Abd Rahman Munir
Konsentrasi (%)
As. Salisilat Terlarut (g)
A
B
C
D
E
F
G
H
Konstanta Dielektrik
Asam Salisilat Terlarut
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu sifat fisika yang dapat kita amati setiap saat adalah peristiwa larutnya suatu zat padat dalam pelarut air. Konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu disebut sebagai kelarutan.
Agar suatu obat diabsorpsi, maka obat tersebut mula-mula harus larut dalam media cairan tempat absorpsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorpsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung usus.
Larutan merupakan suatu campuran homogen antara 2 zat dari molekul, atom ataupun ion dimana zat yang dimaksud disini adalah zat padat, minyak larut dalam air. Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelarutan suatu senyawa dalam zat pelarut tergantung sifat fisik dan kimia dari zat terlarut tersebut. Dalam bidang farmasi, kelarutan dapat didefinisikan sebagai berikut kelarutan suatu obat adalah 1 gram zat terlarut yang akan dilarutkan dalam sejumlah ml pelarut. Larutan adalah campuran homogen antara dua zat dari molekul, atom ataupun ion dimana zat yang dimaksud di sini ialah zat padat, minyak larut dalam air.
Dalam bidang farmasi kita dapat mengetahui dan dapat memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan. Kelarutan sangat penting untuk diketahui karena hal ini diperlukan untuk memilih pelarut yang paling baik dalam melarutkan suatu jenis obat atau kombinasi obat. Selain itu, kelarutan juga dapat dijadikan sebagai standar atau uji kemurnian suatu pelarut serta informasi tentang struktur obat. Oleh karena itu, dilakukanlah percobaan ini untuk mengetahui kelarutan jenis obat tertentu di dalam suatu jenis pelarut sehingga dapat ditentukan pelarut yang paling sesuai untuk jenis bahan obat tertentu. Senyawa obat untuk dapat memberikan efek farmakologisnya, obat harus larut dalam air. Kelarutan dari suatu senyawa kimia (obat) ini menentukan juga lama kerja obat akan memberikan efek farmakologisnya. Setelah obat masuk dalam tubuh baik melalui oral, secara bukal atau sublingual maka faktor yang paling menentukan adalah faktor kelarutannya dalam pelarut yang dalam hal ini adalah air.
Pengetahuan mengenai larutan sangat penting sebab sebagian besar reaksi kimia dan biologis terjadi dalam bentuk cairan, terutama dalam bentuk larutan dengan suatu pelarut (air). Untuk seorang ahli farmasi teori dan penerapan dari gejala kelarutan penting, sebab dapat membantu memilih medium pelarut yang baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada pembuatan larutan farmasetis, dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standart atau zat uji kemurnian. Pengetahuan yang mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberi informasi mengenai struktur obat dan gaya antar molekul obat.
Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.
Tujuan Percobaan
Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
Menjelaskan usaha-usaha yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat aktif dalam air dalam pembuatan sediaan cair
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Teori
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994).
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai artipenting yang praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit daritekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu (Svehla, 1979).
