UJI FITOKIMIA SECARA KUALITATIF I.
TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan identifikasi komponen bioaktif yang terkandung pada bagian bagian tumbuhan ( akar, batang, ranting, daun, bunga,biji, bunga,biji, dan buah ) II. DASAR TEORI 1. Analisa Kualitatif
Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis kualitatif kualitatif adalah suatu
proses dalam mengidentifikasi keberadaan
suatu senyawa kimia dalam suatu larutan/sampel yang tidak diketahui. Analisis kualitatif disebut juga analisa jenis yaitu suatu cara yang dilakukan untuk menentukan macam, jenis zat atau komponen-komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kualitatif yang dipergunakan adalah sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas kimia, bila ingin mengetahui tentang kandungan sampel cair itu maka yang harus dilakukan adalah menganalisa kualitatif atau identifikasi terhadap sampel cairan itu. Tujuan analisis kualitatif adalah untuk memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur/ senyawa. Analisis kualitatif berhubungan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisa komponen atau jenis zat yang ada dalam suatu larutan. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsurunsur serta ion-ionnya dalam larutan. Jenis analisis ada 3 macam, yaitu: 1.
2.
3.
Analisis Makro
Kuantitas zat 0,5 – 1 1 gram
Volume yang dipakai sekitar 20 ml
Analisis Semimikro
Kuantitas zat sekitar 0,01 - 1 gram
Volume yang dipakai sekitar 1 ml
Analisis Mikro
Kuatitas zat kurang dari 0,01 gram
Volume yang dipakai < 1 ml
Dalam metode kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kedua pereaksi ini digunakan untuk mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan regensia-regensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak sistematik kation. Namun skema yang digunakan juga bukan skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan. Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu: a. Reaksi kering, reaksi kering dapat digunakan pada zat padat. b. Reaksi basah, reaksi basah biasa digunakan untuk zat dalam larutan dimana suatu reaksi berlangsung ditandai dengan terbentuknya endapan, pembebasan gas, dan perubahan warna [1].
2. Senyawa Bioaktif
Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang terkandung dalam tubuh hewan maupun tumbuhan. Senyawa ini memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker. Senyawa bioaktif ini ada yang dapat berfungsi sebagai antibakteri [2].
3. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama [3]. Beberapa target ekstraksi, diantaranya :
Senyawa bioaktif yang tidak diketahui
Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme
Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara struktural. Semua senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu sumber tetapi
tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang berbeda, misalnya dua jenis dalam marga yang sama atau jenis yang sama tetapi berada dalam kondisi yang berbeda. Identifikasi seluruh metabolit sekunder yang ada pada suatu organisme untuk studi sidik jari kimiawi dan studi metabolomik. Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan adalah sebagai berikut[3] :
Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan dan penggilingan bagian tumbuhan.
Pemilihan pelarut
Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.
Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.
Pelarut nonpolar: n-heksan, petroleum eter, kloroform, dan sebagainya Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut [3] :
Maserasi Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil.
Ultrasound - Assisted Solvent Extraction Merupakan
metode
maserasi
yang
dimodifikasi
dengan
menggunakan bantuan ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang berisi serbuk sampel ditempatkan dalam wadah
ultrasonic dan ultrasound. Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik pada sel hingga menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel dapat menyebabkan peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan meningkatkan hasil ekstraksi.
Perkolasi Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu.
Soxhlet Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinue, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada titi k didih.
Reflux dan Destilasi Uap pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung dalam wadah
yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi.
4. Metode Pemisahan
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium) [4].
5. Identifikasi Senyawa Bioaktif
Flavonoid Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar merupakan senyawa yang terdiri dari C6-C3-C6 dan sering ditemukan diberbagai macam tumbuhan dalam bentuk glikosida atau gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik. Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino. Flavonoid merupakan senyawa fenol, sehingga warnanya berubah apabila ditambah basa atau ammonia. Pemeriksaan golongan flavonoid dapat dilakukan dengan uji warna yaitu fitokimia untuk menentukan keberadaan senyawa golongan flavonoid dan uji adanya fenol.
