SKRINING FITOKIMIA
WA ODE ASRIANI
150 2012 0027MUH. IKBAL
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan obat tradisional dikalangan masyarakat semakin meningkat, seiring dengan berkembangnya bahan-bahan alam yang berkhasiat sebagai obat. Tercatat dengan data yang dikemukakan oleh WHO, sekitar 80 % penduduk yang ada didunia menggunakan obat tradisional yang berasal dari bahan alam atau tanaman sebagai bahan pengobatan.
Adapun mengenai pemanfaatan bahan alam atau tanaman obat tersebut meliputi pengobatan maupun pencegahan dari suatu penyakit serta perlindungan kualitas kesehatan. Dengan salah satu contoh bahan alam atau tanaman obat yang berkhasiat sebagai alat pengobatan yaitu daun tanaman pulai atau Alstonia scholaris L.
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.
Pada praktikum ini dilakukan skrining fitokimia dengan sampel bahan alam yaitu daun tanaman pulai atau Alstonia scholaris L.
Maksud Dan Tujuan
Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk melakukan uji skrining fitokimia terhadap tanaman pulai atau Alstonia scholaris L.
Tujuan
Adapun tujuan dari pecobaan ini adalah untuk mengetahui kandungan kimia tanaman pulai atau Alstonia scholaris L dengan pendekatan skrining fitokimia.
BAB II
A. URAIAN TANAMAN
1. Taksonomi / Klasifikasi
- Klasifikasi Tanaman (Badan POM, 2008)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatopyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga : Alstonia
Jenis : Alstonia scholaris (L.) R.Br.
Deskripsi Tanaman (Badan POM, 2008)
Alstonia scolaris R.Br. adalah salah satu jenis dari marga Alstonia, suku Apocynaceae yang paling tersebar luas, dapat ditemukan mulai dari Sri Lanka dan India samapai daratan Asia Tenggara dan Cina Selatan, melalui Malesia sampai ke Australia bagian utara, Kepulauan Bismarck dan Solomon. (Soerianegra dan Leemens, 1994)
Habitus berupa pohon dengan tinggi 10-50 m. Batang tegak, berkayu, percabangan menggarpu dan berwarna hijau gelap. Daun tunggal, bentuknya lanset, ujungnya membulat dan pangkalnya meruncing, tepinya rata, panjang daun 10-20 cm dan lebar 3-6 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, panjang tangkai ±1 cm dan warnanya hijau. Bunga majemuk, bentuknya malai, terdapat diujung batang, bentuk kelopak bunga bulat telur, panjang tangkainya 2,5-5 cm, berambut dan warnanya hijau. Benang sari melekat pada tabung mahkota dengan panjang tangkai putik 3-5 mm, kepala putik meruncing, bakal buah berbulu dan berwarna putih. Bentuk tabung mahkota bunga bulat telur dengan panjang 7-9 mm dan berwarna putih kekuningan. Buah bumbung dengan bentuk pita dan panjangnya 20-50 mm, warnanya putih. Biji kecil dengan panjang 1,5-2 cm dan berwarna putih. Akar tunggang dan berwarna coklat
Nama Daerah (Dalimartha, 1999)
Jawa : Lame (Sunda), pule (Jawa), polay (Madura)
Kalimantan : hanjalutung (Kalimantan)
Sumatera : kayu gabus,; pulai ; tewer(Banda)
Sulawesi : kaliti, reareangou ; bariangow, rariangow, wariangow, marianga deadeangow, kita (Minahasa),
Ambon : rite
Ternate : hange
Kunci Determinasi ( Steenis,1987)
1b…2b…3b…4b…6b…7b…9b…11b…12b…13b.14a…15a…119b…120b…128b…129b….135b….136b…139b…140b….142b…143b…146a…147a…151a.
Kandungan Kimia ( Ismawan, 2012)
Kulit kayu mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupenol.
Manfaat ( Ismawan, 2012 )
Pulai dimanfaatkan untuk menurunkan kadar gula darah / diabetes, menurunkan tekanan darah, mengobati rematik, beri-beri, malaria, demam tinggi, diare, disentri, kolik, kurang darah, gangguan pencernaan seperti perut kembung dan sakit perut, batuk berdahak dan wasir.
