REFERAT KONJUNGTIVITIS KONJUNGTIVITIS VERNAL
Oleh: Primarini Kusuma D. A.
11.!".!1#
Pem$im$in%: &r. Dian'inia( S). *
KEPANITERAAN KLINIK IL*U PEN+A P EN+AKIT KIT *ATA RU*A, SAKIT U*U* DAERA, SOREANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS +ARSI JAKARTA !1-
1
A I PENDA,ULUAN
1.1
La'ar ela/an%
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asi ng, misalnya kontak lensa. 10 Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Merupakan reaksi antibodi humoral terhadap alergen. Biasanya dengan ria yat atopi. 1 Konjungtivitis alergi biasanya mengenai kedua mata. !andanya, selain mata berarna merah, mata juga akan terasa gatal. "atal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. 10 Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan #mast sel$ yang melepaskan senyaa kimia #mediator$ dalam merespon terhadap berbagai rangsangan #seperti serbuk sari atau debu tungau$. Mediator ini menyebabkan radang pada mata, yang mungkin sebentar atau bertahan lama. %ekitar &0' dari orang memiliki tingkat konjungtivitis
alergi.(
Konjungtivitis alergi yang musiman dan yang berkelanjutan adalah jenis yang paling sering dari reaksi alergi pada mata. Konjungtivitis alergi yang musiman sering disebabkan oleh serbuk sari pohon atau rumput, oleh karenanya jenis ini timbul khususnya pada musim semi atau aala musim panas. %erbuk sari gulma bertanggung jaab pada gejala alergi mata merah pada musim panas dan aal musim gugur. )lergi mata merah yang berkelanjutan terjadi sepanjang tahun* paling sering disebabkan oleh tungau debu, bulu hean, dan bulu unggas. ( Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang lebih serius dimana penyebabnya tidak diketahui. Kondisi paling sering terjadi pada anak laki+laki, khususnya yang berumur kurang dari 10 tahun yang memiliki eksema, asma, atau alergi musiman. Konjungtivitis vernal biasanya kambuh setiap musim semi dan hilang pada musim gugur dan musim dingin. Banyak anak tidak mengalaminya lagi pada umur deasa muda. ( Penyebaran konjungtivitis vernal merata di dunia, terdapat sekitar 0,1' hingga 0,(' pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas #misalnya di talia, -unani, srael, dan sebagian )merika %elatan$ daripada iklim dingin #seperti )merika %erikat, %edia, usia dan /erman$. 2
mumnya terdapat riayat keluarga yang bersifat alergi atopik #turunan$. Kami menemukan baha (' pasien kami yang menderita konjungtivitis vernal memiliki satu atau lebih sanak keluarga setingkat yang memiliki penyakit turunan #misalnya asma, demam rumput, iritasi kulit turunan atau alergi selaput lendir hidung permanen$. Penyakit+penyakit turunan ini umumnya ditemukan pada pasien itu sendiri. 2alam koleksi kami, 13 dari 43 pasien memiliki satu atau lebih dari empat penyakit turunan utama. %emua penelitian tentang penyakit ini melaporkan baha biasanya kondisi akan memburuk pada musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah mengapa dinamakan konjungtivitis 5vernal5 #atau musim semi$.
A II TINJAUAN PUSTAKA 3
!.1
Ana'0mi Fisi0l0%i K0n2un%'i3a
Konjungtiva
adalah membran mukosa yang
transparan dan
tipis
yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata #konjungtiva palpebralis$ dan permukaan anterior sklera #konjungtiva bulbaris$. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak #persambungan mukokutan$ dan dengan epitel kornea limbus. & Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu 6
Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.
Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di baahnya.
Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan
jaringan di baahnya sehingga bola mata mudah bergerak. 1
"ambar 1. )natomi Konjungtiva 11
%ecara histologis, konjungtiva terdiri atas lapisan 6
7apisan epitel konjungtiva, terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superficial dan basal. 7apisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karankula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel+sel epitel skuamosa.
4
%el+sel epitel supercial, mengandung sel+sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. %el+sel epitel basal berarna lebih pekat daripada sel+sel superficial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen.