Tanin Tanin
merupakan
senyawa
umum
yang
terdapat
dalam
tumbuhan
berpembuluh, memiliki gugus fenol, memiliki rasa sepat, dan mampu menyamak kulit karena kemampuannya menyambung silang protein. Tanin secara kimia dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tani terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Tanin teridrolisis mengandung ikatan ester yang dapat terhidrolisis jika dididihkan dalam asam klorida encer.
Uji tanin dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak sampel ke dalam metanol sampai sampel terendam semuanya. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes lerutan FeCl 1% . hasil positif ditunjukkan dengan erbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau.
Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 genus pada tumbuhan. Glikosida adalah suatu kompleks antara gula pereduksi ( glikon ) dan bukan gula ( aglikon ). Adanya saponin dalam tumbuhan ditunjukkan dengan pembentukan busa yang sewaktu mengekstrasi tumbuhan atau memekatkan ekstrak.
Terpenoid Terpenoid merupakan kompenen tumbuhan yang memiliki bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan enyulingan yang disebut minyak atsiri. Terpenoid adalah suatu senyawa yang tersusun atas isoprena dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua ataulebih satuan C5 ini. Secara umum senyawa ini larut dalam lemak da terdapat dalam sitoplasma sel. Steroid merupakan senyawa triterpen yang terdapat dalam bentuk glikosida.
Alkaloid Alkaloid adalah suatu golingan senyawa yang tersebar luas hampir pada semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit sau atom nitrogen yang bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan bersifat racun, tetapi ada yang berguna dalam pengobatan. Alkaloid merupaka senyawa tanpa warna, bersifat optik aktif kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang cairan pada suhu kamar [5].
Fenol Alkohol merupakan kelompok senyawa organik yang cukup populer dan rumus molekulnya secara umum dapat dituliskan sebagai R-OH, dengan R adalah gugus alkil, dan gugus hidroksil, sedangkan OH sebagai gugus fungsi. Adapun fenol yang mempunyai struktur yang serupa dengan alkohol, tetapi gugus fungsinya melekat langsung pada cincin aromatik, atau gugus alkohol yang melekat dengan gugus benzena, sehingga dikatakan fenol adalah senyawa aromatik yang memiliki gugus aril, yaitu benzena yang kehilangan 1 atom H,
yaitu C6H5. Dengan Ar (sebagai aril) maka rumus fenol dituliskan Ar-OH. Fenol mempunyai gugus yang sama seperti alkohol, tetapi gugus fungsinya melekat langsung pada cincin aromatik [6].
Kardiak glikosida Secara kimiawi bentuk struktur glikosida jantung sangat mirip dengan asamempedu yaitu bagian gula yang menempel pada posisi tiga dari inti steroid danbagian aglikonnya berupa steroid yang terdiri dari dua tipe yaitu tipe kardenolidadan tipe bufadienolida.Tipe kardenolida merupakan steroid yang mengandungatom C-23 dengan rantai samping terdiri dari lingkaran lakton 5anggota yangtidak jenuh dan alfa-beta menempel pada atom C nomor 17 bentuk beta.Sementara tipe bufadienolida berupa homolog dari kardenolida dengan atom C-24 dan mempunyai rantai samping lingkaran keton 6-anggota tidak jenuh gandayang menempel pada atom C nomor 17[7].
Steroid Steroid adalah golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana.Steroid merupakan golongan senyawa sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat[8].