SKRINING FITOKIMIA
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristianti dkk., 2008).
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasikan dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder (Harbone, 1987).
Penapisan kimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan. Pemeriksaan dilakukan pada senyawa metabolit sekunde yang memiliki khasiat bagi kesehatan seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, tannin, dan saponin (Harborne, 1987).
Pendekatan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji), terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif yaitu alkaloida, antrakuinon, flavonoida, glikosida jantung, saponin (steroid dan hiterpenoid), tannin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), iridoid, dan sebagainya. Dengan tujuan pendekatan skrining fitokimia adalah untuk mensurvei tumbuhan untuk mendaoatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan (Robinson, 1995).
Adapun metode yang digunakan atau dipilih untuk melakukan skrining fitikimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain (Robinson, 1995):
Sederhana
Cepat
Dapat dilakukan dengan peralatan minimal
Selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari
Bersifat semikuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk senyawa yang dipelajari
Dapat memberikan keterangan tambahan ada/tidaknya senyawa dari golongan senyawa yang dipelajari
Untuk identifikasi metabolit sekunder yang terdapat pada suatu ekstrak digunakan berbagai metode berikut (Harbone, 1987) :
Identifikasi senyawa fenolik (Harbone, 1987)
Identifikasi adanya senyawa fenolik dalam suatu cuplikan dapat dilakukan dengan pereaksi besi (III) klorida 1% dalam etanol. Adanya senyawa fenolik ditunukan dengan timbulnya warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat.
Identifikasi senyawa golongan saponin (steroid dan terpenoid) (Harbone, 1987)
Saponin adalah suatu glukosida yang larut dalam air dan mempunyai karakteristik dapat membentuk busa apabila dikocok, serta mempunyai kemampuan menghemolisis sel darah merah. Saponin mempunyai toksisitas yang tinggi. Verdasarkan strukturnya saponin dapat dibedakan atas dua macam yaitu saponin yang mempunya rangka steroid dan saponin yang mempunyai rangka triterpenoid. Berdasarkan pada strukturnya saponin memberikan reaksi warna yang karakteristik dengan pereaksi Libermann-Buchard (LB).
Identifikasi senyawa golongan alkaloid (Harbone, 1987)
Alkaloid merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam tumbuhan. Atom nitrogen yang terdapat pada molekul alakaloid pada umumnya merupakan atomnitrogen sekunder ataupun tersier dan kadang-kadang terdapat sebagai atomnitrogen kuartener. Salah satu pereaksi untuk mengidentifikasi adanya alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer.
Identifikasi golongan antraquinon (Harbone, 1987)
Antraquinon merupakan suatu glikosida yang didalam tumbuhan biasanya terdapat sebagai turunan antraquinon terhidrolisis ternitilasi, atau terkarboksilasi. Antraquinon berikatan dengan gula sebagai o-glikosida atau c-glikosida. Turunan antraquinon dapat bereaksi dengan basa memberikan warna ungu atau hijau.
Identifikasi golongan flavonoid (Harbone, 1987)
Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat pada tumbuhan berpembuluh, terikat pada glukosida dan aglikon flavonoid. Dalam menganalisis flavonoid, yang diperiksa adalah aglikon dalam ekstrak tumbuhan yang sudah dihidrolisis. Proses ekstraksi senyawa ini dilakukan dengan etanol mendidig untuk menghindari oksida enzim.
BAB III
PROSEDUR KERJA
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan adalah alat pemanas, batang pengaduk, cawan poselin, pipet tetes, pipet volume, sendok tanduk, tabung reaksi dan vial.
Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan adalah etanol 95%, HCl 2N, HCl P, kertas saring, larutan pereaksi FeCl3, pereaksi KOH 10%, pereaksi baucardat, pereaksi dragendrof, pereaksi mayer, serbuk daun pulai dan tissu.
Cara Kerja
Reaksi Identifikasi Golongan Tanin
Identifikasi Terhadap Katekol
Serbuk pulai dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung katekol akan menghasilkan warna hijau.
