LABORATORIUM LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP UJI PENDAHULUAN
OLEH KELOMPOK TIGA (3) GOLONGAN SELASA PAGI MARIA DESI GEVIANY
N111 13 340
DEWI DATU SARIRA
N111 13 507
FAJRIN ALAMSAH
N111 13 318
SATRIA ASTASAURY ASTASAURY A. N111 13 520 520 ERNA SOLE
N111 13 050
RANI KARTIKA P.
N111 13 073
MARTINCE KONDJOL
N111 12 291
ASISTEN : RAIS AL-QADRI
MAKASSAR 2015
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik) dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan berkasiat obat. Masyarakat
Indonesia
secara
turun-temurun
telah
memanfaatkan
berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai tindakan pencegahan pencegahan maupun pengobatan terhadap terhadap berbagai
jenis
penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi
seperti
saat
ini,
penggunaan
obat
tradisional
lebih
menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman rumah. Penemuan berbagai senyawa obat baru dari bahan alam semakin memperjelas peran penting metabolit sekunder tanaman sebagai sumber bahan baku obat. Metabolit sekunder adalah senyawa hasil biogenesis dari metabolit primer. Umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi, yang bukan merupakan senyawa penentu kelangsungan hidup secara langsung,
tetapi
lebih
sebagai
hasil
mekanisme
pertahanan
diri
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik) dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan berkasiat obat. Masyarakat
Indonesia
secara
turun-temurun
telah
memanfaatkan
berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai tindakan pencegahan pencegahan maupun pengobatan terhadap terhadap berbagai
jenis
penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi
seperti
saat
ini,
penggunaan
obat
tradisional
lebih
menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman rumah. Penemuan berbagai senyawa obat baru dari bahan alam semakin memperjelas peran penting metabolit sekunder tanaman sebagai sumber bahan baku obat. Metabolit sekunder adalah senyawa hasil biogenesis dari metabolit primer. Umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi, yang bukan merupakan senyawa penentu kelangsungan hidup secara langsung,
tetapi
lebih
sebagai
hasil
mekanisme
pertahanan
diri
organisma. Aktivitas biologi tanaman dipengaruhi oleh jenis metabolit sekunder yang terkandung didalamnya. Aktivitas biologi ditentukan pula oleh struktur kimia dari senyawa. Unit struktur atau gugus molekul mempengaruhi aktivitas biologi karena berkaitan dengan mekanisme kerja senyawa terhadap reseptor di dalam tubuh Tanaman merupakan sumber senyawa kimia yang penting dalam pengobatan . Umumnya senyawa kimia ini berupa senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid, steroid, dan lainlain yang memiliki aktifitas biologis yang beragam. Hal ini mendorong para ahli kimia kimia untuk untuk
mengisolasi zat aktif biologis biologis yang terdapat dalam
tanaman, yang diharapkan nantinya dapat dimanfaatkan sebagai senyawa untuk pengobatan. Penggunaan sumber daya alam baik yang berua tumbuhan maupun hewan telah sejak dahulu oleh nenek moyang kita tanpa mereka ketahui apa isi yang terkandung dalam tanaman tersebut. Untuk itu, melalui kemajuan pengetahuan yang kita miliki maka kita perlu melakukan penelitian untuk mengetahui kandungan kimia dari tanaman maupun hewan tersebut yang dapat menghasilkan efek klinik. I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1 Maksud Percobaan Untuk mengetahui dan memahami komponen kimia pada ekstrak daun jarak pagar (Jatropha (Jatropha curcas) curcas) dan batang ciplukan (Physalis ( Physalis angulata) angulata) melalui uji pendahuluan.