6. Analisa Bahan
a. Aquadest Aquades disebut juga Aqua Purificata (air murni) H 2O dengan. Air murni adalah air yang dimurnikan dari destilasi. Satu molekul air memiliki dua hidrogen atom kovalen terikat untuk satu oksigen. Aquades merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Aquades juga memiliki berat molekul sebesar 18,0 g/mol dan pH antara 5-7. Rumus kimia dari aquades yaitu H 2O. Aquades ini memiliki allotrop berupa es dan uap. Senyawa ini tidak berwarna, tidak berbau dan tidak meiliki rasa. Aquades merupakan elektrolit lemah. Air dihasilkan dari pengoksidasian hidrogen dan banyak digunakan sebagai bahan pelarut bagi kebanyakan senyawa[9]. b. FeCl3 1% FeCl3 adalah suatu senyawa kimia yang merupakan komoditas skala industri, dengan rumus kimia FeCl 3. Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan
limbah, produksi air minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Warna dari kristal besi (III) klorida tergantung pada sudut pandangnya: dari cahaya pantulan ia berwarna hijau tua, tetapi dari cahaya pancaran ia berwarna ungu-merah. Besi (III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara lembap, karena munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut. Bila dilarutkan dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak (PCB). Anhidrat dari besi (III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat, dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik [10]. c. Amonia Amonia adalah gas tajam yang tidak berwarna dengan titik didih 33,5 0C. Cairannya mempunyai panas penguapan yang bebas yaitu 1,37 kJ/g pada titik didihnya. Gas amonia di atmosfer merupakan gas alkaline utama dan bentuk utamanya adalah NH3, tetapi dengan cepat dapat bereaksi dengan senyawa lain yang berada di atmospher (seperti mengoksidasi produk SO 2 dan NOx) membentuk amonium (NH4+) yang mengandung aerosol ((NH 4)2SO4) dan nitrat (NH4 NO3)[11]. d. H2SO4 Pekat Asam sulfat merupakan senyawa kimia yang termasuk asam kuat. Senyawa dengan rumus kimia H 2SO4 ini, dapat larut dalam air dalam berbagai perbandingan. Asam sulfat merupakan salah satu produk utama dalam industri kimia dan termasuk yang paling banyak diproduksi dibandingkan dengan senyawa kimia lainnya. Senyawa ini banyak dipergunakan dalam berbagai proses reaksi kimia. Penggunaan asam sulfat banyak terdapat dalam kegiatan pemrosesan bijih mineral, proses sintesis kimia, pemrosesan air buangan (limbah) dalam industri kilang minyak, bahan dasar pembuatan pupuk, bahan peledak, detergen, zat pewarna, insektisida, medisinal atau obat-obatan, plastik, baja dan baterai. e. Alkohol 96% Dalam ilmu kimia, alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum untuk senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon dimana atom karbon itu sendiri juga terikat pada atom hidrogen atau atom karbon yang lain. Dalam istilah umum, yang disebut alkohol adalah etanol atau
grain alcohol. Semua alkohol bersifat toksik, tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat [12]. f.
Asam Asetat Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut didalam air, alkohol, gliserol, eter. Pada tekanan atmosferik, titik didihnya 118.1 oC. Asamasetat mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang industri dan pangan. Di Indonesia kebutuhan asam asetat masih harus diimport, sehingga perlu diusahakan kemandirian dalam penyediaan bahan tersebut. Proses produksi asam asetat dapat dilakukan secara kimiawi dan biologis. Proses kimiawi produksi asam asetat yang banyak dilakukan adalah oksidasi butana. Untuk kebutuhan pangan, produksi asam asetat harus dilakukan melalui proses biologis, salah satunya adalah fermentasi dari bahan baku alkohol[13].
g. Kloroform Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl 3). Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, akan tetapi penggunaanya sudah dilarang karena telah terbukti dapat merusak liver dan ginjal. Kloroform kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium [14]. h. Pereaksi Mayer Pereaksi mayer
bertujuan untuk mendeteksi alkaloid dimana pereaksi ini
berkaitan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dengan Hg pereaksi mayer sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang non polar yang mengendap berwarna putih [15]. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) klorida ditambah kalium iodida akan bereaksi membentuk endapan merah merkurium(II) iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II)[16]. i.
Pereaksi Wagner Hasil positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kaliumalkaloid. Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodide menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium- alkaloid yang mengendap [17].
j.
Daun Petai Cina Petai cina berasal dari Amerika tropis, tersebar di daerah tropik dan ditemukan pada ketinggian antara 1-1.500 m dpl. Petai cina akan berbuah lebih baik jika terkena langsung dengan sinar matahari. Tanaman ini dapat tumbuh di segala macam tanah, asalkan jangan di tanah lempung yang pekat dan tergenang air. Biji, daun, dan seluruh bagian tanaman dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit. Diantaranya adalah kencing manis ( diabetes melitus), patah tulang, cacingan, bisul, terlambat haid, radang ginjal ( nephritis ) dan susah tidur [18]. Salah satu tanaman obat tradisional yaitu Petai Cina (Leucaena leucocephala). Petai Cina merupakan tumbuhan yang mengandung senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder berfungsi untuk menjaga dirinya di tempat dia berada[19] .
