TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER
Laporan kunjungan lapang “COCOFIBER”
Disusun oleh: Nama NIM Kelas/Kelompok Acara Tanggal Praktikum
: SYALAFIYATUL NI’MAH : 161710101012 : THP-A/1 : Kunjungan Lapang : 24 November 2018 Asisten:
1. Rina Kartika Wati
082340144468 082340144468
2. Lutfi Putri Yusviani
082346057858 082346057858
3. Dwi Cahya Putra
081217280695 081217280695
4. Seno Dwi Pratama P
082233842560 082233842560
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa (Cocos (Cocos nucifera) nucifera) adalah tanaman keluarga Palmae yang sangat lazim ditemukan di daerah tropis. Kelapa sangat populer di masyarakat karena memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Beragam manfaat tersebut diperoleh dari daging buah, air, sabut, tempurung, daun dan batangnya. Marline dalam penelitian Dalimunthe menyebutkan bahwa sabut kelapa dapat digunakan sebagai obat karena mengandung tannin yang merupakan senyawa kompleks dan terdiri dari beberapa senyawa polifenol (Dalimunthe, 2006). Produksi buah kelapa Indonesia rata-rata 15,5 milyar butir/tahun atau setara dengan 3,02 juta ton kopra, 3,75 juta ton air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut (Agustian et al ., ., 2003). Industri pengolahan buah kelapa umumnya masih terfokus kepada pengolahan hasil daging buah sebagai hasil utama, sedangkan industri yang mengolah hasil samping buah seperti air , sabut, dan tempurung kelapa masih secara tradisional dan bersekala kecil. Salah satu usaha untuk meningkatkan pendapatan petani kelapa adalah dengan mengolah semua komponen buah menjadi produk yang bernilai tinggi, sehingga nilai buah kelapa akan meningkat salah satunya yaitu pengolahan sabut kelapa menjadi cocofiber . Komponen dasar sabut kelapa terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa merupakan salah satu komponen penyusun dinding sel tumbuhan. Selulosa memiliki material padatan berpori sehingga mampu menyerap bahan – bahan di sekelilingnya. Selulosa dibagi atas tiga jenis yaitu alfa selulosa, beta selulosa, dan gamma selulosa (Suwanto, 2010). Komponen utama inilah yang mendasari dibuatnya produk sampingan sabut kelapa menjadi cocofiber. 1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya kunjungan lapang di industri cocofiber ini yaitu untuk mengetahui proses pengolahan cocofiber di di CV Sumber Sari dan membandingkan dengan literatur yang ada.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Perusahaan
CV. Sumber Sari yang terletak di kecamatan Ledokombo kabupaten Jember merupakan salah satu industri yang mengolah sabut kelapa menjadi cocofiber . Usaha yang telah dijalankan selama 12 tahun itu menunjukkan perkembangan yang cukup baik seiring dengan banyaknya informasi dan pengetahuan tentang manfaat cocofiber dalam industri, contohnya bidang otomotif. Hasil produksinya sudah dipasarkan hingga ke China dan juga Jepang. Di Jepang, sabut kelapa digunakan pada pembuatan matras. Produksi pertama kali yaitu 1 ton cocofiber . Untuk cocopeat nya nya sendiri dimanfaatkan untuk substitusi hidronik (untuk menyerap dan menyimpan air). CV. Sumbersari ini bekerjasama dengan industri sejenis yang terletak di Rogojampi, Banyuwangi. Sabut kelapa yang diolah didapatkan dari kelapa beberapa daerah yaitu Situbondo, Banyuwangi, dan Jember yang per hari rata-rata sebanyak 8 truk. Isi setiap truknya kapasitasnya sekitar 17 kubik. Karakteristik sabut kelapa dari masingmasing daerah berbeda, contohnya sabut kelapa yang berasal dari Situbondo cenderung lebih kecil-kecil dibandingkan sabut kelapa dari Jember. Sabut kelapa yang sudah sampai dipabrik diproses menggunakan mesin konveor agar sabutnya terurai. Kadar air setiap sabut kelapa berbeda-beda. Apabila kadar airnya rendah tidak bermasalah, namun jika kadar airnya tinggi maka proses yang dilakukan harus sedikit-sedikit agar tidak berpengaruh pada proses produksi selanjutnya.