Kelarutan yang pada angka adalah kelarutan pada suhu kamar.Istilah-istilah dalam kelarutan sebagai berikut (Anief, 2003):
Istilah kelarutan
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut
Kurang dari 1
Mudah larut
1 –10
Larut
10 – 30
Agak sukar larut
30 – 100
Sukar larut
100 – 1000
Sangat sukar larut
1000 – 10000
Praktis tidak larut
Lebih dari 10000
Hasil kali kelarutan adalah suatu tetapan yang menggambarkan kelarutan suatu ion zat padat dan memberikan harga hasil kali konsentrasi ionnya (aktivitas ion) dalam larutan jenuh. Jika hasil kelarutan dicapai, maka senyawa yang terbentuk dari ion-ion ini akan mengendap. Rumus umum hasil kali kelarutan (Roth, 1988):
K = Ca + Cb
Keterangan : K = Hasil kali kelarutan
Ca = Konsentrasi jumlah kation A
Cb = Konsentrasi jumlah anion B
Suhu merupakan faktor yang penting dalam menentukan kelarutan suatu obat dan dalam mempersiapkan larutannya. Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila dilarutkan dan dikatakan mempunyai panas larutan negative, yang menyebabkan meningkatnya kelarutan dengan menaikkan suhu. Segolongan kecil bahan kimia mempunyai panas larutan positif dan menunjukkan berkurangnya kelarutan dengan suatu kenaikan suhu. Disamping suhu, faktor-faktor lain juga mempengaruhi kelarutan. Ini meliputi bermacam-macam bahan kimia dan sifat-sifat fisika lainnya dari zat terlarut dan pelarut, faktor tekanan, keasaman atau kebasaan dari larutan, keadaan bagian dari zat terlarut, dan pengadukan secara fisik yang dilakukan terhadap larutan selama berlangsungnya proses melarut. Kelarutan suatu zat kimia murni pada suhu dan tekanan tertentu adalah tetap; tetapi, laju larutnya yaitu kecepatan zat itu melarut, tergantung pada ukuran partikel dari zat dan tingkat pengadukan. Makin halus bubuk makin luas permukaan kontak dengan pelarut, makin cepat proses melarut. Juga makin kuat pengadukan, makin banyak pelarut yang tidak jenuh bersentuhan dengan obat, makin cepat terbentuknya larutan (Ansel, 1989).
Kelarutan suatu senyawa dinyatakan dalam gr/lt. Besarnya kelarutan suatu senyawa adalah jumlah maksimal senyawa bersangkutan yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu pada suatu suhu tertentu dan merupakan larutan jenuh yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya (Roth, 1988).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutnya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan berbagai kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh sediaan resmi larutan jenuh dalam air, yaitu larutan Topical Kalsium HIdroksida, USP (Calcium Hydroxide Topical Solution, USP), dan larutan oral Kalium Iodida, USP (Potassium Iodida Oral Solution, USP). Larutan yang pertama dibuat dengan mencampur kalisihidroksida dalam jumlah yang tepat dengan air murni, mengandung hanya 140 mg zat terlarut yang larut per 100 ml. Lrutan pada suhu 250 C, sedangkan larutan yang berikutnya mengandung kira-kira 100 g zat terlarut per 100 ml larutan, lebih dari 700 kali sebanyak zat terlarut yang terdapat dalam larutan topikal kalsium hidroksida (Ansel, 1989).
Larutan Jenuh adalah suatu larutan di mana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Suatu larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut. Keadaan lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan adalah lebih mudah larut daripada kristal besar sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk (Martin, 1990).
Dalam istilah fisika kimia, larutan dipersiapkan dari campuran yang mana saja dari tiga keadaaan zat yaitu padat, cair, dan gas. Dalam istilah farmasi, larutan yang didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahannya, cara peracikan atau penggunaannya dalam golongan produk lainnya. Sesungguhnya banyak produk farmasi melarut prinsip kimia fisika merupakan campuran homogen dari zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, menurut prinsip farmasi digolongkan ke dalam jenis produk lain (Ansel, 1989).
Metode sederhana untuk menentukan kelarutan sebagian besar senyawa atau bahan campuran adalah mengocok dengan lama zat bubuk halus dengan zat terlarut pada temperatur yang diperlukan hingga tercapai keseimbangan. Larutan itu kemudian disaring dan untuk menentukan bahan yang melarutkan dengan metode yang cocok seperti metode fisika dan kimia atau dengan menggunakan sifat fisika, larutan sebagai indeks bias.
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh poaritas dari pelarut, yaitu oleh dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain (Martin, 2008).
Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat polar. Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut aprotik, dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan nonelektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar (Martin, 2008).