%troma konjungtiva, dibagi menjadi 6
7apisan adenoid #superficial$ 7apisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. 7apisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur & atau 4 bulan. 8al ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler.
7apisan fibrosa #profundus$ 7apisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. 8al ini menjelaskan gambaran reksi papiler pada radang konjungitiva. 7apisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.
Kelenjar air mata asesori #kelenjar Krause dan olfring$, yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. %ebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas, dan sedikit ada di forniks baah. Kelenjar olfring terletak ditepi atas tarsus atas. &
!.!
De4inisi
Konjungtivitis vernal adalah peradangan konjungtiva bilateral dan berulang #recurrence$ yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi. Penyakit ini juga dikenal sebagai 9catarrh musim semi5 dan 9konjungtivitis musiman5 atau 9konjungtivitis musim kemarau5. %ering terdapat pada musim panas di negeri dengan empat musim, atau sepanjang tahun di negeri tropis #panas$. &,:
!.5
E'i0l0%i &an Pre&is)0sisi
Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe yang mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang dengan riayat keluarga yang kuat alergi. :,; Mengenai pasien usia muda 4+&( tahun dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki+laki mulai pada usia dibaah 10 tahun. Penderita konjungtivitis vernal sering menunjukkan gejala+gejala alergi terhadap tepung sari rumput+rumputan. 1 eaksi hipersentsitivitas memiliki < tipe reaksi seperti berikut6 !ipe 6 eaksi )nafilaksi 5
2i sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan antibodi, dalam
hal ini
g= yang terikat pada sel mast atau sel basofil dengan akibat terlepasnya histamin. Keadaan ini menimbulkan reaksi tipe cepat. !ipe 6 reaksi sitotoksik 2i sini antigen terikat pada sel sasaran. )ntibodi dalam hal ini g= dan gM dengan
adanya
komplemen
akan
diberikan
dengan
antigen,
sehingga
dapat
mengakibatkan hancurnya sel tersebut. eaksi ini merupakan reaksi yang cepat menurut %molin #13;$, reaksi allografi dan ulkus Mooren merupakan reaksi jenis ini. !ipe 6 reaksi imun kompleks 2i sini antibodi berikatan dengan antigen dan komplemen membentuk kompleks imun. Keadaan ini menimbulkan neurotrophichemotactic factor yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan atau kerusakan lokal. Pada umumnya terjadi pada pembuluh darah kecil. Pengejaantahannya di kornea dapat berupa keratitis herpes simpleks, keratitis karena bakteri.#stafilokok, pseudomonas$ dan jamur. eaksi demikian juga terjadi pada keratitis 8erpes simpleks. !ipe > 6 eaksi tipe lambat Pada reaksi hipersensitivitas tipe , dan yang berperan adalah antibodi #imunitas humoral$, sedangkan pada tipe > yang berperan adalah limfosit ! atau dikenal sebagai imunitas seluler. 7imfosit ! peka # sensitized T lymphocyte$ bereaksi dengan antigen, dan menyebabkan terlepasnya mediator #limfokin$ yang jumpai pada reaksi penolakan pasca keratoplasti, keraton+ jungtivitis flikten, keratitis 8erpes simpleks dan keratitis diskiformis. 1<
!.-
*ani4es'asi Klinis
"ejala yang mendasar adalah rasa gatal, manifestasi lain yang menyertai meliputi mata berair, sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar, dan perasaan seolah ada benda asing yang masuk. Penyakit ini cukup menyusahkan, muncul berulang, dan sangat membebani aktivitas penderita sehingga menyebabkan ia tidak dapat beraktivitas normal.
!erdapat dua bentuk klinik, yaitu 6 •
en'u/ )al)e$ra, terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. !erdapat
pertumbuhan papil yang besar #cobble stone$ yang diliputi sekret yang mukoid. Konjungtiva tarsal baah hiperemi dan edema, dengan kelainan kornea lebih berat dibanding bentuk limbal. %ecara klinik papil besar ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata dan dengan kapiler ditengahnya.
