Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
LAPORAN INDIVIDU EKSTRAKSI Rimpang Kunyit Kuning (Curcuma (Curcuma domesica val .) .)
Disusun oleh : Nama
: Nurul Heria
NIM
: N 111 12 001
Kelompok
: 5 (Lima)
Golongan
: Selasa Siang
Asisten
: - Muh. Azwar AR - Andi Rizka Ridha
Makassar 2014
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut. Ekstraksi menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua fase cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia, dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan berupa corong pisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet, sampai yang paling rumit berupa alat counter current craig. Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak bercampur dengan air (1). Tujuan
ekstraksi
ialah
memisahkan
suatu
komponen
dari
campurannya dengan menggunakan pelarut. Proses ekstraksi dengan pelarut digunakan untuk memisahkan dan isolasi bahan-bahan dari campurannya yang terjadi di alam, untuk isolasi bahan-bahan yang tidak larut dari larutan dan menghilangkan pengotor yang larut dari campuran. Berdasarkan hal di atas, maka prinsip dasar ekstraksi ialah pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi zat yang terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan (2). 1
2
I.2. Maksud Percobaan Mengetahui
dan
memahami
cara
atau
tahap-tahap
dalam
mengekstraksi sampel Rimpang Kunyit Kuning (Curcuma (Curcuma domesica val .) .) I.2. Tujuan Percobaan Memahami cara melakukan ekstraksi dari sampel Rimpang Kunyit Kuning (Curcuma (Curcuma domesica val .) .) I.3. Prinsip Percobaan Penarikan suatu senyawa aktif yang ada dalam sampel Rimpang Kunyit Kuning (Curcuma (Curcuma domesica val .) .) dengan menggunakan penyari metanol. Dengan prinsip difusi dan osmosis, sehingga diperoleh ekstrak kental.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum Ekstraksi merupakan proses penyarian senyawa aktif tumbuhan, hewan, maupun mineral menggunakan penyari yang sesuai. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia hewani maupun simplisia nabati menggunakan penyari yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua penyari diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (2). Ada beberapa metode ekstraksi ekstraksi yaitu (3) : 1. Cara dingin Metode ekstraksi secara dingin adalah metode ekstraksi yang didalam proses kerjanya tidak memerlukan pemanasan. Metode ini dipergunakan untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan dan bahan-bahan bahan-bahan yang mempunyai tekstur tekstur yang lunak atau tipis. Metode ini terbagi menjadi: A. Maserasi,
merupakan
proses
ekstraksi
simplisia
dengan
menggunakan penyari dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Remaserasi berarti dilakukan penambahan
penyari
setalah
dilakukan
penyaringan
maserasi
pertama dan seterusnya (3). Keuntungan metode ekstraksi ini yaitu peralatan yang sederhana 3
4
dan mudah di dapat. Namun, kekurangannya ialah waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak dari pada penyari yang dibutuhkan untuk metode lain, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin (4). Contoh maserasi biasa :
Metode maserasi dapat dilakukan modifikasi seperti berikut: a. Modifikasi maserasi melingkar (1). Maserasi melingkar adalah penyarian yang dilakukan dengan menggunakan cairan penyari yang selalu bergerak dan menyebar (berkesinambungan)
sehingga
kejenuhan
cairan
penyari
merata.
Keuntungan cara ini adalah : 1. Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas. batas. 2. Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam sehingga akan memperkecil kepekatan setempat. 3. Waktu yang yang diperlukan lebih pendek. Kerugian cara ini adalah : 1. Dibutuhkan banyak wadah dan pompa. 2. Banyak penyari yang dibutuhkan.
