Praktek Kerja Lapang
MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI BALI PEJANTAN
Oleh :
ANDI NURUL AINUN ARIF
I 111 11 045
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI BALI PEJANTAN
Oleh :
ANDI NURUL AINUN ARIF
I 111 11 045
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Andi Nurul Ainun Arif
No. Stambuk : I 111 11 045
Program Studi : Ilmu Produksi Ternak
Judul : Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali Pejantan
Makassar, Januari 2015
Telah Disetujui,
Pembimbing Utama
Praktek Kerja Lapang
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc
NIP. 19641231 198903 1 025
Pembimbing Anggota
Praktek Kerja Lapang
Muhammad Hatta, S. Pt M. Si
NIP. 19691231 200501 1 013
Mengetahui,
Dekan Fakultas Peternakan
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc
NIP.19641231 198903 1 025
Ketua Prodi Ilmu Peternakan
Prof.Dr.drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc
NIP. 19640712 198911 2 002
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Maksud dan Tujuan 3
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG 4
Tempat dan Waktu Pelaksanaan 4
Kegiatan yang Dilakukan 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Keadaan Umum Peusahaan 5
Keadaan Khusus 7
PENUTUP 13
Kesimpulan 13
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Dokumentasi
Laporan Kegiatan Harian
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan suatu usaha peternakan di Indonesia mulai menampakkan kemajuan, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya persaingan bisnis dalam bidang peternakan, baik yang berskala besar maupun kecil. Perkembangan ini tidak lepas dari peningkatan ilmu pengetahuan masyarakat Indonesia sehingga dapat memanfaatkan peluang yang dapat meningkatakan ekonomi masyarakat. Salah satu usaha peternakan tersebut adalah usaha peternakan sapi potong.
Keberhasilan usaha peternakan sapi potong sangat tergantung pada manajemen atau tatalaksana pemeliharaan yang diterapkan. Tanpa tatalaksana pemeliharaan yang benar dan sistematis, produktivitas sapi yang dihasilkan tidak akan maksimal bahkan kerugian akan senantiasa mengancam. Pada sebagian besar usaha peternakan rakyat, tatalaksana pemeliharaan menjadi aspek yang seringkali terabaikan termasuk dalam sistem pembibitan dan manajemen perkawinan. Demikian pula pada sapi jantan yang umumnya digunakan sebagai pejantan alami (pemacek) terutama di peternakan rakyat kualitasnya rendah dan dipelihara secara ekstensif tanpa perlakuan khusus sehingga berpengaruh terhadap libido dan kualitas semen.
Rendahnya kualitas semen dapat berpengaruh terhadap efisiensi reproduksi pada sapi-sapi induk. Dengan demikian, diperlukan pejantan yang berkualitas melalui seleksi pemilihan bibit, suplemantasi pakan, sistem perkandang dan manajemen kesehatan. Pemilihan sapi pejantan sebagai pemacek sering dirasa sulit, karena diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kriteria dasar. Kriteria dasar tersebut meliputi pemilihan bangsa, sifat genetik, bentuk luar dan kesehatan . Sapi jantan yang digunakan sebagai pemacek harus memenuhi kriteria baik secara morfologis dan pedigree (silsilah keturunan) yang dapat dilakukan melalui kegiatan seleksi dan penjaringan. Pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan terutama terhadap kemungkinan terserang/mengidap penyakit yang dapat ditularkan melalui perkawinan. Sehingga dengan maksud tersebut maka perlu dilakukan praktek kerja lapang untuk mengetahui sistem manajemen pemeliharaan yang baik terhadap sapi pejantan.
Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di Kandang Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin tentang Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali Pejantan dengan Sistem Pemeliharaan Semi Intensif ini dimaksudkan untuk :
Melihat secara langsung manajemen pemeliharaan yang diterapkan terhadap ternak Sapi Bali Pejantan di Kandang Sapi Potong Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin
Mengetahui dan memahami tentang manajemen pemeliharaan yang baik yang diterapkan di Kandang Sapi Potong Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, khususnya Sapi Bali Pejantan.