6
"ambar &. Konjungtivitis vernal bentuk palpebral 1&
•
en'u/ lim$al, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk
jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.1
"ambar 4. Konjungtivitis vernal bentuk limbal 14
!.6
Pa'04isi0l0%i
Pada bentuk palpebral, jaringan epitel membesar pada beberapa area dan menular ke area lainnya. Kadangkala, eosinofil #arna kemerahan$ tampak kuat di antara sel+sel jaringan epitel. Perubahan yang menonjol dan parah terjadi pada substansi propria #jaringan urat$. Pada tahap aal jaringan terinfiltrasi dengan limfosit, sel plasma, eosinofil, dan basofil. %ejalan dengan perkembangan penyakit, semakin banyak sel yang berakumulasi dan kolagen baru terbentuk, sehingga menghasilkan bongkol+bongkol 7
besar pada jaringan yang timbul dari lempeng tarsal. !erkait dengan perubahan+ perubahan tersebut adalah adanya pembentukan pembuluh darah baru dalam jumlah yang banyak. Peningkatan jumlah kolagen berlangsung cepat dan menyolok. Pada bentuk limbal terdapat perubahan yang sama, yaitu6 perkembang biakan jaringan ikat, peningkatan jumlah kolagen, dan infiltrasi sel plasma, limfosit, eosinofil dan basofil ke dalam stroma. Penggunaan jaringan yang dilapisi plastik yang ditampilkan melalui mikroskopi cahaya dan elektron dapat memungkinkan beberapa observasi tambahan. Basofil sebagai ciri tetap dari penyakit ini, tampak dalam jaringan epitel sebagaimana juga pada substansi propria. ?alaupun sebagian besar sel merupakan komponen normal dari substansi propia, namun tidak terdapat jaringan epitel konjungtiva normal. ?alaupun
karakteristik
klinis
dan
patologi
konjungtivitis
vernal
telah
digambarkan secara luas, namun patogenesis spesifik masih belum dikenali.
!.7 Dia%n0sis
2iagnosis konjungtivitis vernalis ditegakan berdasarkan 6 + "ejala klinis 1,&,<, Keluhan utama adalah gatal yang menetap, disertai oleh gejala fotofobia, berair dan rasa mengganjal pada kedua mata. )danya gambaran spesifik pada konjungivitis ini disebabkan oleh hiperplasi jaringan konjungtiva di daerah tarsal, daerah limbus atau keduanya. %elanjutnya gambaran yang tampak akan sesuai dengan perkembangan penyakit yang memiliki bentuk yaitu palpebral ataupun bentuk limbal. Bentuk palpebral hamper terbatas pada konjungtiva tarsalis superior dan terdapat cobble stone. ni banyak terjadi pada anak yang lebih besar. @obble stone ini dapat demikian berat sehingga timbul pseudoptosis. Bentuk limbal disertai hipertrofi limbus yang dapat disertai bintik+ bintik yang sedikit menonjol keputihan dikenal sebagai 8orner+ !rantas dotAs. ni banyak terjadi pada anak+ anak yang
lebih
kecil.
Penebalan
konjungtiva
palpebra
superior
akan
menghasilkan
pseudomembran yang pekat dan lengket, yang mungkin bias dilepaskan tanpa timbul perdarahan. =ksudat konjungtiva sangat spesifik, berarna putih susu kental, lengket, elastic dan fibrinous. Peningkatan sekresi mucus yang kental dan adanya peningkatan jumlah asam
8
hyaluronat, mengakibatkan eksudat menjadi lengket. 8al ini memberikan keluhan adanya sensasi seperti ada tali atau cacing pada matan ya.
+ Pemeriksaan 7aboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untk mempelajari gambaran sitologi. 8asil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula+ granula bebas eosinofilik. 2i samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas.
