BAGIAN ILMU KES.KULIT & KELAMIN
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
NOVEMBER 2014
UNIV. MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SELULITIS
OLEH : Elisa Vina Jayanti, S.Ked
PEMBIMBING : Dr.dr.Hj.Musyafirah, SpKK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:
Nama
: Elisa Vina Jayanti, S. Ked.
Stambuk
: 10542 0163 10
Judul
:
Selulitis
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan kulit dan kelamin Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, November 2014
Pembimbing
Dr.dr.Hj.Musyafirah,SpKK
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur saya panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahNya sehingga penulis
dapat
menyelesaikan tugas laporan kasus ini dengan baik dan lancar. Tak lupa penulis mengucap shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun kita kepada kebenaran dalam ajarannya. Penulisan laporan kasus ini yang berjudul Selulitis merupakan salah satu tugas yang diberikan di stase kulit dan kelamin pada program kepaniteraan klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Berbagai bentuk kesulitan yang penulis hadapi dalam pembuatan tugas ini tidak dapat dihadapi dan terlewati dengan mudah sehingga saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.dr.Hj.Musyafirah, SpKK. sebagai dosen pembimbing saya untuk tugas ini. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terutama teman sejawat untuk penyempurnaannya. Harapan penulis agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Elisa Vina Jayanti
BAB 1 PENDAHULUAN
Penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau oleh keduanya disebut pioderma. Penyebab utamanya ialah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemolyticus, sedangkan penghuni normal di kulit dan jarang menyerang infeksi. Faktor predisposisi pioderma adalah higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh, dan telah ada penyakit lain di kulit. Salah satu bentuk pioderma adalah selulitis yang akan dibahas pada laporan kasus.
Selulitis
merupakan
infeksi
bakterial
akut
pada
kulit.
Infeksi
Staphylococcus epidermidis merupakan yang terjadi menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun dan usia dekade keempat dan kelima. Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis seiring meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis kelamin. Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren) . Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau
jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis. Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat, sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis. (buku merah) Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas. Komplikasi jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis rekurens. Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat menjadi septikemia. Pada pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.000400.000). Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000 IU IM selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V 500 mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari. Pada selulitis karena H. Influenza diberikan Ampicilin untuk anak (3 bulan sampai 12 tahun) 100-200 mg/kg/d (150-300 mg), >12 tahun seperti dosis dewasa.
Berikut ini dilaporkan kasus selulitis pada seorang laki-laki berumur 41 tahun yang datang berobat di poliklinik Kulit dan Kelamin RS PELAMONIA tanggal 5 November 2014.
BAB II LAPORAN KASUS
Identitas Pasien Nama
: Tn. A
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Sungguminasa
Agama
: Islam
Pangkat
: LETKOL
Status perkawinan
: Sudah menikah
Tanggal masuk rumah sakit : 5 November 2014
Anamnesis
Keluhan utama
: Autoanamnesis
:
Timbul kemerahan didaerah perut disertai nyeri .
Anamnesis terpimpin : Timbul kemerahan didaerah perut dialami sejak kurang lebih 5 hari yang lalu. Awalnya muncul kemerahan kecil tapi lama-kelamaan kemerahan melebar dan muncul benjolan ditengah-tengah kemerahan terasa nyeri jika disentuh. Selain itu pasien juga mengeluh rasa tidak enak badan. Pasien mengaku keluhan ini baru dirasakan pertama kalinya.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien belum pernah mendapat sakit seperti ini.
Riwayat pernah melakukan operasi lipoma.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga yang pernah mengalami penyakit seperti ini.
Status Dermatologi :
Lokasi : Abdomen bagian atas umbilicus.
Ukuran : Plakat
Effloresensi : Makula eritematous,edema, Infiltrat difus, pinggiran tidak meninggi.
Abdomen ( samping umbilicus) : Tampak makula eritematous,infiltrat difus
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan darah rutin : Leukositosis
RESUME Seorang pasien laki-laki berumur 48 tahun datang ke Poli kulit-Kelamin dengan keluahn timbul kemerahan didaerah perut dialami sejak kurang lebih 5 hari yang lalu. Awalnya muncul kemerahan kecil tapi lama-kelamaan kemerahan melebar dan muncul benjolan ditengah-tengah kemerahan terasa nyeri jika disentuh. Selain itu pasien juga mengeluh rasa tidak enak badan. Pasien mengaku keluhan ini baru dirasakan pertama kalinya. Pada pemeriksaan status dermatologi didapatkan gambaran berupa Makula eritematous,edema, Infiltrat difus, pinggiran tidak meninggi.
Diagnosis Banding
:
Erisepelas
Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas disertai gejala konstitusi. Gejala konstitusi berupa demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialag epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena itu biasanya tempat predileksinya ditungkai bawah. Kelainan kulit yang utama ialah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggiran meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bulla. Pada pemeriksaan laboratoium didapatkan leukositosis. Jika tidak diobati akan menjalar kesekitarnya terutama ke proksimal. Kalau sering residif ditempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan maka pasien didiagnosis dengan : SELULITIS
Terapi yang diberikan pada pasien ini berupa :
IUVD RL
Antibiotik
Analgesik/antipiretik : Novalgin inj / 12 jam
Salep antibiotika
: Ceftriaxone inj / 12 jam
: Asam Fusidat krim 2 x aplikasi pada lesi yang
pecah
Prognosis :
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
Quo ad sanationam
: bonam
Edukasi Pasien Mengurangi aktivitas-aktivitas berat dan istirahat total. Makan makanan yang bergizi. Menjaga kebersihan tubuh.
