LAPORAN LAPORAN KASUS
KONJUNGTIVITIS KONJUNGTIVITIS VERNAL
Oleh: Roudhoh Lubis NIM: 1811901037
Pembimbing: dr. Alfida Yanti, Sp.M
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT MATA RSUD TENGKU RAFI’AN KABUPATEN SIAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU 2018
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur atas rahmat dan nikmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “KONJUNGTIVITIS VERNAL”. Laporan kasus ini diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti Kepanitraan Klinis Senior Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Tengku Rafi’an Kabupaten Siak Sri Indrapura. Dalam penyelesaian laporan kasus ini i ni penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak hingga akhirnya laporan kasus ini dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih kepada Dokter Pembimbing dr. Alfida Yanti, Sp.M dan segenap Staff Bagian RSUD Tengku Rafi’an Kabupaten Siak Sri Indrapura atas bimbing an dan pertolongannya selama menjalani Kepanitraan Klinis Senior Ilmu Penyakit Mata dan dapat menyelesaikan penulisan dan pembahasan laporan kasus ini. Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna, penulis memohon maaf atas segala kesalahan, sehingga kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan penulisan laporan kasus berikutnya.
Siak Sri Indrapura, 20 Oktober 2018 Penulis
Roudhoh Lubis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2 DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1
Anatomi konjungtiva ................................................................................... 5
2.2
Konjungtivitis .............................................................................................. 6
2.3
Konjungtivitis Vernal .................................................................................. 6 2.3.1
Definisi ............................................................................................ 6
2.3.2
Epidemiologi ................................................................................... 7
2.3.3 Etiologi ............................................................................................... 7 2.3.4 Klasifikasi ........................................................................................... 7 2.3.5 Patogenesis ......................................................................................... 8 2.3.6 Tanda dan gejala ............................................................................... 10 2.3.7 Diagnosis .......................................................................................... 10 2.3.8 Diagnosis banding ............................................................................ 11 2.3.9 Penatalaksanaan ................................................................................ 12 2.3.10 komplikasi ...................................................................................... 14 BAB III ILUSTRASI KASUS ........................................................................... 15 BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 18 BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN
Konjungtiva merupakan bagian dari mata yang berfungsi sebagai proteksi bagi mata terhadap benda-benda asing yang masuk. Dimana konjungtiva adalah mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan permukaan anterior mata. Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti, bakteri, virus, klamidia, alergi toksik seperti konjungtivitis vernal dan moluscum kontangiosum. Sedangkan
konjungtivitis
vernalis
(KV)
dikenal
juga
sebagai
“konjungtivitis musiman” atau “konjungtivits musim kemarau”, yang merupakan penyakit bilateral yang disebabkan oleh alergi, biasanya terjadi pada anak usia 510 tahun. Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas. Lebih dari sembilan puluh persen pasien KV memiliki riwayat atopi pada dirinya maupun anggota keluarganya. Patogenesis dan etiologi penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Beberapa peneliti menghubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. 1
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis dan transparan yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sclera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus.1 Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pasa formiks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episkera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di formiks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatanlipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. 1 Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet yang berfungsi membasahi bola mata terutama kornea. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva. 2
Gambar 1. Anatomi konjungtiva
5
2.2 Konjungtivitis a. Pengertian Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik. Peradangan konjungtiva atau konjungtivitis dapat terjadi pula karena asap, angin dan sinar.2 Tanda dan gejala umum pada konjungtivitis yaitu mata merah, terdapat kotoran pada mata, mata terasa panas seperti ada benda asing yang masuk, mata berair, kelopak mata lengket, penglihatan terganggu, serta mudah menular mengenai kedua mata. 2 b. Penyebab Konjungtivis
Penyebab dari konjungtivitis bermacam-macam yaitu bisa disebabkan karena bakteri, virus, infeksi klamidia, konjungtivitis alergi. Konjungtivitis bakteri biasanya disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus.