!.8 Dia%n0sis an&in% 1
2iagnosis banding pada umumnya tidak sulit, kecuali yang dihadapi penderita deasa muda, karena mungkin suatu konjungtivitis atopik. Kelainan mata pada konjungtivitis atopik berupa kelopak mata yang tebal, likenisasi, konjungtiva hiperemi dan kemosis disertai papil+ papil di konjungtiva tarsalis inferior. Kadang+ kadang papil ini bias besar mirip cobble stone dan dapat dijumpai pada konjungtiva tarsalis superior. !rantas dotAs juga bias dijumpai pada konjungtivitis atopik meskipun tidak sesering pada konjungtivitis vernalis. %elain konjungtivitis atopik, perlu juga dipikirkan kemungkinan adanya "iant Papillary conjungtivitis pada pemakaian lensa kontak, baik yang hard maupun yang soft. "ejalanya mulai dengan gatal disertai banyak mucus serta timbulnya atau ditemukannya papil raksasa di knjungtiva tarsalis superior. Kelainan ini dapat timbul baik satu minggu sesudah pemakaian lensa kontak maupun setelah lama pemakaian. Pada kelainan ini tidak ada pengaruh musim. Pemeriksaan sitologi hanya menunjukkan sedikit eosinofil. 2engan dilepasnya kontak lens, gejala+ gejalanya akan berkurang. Konjungtivitis vernalis kadang+ kadang perlu di diagnosis banding dengan trachoma stadium yang disertai folikel+ folikel yang besar mirip cobble stone.
!.#
Pemeri/saan Penun2an%
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan "iemsa terdapat banyak eosinofil dan granula eosinofilik bebas. 3 Pada pemeriksaan darah ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar serum g=.4
9
Pada konjungtivitis vernal, terdapat sebagian besar sel yang secara rutin tampak dalam jaringan epitel. Pengaetan yang lebih baik adalah menggunakan glutaraldehyde, lapisan plastik, dan ditampilkan pada media sehingga dapat memungkinkan untuk menghitung jumlah sel ukuran 1µ berdasarkan jenis dan lokasinya. /umlah rata+rata sel per kubik milimeter tidak melampaui jumlah normal. 2iperkirakan baha peradangan sel secara maksimum seringkali berada dalam kondisi konjungtiva normal. /adi, untuk mengakomodasi lebih banyak sel dalam proses peradangan konjungtivitis vernal, maka jaringan akan membesar dengan cara peningkatan jumlah kolagen dan pembuluh darah. /aringan tarsal atas yang abnormal ditemukan dari empat pasien konjungtivitis vernal yang terkontaminasi dengan at imun, yaitu6 dua dari empat pasien mengandung spesimen g)+, g"+, dan g=+ secara berlebih yang akhirnya membentuk sel plasma. %el+sel tersebut tidak ditemukan pada konjungtiva normal dari dua pasien lainnya. Kandungan g= pada air mata yang diambil dari sampel serum 11 pasien konjungtivitis vernal dan 10 subjek kontrol telah menemukan baha terdapat korelasi yang signifikan antara air mata dengan level kandungan serum pada kedua mata. Kandungan g= pada air mata diperkirakan muncul dari serum kedua mata, kandungan g= dalam serum #1041ngCml$ dan pada air mata #140ngCml$ dari pasien konjungtivitis vernal melebihi kandungan g= dalam serum #&01ngCml$ dan pada air mata #1ngCml$ dari orang normal. Butiran antibodi g= secara spesifik ditemukan pada air mata lebih banyak daripada butiran antibodi pada serum. %elain itu, terdapat 1; dari 40 pasien yang memiliki level antibodi g" yang signifikan yang menjadi butiran pada air matanya. Drang normal tidak memiliki jenis antibodi ini pada air matanya maupun serumnya. 8asil pengamatan ini menyimpulkan baha baik g=+ dan g"+ akan menjadi perantara mekanisme imun yang terlibat dalam patogenesis konjungtivitis vernal, dimana sistesis lokal antibodi terjadi pada jaringan permukaan mata. Kondisi ini ditemukan negatif pada orang+orang yang memiliki alergi udara, tetapi pada penderita konjungtivitis vernal lebih banyak berhubungan dengan antibodi g" dan mekanisme lainnya daripada antibodi g=. Kandungan histamin pada air mata dari sembilan pasien konjungtivitis vernal #4;ngCml$ secara signifikan lebih tinggi daripada kandungan histamin air mata pada 14 orang normal #10ngCml, PE0.0($. 8al ini sejalan dengan pengamatan menggunakan mikroskopi elektron yang diperkirakan menemukan tujuh kali lipat lebih banyak sel mastosit dalam substantia propia daripada dengan pengamatan yang menggunakan mikroskopi cahaya. %ejumlah besar sel mastosit ini terdapat pada air mata dengan level histamin yang lebih tinggi. Kikisan konjungtiva pada daerah+daerah yang terinfeksi menunjukkan adanya banyak eosinofil dan butiran eosinofilik. 2itemukan lebih dari dua eosinofil tiap 10
pembesaran &(F dengan sifat khas penyakit #pathognomonic$ konjungtivitis vernal. !idak ditemukan adanya akumulasi eosinofil pada daerah permukaan lain pada level ini.