Identifikasi Terhadap Pirogalotanin
Serbuk pulai dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung pirogalotanin akan menghasilkan warna biru.
Reaksi Identifikasi Golongan Dioksiantrakinon
Sedikit serbuk pulai dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditetesi dengan KOH 10% p b/v dalam etanol 95% P, jika mengandung dioksiantrakinon akan menghasilkan warna merah.
Reaksi Identifikasi Golongan Alkaloid
Ekstrak metanol dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi kemudian ditetesi :
HCl 0,5 N dan pereaksi Mayer, jika mengandung alkaloid maka akan menghasilkan endapan kuning.
HCl 0,5 N dan pereaksi Bauchardat, jika mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan cokelat.
HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendrof, jika mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan warna jingga.
Reaksi Identifikasi Golongan Steroid
Serbuk pulai dihaluskan dengan etanol kemudian didihkan selama 15 menit lalu disaring, filtrat uap sampai kering. Ekstrak kering ditambahkan eter setelah terlebih dahulu disuspensikan dengan sedikit air, bagian yang larut dalam eter dipisahkan. lapisan eter kemudian ditetesi dengan pereaksi Lieberman-Bauchard jika mengandung steroid akan menghasilkan warna merah jambu.
Reaksi Identifikasi Golongan Saponin
Serbuk pulai dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian di kocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk buih, lalu tambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.
Reaksi Identifikasi Golongan Flavanoid
Serbuk pulai ditambahkan dengan FeCl3 dan HCl P, jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
Serbuk pulai ditambahkan dengan AlCl3 dan HCl P, jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
Serbuk pulai ditambahkan dengan MgCl3 dan HCl P, jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
BAB IV
PEMBAHASAN
HASIL PENGAMATAN
No
Golongan komponen kimia
Pereaksi/ perlakuan
Pengamatan sampel
Daun Pulai
Daun Dewa
Daun Raja
Daun jamblang
Daun Kolasa
1.
Tannin katekol
Sampel + FeCl3
-
-
+
-
+
Tannin pirogalotanin
Sampel + FeCl3
-
-
-
-
-
2.
Dioksinantrakinon
Sampel + KOH 10%
-
-
-
+
-
3.
Alkaloid
Sampel+HCl 0,5N+Mayer
-
+
-
-
-
Sampel+HCl 0,5N+Boouchardat
-
-
-
+
-
Sampel+HCl 0,5N+Dragendroff
-
-
+
+
-
4.
Steroid
Sampel + P.Lieberman-Buchard
-
-
-
+
-
5.
Flavonoid
Sampel + FeCl3 + HCl P
-
-
-
-
-
6.
Saponin
Sampel + air panas + HCl 2N
+
+
+
+
+
BAB V
PEMBAHASAN
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.
Pada percobaan skrining ini menggunakan sampel bahan alam Alstonia scholaris atau dikenal dengan pulai. Adapun bagian tumbuhan yang digunakan adalah bagian daun pulai. Alstonia scolaris R.Br. adalah salah satu jenis dari marga Alstonia, suku Apocynaceae yang paling tersebar luas, dapat ditemukan mulai dari Sri Lanka dan India samapai daratanAsia Tenggara dan Cina Selatan, melalui Malesia sampai ke Australia bagian utara, Kepulauan Bismarck dan Solomon.
Dengan maksud dan tujuan dari percobaan skrining ini adalah untuk memberikan gambaran dan mengetahui mengenai golongan senyawa apa saja yang terkandung dalam tanaman pulai atau Alstonia scholaris.
Pada percobaan skrining ini menggunakan beberapa perlakuan identifikasi golongan senyawa-senyawa yakni identifikasi senyawa golongan tannin yang meliputi katekol dan pirogalotanin, identifikasi senyawa golongan dioksiantrakinon, identifikasi senyawa golongan alkaloid, identifikasi senyawa golongan steroid, identifikasi senyawa golongan saponin, dan identifikasi senyawa golongan flavonoid,
Dari hasil pengamatan diperoleh negative (-) untuk identifikasi golongan senyawa kimia tannin, dioksiantrakinon, alkaloid, steroid, dan flavonoid. Dengan demikian untuk daun pulai atau Alstonia scholaris tidak mengandung senyawa kimia tannin, dioksiantrakinon, alkaloid, steroid, dan flavonoid.