I.2.2 Tujuan Percobaan Untuk mengidentifikasi dan memperoleh komponen kimia dari ekstrak daun jarak pagar (Jatropha (Jatropha curcas) curcas) dan batang ciplukan (Physalis (Physalis angulata) angulata) melalui uji pendahuluan. I.3. Prinsip Percobaan I.3.1. Pengujian Alkaloid Pengujian alkaloid dengan menambahkan reagen dragendroff ditandai dengan terbentuknya warna jingga. Endapan tersebut adalah kaliumalkaloid, reagen Mayer Mayer ditandai dengan terbentuk terbentuk endapan endapan putih. Dimana pereaksi mayer bersifat elektrofilik (Hg2+) mengadisi atom C, dimana terlebih dahulu K2HgI4 terlarut dalam air secara reversibel dengan menservasi asam iodida + KI + HgO-Hg2+ dari HgO membentuk kompleks dengan dua molekul kolid sebagai endapan putih dan reagen Wagner yang ditandai dengan terbentuknya endapan cokelat muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. dimana iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodida menghasilkan ion I 3- yang berwarna cokelat dalam tabung reaksi. I.3.2. Pengujian Saponin Pengujian Saponin ditandai dengan timbulnya busa yang menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya.
I.3.3. Pengujian Steriod/Terpenoid Pengujian Steroid/Terpenoid dengan menambahkan reagen Leibermann Bauchard pada ekstrak (positif steroid jika menunjukkan warna hijau, positiif terpenoid jika menunjukkan warna merah). Dimana steroid dengan asam asetat anhidrat adalah reaksi asetilasi guguh OH pada steroid yang akan menghasilkan kompleks asetil steroid. I.3.4. Pengujian Tanin Pengujian tanin ditandai dengan perubahan warna hijau yang menunjukkan adanya katekol, dan perubahan warna biru-hijau yang menunjukkan adanya pirogalol. Dimana gugus hidroksil (OH -) dari senyawa tanin akan berikatan dengan Fe 3+ sehingga terbentuk Fe(OH)3 yang berwarna hijau kehitaman. I.3.5. Pengujian Flavonoid Pengujian flavonoid ditandai dengan adanya perubahan warna merah terang. Hal ini karena adanya ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula. Pada hidrolisis
asam,
suatu
glikosida
terurai
kembali
atas
komponen-
komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding dan alkohol yang dihasilkan disebut aglikon.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Teori Umum Tumbuhan umunya mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, tannin, saponin, triterpenoid dan lain-lain. Senyawa metabolits sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemapuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya (2). Uji pendahuluan dilakukan sebagai pemeriksaan kimia pendahuluan dari ekstrak sebelum dilakukan tahap isolasi lebih lanjut. Pemeriksaan terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tergantung kepada sensitivitas dari prosedur analisis dan banyaknya kandungan kimia senyawa yang diidentifikasi. Hasil yang negatif dari pemeriksaan uji pendahuluan belum dapat dipastikan bahwan dalam ekstrak tidak terdapat kandungan senyawa yang diperiksa. Hal ini kemungkinan disebabkan karena presentasenya yang sedikit dalam tumbuhan atau karena uji identifikasinya kurang sensitif untuk golongan senyawa tertentu. Senyawa metabolit sekunder yang biasa ditemui didalam tumbuhan adalah golongan senyawa alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, tanin, minyak atsiri, kuinon, dan kumarin. (10)
1. Alkaloid Alkaloid
merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang
terbesar. Satu-satunya sifat alkaloid yang terpenting adalah kebasaannya. Alkaloid mengandung atom nitrogen yang sering kali terdapat dalam cincin heterosiklik.
Penggolongan
alkaloid
dilakukan
berdasarkan
sistem
cincinnya, misalnya piridina, piperidina, indol, isokuinolina, dan tropana. Senyawa ini biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam berbagai senyawa organik dan sering ditangani di laboratorium sebagai garam dengan asam hidroklorida dan asam sulfat (7).
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Alkaloid Purina (b) Caffeine
Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperbolehkan definisi tunggal tentang alkaloid. System klasifikasi yang diterima, menurut hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai alkaloid sesungguhnya, protoalkaloid, dan pseudoalkaloid (7). Ciri-ciri dari alkaloid antara lain : a. Biasanya merupakan kristal tak berwarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik. Beberapa alkaloid
berwujud cair dan larut dalam air. Ada juga alkaloid yang berwarna, misalnya berberin (kuning). b. Bersifat basa (pahit, racun). c. Mempunyai efek fisiologis serta aktif optis. Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat, asam pikrat, dan kalium merkuriiodida (3). a.
Alkaloid sesungguhnya Alkaloid
sesungguhnya
adalah
racun,
senyawa
tersebut
menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam dari pada bersifat basa. b. Protoalkaloid Protoalkaloid merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen danasam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian “aminbiologis” sering digunakan untuk kelompok
ini.
ditemtiltriptamin.