5
3. Jumlah penyari penyari dalam dalam setiap setiap wadah wadah berbeda-beda. berbeda-beda. Contoh maserasi melingkar dengan 2 wadah : Wadah berisi Pompa sampel dan pelarut
Wadah berisi
Pompa
sampel dan pelarut
b. Modifikasi maserasi digesti (1). Maserasi digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 – 500C. Cara ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan seperti : 1. Kekentalan
pelarut
berkurang
yang
dapat
mengakibatkan
berkurangnya lapisan – lapisan batas. 2. Daya melarutkan
cairan penyari
akan meningkat m eningkat sehingga
pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan. 3. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan difusi. Sementara itu, kekurangannya ialah : 1. Di butuhkan alat khusus.
6
2. Tidak cocok untuk sampel sampel yang mengandung minyak atsiri.
c. Modifikasi maserasi melingkar bertingkat (1). Maserasi melingkar bertingkat bertingkat sama dengan maserasi melingkar melingkar tetapi pada maserasi melingkar bertingkat dilengkapi dengan beberapa bejana penampungan sehingga tingkat kejenuhan cairan penyari setiap bejana berbeda-beda. Alat untuk maserasi melingkar bertingkat yang dibuat secara konvensional sudah jarang ditemukan, maserasi bertingkat melingkar menggunakan 3 jenis pelarut yaitu pelarut non polar, semi polar, dan polar secara berurutan pada setiap kali ekstraksi. Keuntungan metode ini ialah, dapat mencegah kejenuhan penyari sehingga hasil ekstraksi yang di dapat lebih banyak, senyawa ekstrak dapat di partisi sekaligus dan dapat di gunakan untuk ekstraksi sampel yang jumlahnya banyak. Sementara kekurangannya adalah, tidak dapat mengekstraksi sampel yang sedikit, membutuhkan wadah dan pompa khusus, di butuhkan tiga kali proses ekstraksi (dengan pelarut non polar, semi polar, dan polar).
7
Wadah Sampel
Wadah Sampel
Aliran pelarut
Aliran pelarut
Tempat
Tempat
menampung
menampung
pelarut yang
pelarut yang
jenuh
jenuh
d. Modifikasi remaserasi (1) Remaserasi adalah penyaringan yang dilakukan dengan membagi dua cairan yang digunakan, kemudian seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah diendap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua. Keuntungan remaserasi ialah dapat di gunakan untuk sampel yang sama tanpa mengganti wadah, namun kerugiannya ialah, hasil ekstraksi tidak maksimal dan pelarut yang di gunakan banyak.
8
Wadah berisi sampel dan
Maserasi
Disaring
Filtrat di uapkan
Ekstrak
Residu/ sisa simplisia
Di tambahkan pelarut remaserasi Maserasi
Disaring
Filtrat di uapkan
Ekstrak e. Modifikasi dengan mesin pengaduk (1). Penggunaan mesin pengaduk yang dapat berputar terus-menerus waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam maserasi dapat selesai. Keuntungannya yaitu waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi lebih
9
singkat sedangkan kerugiannya yaitu sampel harus selalu diaduk minimal 1 kali sehari.
Keterangan : A : Bejana untuk maserasi sampel. sampel. B : Penutup C : pengaduk yang digerakkan secara mekanik B. Perkolasi, Perkolasi adalah suatu metode ekstraksi diletakkan dalam bejana atau wadah dan dialiri dengan cairan penyari dari atas ke bawah, di mana alatnya dilengkapi dengan kran (4). Keuntungan dari metode ini ini adalah tidak terjadinya terjadinya kejenuhan kejenuhan dan pengalirannya dapat meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong u/ keluar dari sel). Sedangkan kerugian dari metode ini adalah adalah cairan penyari penyari yang dibutuhkan dibutuhkan lebih banyak banyak dari pada metode panas dan resiko cemaran mikroba untuk penyari air lebih tinggi karena dilakukan secara terbuka (4).
Keterangan : A : Perkolator C : Keran G : Botol perklorat
10
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi dan ruangan diantara butirbutir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi (1).
Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk corong, tabung, dan paruh. Pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan di ekstraksi. Perkolator berbentuk tabung biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar tinggi; perkulator berbentuk corong biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar rendah (1).