III. ALAT DAN BAHAN ALAT :
Pemanas
Pipet tetes
Beaker glass
Pipet ukur
Tabung reaksi
Gelas ukur
Erlenmeyer
Kertas saring
Alumunium foil
Alat reflux
Kompor listrik
BAHAN :
Daun petai cina
Aquadest
FeCl3 1 %
Amonia
H2SO4 pekat
Alkohol 96%
Asam asetat
Kloroform
Amonia kloroform 0.05 N
Pereaksi Mayer
Pereaksi Wagner
IV. CARA KERJA 1. Identifikasi Tanin
Daun petai cina yang sudah diremas – remas ditimbang hingga mendapatkan hasil 0.5 gram
Memasukkan sampel ( 0,5 gram daun petai cina ) ke dalam erlenmeyer 250 ml
Menambahkan 20 ml aquadest kemudian dididihkan dengan reflux
Mendinginkan erlenmeyer yang berisi sampel dan aquadest dengan cara mengaliri air kran, kemudian larutan disaring dengan kertas saring
Mengambil 0.5 ml filtrat kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Menambahkan FeCl3 1% tetes demi tetes sampai berubah warna
Mengamati perubahan yang terjadi
2. Identifikasi Saponin
Daun petai cina yang sudah diremas – remas ditimbang hingga mendapatkan hasil 5 gram
Kemudian, untuk melakukan 3 percobaan ( saponin, flavonoid dan fenol ) ketiga sampel ditambahkan aquadest 50 ml kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Kemudian dipanaskan dengan kompor listrik
Mendinginkan erlenmeyer yang berisi sampel dan akuadest dengan cara mengaliri air kran, kemudian larutan disaring dengan kertas saring
Mengambil 10 ml filtrat kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dicampur dengan 5 ml aquadest lalu dikocok sampai berbusa
Menambahkan 3 tetes minyak zaitun kemudian dikocok sampai terbentuk emulsi
3. Identifikasi Flavonoid
Mengambil 0.5 ml filtrat lalu ditambahkan amonia
secukupnya sampai
berubah warna dan H2SO4 pekat sebanyak 20 tetes melalui dinding tabung
Mengamati perubahan yang terjadi
4. Identifikasi Steroid
Daun petai cina yang sudah diremas – remas ditimbang hingga mendapatkan hasil 2 gram
Memasukkan sampel ( 2 gram daun petai cina ) ke dalam erlenmeyer 250 ml
Menambahkan 20 ml alkohol 95% dan 2 ml H 2SO4 kemudian mulut erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil, lalu dididihkan dengan kompor listrik 300 V
Mendinginkan erlenmeyer yang berisi sampel dan aquadest dengan cara mengaliri air kran, kemudian larutan disaring dengan kertas saring
Mengambil filtrat 5 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 ml asam asetat
Mengamati perubahan yang terjadi
5. Identifikasi Terpenoid
Daun petai cina yang sudah diremas – remas ditimbang hingga mendapatkan hasil 2 gram
Memasukkan sampel ( 2 gram daun petai cina ) ke dalam erlenmeyer 125 ml
Menambahkan 15 ml alkohol 95%, lalu mulut erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil, kemudian dididihkan dengan kompor listrik 300 V
Mendinginkan erlenmeyer yang berisi sampel dan alkohol 95% dengan cara mengaliri air kran, kemudian larutan disaring dengan kertas saring
Mengambil 5 ml filtrat kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 ml kloroform dan 3 ml H 2SO4 pekat tetes demi tetes melalui dinding tabung reaksi
Mengamati perubahan yang terjadi
6. Identifikasi Alkaloid
Daun petai cina yang sudah diremas – remas ditimbang hingga mendapatkan hasil 3 gram
Memasukkan sampel ( 3 gram daun petai cina ) ke dalam erlenmeyer 125 ml, kemudian ditambahkan 10 ml amonia kloroform 0.05 N
Mengocok larutan selama 1 menit setelah itu filtrat disaring dan dipindahkan ke tabung reaksi
Filtrat ditambahkan 5 ml H2SO4 lalu dikocok dan didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan
Kemudian lapisan atas diambil dengan pipet kemudian dipindahkan ke tabung reaksi lain kemudian diletakkan pada 2 buah tabung reaksi