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di kandang Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin ini untuk :
Mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan dilaksanakan yang menyangkut tentang Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali Pejantan dengan Sistem Pemeliharaan Semi Intensif di Kandang Sapi Potong Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
Menambah pengetahuan, pemahaman dan wawasan serta keterampilan pelaksana Praktek Kerja Lapang dalam manajemen pemeliharaan Sapi Bali pejantan dengan sistem pemeliharaan semi intensif
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pengalaman Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan mulai dari tanggal 9 - 26 November 2014 yang bertempat di Kandang Sapi Potong Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
Kegiatan yang Dilakukan
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Praktek Kerja Lapang di Kandang Sapi Potong Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin sebagai berikut :
Observasi lokasi tempat Praktek Kerja Lapang (PKL)
Pemasukan surat permohonan izin praktek
Kegiatan Praktek Kerja Lapang :
Sanitasi ternak, sanitasi kandang, dan sanitasi lingkungan kandang
Pencampuran pakan dan pemberian pakan
Penanganan kesehatan ternak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Perusahaan
Kandang sapi potong Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin merupakan bagian dari Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang dibangun sebagai prasarana untuk menunjang kegiatan di bangku perkuliahan. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu peternakan. Sarana fisik tersebut antara lain kantor pengelola, gudang, kebun hijauan pakan, dan jalan (Peter, 2012).
Kandang dari ternak potong ini ditempati dalam keadaan berkelompok dimana jumlah seluruh sapi yang ada di dalam kandang yaitu 36 ekor Sapi Bali yang dipelihara secara semi intensif. Populasi ternak potong ini terdiri atas betina induk 18 ekor, pejantan dewasa 4 ekor, jantan muda 4 ekor, dan pedet 10 ekor.
Letak Geografis dan Topografi
Laboratorium Ternak Potong dan Kerja merupakan salah satu laboratorium yang ada di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang terletak di bagian barat laut kampus di wilayah Kelurahan Tamalanrea Indah, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar dengan batas-batas kelurahan, yaitu :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Daya
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tamalanrea Jaya
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Panakukang
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tello
Keadaan topografi lokasi ini yaitu memiliki ketinggian 50-150 m dari permukaan laut, dengan permukaan tanah datar dan berbukit, serta curah hujan berkisar 2000-3000 mm/tahun.
Struktur Organisasi
Laboratorium Ternak Potong dan Kerja merupakan salah satu sarana pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Peternakan Sapi Potong, yang dikelolah sedemikian rupa sehingga dapat mendukung proses perkuliahan di lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Kegiatan yang biasa dilakukan di Laboratorium ini meliputi perkuliahan, praktikum, penelitian dan praktek kerja lapang.
Adapun struktur organisasi Laboratorium Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dapat dilihat pada Gambar 1.
Kepala LaboratriumProf. Dr. Ir. Basit Wello, M.Sc
Kepala Laboratrium
Prof. Dr. Ir. Basit Wello, M.Sc
SekretarisProf. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc
Sekretaris
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc
Dosen
Dosen
Asisten
Asisten
Mata Kuliah
Mata Kuliah
Gambar 1. Laboratorium Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Unit peternakan ini merupakan salah satu laboratorium yang ada di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang terletak di wilayah Kelurahan Tamalanrea Indah, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar.
Bangunan dan Peralatan
Laboratorium Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin memiliki beberapa bangunan permanen dan peralatan kandang. Bangunan permanen di laboratorium ini terdiri atas 2 kandang tipe ganda ( face to face dan tall to tall), 4 jenis kandang (kandang pejantan, kandang induk beranak, kandang pedet, dan kandang kelompok), 1 gudang penyimpanan pakan. Bangunan laboratorium terdiri atas ruang laboratorium ternak potong dan ruang laboratorium anatomi ternak, dilengkapi ruang istirahat dan toilet.
Peralatan atau fasilitas yang terdapat di laboratorium ini antara lain 1 buah bak penampung air, 1 unit mesin air, timbangan, sekop, linggis, gerobak, copper, seperangkat peralatan kebersihan, tali temali, alat penanganan ternak, instalasi listrik, tabung gas, dan lain-lain.