11
2. Cara panas (1). Metode ekstraksi secara panas adalah metode ekstraksi yang di dalam prosesnya dibantu dengan pemanasan. Pemanasan dapat mempercepat terjadinya proses ekstraksi karena cairan penyari akan lebih mudah menembus rongga-rongga sel simplisia dan melarutkan zat aktif yang ada dalam sel simplisia tersebut.Metode ini diperuntukkan untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang tahan terhadap pemanasan dan simplisia yang mempunyai tekstur keras seperti kulit, biji, dan kayu. Yang termasuk ekstraksi secara panas adalah : A. Ekstraksi secara refluks (1). Refluks
adalah
penyarian
yang
termasuk
dalam
metode
berkesinambunan, cairan penyari secara secara kontinyu menyari menyari zat aktif dalam simplisia. Cara ini digunakan untuk simplisia yang kandungan zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
Pemanasan dimaksudkan untuk mempermudah cairan penyari menembus dinding sel simplisia karena dengan pemanasan sel simplisia mengalami pengembangan sehingga rongga-rongga selnya terbuka
12
dengan demikian pelarut mudah mencapai zat aktif di dalam sel dan diluar sel cepat tercapai dan menyebabkan proses ekstraksi cepat pula tercapai. Selain itu pemanasan dapat memurnikan cairan penyari melaui proses kondensasi. Simplisia yang dapat diekstraksi dengan cara ini adalah yang mempunyai komponen kimia yang tahan pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, kulit batang (4). B. Ekstraksi secara infundasi Keuntungan metode ini adalah unit alat yang dipakai sederhana, dan biaya operasionalnya relatif rendah. Sedangkan kekurangan metode ini yaitu zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,apabila kelarutannya sudah mendingin.(lewat jenuh), hilangnya zat-zat atsiri dan adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama (4).
Keterangan : A : Panci berisi sampel dan air B : Tangas air
13
C. Ekstraksi secara dekokta Penyarian dengan cara dekokta sama dengan infusa namun dipanaskan selama 20 menit pada suhu 90°C (4). D. Ekstraksi Secara Secara Destilasi Uap Uap Air Destilasi uap air
dapat digunakan digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung minyak menguap, mempunyai titik didih yang tinggi pada tekanan
udara
normal
dan
biasanya
pada
proses
pemanasan
kemungkinan akan kerusakan zat aktif dan mencegah kerusakan tersebut maka dilakukan penyarian secara destilasi uap air (4). Keuntungan dari metode destilasi diantaranya, volume bisa langsung diketahui,
kecepatan
dehidrasi
diketahui,
suhu
konstan
dapat
dipertahankan, waktunya cepat, dan alatnya sederhana. Sementara kerugian dari metode ini adalah adanya droplet air pada sisi tabung, pelarut mudah terbakar, beberapa komponen alkohol, gliserol mungkin ikut terdestilasi, dan seringkali terjadi kesalahan dalam membaca meniskus (1).
25
E. Ekstraksi Secara Soxhletasi Soxhletasi adalah proses penyarian secara berkesinambungan dimana cairan penyari dipanaskan hingga menghasilkan uap yang naik melalui kondensor dan dikondensasikan menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun menyari zat aktif yang ada di dalam simplisia yang selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melalui pipa sifon, proses berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak menampakkan noda lagi (1). Alat soxhlet dibuat dari bahan gelas yang terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tengah untuk menampung serbuk simplisia yang akan diekstraksi dengan pipa pada kiri dan kanan, serta satu untuk jalannya larutan yang terkondensasi kembali ke labu alas bulat. Dibagian atas soxhlet dilengkapi dengan alat pendingin balik untuk mengkondensasi uap
15
menjadi cairan penyari yang dipakai tidak terlalu banyak. Sedangkan pada bagian bawah terdapat labu alas bulat yang berisi cairan penyari (1).