Tabung I yang berisi lapisan atas pertama ditambahkan pereaksi wagner 10 tetes
Tabung II yang berisi lapisan atas kedua ditambahkan pereaksi mayer 10 tetes
7. Identifikasi Fenol
Mengambil filtrat sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan FeCl3 1% sampai terjadi perubahan
Mengamati perubahan yang terjadi
8. Identifikasi Kardiak Glikosida
Daun petai cina yang sudah diremas – remas ditimbang hingga mendapatkan hasil 2 gram
Memasukkan sampel ( 2 gram daun petai cina ) ke dalam erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan 10 ml alkohol 95% lalu mulut erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil, kemudian dididihkan dengan kompor listrik 300 V
Mendinginkan erlenmeyer yang berisi sampel dan alkohol 95% dengan cara mengaliri air kran, kemudian larutan disaring dengan kertas saring
Mengambil filtrat sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 5 tetes asam asetat, 1 tetes FeCl3 1% dan H2SO4 pekat sebanyak 2 tetes melalui dinding tabung
Mengamati perubahan yang terjadi
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
NO
UJI
HASIL
KETERANGAN SEBELUM
SESUDAH
1
Tanin
+
Hijau kecoklatan
Coklat kehitaman
2
Saponin
-
Kuning
Tidak terbentuk emulsi
3
Flavonoid
-
Kuning
Kuning bening
4
Steroid
-
Hijau lumut
Hijau lumut
Hijau tua
Endapan hitam
5 6
Terpenoid
Kardiak glikosida
-
Larutan hijau lumut Hijau tua
Hijau kecoklatan
Hijau kekuningan
Gumpalan putih, larutan
Alkaloid Meyer 7 Wagner
8
Fenol
-
-
bening Hijau kekuningan
Gumpalan
pink,
kuning kecoklatan Kuning
Orange
larutan
VI. PEMBAHASAN
Uji fitokimia secara kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi komponen bioaktif yang terkandung pada bagian tumbuhan. Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi prototype senyawa aktif tertentu. Metode uji fitokimia yang banyak digunakan adalah metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat dilakukan di laboratorium[20]. Dalam percobaan ini, sampel yang kami gunakan adalah daun dari tumbuhan petai cina (Leucaena leucocephala). Petai Cina merupakan tumbuhan yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang berfungsi untuk menjaga dirinya di tempat dia berada. Pada percobaan ini, uji-uji yang dilakukan yaitu uji tanin, saponin, flavanoid, steroid, terpenoid, kardiak glikosida, alkaloid, dan fenol. 1. Identifikasi Tanin Identifikasi tanin dilakukan dengan cara menimbang sampel terlebih dahulu seberat 0,5 gram dan memasukkannya kedalam erlenmeyer 250 mL, ditambahkan dengan 20 mL akuades, dididihkan menggunakan alat reflux, dinginkan dan kemudian disaring. Filtrat diambil sebanyak 0,5 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi ditambahkan larutan FeCl 3 0,1 % secukupnya hingga terjadi perubahan warna. penambahan FeCl 3 berfungsi agar sampel tidak teroksidasi. Apabila sampel yang diuji mengandung tanin maka warna berubah menjadi coklat hijau atau kuning kehijauan atau coklat kehitaman. Sampel yang kami uji memiliki warna hijau kecoklatan dan berubah menjadi coklat kehitaman, sehingga sampel tersebut positif mengandung tanin. 2. Identifikasi saponin Identifikasi saponin dilakukan dengan cara mencampurkan 2 gram sampel dengan 20 ml akuades pada erlenmeyer, dididihkan menggunakan alat reflux, dinginkan dan kemudian disaring. Setelah itu diambil 10 ml filtrat dan dicampur dengan 5 ml akuades dan dikocok hingga berbusa. Timbulnya busa setelah dikocok menandakan adanya glikosida dalam sampel tersebut yang mempunyai kemampuan membentuk busa dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya. Setelah berbusa larutan ditetesi dengan 3 tetes minyak zaitun.