Sedangkan,
konjungtivitis virus paling sering disebabkan oleh adenovirus dan penyebab yang lain yaitu organisme Coxsackie dan Pikornavirus namun sangat jarang. Penyebab konjungtivis lainnya yaitu infeksi klamidia, yang
disebabkan
oleh
organisme
Chlamydia
trachomatis.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi diperantai oleh IgE terhadap allergen yang umumnya disebabkan oleh bahan kimia. 2 2.3 Konjungtivitis Vernal 2.3.1 Definisi
Konjungtivitis
vernal
merupakan
konjungtivitis
akibat
reaksi
hipersensitivitas tipe I dan hipersensitivitas tipe IV yang mengenai kedua mata dan
6
bersifat rekuren, gejalanya berupa ditemukan papil besar dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal, rasa gatal berat, terdapat sekret gelatin yang mengandung eosinofil atau granula eosinofil .1 2.3.2 Epidemiologi
Konjungtivitis vernal sering terjadi pada laki-laki pada usia 5-10 tahun, meskipun perbedaan jenis kelamin ini kurang absolut dalam iklim tropis. Di daerah beriklim sedang, 45% -75% pasien dengan konjuntivitis vernal memiliki riwayat atopi. 1 2.3.3 Etiologi
Konjungtivitis vernal sering terjadi pada orang-orang dengan riwayat alergi keluarga yang kuat. Termasuk rinitis alergi, asma, dan eksim. Ini paling sering terjadi pada laki-laki usia 3-25 tahun, dan paling sering terjadi selama musim semi dan musim panas.1 2.3.4 Klasifikasi
Berdasarkan klinis terdapat dua tipe konjungtivitis vernal yaitu: 1. Konjungtivitis bentuk palpebral Pada tipe ini terutama mengenai konjungtiva tarsal superior, terdapat pertumbuhan papil yang besar (cobble stone) yang diliputi sekred mukoid. Konjungtiva tarsal hiperemi dan edema, dengan kelainan kornea lebih berat dibandingkan bentuk limbal. Secara klinik papil besar ini tampak sebagai tonjolan berbentuk poligonal dengan permukaan yang rata dan den gan kapiler ditengahnya.2
7
Gambar 2. Tampilan cobblestone
2. Konjungtivitis bentuk limbal Pada tipe ini terdapat hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan bercak Trantas dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil dibagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus dengan sedikit eosinofil. 2
Gambar 3. Tampilan trantas dots 2.3.5 Patogenesis
Patogenesis terjadinya kelainan ini belum diketahui secara jelas, tapi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas pada mata. Reaksi hipersensitivitas tipe I merupakan dasar utama terjadinya proses inflamasi pada KV. 3 Pemeriksaan histopatologik dari lesi di konjungtiva menunjukkan peningkatan sel mast, eosinofil
8
dan limfosit pada subepitel dan epitel. Dalam perjalanan penyakitnya, infiltrasi sel dan penumpukan kolagen akan membentuk papil raksasa. Penemuan ini menjelaskan bahwa KV bukan murni disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I fase cepat, melainkan merupakan kombinasi tipe I dan IV. 4 Bonini dkk, menemukan bahwa hiperreaktivitas non spesifik juga mempunyai peran dalam KV. Faktor lain yang berperan adalah aktivitas mediator non Ig E oleh sel mast. 5 Reaksi hipersensitivitas tipe I dimulai dengan terbentuknya antibodi IgE spesifik terhadap antigen bila seseorang terpapar pada antigen tersebut. Antibodi IgE berperan sebagai homositotropik yang mudah berikatan dengan sel mast dan sel basofil. Ikatan antigen dengan antibodi IgE ini pada permukaan sel mast dan basofil akan menyebabkan terjadinya degranulasi dan dilepaskannya