Contoh,
adalah
meskalin,
ephedindan
N,N-
c.
Pseudoalkaloid Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari precursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh :konessin dan purin (kaffein) Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:
a.
Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang
termasukpada golongan ini adalah : 1. Alkaloid piridin-pireridin Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas ini adalah conium maculatum dari family apiaceae dan nicotiana tabacum dari family solanacea. 2. Alkaloid tropan Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH 3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi system saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sumsum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah atropa belladonna yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari family solanaceae,
hyoscyamusniger,
Brugmansia
sp.,
Mandragoraoffi
dubuisiahopwoodii, cinarum,
Erythroxylum coca (family erythroxylaceae).
alkaloid
datura
dan
kokain
dari
3. Alkaloid quinolin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah Cinchona ledgerianadari family rubiaceae, alkaloid quinine yang toxic terhadap plasmodium vivax. 4. Alkaloid isoquinolin Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.Banyak ditemukan pada family fabaceae termasuk lupines (lupines spp), spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora. 5. Alkaloid indol Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol. Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpine dari rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastine dan vinkristin dari catharanthus roseus family apacynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit leukemia dan hodgkins. 6. Alkaloid imidazole Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen.Alkaloid ini ditemukan pada family rutaceae. Contohnya : Jaborandi piragua. 7. Alkaloid lupinan Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : leguminocaea).
8. Alkaloid steroid Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cicin karbon. Banyak ditemukan pada famaili solananceae, Zigadenus venenosus. 9. Alkaloid amina Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawasenyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica. 10. Alkaloid purin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen.Banyak ditemukan pada kopi family rubiaceae, dan teh (camellia sinensis) dari family
theaceae,
llex
paraguaricasis
dari
family
aquifoliaceae,
paullunia cupana dari family sapindaceae, cola nitida dari family sterculiaceae dan Theobroma cacao. b.
Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosiklik Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada
salah satu atom karbon pada rantai samping. 1. Alkaloid efedrin (alkaloid amine) Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom nitrogen pada salah satu atom karbon pada rantai samping.Termasuk mescallin dari Lophophora williamsii , Trichocereus pachanoi , Sophora secundiflora,
Agave Americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale. 2. Alkaloid capsaicin Dari Chile peppers, genus capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens. 2. Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang tersebar luas di alam, sesuai struktur kimianya yang termasuk flavonoid yaitu flavonol, flavon, flavanon, katekin, antosianidin dan kalkon.Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 tersubstitus)
disambungkan
oleh
rantai
alifatik
(cincin benzene tiga
karbon.
Pengelompokan flavonoid debedakan berdasarkan cincin heterosklikoksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan pada rantai C3 (8).
(a)
(b)
Gambar.2. (a) Flavonoid (b) Neoflavonoid
Flavonoid mengandung system aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spectrum UV dan spectrum tampak.Akhirnya flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan,
terkait pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mana pun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi
glikosida.Karena
alasan
itu,
maka
dalam
menganalisis
flavonoid biasanya lebih baik bila kita memeriksa aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihirolisis sebelum memperhatikan kerumitan glikosida yang mungkin terdapat dalam ekstrak asal (3). 3. Tanin Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Selain itu juga tanin dapat mengikat alkaloid dan glatin.Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin terkondensasi (condensed tannins) dan tanin-terhidrolisiskan (hydrolysabletannins) (10, 12). Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat tanin yang sangat kompleks mulai dai pengendap protein hingga pengkhelat logam. Maka dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis. Maka dari itu semua penelitian tentang berbagai jenis senyawa tanin mulai dilirik para peneliti sekarang (11).