Ditambahkan minyak zaitun karena minyak zaitun dan saponin sama-sama larut dalam larutan non polar, sehingga apabila saponin ditambahkan dengan minyak zaitun lalu dikocok akan terbentuk emulsi yang ditandai dengan bercampurnya minyak zaitun dan larutan. Larutan yang kami uji negatif atau tidak mengandung saponin karena larutan tersebut tidak bisa bercampur dengan minyak zaitun. 3. Identifikasi Flavonoid Identifikasi Flavonoid dilakukan dengan cara mencampurkan 2 gram sampel dengan 20 ml akuades pada erlenmeyer, dididihkan menggunakan alat reflux, dinginkan dan
kemudian disaring. kemudian ambil 0.5 ml filtrat yang kemudian
dicampurkan dengan 20 tetes amonia. Setelah itu ditambahkan 20 tetes H 2SO4 pekat tetes demi tetes melalui dinding tabung. Jika positif mengandung flavonoid maka warna akan berubah menjadi kuning gelap atau kuning kemerahan. Sampel yang kami gunakan memiliki warna kuning lalu berubah menjadi warna kuning bening. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang kita gunakan negatif atau tidak mengandung flavonoid. 4. Identifikasi steroid Dalam mengidentifikasi steroid dilakukan dengan cara menimbang 2 gram sampel dan memasukkannya kedalam erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan dengan 20 ml alkohol 95% dan 2 ml H 2SO4, dididihkan menggunakan alat reflux, dinginkan dan
kemudian disaring. Penambahan asam sulfat ini berfungsi untuk
memutuskan ikatan gula pada senyawa dan gugus SO 42- menempati gugus OH-. Kemudian 5 ml filtrat diambil dan ditambahkan 2 ml asam astat anhidrat. Reaksi yang terjadi antara steroid dengan asam asetat anhidrat adalah reaksi asetilasi gugus – OH pada steroid. Berdasarkan reaksi Liebermann-Buchard, steroid yang ditambahkan dengan asam sulfat pekat dan asam asetat anhidrat akan berubah warna menjadi hijau atau biru. Sampel yang kami gunakan sebelumnya memiliki warna hijau lumut kemudian setelah ditambahakan asam sulfat dan asam asetat anhidrat tidak berubah warna, hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi reaksi Liebermann-Buchard, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel yang kami gunakan tidak mengandung steroid. 5. Identifikasi Terpenoid Dalam mengidentifikasi terpenoid dilakukan dengan cara menimbang 2 gram sampel dan memasukkannya kedalam erlenmeyer 125 ml kemudian ditambahkan dengan 15 ml alkohol 95% lalu mulut erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil,
kemudian dididihkan dengan kompor listrik 300 V, dinginkan dan
kemudian
disaring. Setelah itu diambil 5 ml filtrat lalu ditambahkan kloroform sebanyak 2 ml dan ditetesi dengan H 2SO4 pekat sebanyak 3 ml melalui dinding tabung reaksi. Penggunaan kloroform dikarenakan kloroform adalah senyawa pelarut yang paling baik dan tidak mengandung air. Penambahan asam sulfat pekat bertujuan untuk mengekstrasi sehingga terbentuk cincin merah kecoklatan antara air maupun etanol dengan kloroform. Terbentuknya larutan berwarna merah kecoklatan menandakan adanya terpenoid pada larutan tersebut. Pada praktikum ini diperoleh sebuah hasil mengenai pengidentifikasian terpenoid, hasil tersebut menunjukkan hasil negatif menjadi hijau lumut dengan endapan hitam. 6. Identifikasi alkaloid Uji komponen alkaloid dilakukan dengan cara mencampurkan 3 gram sampel dan 10 ml larutan amonia kloroform dalam erlenmeyer 100 mL. Setelah itu kocok larutan tersebut selama 1 menit, lalu disaring menggunakan kertas saring. Pada filtrat ditambahkan 5 ml H 2SO4 pekat, lalu kocok kembali sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan yang berada di atas lalu diuji dengan pereaksi Mayer dan Wagner. Terbentuknya endapan pada uji mayer dan wagner merupakan hasil positif dari percobaan yang dilakukan. Endapan yang ada pada percobaan tersebut karena adanya senayawa kompleks kalium-alkaloid. Umumnya, lapisan ini akan menjadi 