2.2 Definisi Cocofiber dan dan C ocopea ocopeat t
Sabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Endocarpium mengandung serat-serat halus yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat tali, karung, pulp, karpet, sikat, keset, isolator panas dan suara, filter, bahan pengisi jok kursi/mobil dan papan hardboard. Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang mengandung 30% serat. Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas
selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium (Rindengan et al., 1995). Serat sabut kelapa diproses untuk dijadikan Coir Fiber Sheet yang digunakan untuk lapisan kursi mobil, mobil, Spring Bed dan lain-lain (Arbintarso, 2009). Cocopeat merupakan merupakan produk sampingan dari cocofiber (serat (serat sabut kelapa) yang komposisinya banyak terdapat pada butir sabut kelapa. Setiap 1 butir sabut kelapa akan menghasilkan 0.39 kilogram serbuk sabut kelapa. Pemanfaatan cocopeat adalah sebagai media rumput lapangan golf, animal bed , media ternak cacing, isolator listrik, filter air biologi, menyerap tumpahan minyak, dan media tanam hidroponik dengan berbagai keunggulan dibanding media lain. Serbuk sabut kelapa yang tidak berguna dapat menjadi campuran media tanam hortikultura karena dapat menyimpan kelembaban yang tinggi (Foale, 203).
2.3 Proses Produksi Cocofiber dan dan C ocopea ocopeat t di CV Sumber Sari
Proses produksi cocofiber dan dan cocopeat di di CV Sumber Sari meliputi tahap penguraian, penjemuran, pengayakan dan pengepresan. Bahan baku berupa sabut kelapa yang diperoleh dari daerah Jember, Banyuwangi, dan Situbondo. Tahap pertama yaitu penguraian sabut kelapa. Pada tahap ini, sabut kelapa dimasukkan ke dalam conveyor dan membawanya ke mesin pemisah serat A dan B. Mesin pengurai A menghasilkan cocofiber dan cocopeat , sedangkan mesin pengurai B berfungsi untuk menghaluskan cocopeat sebelum packing . Komponen utama mesin pemisah serat atau defifibring machine adalah machine adalah silinder yang permukaannya dipenuhi dengan gigi-gigi dari besi yang berputar untuk memukul dan "menggaruk" sabut sehingga bagian serat terpisah. Mesin ini dilengkapi pengayak untuk memisahkan bagian serat halus dan kasar. Mesin sortasi atau pengayak (refaulting screen) screen) adalah berupa saringan berbentuk cone yang berputar dengan tenaga penggerak motor. Pada penguraian dan pengayakan dihasilkan serat sabut kelapa (cocofiber (cocofiber ) dan butiran-butiran gabus (cocopeat ( cocopeat ) serta babyfiber (serat pendek) sebagai hasil samping. Cocopeat dan babyfiber yang dihasilkan pada tahap penguraian langsung dikemas dalam karung untuk dipasarkan, sedangkan cocofiber masih masih harus melalui tahap pengeringan untuk menghilangkan kadar air
di dalamnya menggunakan panas matahari selama 9 jam (panas matahari maksimal). Tahap selanjutnya yaitu penjemuran. cocofiber yang yang dihasilkan di stasiun penguraian dibawa ke tempat penjemuran. Cocofiber tersebut tersebut dikeringkan dengan menggunakan panas matahari. Proses ini bertujuan untuk menurunkan kadar air sehingga diperoleh cocofiber yang kering. Namun apabila sedang musim hujan makan akan disiasati dengan cara sewa tendon untuk diangin-anginkan. Apabila menggunakan oven maka hasil akhirnya akan berbeda selain itu oven juga sangat rentan terhadap kebakaran. Selain itu saat musim hujan maka produksinya hanya sedikit atau dikurangi. dikurangi. Jika terlalu lama tandon yang yang akan dijemur maka maka