PRAKTIKUM KINERJA PROSES ENERGI EKSTRAKSI KULIT JERUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOXHLETASI LAPORAN Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kinerja Proses Energi
Nama Praktikan NIM Kelompok Nama Anggota Kelompok
Tanggal Praktikum Tanggal/jam pengumpulan Laporan Nama Instruktur/Dosen Tanda Tangan Dosen/Teknisi Tanda Tangan Mahasiswa
: Putri Hanifah Sasmitoningrum : 151734021 :1 : 1. Abiano Al Affan 2. Farizha Fadhilla Ilyas 3. Putri Hanifah Sasmitoningrum 4. Ryan Fadhilah : 31 Oktober 2017 – 2017 – 1 1 November 2017 : 16 November 2017 : - Purwinda Iriani, M.Si dan - Yanti Supriyanti S.T., M.T : :
D4 – TEKNIK TEKNIK KONSERVASI ENERGI TEKNIK KONVERSI ENERGI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2017
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengamati parameter-parameter dalam proses ektraksi. 2. Mengetahui pengaruh parameter-parameter dalam proses ektraksi. 3. Mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi s oxhlet. 4. Mengetahui intensitas energi pada proses ekstrasi soxhlet.
II.
DASAR TEORI 2.1 EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan
diketahuinya
senyawa
aktif
yang
dikandung
simplisia
akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Dirjen POM, 2000).
Pembagian metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) yaitu : A. Cara dingin 1. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel d an di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar. 2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi, karena:
- Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
- Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
B. Cara Panas 1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 2. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 3. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan 0
pada temperatur 40-50 C. 4. Infundasi Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Proses ini 0
dilakukan pada suhu 90 C selama 15 menit. 5. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik 0
didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100 C
Ada 4 faktor penting yang mempengaruhi laju ekstraksi, yaitu : 1. Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel akan menyebabkan luas permukaan dari partikel per satuan berat jeruk menjadi besar, sehingga menyebabkan pelarut yang berdifusi semakin banyak. 2. Pelarut
Cairan yang dipilih sebagai pelarut harus mampu melarutkan solut dengan baik dan viskositasnya rendah, sehingga dapat mensirkulas i dengan baik. 3. Suhu
Biasanya kelarutan dari bahan yang diekstraksi akan bertambah dengan meningkatnya suhu, sehingga laju ektraksinya juga bertambah. Selain itu, koefisien difusivitas juga akan semakin meningkat dengan naiknya suhu sehingga dapat mempercepat laju ekstraksi. 4. Agitasi
Pengadukan larutan juga penting karena akan meningkatkan difusi Eddy dan meningkatkan kecepatan perpindahan bahan dari permukaan padatan ke badan larutan. Selain itu pengadukan juga mencegah terjadinya pengendapan. 2.2 METODE SOXHLETASI
Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan dengan cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantung ekstraksi kertas saring didalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu (Voight, 2994). Prinsip kerja dari metode ini adalah salah satu yang digunakan untuk mengekstraksi senyawa dari serbuk simplisia dengan cara pemanasan dan cairan penyari dipanaskan secara terpisah. cairan penyari akan menguap menuju pendingin (kondensor) dan akan terkondensasi selanjutnya turun pada klonsong yang berisi sampel dan akan mengekstraksi kembali sampel (Aryo, 2012).
Metode sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri (destilasi uap), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi (Davia. 1995). Alat yang digunakan adalah seperangkat alat sokletasi yang terdiri atas labu didih, tabung soklet, dankondensor. Sample dalam sokletasi perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample dan dihaluskan untuk mempermudah pelarutan senyawa (Perwita, F.A, 2010). Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi (Sudjadi, 1986): 1. Pelarut yang mudah menguap seperti: n-heksan, eter, petroleum eter, metilklorida
dan alcohol. 2. Titik didih pelarut rendah 3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi 5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan 6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar
Keunggulan dari metode sokletasi ini adalah sebagai berikut (Wulandari, 2011): 1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang. 2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit. 3. Proses sokletasi berlangsung cepat. 4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali. Kelemahan dari metode sokletasi ini adalah sebagai berikut (Wulandari, 2011): 1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak
atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terja di penguraian. 2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi
meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya. 3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi (Sudjadi, 1986). 2.3 BAHAN EKSTAKSI ( KULIT JERUK)
Jeruk merupakan salah satu buah-buahan tropis andalan yang dihasilkan oleh negara Indonesia, hampir seluruh wilayah Indonesia dapat ditanami jeruk dan yang terbaik adalah apabila ditanam di dalam tanah dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut.