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol, contohnya benzena yang mudah dapat dipolarisasikan. Kenyataanya, senyawa semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan nonpolar. Sesuai dengan itu, aseton menaikkan kelarutan eter di dalam air (Martin, 2008).
Kadar persen konsentrasi dinyatakan dalam empat cara berikut ini (FII III, 1979):
% b/b, menyatakan jumlah dari g zat dalam 100 g bahan atau hasil akhir
% b/v, menyatakan jumlah g zat dalam 100 ml bahan atau hasil akhir
% v/v, menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml bahan atau hasil akhir
% v/b, menyatakan jumlah ml zat dalam 100 g bahan atau hasil akhir
Uraian Bahan
Asam Salisilat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : Acidum Salicylum
Nama lain : Asam Salisilat
Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih; rasa agak manis, tajam dan stabil diudara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sampel
Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol
Rumus molekul : C2H 5OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup; di tempat rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai pelarut
Propilen Glikol (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : PROPILENGLYCOLUM
Nama lain : Propilen Glikol
RM / BM : C3H8O2 / 766,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna dan tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P, kloroform, larut dalam 6 bagian eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk
Kegunaan : Sebagai pelarut
Polysorbatum 80 (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : POLYSIRBATUM 80
Nama Lain : Polisorbat 80, tween 80
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna hampir tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dalam etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji kapas P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai surfaktan
Prosedur Kerja (Anonim, 2012)
No.
Alat
Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Gelas kimia 50 ml
Gelas kimia 100 ml
Gelas Erlenmeter 25 ml
Gelas ukur 50 ml
Magnetic stirrer
Pipet volume
Buret 50 ml
Corong gelas
Kertas grafik
Sendok tanduk
Botol semprot
Botol coklat 100 ml
Pipet pendek
Pipet panjang
Spektrofotometer
kuvet
Asam salisilat
Air
Alcohol
Propilen glikol
Natrium diklofenak
Dapar fosfat pH 4
Dapar fosfat pH 5
Dapar fosfat pH 6
Dapar fosfat pH 7
Dapar fosfat pH 8
Larutan NaOH 0,1 N
Indikator fenolftalein
Tween 80
Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
Masukkan 1 g asam salisilat dalam 50 ml air dan kocok selama 1,5 jam dengan stirrer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salsilat sampai diperoleh larutan yang jenuh.
Saring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah ini
Pelarut
Air % (v/v)
Alkohol% (v/v)
Propilen glikol % (v/v)
A
60
0
40
B
60
5
35
C
60
10
30
D
60
15
25
E
60
20
20
F
60
25
10
G
60
30
5
H
60
35
0
Ambil 50 ml campuran pelarut, larutkan asam salsilat sebanyak 1 g ke dalam masing-masing campuran pelarut.
Kocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut.
Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkam.
Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
Buatlah 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,5; 1,0 ;5,0; 10,0; 50,0; dan 100 mg/100 ml.
Tambahkan 1 g asam salisilat ke dalam masing-masing larutan.
Kocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut.
Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan.
Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80.
BAB III
CARA KERJA
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
Gelas kimia 50 ml
Gelas Erlenmeter 25 ml
Gelas ukur 50 ml
Pipet volume
Corong gelas
Sendok tanduk
Botol semprot
Botol coklat 100 ml
Pipet pendek
Pipet panjang
Bahan yang digunakan :
Asam salisilat
Air suling
Alkohol
Propilen glikol
Kertas saring
Tissue
Tween 80
Langkah Percobaan
Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
Dimasukkan 1 g asam salisilat dalam erlenmeyer dan ditambahkan 50 ml air dan diaduk selama 1 jam dengan batang pengaduk.