Keadaan Khusus (Aspek yang Dikerjakan)
Sistem Pemeliharaan
Pada praktek kerja lapang yang telah dilakukan selama kurang lebih satu bulan di kandang sapi potong Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dapat dilihat sistem pemeliharaan yang diterapkan adalah sistem pemeliharaan intensif dimana pejantan yang dikandangkan secara terpisah dan dipelihara secara khusus tidak dibawa ke padang pengembalaan pada siang hari. Pagi hari setelah populasi ternak diantar ke padang pengembalaan, sapi pejantan ini dikeluarkan dari kandangnya untuk mendapatkan sinar matahari (exercise) dan kembali dikandangkan setelah satu jam. Perlakuan ini karena ternak ini sedang dalam usaha perbaikan kondisi serta untuk meningkatkan kualitas semen dan selanjutnya akan digunakan sebagai pemacek pada musim kawin dengan cara kawin alam.
Sapi jantan yang juga digunakan sebagai pemacek harus memiliki libido dan kualitas semen yang baik serta karakteristik morfologis yng unggul dibanding sapi jantan di lingkungan sekitarnya. Untuk dapat memperoleh bibit perlu dilakukan seleksi atau pemilihan sapi-sapi jantan dengan criteria, yaitu kepala panjang, dahi lebar, moncong pendek, badan tinggi, dada dalam, kulit tipis, kaki dan kuku kuat, punggung lurus, pinggul tidak terlalu turun, dan ondisi tubuh tidak terlalu kurus (Pramono, 2013).
Pencampuran dan Pemberian Pakan
Pakan sangat penting untuk diperhatikan, karena pakan sangat besar pengaruhnya terhadap pertambahan bobot badan dan hidup pokok sapi (Anonim, 2012). Pengalaman praktek kerja lapang yang telah dilakukan memberi pengetahuan mahasiswa pelaksana praktek bahwa pakan yang diberikan kepada ternak sapi-sapi potong ini adalah campuran dedak, ampas tahu, molases dan garam dengan pencampuran pakan yang dilakukan secara manual yaitu menggunakan alat sederhana berupa skop.
Sapi pejantan yang dikandangkan terpisah dan diberi perlakuan khusus pada pagi hari antara pukul 08.00 wita hingga pukul 09.00 wita diberi hijauan rumput atau jerami padi, kadangkala diberi pelepah batang pisang. Adapun untuk sore hari, sapi pejantan ini akan diberi pakan konsentrat dengan jumlah komposisi 12 kg/hari yaitu terdiri atas campuran pakan dedak 5 kg dan ampas tahu 7 kg, molases, garam, dan air secukupnya yang diaduk agar tercampur menjadi satu kemudian dituangkan ke dalam bak pakan sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarif (2012) yang menyatakan bahwa pemberian pakan pada ternak sapi potong sebaiknya ransum hendaknya tidak diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya, melainkan dibagi menjadi beberapa bagian.
Selain untuk penggemukan dalam pemeliharaan sapi pejantan (pemacek) faktor pakan menjadi kunci utama untuk menghasilkan performans yang optimal disamping kebutuhan terhadap kenyamanan lingkungan hidup. Penggunaan pakan (ransum) seimbang akan memberikan pertumbuhan yang baik dan kesehatan ternak terjamin. Dengan demikian, pemberian pakan sesuai kebutuhan ternak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok (maintenance) dan berproduksi (meningkatkan libido) (Pramono, 2013).
Sistem Perkandangan
Kandang ternak sapi potong Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin merupakan bagian dari Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang dibangun sebagai prasarana untuk menunjang kegiatan di bangku perkuliahan. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu peternakan. Sarana fisik tersebut antara lain kantor pengelola, gudang, kebun hijauan pakan, dan jalan (Peter, 2012).
Tipe kandang dari ternak potong ini yaitu kandang tipe ganda (model face to face dan tall to tall) dan jenis kandang yaitu kandang pejantan, kandang induk beranak, kandang pedet, dan kandang kelompok.