Keuntungan dari alat ini adalah : a. Cairan penyari yang diperlukan diperlukan lebih sedikit dan secara langsung langsung diperoleh hasil yang lebih pekat. b. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga sehingga dapat menyari zat aktif yang banyak. c. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa menambah volume cairan penyari. d. Dapat digunakan untuk untuk simplisia yang mengandung mengandung zat aktif yang tidak
tahan
terhadap
pemanasan
secara
langsung
(1).
16
Kerugian dari alat ini adalah : a. Larutan dipanaskan terus-menerus sehingga sehingga zat aktif yang tidak tahan
pemanasan kurang cocok. Ini dapat diperbaiki dengan
menambahkan peralatan untuk mengurangi tekanan udara. b. Cairan penyari didihkan terus-menerus sehingga cairan penyari yang baik harus murni atau campuran azaotrop. c. Alat terlalu mahal. d. Pada saat satu kali ekstraksi sampel sampel yang digunakan sedikit sedikit (1). Penguapan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat. Menurut farmakope Indonesia edisi III dikenal tiga macam ekstrak yaitu (5) : 1. Ekstrak cair : adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian bahan alam masih mengandung larutan penyari. 2. Ekstrak kental : adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan, dan tidak mengandung cairan penyari lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar. 3. Ekstrak kering : adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dam tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai konsistensi padat (berwujud kering). Setiap penyari memiliki konstanta dielektrik yang berbeda-beda, yaitu (6) : °
Konstanta
Penyari
Ko pada 20 C
Heksan
1,890
2,0
68,7
Benzena
2,284
2,3
80,1
Dielektrik
Titik didih CC)
25
Kloroform
4,806
4,8
61,3
Dietil eter
5,340
4,3
34,6
Etil asetat
6,020 6, 020
6,0
77,1
Aseton
20,70
21
56,5
Etanol
24,30
33
78,5
Metanol
33,62
58
64,6
Air
80,37
88
100
Syarat-syarat pelarut adalah sebagai berikut (3) : a. Kapasitas besar b. Selektif c. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup rendah).
Cara
memperoleh
penguapannya
adalah
dengan
cara
penguapan diatas penangas air dengan wadah lebar pada temperature 60oC, destilasi, dan penyulingan penyulingan vakum. d. Harus dapat diregenerasi e. Relatif tidak mahal f. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius dalam keadaan uap. g. Viskositas cukup rendah Rotary evaporator ialah alat yang biasa digunakan di laboratorium kimia untuk mengefisienkan dan mempercepat pemisahan pelarut dari suatu larutan.
18
Alat ini menggunakan prinsip vakum destilasi, sehingga tekanan akan menurun dan pelarut akan menguap dibawah titik didihnya. Rotary evaporator sering digunakan dibandingkan dengan alat lain yang memiliki fungsi sama karena alat ini mampu menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam pelar ut tidak rusak oleh suhu tinggi (7).