BAB III PEMBAHASAN
Diagnosis selulitis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah seorang laki-laki berumur 48 tahun. Berdasarkan kepustakaan yang ada disebutkan bahwa selulitis dapat menyerang orang dewasa terutama pada usia dekade ke empat dan lima ,dan insiden pada laki-laki lebih besar dari pada wanita. Keluhan utama pada pasien ini adalah timnulnya kemerahan didaerah perut disertai nyeri. Mula-mula kemerahan tersebut berukuran lemah kecil tapi lama kelamaan bertambah besar, berbatas tidak jelas, terdapat edema dan muncul infiltrat ditengah-tengah kemerahan dan terasa nyeri jika ditekan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana disebutkan bahwa gambaran klinis umumnya ditandai dengan kemerahan dengan batas tidak jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat disekitar luka atau ulkus disertai demam dan lesu. Pada keadaan akut kadang-kadang timbul bulla. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan efektif dapat terjadi supurasi lokal ( flegmon, nekrosis atau gangren). Pada saat timbul kemerahan dan benjolan tersebut pasien merasa badannya demam, lemah badan dan nyeri tekan pada lesi. Berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa gejala prodromal berupa : malaise, demam, menggigil, anoreksia, dan berkembang dengan cepat sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Terdapat pula gejala nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar kesekitar lesi terutama keproksimal. Dari status dermaotologis yang didapati pada daerah abdomen tampak kemerahan yang tidak berbatas tegas, terdapat infiltrat dan pinggiran tidak meninggi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dikatakan bahwa diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat menjadi septikemia.
Selulitis dapat didiagnosis banding dengan erisipelas , namun pada saat pemeriksaan status dermatologis didapatkan kemerahan berbatas tegas dan ada pustul ditengah kemerahan, sedangkan pada erisipelas pada status dermatologis didapatkan eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas dan pinggiran meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek perjalanan penyakit dan mengurangi gejala klinis yang ada, karena penyakit ini disebabkan oleh bakteri maka perlu diterapi dengan obat antibiotik yaitu ceftriaxone injeksi/ 12 jam, hal ini dimaksudkan untuk menekan atau menghambat replikasi dari bakteri, diberikan /12 jam karena pada golongan obat sefalosporin khusunya ceftriaxone memiliki waktu paruh yang cukup panjang sekitar 12 jam, sehinggan pemberiannya dapat diberikan/12 jam. analgetik novalgin injeksi diberikan /12 jam,novalgin memilki kandungan metamizol dimana golongan ini baik karena mula kerjanya cepat sesudah 30-45 menit. Tapi pemakaian obat golongan ini harus hati-hati karena dapat menimbulkan kelainan darah, sehinggan penggunaan dosis tiap harinya tidak boleh lebih dari 3 gr/hari topikal yaitu asam fusidat 2 kali aplikasi/hari untuk lesi yang sudah pecah, digunakan obat ini sebagai obat topikal karena golongan obat ini cocok untuk bakteri gram positif seperti staphylococcus dan juga daya penetrasinya kedalam jaringan baik, antara lain jaringan lunak, tulang, sendi, mata, dan nanah. Pada pasien ini diberikan 2 kali sehari karena waktu paruh dari golongan obat ini sekitar 10-12 jam. Prognosis umumnya baik, bergantung pada kecepatan penanganan dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Pada pasien ini prognosis Quo ad vitam adalah bonam karena penyakit ini tidak mengancam jiwa, sebab dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi. Prognosis Quo ad functionam adalah bonam karena fungsi bagian tubuh yang terkena tidak terganggu. Prognosis Quo ad sanationam adalah bonam karena dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi prognosis yang baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2008 2. Morris, AD. 2008. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales, Cardiff, UK. 1708 3. Concheiro J, Loureiro M, González-Vilas D, et al. 2009. Erysipelas and cellulitis: a retrospective study of 122 cases. 4. Swartz MN. 2004. Cellulitis. New England Journal of Medicine. 5. Siregar RS. 2004. Atlas berwarna saripati penyakit kulit, 2th. Jakarta : EGC. 6. Wolff K, Johnson RA,2008. Fitspatricks: color atlas and synopsis of clinically dermatology. New York: McGrawHill. 7. James WD, Berger TG, Elston DM, Andrews diseases of the skin : clinical dermatology. Philadelphia, London, Toronto: WB saunders. Co, 8. Wolff Klaus, Lowell, Goldsmith, et all.2008. Fitzpatricks dermatology in general medicine. New York: McGrawHill. 9. Saputra Lyndon.2009. Kapita selekta kedokteran klinik. Tangerang : Binarupa Aksara. 10. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM. 2008. Lecture notes : Penyakit infeksi.edisi 6. Jakarta : Penerbit Erlangga. 11. Hoan Tjay T, Rahardja K. 2010. Obat-obat penting. Edisi 6. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 12. Burns, Tony et all. Rook’s Textbook of dermatology, Dalam : cellulitis.8th ed. Wiley Blackwell.