Pengalaman praktek kerja lapang yang telah dilakukan memberikan pengetahuan mahasiswa pelaksana praktek bahwa sapi pejantan yang dipelihara secara khusus untuk penggemukan menempati kandang individu. Hal ini dimaksudkan agar sapi pejantan dengan mudah dapat dikontrol masalah pakannya oleh peternaknya. Penanganan sapi pejantan dengan sistem pemeliharaan intensif dengan cara pagi hari sanitasi ternak dan pemberian pakan berupa pelepah pisang, siang hari exercise dan sore hari pemberian pakan berupa konsentrat.
Kandang pejantan dilengkapi dengan palungan (pada sisi depan) dan saluran pembuangan kotoran pada sisi belakang. Konstruksi kandang pejantan harus kuat serta mampu menahan benturan dan dorongan juga memberikan kenyamanan dan keleluasaan bagi ternak. Ukuran kandang pejantan adalah panjang (sisi samping) 275 cm dan lebar (sisi depan) 200 cm (Heru, 2009).
Sanitasi Ternak, Sanitasi Kandang, dan Lingkungan Kandang
Sanitasi merupakan salah satu aspek yang paling penting untuk diperhatikan. Selama proses kegiatan praktek kerja lapang peserta praktek melakukan sanitasi minimal tiga kali sehari yaitu pada pagi hari, siang hari, dan sore hari.
Pada pagi hari sebelum pemberian pakan dilakukan sanitasi ternak yaitu memandikan pejantan dengan maksud agar pejantan ini terhindar dari berbagai penyakit yang dapat menyerang dan dilanjutkan dengan sanitasi kandang pejantan. Setelah memandikan pejantan dan memberikan pakan pada semua ternak potong yang ada di kandang, peserta praktek kembali melakukan sanitasi kandang, yaitu membersihkan tempat pakan sapi dan gang kandang yang dilakukan pada pagi dan sore hari. Selain itu dilakukan pula sanitasi kandang dengan mengangkat feses sapi yang ada di dalam kandang, kegiatan ini biasanya dilakukan peserta praktek pagi hari setelah pemberian pakan atau siang hari setelah sapi dibawa ke padang pengembalaan.
Sanitasi lingkungan sekitar kandang juga pernah dilakukan yaitu dengan menyapu, membuang dan membakar sampah-sampah yang ada di sekitar kandang sapi potong dengan maksud untuk mencegah segala kemungkinan penyakit. Membersihkan ruangan-ruangan sekitar kandang sebagai salah satu bentuk sanitasi lingkungan kandang agar kandang sapi potong lebih nyaman, bersih, dan sehat.
Lingkungan peternakan merupakan tempat yang secara langsung berhubungan dengan ternak yang dipelihara di peternakan tersebut. Sanitasi lingkungan peternakan dilakukan dengan mengupayakan tidak adanya serangga vektor-vektor penyakit yang dapat menyerang ternak. Selain itu penanganan limbah yang tepat dapat mengurangi adanya pencemaran lingkungan dan memudahkan tatalaksana sanitasi. Sanitasi perkandangan meliputi sanitasi kandang sebelum digunakan dan selama pemeliharaan (Santosa, 1995).
Penanganan Kesehatan Ternak
Dalam melakukan usaha ternak sapi potong, kesehatan merupakan salah satu aspek yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan. Dari hasil praktek kerja lapang, peserta praktek melihat terdapat luka - luka pada tubuh ternak yang diakibatkan oleh parasit, misalnya saja pada pejantan terdapat luka pada bagian punggungnya yang bila tidak segera ditangani dapat mengganggu kesehatan pejantan ini. Dengan demikian salah satu langkah yang dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengolesi oli pada tubuh pejantan ini, termasuk luka-lukanya. Dengan menggunakan oli pada tubuh sapi akan menjuahkan dari lalat dan parasit lainnya sehingga kemungkinan terkena penyakit akan semakin berkurang.