Rotary evaporator bekerja seperti alat destilasi. Pemanasan pada rotary evaporator menggunakan penangas air yang dibantu dengan rotavapor akan memutar labu yang berisi sampel oleh rotavapor sehingga pemanasan akan lebih merata. Selain itu, penurunan tekanan diberikan ketika labu yang berisi sampel diputar menyebabkan penguapan lebih cepat. Dengan adanya pemutaran labu maka penguapan pun menjadi lebih cepat terjadi. Pompa vakum digunakan untuk menguapkan larutan agar naik ke kondensor yang selanjutnya akan diubah kembali ke dalam bentuk cair (7). Labu disimpan dalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian dari volume labu alas bulat yang digunakan, kemudian waterbath dipanaskan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan. Setelah suhu
25
tercapai, labu alas bulat dipasang dengan kuat pada ujung rotor yang menghubungkan menghubungkan dengan kondensor. Aliran air pendingin dan pompa vakum dijalankan, dijalankan, kemudian tombol rotar diputar dengan kecepatan yang diinginkan (7). Rotavapor ini menggunakan rumus-rumus termodinamika, yang berhubungan dengan tekanan, luas permukaan, titik didih pelarut, dan sebagainya. Untuk mempermudah penganalisaan prinsip termodinamika siklus ini, proses-proses diatas dapat di sederhanakan dalam diagram berikut (7) :
Dari diagram T-S diatas dapat dilihat bahwa untuk siklus fluida kerja dipanaskan pada suhu dibawah 1000 dengan siklus rankine konvensional yang fluida kerja nya dipanaskan hingga mencapai suhu 100 C untuk º
memanaskan fluida hingga menghasilkan uap. Berdasarkan diagram diatas terdapat 4 proses dalam dalam siklus :
25
Proses 1: Fluida organik dipompa ke evaporator dari bertekanan rendah ke tekanan tinggi dalam bentuk cair. Proses ini membutuhkan sedikit input energi. Proses 2: Fluida organik cair masuk ke evaporator di mana fluida dipanaskan hingga menjadi uap pada tekanan konstan menjadi uap jenuh desuperheating. Proses 3: Uap desuperheating bergerak menuju turbin yang berfungsi memutar generator yang menghasilkan energi listrik. Hal ini mengurangi temperatur dan tekanan uap. Proses 4: Uap basah memasuki kondensor di mana uap diembunkan dalam tekanan dan temperatur tetap hingga menjadi cairan jenuh.
Maka analisa pada masing-masing proses pada siklus untuk tiap satu-satuan massa dapat ditulis sebagai berikut: 1) Kerja pompa : W p = m(h2-h1) 2) Penambahan kalor pada ketel : Qin = m(h3-h2) 3) Kerja turbin : WT = m(h4-h3) 4) Kalor yang dilepaskan dalam kondensor : Qout = m(h4-h1) 5) Efisiensi termal siklus : ηth = Wr : (Wp + Qe) Dimana
: h
= entalphi (kj/kg)
WT
= Daya Turbin (W)
Qin
= Kalor masuk (kJ/s)
Qout
= Kalor yang dilepas (kJ/s)
25
m
= Laju aliran massa (kg/s)
18
20
22
BAB III METODE KERJA
III.1. Alat dan Bahan III.1.1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk, gelas beaker, timbangan, toples, dan wadah sampel. III.1.2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aluminium foil, metanol, dan sampel Rimpang Kunyit Kuning (Curcuma (Curcuma domesica val .) .) kering. III.2. Cara Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Rimpang Kunyit Kuning (Curcuma domesica val .) .) yang telah kering ditimbang sebanyak 100 g 3. Dimasukkan Rimpang Kunyit Kuning (Curcuma (Curcuma domesica val .) .) yang telah ditimbang ke dalam toples kaca 4. Dibasahkan sampel kering dengan penyari berupa metanol, lalu diaduk perlahan. 5. Dimasukkan sisa penyari metanol hingga semua sampelnya terendam oleh penyari metanol 6. Diaduk perlahan selama ± 2 menit 7. Tutup toples toples dan lapisi dengan dengan aluminium aluminium foil.
21
22
8. Rendam sampel selama selama tiga hari dan selalu diaduk minimal 3 kali kali sehari selama ± 2 menit 9. Setelah tiga hari, disaring menggunakan kertas kertas saring. saring. 10. Diambil filtratnya f iltratnya dan diuapkan penyarinya hingga diperoleh ekstrak kental 11. Ekstrak kental yang diperoleh ditimbang bobotnya.