Buah jeruk tersusun dari komponen-komponen sebagai berikut: 1. Flavedo
Flavedo merupakan bagian yang memberikan warna pada kulit jeruk. Di dalam flavedo terkandung karoten yang memberi sifat warna kuning pada buah jeruk. Sekitar 60% karoten yang terdapat pada buah jeruk terdapat pada bagian ini. Di bagian ini juga terdapat gland yang mengandung minyak kulit jeruk. 2. Albedo
Albedo terletak di bawah flavedo. Albedo biasanya mempunyai lapisan yang tebal, putih dan seperti spon. Albedo terdiri atas sel-sel parenkim yang kaya akan substansi pektin dan hemiselulosa. Kombinasi antara albedo dan flavedo disebut pericarp yang sering dikenal sebagai kulit. 3. Endocarp
Endocarp merupakan bagian buah yang dapat dimakan, di mana pada endocarp ini terdapat sejumlah segmen di dalamnya. Umumnya buah jeruk mempunyai 9-13 segmen. Di bagian dalam tiap-tiap segmen terdapat kantung sari buah ( juice sacs) yang mempunyai membran relatif kuat dan mempunyai dinding sel tipis. Jeruk mengandung vitamin C yang sangat tinggi. Selain itu, jeruk juga mengandung folacin, kalsium, potasium, thiamin, niacin, dan magnesium. Banyak industri minuman yang menggunakan buah jeruk sebagai bahan baku, maka limbah kulit jeruk yang dihasilkan jumlahnya cukup banyak. Minyak kulit jeruk merupakan minyak aromatis yang terdapat pada gland di bagian kulit buah jeruk.
Dalam minyak kulit jeruk umumnya terkandung limonene(95%), myrcene(2%), noctanal (1%), pinene(0,4%), linanool (0,3%), decanal (0,3%),
sabiene(0,2%),
geranial (0,1%), neral (0,1%), dodecanal (0,1%), dan senyawa-senyawa lainnya (0,5%). Adanya kandungan minyak atsiri dalam kulit jeruk memungkinkan untuk meningkatkan nilai ekonomis limbah kulit jeruk. Proses yang dilakukan untuk memperoleh minyak kulit jeruk terdiri dari 2 tahap yaitu perlakuan pendahuluan dan pemisahan minyak kulit jeruk. Perlakuan pendahuluan dilakukan dengan pengecilan ukuran ( size reduction), dan pengeringan kulit jeruk. Untuk proses pengeringan sebaiknya dilakukan pada suhu rendah dengan menggunakan udara kering sebagai medium pengering supaya komposisi, dan aroma minyak kulit jeruk tidak berubah karena teroksidasi oleh udara. Proses pemisahan minyak kulit jeruk dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu distilasi, pengepresan, dan leaching ( ekstraksi). Kegunaan minyak kulit jeruk cukup banyak, yaitu secara umum sebagai flavouring atau fragrance agent pada berbagai industri. Industri kosmetik menggunakan minyak kulit jeruk sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, shampoo, losion, pembersih wajah, dan minyak wangi. Industri makanan menggunakannya sebagai essence atau penambah citra rasa. Di industri farmasi, minyak kulit jeruk digunakan sebagai pembersih atau sterilisasi peralatan medis, perawatan kanker, antioksidan, dan obat jerawat. Industri lain menggunakannya sebagai bahan pembuatan sabun cuci tangan, pewangi pel, pengharum ruangan, penutup bau tidak sedap dari obat pembasmi serangga, dan berbagai barang kebutuhan rumah tangga lainnya. Selain sebagai pemberi aroma, minyak ini memiliki keunggulan tersendiri, yaitu sebagai pelarut (solven) yang ramah lingkungan karena bersifat biodegradable yang diproduksi dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui sebagai pengganti berbagai pelarut yang berbahaya seperti benzena, CFC , freon, dan xylene. Oleh karena luasnya penggunaan minyak kulit jeruk serta t ersedianya bahan cukup banyak, dan dapat diperbaharui, maka dapat dikatakan bahwa minyak kulit jeruk memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan komoditas ekspor nonmigas. Dari alasan-alasan yang telah tersebut di atas, dalam penelitian ini dipelajari tentang produksi minyak kulit jeruk dengan berbagai macam metode [10] untuk menghasilkan minyak kulit jeruk dengan kualitas yang baik dan yield yang paling tinggi.