Gambar.3. Tanin
4. Saponin Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau triterpena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup luas diantaranya anti tumor, anti inflamasi, antivirus, anti jamur, hipoglikemik, dan lain-lain. Saponin bisa diisolasi dari binatang tingkat rendah, tetapi bisa ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Namanya diambil dari Genus suatu tumbuhan yaitu Saponaria, akar dari famili Caryophyllaceae dapat dibuat sabun (8) Saponin terdiri dari Sapogenin yaitu bagian bebas dari Glikosida yang disebut juga “Aglycone”. Sapogenin mengikat sakarida yang panjangnya bervariasi dari monosakarida hingga mencapai 11 unit monosakarida. Karena Sapogenin yang bersifat lipofilik serta sakarida yang hidrofilik maka saponon bersifat amfifilik. Dengan demikian, saponi dapat membentuk busa dan merusak membran sel karena bisa membentuk ikatan dengan lipida dari membran sel (9) Tipe dan macam saponin berbeda tergantung banyak faktor, misalnya spesies, umur tanaman dan bagian tanaman. Selain itu juga bisa
dipengaruhi cuaca, macam tanah, sinar matahari, tempat bercocok tanam dan banyak lagi. Dalam satu spesies mungkin mengandung lebih dari satu macam Saponin (9).
Gambar.4. Saponin
5. Steroid Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana jenuh dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. (10) Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen. Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin. Lemak sterol adalah bentuk khusus dari steroid dengan rumus bangun diturunkan dari kolestana dilengkapi gugus hidroksil pada atom C-3, banyak ditemukan pada tanaman, hewan dan
fungsi. Semua steroid dibuat di dalam sel dengan bahan baku berupa lemak sterol, baik berupa lanosterol pada hewan atau fungsi, maupun berupa sikloartenol pada tumbuhan. (13)
Gambar.5. Steroid
6. Terpenoid Terpenoid
merupakan
komponen-komponen
tumbuhan
yang
mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan yang disebut minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari senyawa terpenoid yaitu 8:5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang kadang kala terdiri dari lebih besar dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon, dan hidrogen atau karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat aromatik yang secara umum disebut terpenoid. (10)
Triterpenoid merupakan komponen tumbuhan yang mempunyai baud dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan sebagai minyak atsiri. Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 5 yang bergabung dengan siklik 5 atau berupa siklik 6 yang mempunyai gugus pada siklik tertentu. Senyawa ini paling umu ditemukan pada tumbuhan berbiji, bebas dan sebagai glikosida.Triperpena alcohol monohidroksi dalam tumbuhan tidak dibarengi oleh pigmen, sedangkan triterpenadiol berada bersama-sama dengan karotenoid dan triterpena asam dengan flavonoid.
Gambar.6. Triterpen
II. 2. Klasifikasi Tanaman II. 2.1 Jatropha Folium 1. Klasifikasi J atropha cur cas L . Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
: Jatropha curcas L.
2.
Kandungan Kimia Adapun kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman jarak pagar :
Getah : mengandung flavonoid dan saponin serta kandungan jatrophie yang bersifat antijamur Daun
: senyawa kaemfesterol, sitosterol, stigmasterol, amirin dan teraksrol.
Biji
: β-glukanase yang memiliki aktivitas antifungi, toksalbumin dan
curcin yang tidak hanya memiliki aktivitas sebagai antifungi, tetapi kandungan kimia ini juga
bermanfaat sebagai antikanker.
Ampas dari Biji Jarak yang sudah diperas minyaknya mengandung nitrogen, fosfat dan kalium. Kulit Batang : mengandung tanin, malam, resin dan saponin. 3.
Khasiat Tanaman jarak pagar umumnya digunakan sebagai obat antiradang,
peluruh kemih, mrnghilangkan panas, menghilangkan sakit, menetralkan racun, untuk pengobatan kencing manis, hipertensi, asam urat tinggi, influenza, sakit tenggorokan, bronkhitis, batuk reejan, dan radang buah zakar (orchitis).
II.2.2 Physalis Caulis 1.
Klasifikasi Phys alis ang ulata L. Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Physalis
Spesies
: Physalis angulata L.
2.
Kandungan Kimia Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam ciplukan antara lain
saponin, flavonoid, polifenol, dan fisalin. Komposisi detail pada beberapa bagian tanaman, antara lain: a. Herba
: Fisalin B, Fisalin D, Fisalin F, Withangulatin A
b. Biji
: 12-25% protein, 15-40% minyak lemak dengan komponen utama asam palmitat dan asam stearat.
c. Akar
: alkaloid
d. Daun
: glikosida flavonoid (luteolin)
e. Tunas
: flavonoid dan saponin
3. Khasiat Akar tumbuhan ciplukan pada umumnya digunakan sebagai obat cacing dan penurun demam. Daunnya digunakan untuk penyembuhan patah tulang, busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri perut, dan kencing nanah. Buah ciplukan sendiri sering dimakan; untuk mengobati epilepsi, tidak dapat kencing, dan penyakit kuning.