23
BAB IV HASIL
IV.1. Tabel Pengamatan Metode ekstraksi
Berat Sampel
Volume Pelarut
Berat ekstrak
(gram)
(ml)
(gram)
100
300
4,29
Maserasi
IV.2. Perhitungan Rendamen = =
x 100%
= 4,29% IV.3. Gambar
23
25
BAB V PEMBAHASAN
Pada
praktikum
ekstraksi
rimpang
kunyit
kuning
( Curcuma (Curcuma
domestica) domestica) digunakan pelarut methanol yang bertujuan untuk mengambil senyawa yang terdapat dalam sampel. Digunakan methanol sebagai cairan penyari karena methanol merupakan pelarut semi polar. Yang dapat menarik senyawa polar maupun nonpolar yg terdapat dalam sampel yang belum dapat diprediksi. Metode esktraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Dimana, sampel ditimbang 100 gram, lalu dimasukkan dalm toples dan ditambahkan pelarut yaitu methanol sampai semua sample terbasahi. Kemudian, dilakukan pengadukan dan didiamkan selama 2-3 hari sambil sesekali diaduk dengan batang pengaduk hingga semua zat aktif terekstraksi sempurna. Setelah itu, dilakukan penyaringan menggunakan kain putih, setelah
disaring
dengan
kain
putih
dilakukan
lagi
penyaringan
menggunakan kertas saring untuk mencegah ikutnya serbuk dari sampel sehingga akan merusak hasil akhir ekstrak, yang kemudian ditampung dalam suatu wadah. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan sampai semua pelarut menguap dan diperoleh ekstrak kental. Setelah itu, ekstrak kental yang diperoleh dimasukka dalam desikator untuk menghindari ekstrak dicemari oleh bakteri ataupu jamur, selain itu silica gel juga dapat
25
menyerap kandungan air yang masih terdapat dalam ekstrak. Sehingga didapatkan ekstrak kental yang betul-betul tidak lagi mengandung pelarut dan air. Dimana sesuai dengan pengertian ekstrak kental yaitu ekstrak yang mengalami proses penguapan dan tidak mengandung cairan penyari lagi dan memiliki konsistensi tetap cair pada suhu kamar. Ekstrak kental yang diperoleh kemudian ditimbang. Dari hasil percobaan diperoleh berat ekstrak kental dari sampel 100 gram dan pelarut 300 ml yaitu sebesar 4,29 gram. Dari hasil tersebut diperoleh persentase rendamen sebesar 4,29%.
BAB VI PENUTUP
VI.1. Kesimpulan Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa: 1. Eksrtaksi rimpang kunyit kuning dilakukan dengan dengan menggunakan menggunakan metode maserasi menggunakan cairan penyari methanol 2. Ekstrak kental yang diperoleh diperoleh dari sampel sampel 100 gram dan pelarut 300 ml adalah sebanyak 4,29 gram 3. Persentase rendamen diperoleh 4,29% VI.2. Saran Adapun saran yang dapat dapat diberikan ialah : Untuk asisten, sebaiknya dalam proses praktikum berlangsung praktikan tetap diawasi oleh asisten agar praktikan tetap t ertib Untuk Laboratorium, alat-alat dan penyari yang digunakan sebaiknya disiapkan lebih banyak lagi.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Emilan, Tommy.dkk. 2011. Konsep Herbal Indonesia Indonesia : Pemastian Mutu Produk Herbal. Depok : UI Program Studi Magister Ilmu Herbal Fakultas Farmasi. 2. Direktorat Jendral.1989. Materi Medika Indonesia Jilid V . Jakarta : Depkes RI 3. Direktorat Jendral.1995. Materi Medika Indonesia. Indonesia. Jakarta: Depkes RI 4. Direktorat Jendral. 1986. 1986. Sediaan Galenik . Jakarta : Depkes RI. 5. Pangestu,Ayu dan Setyo Setyo Wuri Handayani. Handayani. 2011. Rotary Evaporator dan Ultra Violet Lamp. Lamp. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
26
31
LAMPIRAN
Skema Kerja
Ditimbang simplisia 100 g
Dibasahkan sampel dengan sedikit penyari lalu diaduk,kemudian dimasukkan sisa penyari
Rendam selama 3 dan diaduk 2-3 kali sehari selama 2 menit
Saring dengan kertas saring
Filtrat diambil dan diuapkan penyarinya hingga diperoleh ekstrak yang kental
Ditimbang bobot ekstrak kental