III.
ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Gelas Ukur 100mL
Labu Dasar Bulat / Labu didih
Kondensor
Gelas Ukur 1000mL
Soxhlet
Selang
Hotplate
Panci / Penangas
Statif
Thermocouple Thermometer
Klem
Batang Pengaduk
Refraktometer
Pipet Tetes
Kertas Saring
Botol Sampel
Pompa
Ember
Stopwatch
B. BAHAN
Aqua DM
Kulit Jeruk
Ethanol Teknis 96%
IV.
LANGKAH PERCOBAAN A. Persiapan
1. Rangkai alat seperti pada gambar dibawah dengan aliran air yang masuk kedalam kondensor dihubungkan melalui selang dibantu dengan proses suction pada pompa.
2. Ditimbang dan dicatat sejumlah cuplikan yang dimasukan kedalam kertas saring, dibuat 2 kali penimbangan untuk satu variasi pemanasan. 3. Panaskan air didalam penangas hingga suhu 85 0C. 4. Encerkan ethanol 96% menjadi 200ml ethanol 50%, dengan metode pengenceran, larutan tersebut dimasukkan kedalam labu dasar bulat. 5. Diukur dan dicatat konsentrasi alcohol dengan refractometer berikut dengan suhu awal alcohol. 6. Lakukan langkah yang sama untuk variasi suhu penangas 95 oC.
B. Pengoperasian
1. Setelah soxhlet berisi cuplikan, labu dasar bulat berisi ethanol 50%, hubungkan komponen kondensor dengan soxhlet dan soxhlet dengan labu dasar bulat (catatan : labu dasar bulat di tempatkan di dalam penangas). 2. Periksa kembali setiap saluran baik saluran air ataupun saluran feed yang akan masuk. 3. Ketika suhu penangas sudah mencapai 85 oC, catat sebagai start awal dan ukur parameter parameternya yaitu : suhu air masuk dan keluar, suhu pelarut, suhu uap, suhu penangas.
4. Catat parameter parameter setiap 5 menit. (catatan : suhu penangas harus dijaga 850C). 5. Ukur debit air yang mengalir pada kondensor dengan cara mengukur aliran keluar air kondensor pada gelas ukur 1000mL dan hitung waktu air hingga mencapai 1000mL. 6. Sistem dimatikan ketika proses ekstraksi sudah mencapai 1 siklus. 7. Lakukan langkah yang sama untuk variasi suhu penangas 95 oC.
C. Pemberhentian
1. Matikan hotplate. 2. Ukur volume, suhu dan konsentrasi ekstrak didalam soxhlet. 3. Ukur volume, suhu, dan konsetrasi pelarut sisa didalam labu dasar bulat. 4. Matikan pompa. 5. Hasil ekstrak didalam kertas saring dikeringkan dalam suhu ambient bersamaan dengan cuplikan lainnya yang dilakukan tanpa proses ekstraksi. 6. Lakukan penimbangan ekstrak dan penimbangan cuplikan tanpa proses ekstraksi. 7. Rapihkan peralatan dan bahan. 8. Lakukan langkah yang sama untuk variasi suhu penangas 95 oC.
V.