BAB III METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah beaker, chamber, gelas ukur, Lempeng silica, penangas air, pipet tetes, plat tetes, rak tabung, semprotan H2SO4, sendok tanduk besi, tabung reaksi, UV 254 dan 366. III.1.2 Bahan Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam metode ini adalah ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas) dan batang ciplukan (Physalis angulata), HCl 2N, H2SO4, FeCl3, reagen Wagner, Meyer, Dragendorff, LB, AlCl3 5%, NaCl,dan aquadest. III.2 Cara Kerja III.2.1 Metode tabung a. Uji Alkaloid 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan ekstrak kedalam tabung reaksi 3. Ditambahkan 1 ml HCl 2N dan 10 ml aquadest 4. (Langkah 1-3 dilakukan pada 3 tabung berbeda) Ditambahkan masing-masing reagen Dragendorff, Mayer, dan Wagner 5. Diamati perubahan warna
b. Uji Flavonoid 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan ekstrak kedalam tabung reaksi 3. Ditambahkan 2 ml AlCl3 5%, 4. Dipanaskan selama 5 menit 5. Diamati perubahan warna c.
d.
Uji Saponin 1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Dimasukkan ektrak kedalam tabung reaksi
3.
Ditambahkan 10 ml air panas lalu dikocok selama 10 menit
4.
Ditambahkan HCl 2N sebanyak 2 ml
5.
Diamati pembentukan busa Uji steroid/ Terpenoid
1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan ektrak kedalam tabung reaksi 3. Ditambahkan pelarut Liebermann- Bouchard 4. Diamati perubahan warna e.
Uji Tanin 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan ektrak kedalam tabung reaksi 3. Ditambah 10ml air panas lalu dikocok 4. Ditambah NaCl, saring 5. Filtrat ditambah FeCl3
6. Diamati perubahan warna. III.2.2 Metode Semprot 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dijenuhkan chamber dengan pelarut
yang sudah baik pada
percobaan KLT 3. Ditotolkan ekstrak awal pada lempeng 4. Disemprot H2SO4 III.2.1 Pembuatan Larutan Uji a.
Wagner 1. Ditimbang 4 g kalium iodida 2. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 3. Dicampurkan iodida 2 4. Dilarutkan dengan aquades 100 ml
b.
Mayer 1. Dtimbang 1,4 g raksa (II) klorida 2. Dilarutkan raksa (II) klorida dengan air 60 ml 3. Ditimbang 5 g KI, dilarutkan dengan 10 ml air 4. Dicampurkan kedua bahan tersebut dan ad dengan 100 ml air.
c.
Dragendroff 1. Ditimbang 0,8 g Bismuth (II) nitrat dilarutkan dengan 20 ml asam nitrat pekat 2. Ditimbang 27,2 g KI dilarutkan dengan 50 ml air 3. Kedua bahan tersebut di ad 100 ml
d.
Leibermann Bauchard 1. Diambil 20 bagian asam asetat anhidrat dan ditambahkan 1 bagian asam sulfat pekat 2. Untuk penyemprot, 50 bagian kloroform ditambahkan 20 bagian asam asetat anhidrat dan 1 bagian H 2SO4 (dibuat segar)
e.
HCl 2 N 1. 22,5 g HCl P diencerkan dengan air suling (aquadest) ad 100 ml
f.
Vanilin Asam Sulfat 1. Ditimbang 0,45 g vanilin 2. Dilarutkan dengan 15 ml asam asetat glasial 3. Ditambahkan 85 ml metanol 4. Ditambahkan asam sulfat pekat 5 ml
BAB IV HASIL PENGAMATAN
IV. 1 Tabel Pengamatan JENIS PENGUJIAN CIPLUKAN
JARAK PAGAR
+
ALKALOID
-
-
FLAVONOID
-
+
SAPONIN
+
+
STEROID
+
+
TANIN
+
IV.2 Gambar Pengamatan
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
KET : Uji Tabung Alkaloid Wagner. Sampel Ciplukan.