warna pada cocofaibernya akan berubah atau menghitam. Oleh karena itu diperlukan pensortiran agar warnya seragam. Proses penjemuran ini perlu dilakukan penguraian dengan ketebalan yang disesuaikan dengan sinar matahari. Setiap 15 menit sekali faiber dibalik agar keringnya merata. Untuk mengetahui tingkat keringnya serat diukur menggunakan alat. Apabila akan hujan, maka serbut ini dikumpulkan jadi satu dan kemudian ditutupin terpal agar tidak terkena air. Dalam sehari bisa menjemur 2 kali, sekalai jemur bias mencapai 40 bal atau 90 kg. penjemuran yang efektif yaitu mulai pukul pukul 06.00 – 15.00 15.00 WIB. Setelah proses penjemuran, cocofiber kering kemudian dilakukan penguraian kembali. Cocofiber yang dibawa dari stasiun penjemuran masih mengandung coco peat . Proses ini bertujuan untuk memisahkan coco peat dari cocofiber sehingga diperoleh coco fiber yang murni. Proses pengayakan menggunakan alat pengayak yang digerakkan dengan dynamo motor. Cocofiber yang telah diayak dibawa ke stasiun pengepresan. Cocofiber dimasukkan ke dalam mesin press sampai coco fiber menyentuh besi press. Kemudian pintu mesin press ditutup dan mesin dihidupkan. Mesin press memanfaatkan tenaga hidrolik. Proses pengepresan dilakukan sampai coco fiber padat. padat. Pada kegiatan ini dilakukan dengan memastikan proses pengisian pada mesin press dilakukan secara bertahap atau sedikit demi sedikit agar produk yang dihasilkan maksimal atau sekitar 90 s/d 100 kg.
Cocofiber hasil hasil pengepresan dikemas secara manual dengan menggunakan tali untuk mendapatkan bale-bale cocofiber . Proses ini dilakukan untuk mendapatkan cocofiber berbentuk bale dengan ukuran yang sama . Setelah di press, press, cocofiber balok diikat kemudian ditimbang. Susunan warna pada balok cocofiber berbeda-beda tergantung kota pembeli. Misalnya, untuk kota Sanghai terdapat dua susunan cocofiber berwarna cocofiber berwarna lebih putih. Dalam sekali produksi, CV Sumber Sari mampu menghasilkan 40 bal cocofiber dan 350 karung cocopeat . Pengiriman dilakukan menggunakan kontainer berkapasitas 17 ton. Cocofiber yang dihasilkan dipasarkan dalam pasar lokal yaitu daerah Surabaya dan Jakarta, dan diekspor ke negara China dan Jepang sebanyak 6 kontainer.
2.4 Perbandingan Proses Produksi di CV Sumber Sari dengan Literatur
Apabila dibandingkan dengan literatur, terdapat beberapa perbedaan pada tahapan produksi. Menurut Harwika (2018), proses pengolahan sabut kelapa adalah sebagai berikut: a. Persiapan bahan Sabut kelapa yang utuh dipotong membujur menjadi sekitar lima bagian, kemudian bagian ujungnya yang keras dipotong. Sabut tersebut kemudian direndam selama 3 hari sehingga bagian gabusnya membusuk dan mudah terpisah dari seratnya, kemudian disajikan. b. Pelunakan sabut Pelunakan sabut secara tradisional dilakukan secara manual, yaitu dengan cara memukul sabut dengan palu sehingga sabut kelapa menjadi lebih terurai. Pada tahap ini sudah dihasilkan hasil samping berupa butiran gabus. Secara modern, pelunakan sabut dilakukan dengan menggunakan mesin pemukul (hammer mill). c. Pemisahan serat Sabut kelapa dimasukkan ke dalam mesin pemisah serat (defibring machine) untuk memisahkan bagian serat dengan gabus. Komponen utama mesin pemisah serat adalah silinder yang permukaannya dipenuhi dengan gigi-gigi gigi -gigi dari