Ditimbang berat awal kertas saring dan disaring endapan dengan menggunakan kertas saring
Dikeringkan kertas saring tadi di dalam oven pada suhu 40 oC
Setelah kering, kemudian ditimbang lagi
Dihitung berapa banyak asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan
Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
Dibuat 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel di bawah ini
Pelarut
Air % (v/v)
Alkohol% (v/v)
Propilen glikol % (v/v)
A
60
0
40
B
60
5
35
C
60
10
30
D
60
15
25
E
60
20
20
F
60
25
10
G
60
30
5
H
60
35
0
Diambil 50 ml campuran pelarut, dilarutkan asam salsilat sebanyak 1 g ke dalam masing-masing campuran pelarut
Diaduk selama 1 jam dengan batang pengaduk.
Ditimbang berat awal kertas saring dan disaring endapan dengan menggunakan kertas saring
Dikeringkan kertas saring tadi di dalam oven pada suhu 40 oC
Setelah kering, kemudian ditimbang lagi
Dihitung berapa banyak asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
Diuat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.
Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
Dibuatlah 100 ml larutan tween 80, masing-masing dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%
Diambil 50 ml larutan tween 80 dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 1 g asam salisilat dan dimasukkan 1 g asam salisilat ke dalam masing-masing larutan.
Diaduk larutan selama 1 jam dengan batang pengaduk.
Disaring pada kertas saring yang sebelumnya ditimbang
Setelah itu kertas saring dikeringkan dalam oven, kemudian ditimbang lagi
Dihitung berapa banyak asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
Dbiuat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan. Ditentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pehitungan
Hasil
Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
Kelompok
Berat Awal
(As. Salisilat) (g)
Residu
(g)
As. Salisilat terlarut (g)
I
1
0.009
5555.555
II
1
0.051
980.392
Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
Pelarut
Berat Awal
(As. Salisilat) (g)
As. Salisilat terlarut (g)
A
1
0.347
B
1
0.474
C
1
0.942
D
1
0.622
E
1
0.469
F
1
0.693
G
1
0.714
H
1
0.768
Konstanta dieletrik pelarut campur
Pelarut
Air
Alkohol
Propilen glikol
Konstanta Dieletrik
A
48.24
0
12.8
61.04
B
48.24
1.21
11.2
60.65
C
48.24
2.43
9.6
60.27
D
48.24
3.64
8
59.88
E
48.24
4.84
6.4
59.48
F
48.24
7.29
3.2
58.73
G
48.24
8.50
1.6
58.34
H
48.24
9.72
0
57.96
Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
Pelarut
Konsetrasi (%)
Berat Awal
(As. Salisilat) (g)
As. Salisilat terlarut (g)
Tween 80
1
1
0.158
Tween 80
2
1
0.226
Tween 80
3
1
0.228
Tween 80
4
1
0.091
Tween 80
5
1
0.207
Perhitungan
Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
Kertas saring = 1,067
Kertas saring + Asam salisilat = 2,058 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 2,058 g – 1,067 g
= 0,991 g
= 1 – 0,991 = 0,009 g
Konstanta dieletrik pelarut campur
Air : Alkohol : Propilen Glikol
Pelarut A : 60 : 0 : 40
60
Air = x 80,4 = 48,24
100
0
Alkohol = x 24,3 = 0
100
40 12,8 +
Propilen Glikol = x 32 =
100 61,04
Pelarut B : 60 : 5 : 35
60
Air = x 80,4 = 48,24
100
5
Alkohol = x 24,3 = 1,21
100
35 11,2 +
Propilen Glikol = x 32 =
100 61,04
Pelarut C : 60 : 10 : 30
60
Air = x 80,4 = 48,24
100
10
Alkohol = x 24,3 = 2,43
100
30 9,6 +
Propilen Glikol = x 32 =
100 61,04
Pelarut D : 60 : 15 : 25
60
Air = x 80,4 = 48,24
100
15
Alkohol = x 24,3 = 3,64
100
25 8 +
Propilen Glikol = x 32 =
100 61,04
Pelarut E : 60 : 20 : 20
60
Air = x 80,4 = 48,24
100
20
Alkohol = x 24,3 = 4,84
100
20 6,4 +
Propilen Glikol = x 32 =
100 61,04
Pelarut F : 60 : 30 : 10
60
Air = x 80,4 = 48,24
100
30
Alkohol = x 24,3 = 7,29
100
10 3,2 +
Propilen Glikol = x 32 =
100 61,04
Pelarut G : 60 : 35 : 5
60
Air = x 80,4 = 48,24
100
35
Alkohol = x 24,3 = 8,5
100
5 1,6 +
Propilen Glikol = x 32 =
100 61,04
Pelarut H : 60 : 0 : 40
60
Air = x 80,4 = 48,24
100
0
Alkohol = x 24,3 = 9,72
100
40 0 +
Propilen Glikol = x 32 =
100 61,04
Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