!."
Pena'ala/sanaan
2alam hal ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan kepada pasien dan orang tua pasien tentang sifat kronis serta self limiting dari penyakit ini. %elain itu perlu juga dijelaskan mengenai keuntungan dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul dari pengobatan yang ada, terutama dalam pemakaian steroid. %alah satu factor pertimbangan yang penting dalam mengambil langkah untuk memberikan obat+ obatan adalah eksudat yang kental dan lengket pada konjungtivitis vernalis ini, karena merupakan indicator yang sensitive dari aktivitas penyakit, yang pada gilirannya akan memainkan peran penting dalam timbulnya gejala. ntuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10' + &0' tetes mata.2osisnya tergantung pada kuantitas eksudat serta beratnya gejala.2alam hal ini, larutan 10' lebih dapat ditoleransi daripada larutan 10'.7arutan alkaline seperti sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya. %atu+ satunya terapi yang dipandang paling efektif untuk pengobatan konjungtivitis vernalis ini adalah kortikosteroid, baik topical maupun sistemik.Gamun untuk pemakaian dalam dosis besar harus diperhitungkan kemungkinan timbulnya resiko yang tidak diharapkan. ntuk Konjungtivitis vernal yang berat, bias diberikan steroid topical prednisolone fosfat 1', + ; kali sehari selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Pada kasus yang lebih parah, bias juga digunakan steroid sistemik seperti prednisolon asetet, prednisolone fosfat atau deksametason fosfat &+ 4 tablet < kali sehari selama 1+& minggu. %atu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah gnakan dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin. )ntihistamin, baik local maupun sistemik dapat dipertimbangkan sebagai
pilihan lain karena kemampuannya untuk
mengurangi rasa gatal yang dialami pasien. )pabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan control yang memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis. Bahkan menangguhkan pemberian kortikosteroid topical.%atu hal yang tidak disukai dari
pemakaian antihistamin adalah efek samping yang menimbulkan
kantuk.Pada anak+ anak, hal ini dapat juga mengganggu aktivitas sehari+ hari. =medastine adalah antihistamin paling poten yang tersedia di pasaran dengan kemampuan mencegah sekresi sitokin.%ementara olopatadine merupakan antihistamin yang berfungsi sebagai inhibitor degranulasi sel mast konjungtiva. %odium kromolin <' terbukti bermanfaat karena kemampuannya sebagai pengganti steroid bila pasien sudah 11
dapat dikontrol. ni juga berarti dapat membantu mengurangi kebutuhan akan pemakaian steroid. %odium kromolin berperan sebagai stabilisator sel masi, mencegah terlepasnya beberapa mediator yang dihasilkan pada reaksi alergi tipe , namun tidak mampu menghambat pengikatan g= terhadap sel maupun interaksi sel g= dengan antigen spesifik.!itik tangkapnya, diduga sodium kromolin memblok kanal kalsium pada membrane sel serta menghambat pelepasan histamine dari sel mast dengan cara mengatur fosforilasi. 7odoksamid 0,1' bermanfaat mengurangi infiltrate radang terutama eosinofil dalam konjungtiva.7evokabastin tetes mata merupakan suatu antihistamin yang spesifik terhadap konjungtivitis vernalis, dimana symptom konjungtivitis vernalis hilang dalam 1< hari. &,<,3,10 !.1 Pr0%n0sis
