64%. Pada plot 15, memilki suhu udara 31 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 59%. Pada plot 16, memilki
suhu udara 32 derajat Celcius dan kelembaban
udaranya adalah 58%. Pada plot 17, memilki suhu udara 32 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 52%. Pada plot 18, memilki suhu udara 33 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 52%. Pada plot 19, memilki suhu udara 32 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 54%. Pada plot 20, memilki suhu udara 31 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 52%. Pada plot 21, memilki
suhu udara 33 derajat Celcius dan kelembaban
udaranya adalah 52%. Pada plot 22, memilki suhu udara 32 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 52%. Pada plot 23, memilki suhu udara 33 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 51%. Pada plot 24, memilki suhu udara 32 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 54%. Pada plot 25, memilki suhu udara 32 derajat Celcius dan kelembaban udaranya adalah 68%. Dari analisis data diatas dapat diketahui bahwa suhu udara dari plot 1 sampai dengan 25 relatif sama yaitu pada rentangan 29-33 derajat Celcius. Sedangkan untuk kelembaban udara semakin masuk ke dalam hutan, suhu udara relatif semakin rendah.
BAB 5 PEMBAHASAN
Berdasarkan
pengamatan
analisis
vegetasi
yang
telah
dilakukan
menggunakan teknik Point Center Quarter (PCQ) dapat diperoleh data, lalu kemudian dianalisis untuk dicari nilai pentingnya yang dapat diperoleh dari nilai kerapatan relatif, dominansi relatif, dan frekuensi relatif. Pada praktikum analisis vegetasi dengan menggunakan metode Point Center Quarter (PCQ) dilakukan di daerah alas purwo (Banyuwangi). Diketahui bahwa kawasan alas purwo ini merupakan salah satu kawasan hutan yang merupakan hutan lindung dan wisata yang ada di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang berilkim tropis dimana dalam satu tahun hanya memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Hutan – hutan yang ada di Indonesia termasuk hutan hujan tropis dimana di dalamnya banyak sekali ditemukan keanekaragaman hayati baik hewan maupun tumbuhan. Keanekaragaman hayati yang ada di hutan Indonesia ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, faktor yang paling mendukung adalah faktor eksternal yang dapat mempengaruhi produktivitas primer dan sekunder dari tumbuhan sehingga nantinya juga akan berpengaruh terhadap hewannya. Indonesia merupakan negara tropis yang mana daerah hutannya kebanyakan memliki tingkat curah hujan yang tinggi dan kelembaban yang tinggi dengan suhu rata – rata normal, hal inilah yang membuat tumbuhan yang ada di hutan Indonesia dapat berfotosintesis sepanjang tahun sehingga sumber daya alamnya melimpah. Pada praktikum kali ini, ditemukan sebanyak 10 jenis tumbuhan yang berbeda yang memiliki perawakan pohon. Praktikum PCQ ini berfungsi untuk mengetahui keanekaragaman pohon yang ada di kawasan alas purwo jadi yang diamati hanya tumbuhan yang memiliki diameter ≥ 30 cm. Tumbuhan yang ditemukan pada kegiatan praktikum ini antara lain adalah Barringtonia asiatica , Pterospermum difersifolia, Alestonia
stabilis, Aphana mixis
polystachia ,
Pongamia pinnata L. , Sizigium lithorale, Swietenia machrophyla, Astonia spectabilus, Voacanga grandifolia , Casearia grawiaefolia. Tumbuh – tumbuhan ini memang sering ditemukan di daerah pantai sampai hutan. Tumbuhan
Barringtonia asiatica merupakan tumbuhan yang ditemukan paling dekat dengan pantai sedangkan tumbuhan yang lainnya ditemukan di kawasan hutan dekat pantai. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa tumbuhan yang paling mendominasi adalah Swietenia machrophyla dengan indeks nilai penting 163,5%, sedangkan tumbuhan yang tingkat dominansinya paling rendah adalah Alestonia stabilis dengan nilai indeks penting adalah 5,11%. Berdasarkan nila densitas relatif dan frekuensi relatifnya tumbuhan Swietenia machrophyla atau mahoni memiliki nilai yang paling tinggi yakni sekitar 50% sedangkan yang paling rendah adalah tumbuhan Alestonia stabilis, Sizigium lithorale, Casearia grawiaefolia dengan nilai densitas relatif dan frekuensi relatifnya adalah 2%. Kawasan vegetasi yang berada di hutan alas purwo merupakan ekosistem alami, artinya tumbuhan yang berada di kawasan tersebut tumbuh secara alami tanpa adanya campur tangan dari manusia, namun dewasa ini campur tangan manusia hanya berfungsi untuk menjaga dan melesatrikan tumbuhan – tumbuhan yang ada di kawasan hutan alas purwo supaya tetap terjaga keanekaragaman hayati karena banyak juga manusia yang tidak bertanggung jawab dalam perusakan hutan yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang berakibat pada banyaknya terjadi bencan. Meskipun tumbuhan yang ada di hutan alas purwo ini tumbuh secara alami, namun setelah dianalisis penyebaran kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kompetisi antar spesies tumbuhan di kawasan vegetasi tersebut (selain oleh kerusakan manusia) dalam memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah. Namun karena di hutan alas purwo ini masih cenderung terjaga sehingga produktivitas tumbuhan juga sangat tinggi. Berdasarkan
hasil
analisis
diketahui
bahwa
tumbuhan
Swietenia