2 bagian, bagian lapisan atas adalah lapisan garam-garam alkaloid yang jika direaksikan dengan pereaksi Mayer akan menjadi endapan yang berwarna putih, dan akan menjadi endapan berwarna coklat jika direaksikan dengan Wagner. Lapisan bagian bawah adalah lapisan kloroform. Alkaloid adalah senyawa nitrogen heterosiklik yang bersifat polar, oleh sebab itu alkaloid larut dalam amonia yang juga bersifat polar. Pengocokan dilakukan agar larutan antar senyawa terlarutkan. Sedangkan penambahan asam sulfat pekat bertujuan untuk mengikat kembali garam-garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam berat. Penambahan asam sulfat juga mengakibatkan larutan membentuk 2 lapisan dikarenakan adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aqueous yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar.Logam berat yang dimaksud ini adalah logam berat yang terdapat pada pereaksi Mayer. Adapun pereaksi Mayer dibuat dengan mencampurkan sampel biji papaya akan terbentuk endapan berwarna putih. Sedangkan pereaksi Wagner yang dibuat dengan dibrikan perlakuan yang sama dengan yang telah disebutkan di atas.
Adanya endapan putih saat menggunakan pereaksi Mayer dan endapan coklat saat menggunakan pereaksi Wagner pada filtrat daun sirih menunjukkan adanya alkaloid pada filtrat tersebut. Dari percobaan ini di dapatkan hasil negatif pada reaksi yang melibatkan pereaksi meyer dan pereaksi wagner. Pada percobaan dengan sampel daun petai cina, dalam reaksi yang melibatkan pereaksi mayer didapatkan hasil larutan bening dengan gumpalan putih dan pada reaksi dengan pereaksi wagner didapatkan hasil larutan kuning kecoklatan dengan endapan merah muda. 7. Identifikasi Fenol Uji komponen fenol dilakukan dengan cara mencampurkan sampel daun petai cina dengan akuades lalu dididihkan dan disaring agar mendapat filtratnya. Lalu ambil beberapa filtrat dan ditetesi dengan FeCl3
1 %.Pemanasan ini berfungsi untuk
melarutkan fenol agar terpisah dari sampel sebanyak 2 gram. Larutan disaring saat hangat agar mendapatkan senyawa polifenol yang banyak dan mencegah senyawa fenol bercampur kembali dengan sampel.Setelah dingin, penambahan FeCl 3 berfungsi untuk membentuk suatu kompleks dan agar tidak teroksidasi.Setelah penambahan FeCl3 larutan tersebut menjadi berwarna jingga, itu menandakan bahwa filtrat daun sirih tidak mengandung fenol. Pada praktikum kali ini diperoleh hasil bahwa sampel daun petai cina memiliki hasil negatif dengan perubahan warna dari kuning menjadi jingga. 8. Identifikasi kardiak glikosida Uji kardiak Glikosida dilakukan dengan cara melarutkan sampel daun petai cina dengan 10 ml methanol ke dalam erlenmeyer. Setelah itu larutang yang ada Erlenmeyer didihkan dan di saring menggunakan kertas saring. Langkah selanjutnya yaitu mengambil filtrate senyak 1 ml lalu ditetesi Asam Asetat , 1 tetes FeCl 3 1% dan H2SO4 pekat melalui dinding tabung. Lalu diamati perubahan warna yang ada pada larutan. Jiak warna larutan menunjukkan adanya bentuk cincin violet di bawah cincin coklat dan akan
nampak cincin hijau yang tipis. Kardiak Glikosida berada pada
lapisan berwarna coklat yang menunjukkan adanya senyawa deoksi gula dan kardenolida. Pada percobaan ini hasil yang diperoleh adalah hasil negatif karena warna yang tebentuk tidak sesuai namun berwarna hijau kecokelatan
VII. KESIMPULAN
1. Untuk mengetahui keberadaan senyawa bioaktif pada daun petai cina dilakukan beberapa uji spesifik sesuai jenis senyawa bioaktif tersebut. 2. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hanya bioaktif tanin yang terdapat pada daun petai cina. 3. Pemanasan dilakukan agar mempercepat reaksi pada pengujian senyawa bioaktif.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Day.R.A dan Underwood A.L. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI . Jakarta : Erlangga; 2002.