mediator-mediator kimia seperti histamin, slow reacting substance of anaphylaxis, bradikinin, serotonin , eosinophil chemotactic factor, dan faktor-faktor agregasi trombosit. Histamin adalah mediator yang berperan penting, yang mengakibatkan efek vasodilatasi, eksudasi dan hipersekresi pada mata. Keadaan ini ditandai dengan gejala seperti mata gatal, merah, edema, berair, rasa seperti terbakar dan terdapat sekret yg bersifat mukoid.5 Terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe I fase lambat mempunyai karakteristik,
yaitu dengan adanya ikatan antara antigen dengan IgE pada
permukaan sel mast, maka mediator kimia yang terbentuk kemudian akan dilepaskan seperti histamin, leukotrien C 4 dan derivat-derivat eosinofil yang dapat menyebabkan inflamasi di jaringan konjungtiva. 5 Reaksi hipersensitivitas tipe IV, terjadi karena sel limfosit T yang telah tersensitisas i bereaksi secara spesifik dengan suatu antigen tertentu, sehingga menimbulkan reaksi imun dengan manifestasi infiltrasi limfosit dan monosit (makrofag) serta menimbulkan indurasi jaringan pada daerah tersebut.5 Setelah paparan dengan alergen, jaringan konjungtiva akan diinfiltrasi oleh limfosit, sel plasma, eosinofil dan basofil. Bila penyakit semakin berat, banyak sel limfosit akan terakumulasi dan terjadi sintesis kolagen baru sehingga timbul nodul-nodul yang besar pada lempeng tarsal. 5 Aktivasi sel mast tidak hanya disebabkan oleh ikatan alergen IgE, tetapi dapat juga disebabkan oleh anafilatoksin, IL-3 dan IL-5 yang dikeluarkan oleh sel limfosit. Selanjutnya mediator tersebut dapat secara langsung mengaktivasi sel mast tanpa melalui ikatan
9
alergen IgE.5 Reaksi hiperreaktivitas konjungtiva selain disebabkan oleh rangsangan spesifik, dapat pula disebabkan oleh rangsangan non spesifik, misal rangsangan panas sinar matahari, angin. 6 2.3.6 Tanda dan Gejala
Gejala klinis utama adalah rasa gatal yang terus menerus pada mata, mata sering berair, rasa terbakar atau seperti ada benda asing di mata.7 Gejala lainnya fotofobia, ptosis, sekret mata berbentuk mukus seperti benang tebal berwarna hijau atau kuning tua. 8 KV dapat terjadi pada konjungtiva tarsalis atau limbus, atau terjadi bersamaan dengan dominasi pada salah satu tempat tersebut. Pada konjungtiva tarsalis superior dapat dijumpai gambaran papil cobblestone yang menyerupai gambaran mozaik atau hipertrofi papil. Sedangkan pada limbus dijumpai satu atau lebih papil berwarna putih yang disebut sebagai trantas dots, yaitu terdiri dari tumpukan sel-sel eosinofil.4-6,9 Apabila penyakit meluas sampai kornea, disebut sebagai keratokonjungtivitis vernalis (KKV) dan digolongkan ke dalam penyakit yang lebih berat, karena dapat menyebabkan penurunan visus. 6
2.3.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang ditelit i mengenai keluhan pasien dan riwayat terdahulu, selanjutnya diagnosis ditegakkan sesuai dengan gejala dan tanda klinis serta hasil pemeriksaan mata. dapat juga dilakukan pemeriksaan kerokan konjungtiva untuk menilai gambaran sitologi yaitu banyak eosinofil dan granula-granula bebas eosinofilik, basofil dan basofilik bebas dan bisa juga dilakukan skin test untuk melihat Hasil uji kulit positif menunjukkan bahwa pasien telah mengalami sensitisasi dengan alergen tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan IgE spesifik untuk memastikan penyebab KVnya.