KET : Uji Tabung Alkaloid Dragendorff. Sampel Ciplukan.
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
KET : Uji Tabung Alkaloid Mayer. Sampel Ciplukan.
KET : Uji Tabung Saponin. Sampel Ciplukan.
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
KET : Uji Tabung Steroid. Sampel Ciplukan.
KET : Uji Tabung Alkaloid. Sampel Jarak Pagar.
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
KET : Uji Tabung Tanin. Sampel Jarak Pagar.
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
KET : Uji Tabung Flavonoid. Sampel Jarak Pagar.
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
KET : Uji Tabung Saponin. Sampel Jarak Pagar.
KET : Uji Tabung Steroid. Sampel Jarak Pagar.
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
KET : Uji Semprot. Sampel Jarak Pagar.
KET : Uji Semprot. Sampel Ciplukan.
BAB V PEMBAHASAN
Pada
praktikum
ini
dilakukan
pengujian
fitokimia
atau
uji
pendahuluan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung didalam ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas) dan batang ciplukan (Physalis angulata). Berdasarkan literatur kandungan senyawa yang terdapat dalam sampel daun jarak pagar adalah flavonoid, saponin, epigenin, vitexin, senyawa poliofenol dan tanin. Untuk sampel batang ciplukan berdasarkan literatur mengandung flavonoid, polifenol, alkaloid, flavonoid dan saponin. Pada uji alkaloid untuk sampel daun jarak pagar diperoleh hasil negatif mengandung alkaloid karena setelah penambahan reagen uji tidak menunjukkan perubahan warna yang signifikan dan untuk sampel batang ciplukan diperoleh hasil positif karena setelah penambahan reagen Dragendroff dan Wagner keduanya memberikan hasil positif yakni masing-masing memberi warna jingga dan cokelat, kecuali pada penambahan reagen Mayer, diperoleh hasil negatif. Adapun uji alkaloid ini memberikan hasil sesuai dengan masing-masing literatur dari sampel. Pada uji alkaloid ini penambahan HCl ditujukan karena sifat alkaloid yang bersifat
basa
sehingga
biasanya
diekstrak
dengan
pelarut
yang
mengandung asam. Hasil positif pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya endapan cokelat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut
adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi wagner, iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodida menghasilkan ion I 3- yang berwarna cokelat. Pada uji wagner, ion K + akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kaliumalkaloid yang mengendap. Hasil positif alkaloid pada uji Dragendroff juga ditandai dengan terbentuknya warna jingga. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismuth nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismuth mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+) agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam sehingga kesetimbangan bergeser ke kiri. Selanjutnya ion Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida membentuk endapan hitam Bismut (III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium tetraiodobismutat. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K + yang merupakan ion logam. Pada uji Flavonoid diperoleh hasil negatif untuk masing-masing sampel dan hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menunjukkan bahwa kedua sampel seharusnya mengandung flavonoid. Uji saponin pada ekstrak ciplukan dan jarak pagar meberikan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya busa setelah pengocokan dan tetap berbusa setelah penambahan HCl 2N. Timbulnya busa pada uji ini
menunjukkan
adanya
glikosida
yang
mempunyai
kemampuan
membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya. Busa yang timbul disebabkan karena senyawa saponin mengandung senyawa yang larut dalam air (hidrofilik) dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar (hidropobik) sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Pada uji steroid/ terpenoid yang dilakukan dengan penambahan reagen Liebermann Bouchard. Untuk kedua sampel menunjukkan hasil positiff mengandung steroid yaitu terbentuk warna hijau. Hal ini terjadi karena terjadi reaksi bolak-balik antara kalium iodobismutat dengan ionionnya,setelah direaksikan dengan asam asetat glasial dan asam sulfat pekat sehingga menghasilkan warna hijau. Pada uji Tanin, ekstrak ditambhakan FeCl3 kedua sampel memberikan hasil yang positif mengandung katekol yang ditandai dengan terbentuk warna hijau, hal ini disebabkan karena gugus hidroksil (OH-) dari senyyawa tanin akan berikatan dengan Fe 3+ sehingga terbentuk Fe(OH)3 yang berwarna hijau kehitaman. Pada
hasil
yang
diperoleh
untuk
masing-masing
pengujian
diperoleh hasil yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan literatur dapat disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan seperti: 1. Ekstrak yang digunakan terlalu sedikit, 2. Kurang teliti membaca hasil,