DATA PENGAMATAN
A. Suhu Penangas 95 0C I.
Data Penimbangan
Sampel
Berat Kertas Saring
Berat Sample
1.5151 gram
13.0340 gram
Ekstraksi
II.
Keterangan
setelah dikeringkan
Sampel dengan
Berat Sample
Sampel tanpa
13.0340
Ekstraksi
gram
3.3372 gram
7.8961 gram
Data Pelarut, Ekstrak, Air (Kondensor) Larutan
C2H5OH
Ekstrak
Sebelum
Sesudah
Volume
200ml
161
30
%
49%
37
70
Suhu (oC)
29.7
50.6
24.2
Debit Kondensor Suhu Kondensor
Sebelum
9.52381 cm 3/s
23.5oC
Sesudah
III.
Data Pompa dan Hotplate Submersible pump
Hotplate Maspion s-301
V = 220 AC
V= 220 AC
f = 50Hz
f = 50 Hz
Qmax = 700 L/H
Wmax = 600 watt
Hmax = 0.8 m W max = 12 Watt
IV.
Data Percobaan T in t (menit)
Refrijeran
T out Refrijeran (oC)
(oC)
T Uap
T Pelarut
T Penangas
(oC)
(oC)
(oC)
5
22.7
24.4
27.4
83.3
93
10
22.5
24.1
27.5
84.3
93.5
15
22.6
23.7
26.5
84.6
93.7
20
22.5
23.3
26.5
85.6
94
25
22.6
23.5
26.6
87.7
94.5
30
22.5
23.5
26.6
87.5
94.5
32.3
22.6
23.6
26.6
80.9
94.6
Rata Rata
22.57143
23.72857
26.81429
84.84286
93.97143
B. Suhu Penangas 85 0C I.
Data Penimbangan Sampel
Berat Kertas
Berat Sample
Saring
Berat Sample setelah dikeringkan
Sampel dengan
1.6862 gram
13.0363
3.0596 gram
gram
Ekstraksi Sampel tanpa
13.0363
Ekstraksi
gram
8.3247 gram
Keterangan
II.
Data Pelarut, Ekstrak, Air (Kondensor) Larutan
C2H5OH Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Volume
200ml
170
-
20
%
49%
>41
-
>80
Suhu ( oC)
29.7
50.6
-
24.2
Debit Kondensor Suhu Kondensor
III.
Ekstrak
8.849558 cm 3/s
23.5 oC
Data Pompa dan Hotplate Submersible pump
Hotplate Maspion s-301
V = 220 AC
V= 220 AC
f = 50Hz
f = 50 Hz
Qmax = 700 L/H
Wmax = 600 watt
Hmax = 0.8 m W max = 12 Watt
IV.
Data Percobaan T in
T out
Refrijeran
Refrijeran
(oC)
(oC)
5
23.3
10
t
T Uap
T Pelarut
T Penangas
(oC)
(oC)
(oC)
23.5
25.4
81.1
85.6
24.3
24.5
25.4
81.3
85.2
15
24.6
24.7
25.6
81.5
84.4
20
24.6
24.8
25.6
81.5
84.4
25
24.6
24.1
25.7
81.6
84.3
30
24.7
24.9
25.8
82.1
86.8
35
24.7
24.9
25.8
82.4
85.7
40
24.6
25.1
26
82.5
87
45
24.4
24.6
26.1
82
84.3
50
24.5
24.9
26.1
83.3
85.8
55
24.6
25.6
26.2
83.6
87
60
24.4
24.6
26.2
84
85.4
65
24.5
25.2
26.3
85
86.2
`70
24.4
24.7
26.4
85
86
75
24.5
24.8
26.3
84.3
85.5
80
24.4
24.6
26.4
84.4
85.4
85
24.4
24.6
26.6
84.6
85.6
90
24.5
24.7
26.4
85.2
85.6
95
24.2
24.8
26.1
84.5
85
100
24.5
24.8
26.3
84.8
85.3
105
24.6
24.9
26.5
85.7
86.3
110
24.6
24.9
26.6
83.3
84.9
115
24.7
24.8
26.5
85.5
86.8
120
24.6
24.9
26.5
84.9
85.7
125
24.5