10
2.3.8 Diagnosis banding2
Pemban-
Konjungtivitis
Konjungti-vitis
vernal
folikularis
Gambaran
Nodul lebar datar
Penonjolan
lesi
dalam
ding
susunan
merah muda,
bercak
merah
bertaburan
pucat dan
dengan bintik putih-kuning
konjungtiva tarsalis
tersusun teratur
(folikel trakoma). Pada kasus
superior
seperti deretan
lanjut di konjungtiva tarsal
“beads”
granula (menyerupai butir
dan
lapisan susu. Ukuran
Penonjolan
lesi
tipe
lokasi lesi
kasus dini papula kecil atau
“cobble stone” pada
inferior, diselimuti
dan
Trakoma
sagu) dan parut. besar
tarsus
atau
palpebral;
Penonjolan kecil
Penonjolan
terutama
konjungtiva tarsal superior
konjungtiva
dan
kornea-pannus.
konjungtiva
tarsus
tarsalis
terlibat,
fornix
dan
fornix
inferior
tarsus
bebas. Tipe
limbus
atau
bulbus;
limbus
terlibat
fornix
inferior
lipatan
besar
lesi
retrotarsal
tidak terlibat
bebas, konjungtiva tarsus bebas (tipe campuran
lazim),
tarsus tidak terlibat. Tipe
Bergetah,
sekresi
seperti susu
bertali
Mucoid purulent
atau
Kotoran air berbusa atau “frothy” pada stadium lanjut
11
Pulasan
Eosinofil
Kerokan
karakteristik
dan
konstan pada sekresi
tidak
Kerokan
epitel
dari
dan
kornea
karakteristik
konjungtiva
(Koch-Weeks,
memperlihatkan
Morax-Axenfeld,
proliferasi, inklusi seluler.
ekfoliasi,
mikrokokus kataralis stafilokokkus,pe numokokkus) Penyulit
Kornea:
atau sekuele
ifiltrasi
Kornea : ulkus
Kornea : pannus, kekeruhan
kornea (tipe limbal)
kornea
kornea, xerosis kornea
Palpebra:
Palpebra
pseudoptosis
pada
tipe tarsal
:
Konjungtiva : simblefaron
blepharitis,
Palpebra:
ektropion
atau
ektropion
entropion dan trikiasis.
2.3.9 Tatalaksana
karena konjungtivitis vernalisis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek,
berbahaya
jika
dipakai
jangka
panjang.
Penatalaksanaan
konjungtivitisvernalisis berdasarkan luasnya symptom yang muncul dan durasinya, yaitu:1 1. Terapi Non-medikamentosa Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa edukasi yang dapat diberikan antara lain: -
Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan katarak
-
Menghindari
daerah
berangin
kencang
yang
biasanya
juga
membawa serbuksari
12
-
Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan alergen di udara terbuka.
-
Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi allergen
-
Kompres dingin di daerah mata
-
Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata jugaber fungsi protektif karena membantu menghalau allergen
-
Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut sebagai climato-therapy.
2. Terapi Medikamentosa Untuk terapi topikal dapat diberikan terapi medikamentosa yakni: -
anti alergi dan vasokonstriksi mata (vernacel) 4x/hari
-
asam chromoglicate tetes mata (Conver) 4x/hari
-
steroid tetes mata (Xitrol, Tobroson) 4x/hari Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti
prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason fosfat 2 – 3 tablet 4kali sehari selama 1-2 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan pemakaian
preparat
steroid
adalah “gunakan
dosis
serendah
mungkin dan sesingkat mungkin”. Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis. 3. Terapi Bedah Terapi pembedahan exterpasi cobblestone apabila terdapat cobblestone yang besar dan mengganggu. Namun, terapi ini kini sudah ditinggalkan
13
mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi.
2.3.10 Komplikasi dan Prognosis
Pada konjungtivitis vernal dapat menyebabkan keratitis jika tidak ditatalaksana dengan baik. Prognosisnya baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan. Tetapi dapat terus berlanjut dari waktu ke waktu dan akan semakin memburuk seklama musim-musim tertentu.1,6
14
BAB III ILUSTRASI KASUS I.
IDENTITAS
Nama
: An. M
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 10 tahun
Alamat
:-
Agama
: islam
Pekerjaan
: pelajar
Masuk Rumah Sakit
: Kamis, 18/10/2018
Nomor Rekam Medis
: 027973
ANAMNESIS TANGGAL : 18/10/2018 jam 11:58 WIB (diberikan oleh anak dan i bu)
II.