3. Warna dasar dari ekstrak berwarna hijau, sehingga memberikan hasil yang kurang signifikan.
REAKSI KIMIA a. Reaksi umun uji alkaloid 1) Reaksi uji Wagner
2) Reaksi Uji Meyer
3) Reaksi Uji Dragendroff
b. Uji Flavonoid
Reaksi antara senyawa Flavonoid dengan Mg-HCl
Reaksi senyawa Flavonoid dengan NaOH
c. Uji Steroid/ Terpenoid
d. Uji Tanin
e. Uji saponin
BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan hasil yang diperoleh pada percobaan Uji Pendahuluan dapat disimpulkan bahwa pada sampel jarak pagar dan ciplukan positif mengandung saponin dan tanin sesuai pada literatur, adapun senyawa yang memberi hasil negatif dapat disebabkan karena faktor kesalahan. VI.2 Saran Kelengkapan alat dan bahan dimaksimalkan sebelum memulai praktikum untuk menjaga kelancaran saat praktikum. Serta arahan dan bimbingan dari asisten sangat dibutuhkan demi lancarnya kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Terjemahan S. Keteren 2. Dirjen POM. 1986. "Sediaan Galenik", Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 3. Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar 4. Ditjen POM. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 1979 5. Anonim.
Alkaloid
:
Senyawa
Organik
Terbanyak
di
Alam. www.chem-is-try.org. Diakses tgl 3 april 2015 6. Sovia Lenny. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoida dan Alkaloida.http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf. diakses tgl 3 april 2015 7. Tyler, V.E., Brady, L.R., Robbers, J.E. 1988. Pharmacognosy, 9th ed., Lea & Febiger. Philadelphia. 8. Purwanti, E. 2010. Uji Kandungan Saponin pada Tanaman Gambas.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23 253/Chapter%20II.pdf. Medan: Universitas Sumatera Utara. 9. Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences. Volume 55. No.3. Chicago: Reheis Chemical Company.
10. Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB. 11. Hagerman, Ann, E. 2002. Tannin Handbook. Miami University.USA 12. HAGERMAN A.E., ROBBINS C.T., WEERASURIYA Y., WILSON T.C., McARTHUR C., 1992. Tannin chemistry in relation to digestion. J Range Manage 45, 57-62. 13. Robinson, T.
1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.
Penerjemah: K. Padmawinata, K. Edisi IV. Bandung: ITB Press. 14. Ahmeda, A., Ismail, Z., and Gabriel, A., 2005, Antioxidants properties of Phyllanthus niruri (Dukung Anak) Extracts, Malaysian Journal of Science, 24(1), 195-200.
15. Munjrekar, A.P., Jisha, V., Bag, P.P., Adhikary, B., Pai, M.M., Hegde, A. and Nandini, M., 2008, Effect of Phyllanthus niruri Linn. treatment on liver, kidney and testes in CCl4 induced hepatotoxic rats, Indian J. Exp. Biol., 46, 514-520
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM PARTISI
OLEH KELOMPOK TIGA (3) GOLONGAN SELASA PAGI MARIA DESI GEVIANY
N111 13 340
DEWI DATU SARIRA
N111 13 507
FAJRIN ALAMSAH
N111 13 318
SATRIA ASTASAURY A. N111 13 522 ERNA SOLE
N111 13 030
RANI KARTIKA P.
N111 13 073
MARTINCE KONDJOL
N111 12 291
ASISTEN : ISMUL AZHAM R. MAKASSAR 2015
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
OLEH KELOMPOK TIGA (3) GOLONGAN SELASA PAGI MARIA DESI GEVIANY
N111 13 340
DEWI DATU SARIRA
N111 13 507
FAJRIN ALAMSAH
N111 13 318
SATRIA ASTASAURY A. N111 13 522 ERNA SOLE
N111 13 030
RANI KARTIKA P.
N111 13 073
MARTINCE KONDJOL
N111 12 291
ASISTEN : HELVI SULISTIANI MAKASSAR 2015