Sementara untuk hasil pengamatan identifikasi golongan senyawa saponin diperoleh hasil positif (+). Sebab pada percobaan identifikasi golongan tannin, ketika tahap akhir yaitu ditambahkan 1 tetets Asam Klorida 2 N buih tidak hilang. Dengan demikian untuk daun pulai atau Alstonia scholaris mengandung senyawa kimia saponin.
Berdasarkan literartur bahwa bahan-bahan yang mengandung saponin akan menimbulkan hemolisis sel darah merah dengan meningkatkan permeabilitas membran plasma, dan dengan demikian saponin sangat beracun bila disuntikkan ke dalam aliran darah.
BAB VI
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan terhadap identifikasi golongan senyawa kimia dari tumbuhan pulai atau Alstonia scholaris L diperoleh senyawa golongan saponin yang terkandung didalamnya.
SARAN
Sebaiknya ketelitian dan kecermatan mengenai praktikum dan pengamatan lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. "Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I ". Fakultas
Farmasi Uniersitas Muslim Indonesia : Makassar
Badan POM, 2008. "Direktorat Obat Asli Indonesia ". Depkes RI : Jakarta
Dalimartha, Setiawan. 1999. " Atlas tumbuhan obat indoneia jilid 1 ". Puspa swara : Depok, Jawa Barat.
Harborne, J.B., 1987. "Phitochemical Method Metode fitokimia terjemahan oleh Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro". ITB Press : Bandung.
Ismawan, Bambang. 2012. Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah &Cara
Racik. Volume 10. PT Trubus Swadaya : Depok
Kristianti, A. N, N. S. dkk. 2008. "Buku Ajar Fitokimia". Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas Airlangga.: Surabaya.
Robinson. 1995. "Kandungan Organic Tumbuhan Tinggi ". ITB Press : Bandung.
Steenis Van, C.G.G.J. 1978. " Flora " . P.T. Pradnya Paramita : Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar pengamatan
FlavonoidSaponinSteroid
Flavonoid
Saponin
Steroid
DioksiantrakinonAlkaloidTanin
Dioksiantrakinon
Alkaloid
Tanin
SKEMA KERJA
Reaksi identifikasi golongan tanin
Identifikasi terhadap katekol
Serbuk pulai
Dibasahi larutan FeCl2 1 N
Menghasilkan warna hijau
Identifikasi terhadap pirogalotanin
Serbuk pulai
Dibasahi larutan FeCl2 1 N
Menghasilkan warna biru
Reaksi identifikasi golongan dioksiantrakuinon
Serbuk pulai
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ditetesi sedikit larutan KOH 10 % P b/v dalam etanol 95 % P
Menghasilkan warna merah
Reaksi identifikasi golongan alkaloid
Ekstrak metanol dimasukan dalam masing-masing tabung reaksi
Dimasukkan HCl 0,5 N
Pereaksi Mayer Pereaksi Bouchardat pereaksi Dragendroft
Endapan kuning endapan coklat endapan jingga
Reaksi identifikasi golongan steroid
Serbuk pulai
Dihaluskan dengan etanol
Dididihkan 15 menit
Disaring
Filtrat uap sampai kering
Ekstrak kering disuspensi dengan sedikit air
ditambahkan eter
bagian yang larut eter dipisahkan
lapisan eter ditetesi pereaksi Liebermann-Bouchard
menghasilkan warna merah jambu
Reaksi identifikasi golongan saponin
Serbuk pulai
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan 10 ml air panas
Didinginkan
Dikocok kuat selama 10 detik sampai terbentuk buih
Ditambahkan 1 tetes asam klorida 2 N
Buih tidak hilang
Reaksi identifikasi golongan flavonoid
Serbuk pulai
ditambahkan
FeCl3 +HCl P AlCl3 + HCl P MgCl3 + HCl P
Mengahasilkan warna merah