KELUHAN UTAMA: Mata merah dan gatal pada mata kiri dan kanan
sejak 2 minggu yang lalu. III.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
: Awalnya anak bermain
bola diluar rumah dan terasa pasir atau debu masuk ke dalam mata dan setelah kejadian tersebut anak mengeluhkan mata merah dan gatal dirasakan dari 2 minggu yang lalu, disertai rasa mengganjal, mata perih, berair dan silau. Tidak ada yang memperberat keluhan dan yang memperingan keluhan anak, ibu memberikan insto 2 x 1 hari kadang sekali sehari dan mata merah berkurang namun mata terasa mengganjal tidak berkurang. mempunyai riwayat alergi terhadap telur ayam, riwayat mengucek mata (+) dan suka bermain diluar rumah.
15
IV.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU: pernah mengalami mata merah 2
minggu yang lalu
V.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA: keluarga tidak ada mengalami
hal serupa namun adek pasien mempunyai riwayat alergi dan asma VI.
RIWAYAT GIZI: makan teratur 3 x dalam sehari. Suka sayur dan buah.
VII.
STATUS PRESENT Keadaan Umum
: Baik
Gizi
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital
:-
Visus
: VOD 6/6 VOS 6/6
VIII. STATUS LOKALIS
Bulbus Okuli
Okuli Dekstra (OD)
Okuli Sinistra
Gerakan bola mata normal + Enoftalmus Eksoftalmus Strabismus
Gerakan bola mata normal + Enoftalmus Eksoftalmus Strabismus
Pemeriksaan Slit Lamp Palpebra
Konjungtiva
Palpebra superior Edema Hiperemis (+) Enteropion Ekteropion
Palpebra superior Edema Hiperemis (+) Enteropion Ekteropion
Palpebra Inferior Edema Hiperemis (+) Enteropion Ekteropion Hiperemis (+) Injeksi konjungtiva Injeksi silier
Palpebra Inferior Edema Hiperemis (+) Enteropion Ekteropion Hiperemis (+) Injeksi konjungtiva Injeksi silier
16
Sekret Subkonjungtiva bleeding Terdapat papil (+) Tidak Ikterik
Sekret Subkonjungtiva bleeding Terdapat papil (+) Tidak Ikterik
COA
Intak Sikatriks Infiltrat Keratik presifitat Sedang
Intak Sikatriks Infiltrat Keratik presifitat Sedang
Iris
Regular
Regular
Pupil
Bulat + Refleks cahaya + Sinekia Jernih
Bulat + Refleks cahaya + Sinekia Jernih
Sklera Kornea
Lensa
IX.
PEMERIKSAAN PENUNJANG: tidak dilakukan pemeriksaan
X.
DIAGNOSA : konjungtivitis vernal
Diagnosa
Diagnosa Banding: konjungtivitis vernal
Trachoma Konjungtivitis folikularis XI.
TERAPI
Polidemisin (antibiotic+steroid) 4 x 1 ODS
Conver 2% (chomoglicate sodium) 4 x 1 ODS
Lubrikan 4 x 1 ODS
XII.