Penderita konjungtivitis vernal
baik karena sebagian besar kasus dapat
sembuh spontan #self+limited disease$, namun komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan baik. Kondisi ini dapat terus berlanjut dari aktu ke aktu, dan semakin memburuk selama musim+musim tertentu. ;
A III KESI*PULAN
Konjungtivitis vernal adalah peradangan konjungtiva bilateral dan berulang #recurrence$ yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi. Penyakit ini juga dikenal
12
sebagai 9catarrh musim semi5 dan 9konjungtivitis musiman5 atau 9konjungtivitis musim kemarau5. Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe yang mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang dengan riayat keluarga yang kuat alergi. !erdapat dua bentuk penyakit ini, yaitu6 palpebral dan limbal, yang perbedaan utamanya terletak pada lokasi. Bentuk palpebra, terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. !erdapat pertumbuhan papil yang besar # cobble stone$ yang diliputi sekret yang mukoid. Bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil. Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan "iemsa terdapat banyak eosinofil dan granula eosinofilik bebas. 2apat menimbulkan keratitis epitel atau ulkus kornea superfisial sentral atau parasentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatriks yang ringan. /uga kadang+kadang didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea. Perjalanan penyakitnya sangat menahun, bertahun+tahun. Penyakit ini sering menimbulkan kekambuhan terutama di musim panas. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati. 2apat diberi obat kompres dingin, natrium karbonat dan obat vasokonstriktor. Kelainan kornea dan konjungtiva dapat diobati dengan natrium cromolyn topikal. Bila terdapat tukak maka diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder disertai dengan sikloplegik. 7ebih baik penderita pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab.
DAFTAR PUSTAKA
1.
lyas, %idarta Prof. 2r. %pM. Ilmu Penyakit Mata . =disi 4. /akarta6 HK *&00;, hal 4, 144+14< 13
&.
>aughan, 2aniel "., )sbury !aylor, iordan =va+Paul. Ofthalmologi Umum. =disi 1<.
/akarta6 ?idya Medika,&000,hal (+, 11( Kapita Selekta Kedokteran. =ditor, Mansjoer )rif. /ilid . =d.4. /akarta6 Media 4. )esculapius,&000, hal (< <. ?ijana %.2, Gana 2r. Ilmu Penyakit Mata. =d. rev. @et.. /akarta6 )badi !egal, hal (< (. )nonim. Alergi Mata Merah (Allergic Conjunctiviti !" 2iakses tanggal 1 Hebruari &010. 2ari6 http6CCforum.um.ac.idCindeF.phpItopicJ(0;:.0 .
)nonim. Konjungtiviti
2iakses
#ernal"
tanggal
:
)pril
&010.
2ari6
http6CCfrancichandra.ordpress.comC&010C0
)nonim. Konjungtiviti
#ernal"
2iakses
tanggal 40 Maret
&00;. 2ari6
http6CC.kabarindonesia.comCberita.phpI pilJ4jdJ!ipsLPraktisLMengenaliLKonjungtivitisL>ernaldnJ&00;04400400: #ernal Conjunctiviti" ;. )nonim. 2iakses &( /anuari &00;. 2ari6 http6CC.umm.eduCencyCarticleC001430.htm 3. )nonim. Konjungtiviti" 2iakses
tanggal
1:
http6CCreferatku.blogspot.comC&003C0(Ckonjungtivits.html 10. )nonim. Konjungtiviti #ernal" 2iakses tanggal :
Mei
%eptember
&003.
2ari6
&003.
2ari6
http6CChealth.detik.comCreadC&003C03C0:C1((1C113;(4ernal+Keratoconjunctivitis+)topic+ )sthma.htm 1<. )nonim.
$eaki
%iperenitivita"
2iakses
Govember
&00;.
2ari6
http6CCurangbanua;(.blogspot.comC&00;C11Creaksi+hipersensitivitas.html
14