2.
Firdiyani F. et al. Ekstraksi Senyawa Bioaktif Sebagai Antioksidan Alami Spirulina Platensis Segar Dengan Pelarut Yang Berbeda. Semarang
:
Universitas Diponegoro, Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan, Jurusan Perikanan ; 2015 3.
Makassar : Universitas Islam Negeri Alaudin, Fakultas Ilmu Kesehatan, Program studi Ilmu Farmasi
4.
Yusuf M. Ekstraksi Protein, Fotosintesis, Vitamin, Enzim dan Biosintasa Protein. Jambi. Universitas Jambi; 2015
5.
Khotimah K. Skrinning Fitokimia dan Identifikasi metabolit Sekunder Senyawa Karpain Pada Ekstrak Metanol Daun . Malang. Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim Malang; 2016
6.
Rhamdani A. Alkohol dan fenol. Makassar. Universitas Hasanuddin; 2014
7.
Safitri, R. Sayuran dan Buah-buahan Pencegah Penyakit Jantung .Cakrawala; 2004
8.
Lenny, S. Senyawa Terpenoida dan Steroida. Medan. Universitas Sumatera Utara; 2006
9.
Basri, Sarjoni. Kamus Kimia. Jakarta : PT Bineka Cipta; 2003
10. Holleman, A.F.; Wiberg, E. Inorganic Chemistry. San Diego : Academic Press; 2001 11. Cahyono, Agus Tri., Priambodo, F. Agus. Purwarupa Blower Otomatis untuk Mengeluarkan Gas Amonia Berbahaya pada Kandang Ayam Broiler Berbasis Mikrokontroler Atmega 16 . Fakultas Teknologi Informasi: Universitas Kanjuruhan Malang; 2014 12. Subandi. Kimia organik .Yogyakarta : Deepublish; 2010 13. Hardoyo, dkk. Kondisi Optimum Fermentasi Asam Asetat Menggunakan Acetobacter Aceti B166. Jurnal Sains MIPA Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 1. 2007. 14. Tim Kimia Dasar. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I1. FMIPA. Jurusan Kimia; 2014 15. Harborne, J.B. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : ITB; 1987
16. Svehla. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro . PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta; 1990. dalam Retno Dwi, Sri, et al . Surakarta : Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS; 2014 17. Setyowati, W.A.E., et al . Surakarta : Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS; 2014 18.
Setiawan, Dalimartha. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : Trobus Agriwidya; 2000
19. Atun, Sri. Pemanfaatan Bahan Alam Indonesia Menuju Riset yang Berkualitas Internasional. Seminar Nasional Kimia. Yogyakarta: UNY. Dalam Wahid Hanafi, Raden, et al . Uji Potensi Ekstrak Daun Petai Cina (Leucaena Leucocephala) Sebagai Anti Bakteri Staphylococcus Epidermidis Dan Efek Penyembuhan Luka Eksisi Pada Mencit Balb/C . Yogyakarta : FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta; 2010 20. Iskandar, Y. dan Y. Susilawati. Panduan Praktikum Fitokimia. Jatinangor : Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran; 2012.
TANDAN TANGAN ANGGOTA
Cindy Desy Ariyani
Diana Handriyaningrum
(22030117120041)
(22030117120045)
Salma Vidya Ayuningtyas
Tri Umikhoiriyah
(22030117120039)
(22030117120045)
LEMBAR KONSULTASI
No
Tanggal Praktikum
Tanggal Revisi
Revisi Ke-
Tanda Tangan Aslab