Pelarut A
Kertas saring = 1,346 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,999 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,999 g – 1,346 g
= 0,653 g
= 1 – 0,653 = 0,347 g
Pelarut B
Kertas saring = 1,252 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,778 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,778 g – 1,252 g
= 0,526 g
= 1 – 0,526 = 0,474 g
Pelarut C
Kertas saring = 1,205 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,263 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,263 g – 1,205 g
= 0,058 g
= 1 – 0,058 = 0,942 g
Pelarut D
Kertas saring = 1,301 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,679 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,679 g – 1,301 g
= 0,378 g
= 1 – 0,378 = 0,622 g
Pelarut E
Kertas saring = 1,018 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,549 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,549 g – 1,018 g
= 0,531 g
= 1 – 0,531 = 0,469 g
Pelarut F
Kertas saring = 1,092 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,399 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,399 g – 1,092 g
= 0,307 g
= 1 – 0,307 = 0,693 g
Pelarut G
Kertas saring = 1,014 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,3 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,3 g – 1,014 g
= 0,286 g
= 1 – 0,286 = 0,714 g
Pelarut H
Kertas saring = 1,117 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,349 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,349 g – 1,117 g
= 0,232 g
= 1 – 0,232 = 0,768 g
Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
Tween 1 %
Kertas saring = 1,267 g
Kertas saring + Asam salisilat = 2,109 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 2,109 g – 1,267 g
= 0,842 g
= 1 – 0,842 = 0,158 g
Tween 2 %
Kertas saring = 1,225 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,999 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,999 g – 1,225 g
= 0,774 g
= 1 – 0,774 = 0,226 g
Tween 3 %
Kertas saring = 1,125 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,897 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,897 g – 1,125 g
= 0,772 g
= 1 – 0,772 = 0,228 g
Tween 4 %
Kertas saring = 1,051 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,960 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,960 g – 1,051 g
= 0,909 g
= 1 – 0,909 = 0,091 g
Tween 5 %
Kertas saring = 0,984 g
Kertas saring + Asam salisilat = 1,777 g
Asam salisilat = (Kertas saring + Asam salisilat) – Kertas saring
= 1,777 g – 0,984 g
= 0,793 g
= 1 – 0,793 = 0,207 g
c. Kurva
Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat
Pembahasan
Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan "cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya". Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.
Dalam menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif, 1 g asam salisilat dilarutkan dalam 50 ml air. Kemudian disaring endapan dengan menggunakan kertas saring. Dihitung berapa banyak asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
Dalam pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat, dibuat 100 ml campuran bahan pelarut air, alkohol, dan propilen glikol. Diambil 50 ml campuran pelarut dan dilarutkan asam salisilat sebanyak 1 g ke dalam masing-masing campuran pelarut. Kemudian disaring endapan dan dihitung berapa banyak asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan. Kemudian dibuat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik pelarut campur.
Dalam pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat, dimasukkan 1 gram asam salisilat ke dalam erlenmeyer. Dibuatlah 100 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. Diambil 50 ml larutan tween 80 untuk melarutkan 1 g asam salisilat. Kemudian disaring dan ditimbang. Setelah itu dihitung berapa banyak asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan dan dibuat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan. Ditentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80.