besi yang berputar untuk memukul dan menggaruk sabut sehingga bagian serat terpisah. Pada tahap ini dihasilkan butiran-butiran gabus sebagai hasil samping. d. Sortasi / pengayakan Bagian serat yang telah terpisah dari gabus dimasukkan ke dalam mesin sortasi untuk memisahkan bagian serat halus dan kasar. Mesin sortasi atau pengayak (refaulting screen) scr een) yaitu berupa saringan berbentuk cone yang berputar. Sortasi dan pengayakan juga dilakukan pada butiran gabus dengan menggunakan ayakan atau saringan yang dilakukan secara manual, sehingga dihasilkan butiran butiran gabus halus. e. Pembersihan dan pengeringan Pembersihan dilakukan untuk memisahkan bagian gabus yang masih menempel pada bagian serat halus yang telah terpisah dari bagian serat kasar. Tahap ini dilakukan secara manual. Tergantung kepada tingkat kekeringan serat dan butiran gabus, proses pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran atau dengan menggunakan mesin pengering. f. Pengepakan Serat sabut kelapa yang sudah bersih dan kering kemudian dipak dengan menggunakan alat pres. Ukuran kemasan yaitu 90x110x45 cm. Secara tradisional, pemadatan serat dilakukan secara manual dengan cara diinjak yang menghasilkan bobot setiap kemasan hanya sekitar 40kg. Dengan menggunakan mesin pres bobot setiap kemasan mencapai sekitar 100kg. Untuk serbuk sabut, wadah kemasan yaitu karung, dan setiap kemasan menampung sekitar se kitar 100 kg.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kunjungan industri yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa proses produksi cocofiber di di CV Sumber Sari meliputi tahap penguraian, penjemuran, pengayakan dan pengepresan. Secara keseluruhan proses produksi pada industri tersebut tidak jauh berbeda dengan literatur, namun tidak terdapat proses proses pelunakan sabut.
3.2 Saran
Untuk praktikum kunjungan lapang selanjutnya lebih baik diperhatikan tata tertib praktikan dalam penyampaian materi oleh pemilik industri. Hal ini agar semua praktikan mengikuti dan memperhatikan apa yang disampaikan pemateri sehingga ilmu yang diperoleh juga optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, A. 2003. Analisis Pengembangan Agroindustri Komoditas Perkebunan Rakyat (Kopi dan Kelapa) dalam Mendukung Peningkatan Daya Saing Sektor Pertanian. Pertanian. Makalah Seminar Hasil Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Arbintarso, E.S. 2009. Tinjauan Kekuatan Lengkung Papan Serat Sabut Kelapa Sebagai Bahan Teknik. Jurnal Teknik. Jurnal Teknologi, Teknologi, 2(1) : 53-60. Dalimunthe, A. 2006. Pengujian Ekstrak Etanol Sabut Kelapa (Cocos nucifera Linn)Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Shigella dysenteriae. Medan: FMIPA Universitas Sumatra Utara. Foale. 2003. Coconut genetic diversity. Present knowledge and future research needs. Papers needs. Papers of the IBPGR workshop wor kshop on Coconut Genetic Resources. Resources . 810 IBPGR Rome. p.46-55. Harwika, Y. I. 2018. Pengendalian Proses Produksi Sabut Kelapa pada Commanditaire Vennootschap "Sumber Sari" Desa Lembengan Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Skripsi. Skripsi. Jember : Universitas Jember. Rindengan, et al. 1995. Karakterisasi Daging Buah Kelapa Hibrida untuk Bahan Baku Industri Makanan. Makanan. Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian Pertanian Nasional, Badan Litbang. Suwanto, O. 2010. Budi Daya Tanaman Perkebunan Unggul. Cetakan 1. Jakarta: Penebar Swadaya.
DOKUMENTASI
No 1
Keterangan Keterangan
Sabut kelapa dalam conveyor menuju mesin pemisahan serat
2
Proses pemisahan serat
3
Proses penjemuran
4
Proses pengepresan
5
Pengepakan
Gambar