machrophyla (mahoni) dengan memiliki indeks nilai penting yang paling tinggi yakni 163,5%, hal ini berarti tumbuhan Swietenia machrophyla (mahoni) merupakan spesies yang mendominasi, yaitu spesies yang paling banyak ditemukan di setiap kuadran titik sampling pada analisis vegetasi dengan metode point centered quareter. Pendominansian tumbuhan ini menunjukkan bahwa Swietenia machrophyla (mahoni) memiliki toleransi hidup yang lebih tinggi
dibandingkan spesies tumbuhan lain untuk hidup dalam kawasan vegetasi hutan alas purwo tersebut. Toleransi hidup yang tinggi tersebut mendukung tumbuhan Swietenia machrophyla (mahoni) untuk memenangkan kompetisi antar spesies pada ekosistem vegetasi tumbuhan yang ada di kawasan alas purwo. Bila dikaitkan dengan faktor abiotik maka tumbuhan Swietenia machrophyla ( mahoni) memiliki karakteristik dapat hidup pada tanah yang agak basah, dengan ph sekitar 6-8, sarang (mempunyai aerasi yang baik), memiliki kandungan cukup banyak kapur (ca, calcium) serta fosfor (p). Kondisi ini sesuai dengan kondisi tanah yang berada pada ekosistem (Saputra, 2010). Berdasarkan hasil pengukuran faktor abiotik diketahui bahwa pada kawasan alas purwo memiliki suhu yang cukup tinggi kurang lebih antara 29 0C – 330C dengan kelembaban antara 52% – 73 %. Suhu yang cukup tinggi serta kelembaban yang cukup rendah ini dikarenakan kawasan hutan dekat dengan pantai sehingga udaranya cukup kering, Faktor suhu dan kelembaban udara ini juga sangat berpengaruh terhadap tumbuhan yang hidup pada lingkungan tersebut. Namun pada kondisi ini, merupakan kondisi yang sesuai dengan tumbuhan yang biasa hidup di pantai. Bila tumbuhan Swietenia machrophyla (mahoni) diketahui merupakan tumbuhan yang paling mendominasi, maka tumbuhan yang keberadaanya paling jarang berdasarkan hasil analisis ialah tumbuhan Alestonia stabilis dengan nilai indeks penting adalah 5,11%. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut sangat jarang ditemukan pada tiap titik sampling kuadran. Bila dikaitkan dengan faktor abiotik, tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan yang hidup pada tingkat kesuburan dan kelembaban tanah yang tinggi (Irwanto, 2012). Namun berdasarkan hasil pengukuran faktor abiotik, diketahui bahwa tingkat kelembaban cukup rendah sehingga mengakibatkan kesuburan tanah di kawasan vegetasi tersebut cukup rendah. Hal ini mengakibatkan tumbuhan Alestonia stabilis kurang dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan tersebut sehingga keberadaannya jarang ditemukan. Dari analisis data juga diketahui bahwa suhu udara dari plot 1 sampai dengan 25 relatif sama yaitu pada rentangan 29-33 0C. Sedangkan untuk kelembaban udara semakin masuk ke dalam hutan, suhu udara relatif semakin rendah. Hal ini menujukkan bahwa suhu di pantai tinggi dan kelembabannya kurang sehingga udara pantai termasuk udara kering.
BAB 6 PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada praktikum Point Center Quarter ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Point centered quadrat merupakan metode analisis vegetasi yang parameternya ditentukan oleh frekuensi, dominansi, dan densitas suatu spesies. Nilai frekuensi, dominansi, dan densitas tersebut ditentukan dengan mengukur jarak suatu pohon terdekat dari titik pusat kuadran yang memiliki keliling batang minimal 30 cm. 2) Berdasarkan hasil analisis vegetasi dengan menggunakan metode point center quadrat, diketahui bahwa jenis tumbuhan yang ditemukan antara lain adalah Barringtonia asiatica, Pterospermum difersifolia, Alestonia stabilis, Aphana mixis polystachia, Pongamia pinnata L. , Sizigium lithorale,
Swietenia
machrophyla,
Astonia
spectabilus ,
Voacanga
grandifolia, Casearia grawiaefolia. 3) Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa tumbuhan yang paling mendominasi adalah Swietenia machrophyla dengan indeks nilai penting 163,5%, sedangkan tumbuhan yang tingkat dominansinya paling rendah adalah Alestonia stabilis dengan nilai indeks penting adalah 5,11%. 6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Kepada pembaca diharapkan untuk mempelajari banyak hal mengenai hutan hujan tropis khususnya yang ada di Indonesia untuk menjaga dan melestarikannya. 2. Kepada masyarakat secara umum sebaiknya menjaga dan melestarikan lingkungan yang ada di sekitarnya serta tidak merusak hutan hujan tropis yang ada di Indonesia karena merupakan habitat bagi flora dan fauna yang sangat penting bagi keseimbangan ekosistem.
DAFTAR RUJUKAN
Irwanto.
2012.
Analisis
Vegetasi
Teknik
Titik
Kuadran.
(Online),
(http://www.irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_titik_kwadr
an.html
) diakses pada 27 April 2014.
Marsono, 1977 Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Odum, E . P. 1972. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunder Company Philadelphia. London Toronto Samingan, T. 1971. Tipe-tipe Vegetasi (Pengantar Dendrologi). Bagian Ekologi Tumbuh-tumbuhan Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Saputro,
Adi.
2010.
Sifat
Ekologis
Arborea,
(online),
(http://www.satwa.net/360/sifat-ekologis-penyebaran-dan-manfaat pohon-jati.html), diakses 27 April 2014. Soerianegara, I . 1972. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Management Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. tnalaspurwo.org