MASALAH
Aktif: mata merah, gatal, mengganjal, berair dan silau Pasif: Tidak ada keluhan pasif XIII. SARAN KEPADA PASIEN
Mengurangi perilaku mengucek mata
Mengompres mata dengan air dingin jika terasa gatal
17
Mengurangi kegiatan diluar rumah BAB IV PEMBAHASAN
A. Anamnesis
Pada kasus ini, pasien datang ke RSUD tengku rafi’an kabupaten siak sri indrapura dengan keluhan utama mata merah dan gatal sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya anak bermain bola diluar rumah dan terasa pasir atau debu masuk ke dalam mata dan setelah kejadian tersebut anak mengeluhkan mata merah dan gatal dirasakan dari 2 minggu yang lalu, disertai rasa mengganjal, mata perih, berair dan silau. Tidak ada yang memperberat keluhan dan yang memperingan keluhan anak, ibu memberikan insto 2 x 1 hari kadang sekali sehari dan mata merah berkurang namun mata terasa mengganjal tidak berkurang. mempunyai riwayat alergi terhadap telur ayam, riwayat mengucek mata (+) dan suka bermain diluar rumah. Pada status optalmologis ditemukan papil pada konjungtiva tarsal superior ODS dari anamesis dan status optalmologis penyakit pasien bisa didiagnosis dengan konjungtivitis vernal. B. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, namun untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan adalah
Pemeriksaan laboratorium, jika hasil laboratorium menunjukkan peningkatan hitung eosinofil total > 300/mm3. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mempunyai riwayat atopi
Skin test Hasil uji kulit positif menunjukkan bahwa pasien telah mengalami sensitisasi dengan allergen
IgE spesifik pemeriksaan IgE spesifik untuk memastikan penyebab KVnya
Kerokan konjungtiva bila dijumpai > 2 sel eosinofil dengan pembesaran lensa objektif 40x.
18
C. Terapi
Untuk terapi yang diberikan kepada pasien sudah sesuai dengan yang diberikan oleh dokter. D. PROGNOSIS
Ad vitam
: Bonam
Ad functionam
: Bonam
Ad sanationam
: Bonam
19
BAB V PENUTUP
Konjungtivitis merupakan peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. konjungtivitis dibagi berdasarkan penyebabnya seperti konjungtivitis bakteri, konjungtivitis viral, konjungtivitis klamidia, dan konjungtivitis alegika, yang termasuk didalamnya terdapat konjungtivitis vernal. Konjuntivitis vernal adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren, gejalanya berupa ditemukan papil besar dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal, rasa gatal berat, terdapat sekret gelatin yang mengandung eosinofil atau granula eosinofil, mata berair, keluar sekret, iritasi, kemerahan, blepharospasme, dan fotofobia bisa sangat parah. Penyebab konjungtivitis vernal sering terjadi pada orang-orang dengan riwayat alergi keluarga yang kuat. Termasuk rinitis alergi, asma, dan eksim. Konjungtivitis vernal paling sering terjadi pada laki-laki usia 3-25 tahun, dan paling sering terjadi selama musim semi dan musim panas. Pada umumnya konjungtivitis vernal dapat sembuh sendiri, tetapi gejala terlalu berat dibutuhkan pengobatan secara benar. Jika pengobatan tidak benar maka akan menyebabkan komplikasi.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan & Asbury. 2009. Oftalmologi Umum (General Oftalmology). Edisi 17. Jakarta: EGC 2. Ilyas & Sri. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi V. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 3. Allansmith MR. Vernal conjungtivitis. Dalam: Tasman W, Jaeger EA, penyunting. Duane’s Clinical Ophthalmology. Philadelphia: Lippincott Ra-Ven, 1997. h. 1-8. 4. Shumway., C., L. & Wade., M. 2018. Anatomy, Head and Neck, Eye Conjunctiva. Diunduh dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519502/ 5. Bielory L. Allergic and immunology disorders of the eye. Part II: ocular allergy.J Allergy Clin Immunol 2000; 106:805-16. 6. Crause., C., L. 2016. Vernal Ceratoconjungtivitis. Diunduh dari: https://www.aao.org/disease-review/vernal-keratoconjunctivitis-5 7. Lusby.,
F.,
W.
2018.
Vernal
Conjunctivitis.
Diunduh
dari:
https://medlineplus.gov/ency/article/001390.htm 8. Thomas J, dkk. 2005-2006. External Disease And Cornea Section 8. USA; American Academy of Ophtalmology 9. Smedt.,
S.,D.
Wildner.,S.
Kestelyn.,
P.
2012.
Vernal
Ceratoconjungtivitis. Diunduh dari: https://bjo.bmj.com/content/97/1/9
21