24.9
26.5
85.9
86.5
130
24.8
25
26.5
85.9
86.5
135
24.8
25
26.5
84.5
85.5
140
24.8
25
26.2
85.3
85.9
145
24.9
25.2
26.6
84.8
85.7
146.26
24.9
25.2
26.6
81
85.6
Rata rata
24.53
24.80667
26.19
83.71667
85.66333
(menit)
VI. GRAFIK DAN NERACA MASSA A. GRAFIK Pada Penangas 85°C
Konsumsi Kebutuhan Pompa terhadap Waktu 0.04 ) 0.03 h W k ( 0.02 a y a D0.01
0 0
20
40
60
80
100
120
140
160
t(menit)
Konsumsi Kebutuhan Hotplate terhadap waktu 2 ) h 1.5 W k ( 1 a y a 0.5 D
0 0
20
40
60
80
100
120
140
160
140
160
t(menit)
Kebutuhan Total terhadap Waktu 1.6 1.4 1.2
) h 1 W k ( 0.8 a y 0.6 a d
0.4 0.2 0 0
20
40
60
80
100
waktu (menit)
120
Pada Penangas 95°C
Kebutuhan Pompa terhadap waktu 0.007 0.006 ) 0.005 h W0.004 k ( a 0.003 y a d 0.002
0.001 0 0
5
10
15
20
25
30
35
30
35
t(menit)
Kebutuhan Hotplate terhadap waktu 0.35 0.3 ) 0.25 h W 0.2 k ( a 0.15 y a d 0.1
0.05 0 0
5
10
15
20
25
t(menit)
Konsumsi Kebutuhan Total terhadap waktu 0.35 0.3 ) 0.25 h W 0.2 k ( a 0.15 y a d 0.1
0.05 0 0
5
10
15
20 t(menit)
25
30
35
B. NERACA MASSA A. Neraca Massa pada suhu 95°C
6. Neraca Massa Seluruh Sistem Feed (s) Tout
Tin
Massa = 13.0340 Pelarut(l) Ekstrak (l) Xethanol= 0.7 Xethanol= 0.7 ṁethanol
Kolom Ekstraksi
kondensor
Rafinat (s) Massa : 3.3372
Pelarut(g) Xethanol= 0.5 Tuap = 26.810C
Pelarut(l) V = 200ml Xethanol= 0.5 Tethanol = 84.840C
Labu dasar Bulat
Q
B. Neraca Massa pada suhu 85°C
5. Neraca Massa Ekstraktor
6. Neraca Massa Seluruh Sistem Feed (s) Tout
Tin
Pelarut(l) Massa =13.0363 gr Xethanol= 1 Ekstrak (l)
ṁethanol
Xethanol= 1
Kolom Ekstraksi
kondensor
Rafinat (s) Massa : 3.0596gr Pelarut(g) Xethanol= 0.5 Tuap = 26.190C
Pelarut(l) V = 200ml Xethanol= 0.5 Tethanol = 83.720C
Labu dasar Bulat
Q
DAFTAR PUSTAKA Geankoplis, C.J. Transport Processes and Separation Process Principles ”. Pearson Education Inc. New Jersey. 2003. Luh, W., Commercial Fruit Processing . Edisi Kedua, The Avi Publishing Company Westport. Connecticut. 1986. Tri Atmojo, Susilo. 2011. “Ekstraksi (Pengertian, Prinsip Kerja, Jenis- jenis Ekstraksi)”. http://chemistry35.blogspot.co.id/2011/04/ekstraksi-pengertian-prinsip-kerja.html
[10
November 2017] Warren, Mc. Cabe L, dkk. 1993. Unit Operation of Chemical Engineering Fifth Edition. NewYork : McGraw-Hill, Inc. Megawati dan Rosa. 2015. Ekstraksi Minyak Atsiri kulit jeruk Manus dengan metode vakum microwave assisted hydrodistillation. Semarang: Universitas Negri Semarang.