Ciri-ciri sapi yang sehat adalah sigap, aktif, sadar keadaan sekitar dan bila berjalan dilakukan dengan mudah serta dengan langkah yang teratur, matanya bersianar, ekornya selalu bergerak melawan lalat, kultnya halus mengkilat, keadaan berdiri seimbang pada ke empat kakinya, mempunyai level punggung yang nyata, pernafasan teratur dengan rata-rata 10-30 setiap menit. Jantung secara normal berdenyut dari 40-60 kali setiap menit selain itu kontraksi pada rumen dapat dirasakan pada bagian lambung kiri pada ternak (Akoso, 1996). Sapi sehat bernafas dengan tenang dan teratur, tetapi sapi yang ketakutan, lelah akibat kerja berat atau kondisi udara terlalu panas frekuansi pernafasan pada sapi akan menjadi lebih cepat (Anderson, 1983). Penilaian fisiologis ternak meliputi penilaian terhadap suhu rektal, frekuensi denyut jantung dan frekuensi nafas. Kisaran suhu tubuh normal sapi rata-rata adalah 38,5°C-39,6°C (Akoso, 1996).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktek kerja lapang yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Jumlah ternak Sapi Bali yang dipelihara di kandang sapi potong Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin yaitu 36 ekor dengan jumlah pejantan 4 ekor, jantan muda 4 ekor, betina induk 18 ekor, dan pedet 10 ekor.
Model kandang yang digunakan untuk sapi pejantan yaitu kandang individu karena memperoleh perlakuan khusus untuk penggemukan.
Ternak sapi pejantan ini dipelihara secara intensif dimana setiap hari sapi ini terus berada di dalam kandang.
Pemberian pakan pada sapi pejantan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi hari diberikan hijauan dan pada sore hari diberi konsentrat berupa campuran dedak dan ampas tahu.
Sanitasi dilakukan setiap pagi, siang, dan sore hari yng meliputi sanitasi ternak, sanitasi kandang, dan sanitasi lingkungan sekitar kandang.
Untuk menjaga kesehatan ternak dan mencegah timbulnya penyakit perlu dilakukan penangan kesehatan.
Saran
Sebaiknya ketersediaan pakan ternak lebih diperhatikan, khususnya pakan hijauan agar tidak terjadi kekurangan pakan utamanya pada saat musim kemarau.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, T. B. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta.
Anonim. 2012. Sistem Pemberian Pakan Ternak Sapi Potong. Info peternakan.blogspot.com/2012/11/sistem-pemberian-pakan-ternak-sapi.html.
Anderson, B. E. 1983. Temperature Regulation and Enviromental Physiology, In : Dukkes Physiologi of Domestic Animal. 10th ed. Melum J. (ed) Carnal University Press. P. 719
Bambang. A. 1990. Sistem Produksi Ternak Potong di Kolaka-Sulawesi Tenggara. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Heru. 2009. Panduan Budidaya Ternak Sapi Potong. http://jogjavet.wordpress.com/2009/07/06/123/
Herwono, S. 2006. Produksi Ternak Potong. Pustaka Media. Jakarta.Peter. 2012. Perkandangan Sapi Potong. http://harunrexo.blogspot.Com/2012/ 12/perkandangan-sapi-potong.html.
Lesmana, A. 2013. Makalah Tingkah Laku Sapi (Animal Behavior). http://andrylesmana273.blogspot.com/2013/11/makalah-tingkah-laku-sapi-animal_6168.html.
Maslikha, L. 2013. Pemanfaatan Jenis Tanah Kelas Vi untuk Penggembalaan Ternak Sapi Potong. http://smally23.blogspot.com/ 2013/10/makalah-padang-penggembalaan.html.
Pramono, Agus. 2013. Makalah Manajemen Ternak Potong Unsoed. http://gusronk.blogspot.com/2013/10/makalah-manajemen-ternak-potong-unsoed.html
Santosa, U. 1995. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Saparinto. 2009. Sistem Perkandangan dan Tipe Kandang. Agro Media. Bogor.
Syarif, I. 2012. Laporan Praktikum Sapi Potong Produksi Ternak Potong dan Kerja.http://nasasulsel.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-sapi-potong.html.
LAMPIRAN
Sapi pejantan yang digunakan sebagai pemacek
) Pencampuran pakan
Menyendok pakan (ampas tahu *kiri dan dedak *kanan)
Pencampuran pakan Pemberian pakan pelepah pisang
Sanitasi kandang (angkat feses) Penanganan kesehatan pejantan
Pengembalaan ternak sapi potong
Kandang Sapi Fakultas Peternakan