Setelah dilakukan percobaan, diperoleh kelarutan suatu zat secara kuantitatif, asam salisilat yang terlarut sebanyak 0,009 g. Dalam pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat yaitu asam salisilat yang terlarut dalam pelarut campur (Air, minyak, Alkohol), yaitu; Pelarut A = 0,947 g, pelarut B = 0,474 g pelarut, C = 0,942 g, pelarut D = 0,622 g, pelarut E = 0,469 g, pelarut F = 0,768 g, pelarut G = 0,714 g, pelarut H = 0,768 g. Sedangkan pada pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat, yaitu; pada tween 1% = 0,158 g, Tween 2% = 0,226 g, Tween 3% adalah 0,228 g, Tween 4% = 0,091 g, dan Tween 5% = 0,207 g.
Secara kuantitatif kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu, dimana dalam penentuan kelarutan zat secara kuantitatif, asam salisilat sebanyak 1g dalam 50 ml air yaitu sangat sukar larut atau melarut sebanyak 5555.
Pada pelarut campur, semakin tinggi nilai konstanta dielektrik maka kelarutan zat semakin meningkat, akan tetapi yang diperoleh dari hasil percobaan hasilnya tidak sesuai. Hal ini karena adanya faktor kesalahan dalam menimbang residu, salah dalam pengadukan, dan sebagainya. Semakin tinggi proses pengadukan, semakin tinggi tingkat kelarutannya. Pada penambahan ion sejenis, menurunkan tingkat kelarutan, sedangkan penambahan surfaktan meningkatkan kelarutan.
Pada pengaruh surfaktan, penambahan surfaktan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat, akan tetapi juga tidak sesuai dengan teori karena adanya faktor kesalahan yaitu kesalahan dalam pengadukan dan menimbang residu.
Asam salisilat termasuk senyawa non polar. Asam salisilat sukar larut dalam air. Untuk itu dalam percobaan ini dilakukan penambahan surfaktan (tween 80) untuk meningkatkan kelarutan asam salisilat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat, yaitu:
pH dan temperatur
Jenis pelarut dan adanya zat-zat lain
Bentuk dan ukuran partikel zat
Konstanta dielektrik pelarut
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu:
Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif,
Menerangkan factor factor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat, dan
Menjelaskan usaha-usaha suatu zat aktif dalam air dalam pembuatan sediaan cair
Adapun aplikasi kelarutan dalam bidang farmasi yaitu sebagai landasan teori dalam pembuatan larutan dan mengetahui usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kelarutan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
kelarutan suatu zat secara kuantitatif, asam salisilat yang terlarut sebanyak 0,009 g / 50ml, jadi kelarutan asam salisilat adalah 50 / 0,009 = 5555.55 bagian (sangat sukar larut)
Pada pelarut campur, semakin tinggi nilai konstanta dielektrik maka kelarutan zat semakin meningkat, akan tetapi yang diperoleh dari hasil percobaan, hasilnya tidak sesuai. Hal ini terjadi karena adanya faktor kesalahan, salah dalam menimbang residu, pengadukan yang tidak konstan, dan sebagainya
Pada pengaruh surfaktan, penambahan surfaktan akan meningkatkan kelarutan suatu zat, akan tetapi yang diperoleh dari hasil percobaan, hasilnya tidak sesuai. Hal ini terjadi karena adanya faktor kesalahan, salah dalam menimbang residu, pengadukan yang tidak konstan, dan sebagainya
Pada pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat, tidak terbentuk misel kritik (KMK) tween 80. Hal ini dapat dilihat dari grafik hasil percobaan.
Saran
Hendaknya alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum diperbanyak lagi
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howart C.,(1989),Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia, Jakarta
Anief, M., (2003), Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik, UGM-Press, Yogyakarta
Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta
R. Voight., (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima, Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Roth, Hermann, J., (1988), Analisis Farmasi , UGM-Press, Yogyakarta