LAPORAN KASUS 1 KEPERAWATAN ANAK
PNEUMONIA
Dalam rangka memenuhui tugas tutorial Keperawatan Anak
Disusun oleh:
1. Olivia Rizki Khaerani 220110160090
2. Ricky Simbolon 220110160091
3. Jihan Salimah 220110160092
4. Annisa Rahmafillah 220110160093
5. Aulia Nurhanifa 220110160094
6. Dylla Iztiazahra 220110160095
7. Via Fauziati 220110160096
8. Astriani Nur Afifah 220110160097
9. Luciana Tasya 220110160098
10. Naomi Sella Aprilia 220110160099
11. Andreas Leonando 220110160100
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
Kasus 2
Pneumonia
Bayi Zaskia, usia 9 bulan dengan BB 8,6 Kg (BB dua minggu yang lalu 8,9 kg). Menurut ibunya, sudah satu minggu klien batuk pilek, demam dan anak tampak lemas. Ibu juga mengatakan satu minggu ini anak menetek kurang kuat. Ibu mengatakan sebelumnya anaknya memang sering batuk pilek, dan di rumah suami dan bapak mertua nya perokok dan sering merokok di dalam ruang TV. Ibu mengatakan kadang kesal untuk menasehati kedua nya agar berhenti merokok.
Hasil pemeriksaan fisik: HR=110 x/menit, RR=48 x/menit, S=390C, suara nafas ronchi +/+, pernafasan cuping hidung (+), terdapat retraksi intercostal dan subclavia. Pemeriksaan laboratorium: Hb = 11,5 gr%, leukosit= 15.000/mm3. Pada pemeriksaan foto thoraks: terdapat bercak infiltrat pada lobus kanan. Hasil pemeriksaan AGD: pH= 7,33, PaO2= 60 mmHg, PCO2 = 60 mmHg. Saat ini klien mendapatkan terapi obat: Amoxicillin 3 x 300 mg i.v, Ambroxol 3 x ½ cth, Paracetamol 3 x ½ cth.
Learning Objective:
Menjelaskan definisi, etiologi pneumonia
Menjelaskan patofisiologi pneumonia
Menjelaskan patomekanisme dari tanda dan gejala pneumonia
Menjelaskan dari pemeriksaan diagnostic pada pneumonia
Menjelaskan terapi pada klien dengan pneumonia
Menjelaskan cara-cara pencegahan pneumonia
Menjelaskan pengkajian focus pada klien dengan pneumonia
Membuat asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia
Menjelaskan pendidikan kesehatan yang diperlukan pada kasus tersebut.
Menjelaskan peran perawat anak pada asuhan keperawatan pada kasus tersebut terkait dengan pengobatan dan pendidikan kesehatan pada keluarga.
Menjelaskan definisi, etiologi pneumonia
Menurut American Academy of Pediatrics kata pneumonia berarti "infeksi paru-paru" yang menimbulkan radang disebabkan oleh bakteri, virus, atau atau organisme lainnya. Pneumonia merupakan saah satu penyakit infeksi saliran nafas bawah akut (ISNBA) Gejalanya bisa meliputi demam, menggigil, sesak napas, batuk yang menghasilkan dahak, dan nyeri dada (Khasanah, 2017). Pneumonia biasanya dapat pulih dengan mudah di rumah dengan antibiotik dan perawatan medis yang tepat serta disiplin, namun beberapa kasus mungkin memerlukan rawat inap dan bisa mengakibatkan kematian. Sebagian besar kasus pneumonia diawali dari infeksi saluran pernapasan bagian atas dan lebih banyak dialami oleh anak-anak. Penyakit ini menyebar melalui udara dari orang ke orang dengan batuk atau kontak langsung dengan air ludah juga dahak orang yang terinfeksi.
Anak yang sehat biasanya bisa melawan infeksi pneumonia. Namun, anak-anak tertentu yang kekebalan tubuh atau paru-parunya lemah karena penyakit lain, seperti kelainan pada sistem kekebalan tubuh atau kanker (dalam terapi kemoterapi untuk mengobati kanker), termasuk mereka yang baru sembuh dari flu (influenza) atau penyakit pernafasan bagian atas, lebih besar resiko untuk terkena pneumonia. Anak-anak yang saluran pernafasan atau paru-parunya tidak normal juga memiliki risiko lebih tinggi terkait dengan jalan nafasnya yang akan sering bermasalah, hal ini memudahkan bakteri tumbuh di paru-paru mereka.
Paru-paru terbentuk dari lobus terpisah, tiga di paru kanan dan dua di paru kiri. Pneumonia hanya bisa mempengaruhi satu lobus paru-paru atau mungkin tersebar luas di paru-paru. Kondisi tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan area paru yang terkena dan oleh penyebab infeksi. Ketika udara dihirup melalui hidung atau mulut, ia menyusuri trakea ke bronkus, di mana ia pertama kali memasuki paru-paru. Dari bronkus, udara melewati bronkus, masuk ke bronkiolus yang lebih kecil lagi dan terakhir ke alveoli. Pneumonia dapat didefinisikan menurut lokasinya di paru-paru:
Pneumonia lobar terjadi di satu bagian, atau lobus, paru-paru.
Pneumonia interstitial terjadi pada jaringan interstisial di dalam septa alveolar dan interstitium peribronchovaskular.
Bronchopneumonia cenderung tersebar di seluruh paru-paru.
Dokter sering mengklasifikasikan pneumonia berdasarkan letaknya, ini membantu memprediksi organisme mana yang paling mungkin bertanggung jawab atas penyakit tersebut dan pengobatan mana yang paling mungkin efektif. Menurut Simon dan Zieve (2012) jenis-jenis pneumonia adalah:
Pneumonia Infeksi Bakteri
Pneumonia bakteri bisa menyerang siapa saja, pada usia berapapun. Infeksi dapat dengan cepat menyebar melalui aliran darah dan menyerang seluruh tubuh. Puluhan jenis bakteri yang berbeda dapat menyebabkan pneumonia dan bakteri yang paling umum adalah Streptococcus terutama pada anak kecil, Bakteri lain yang dapat menyebabkan pneumonia termasuk Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Neisseria meningitidis, Klebsiella pneumoniae, Haemophilus influenzae, Legionella pneumophila, Mycoplasma pneumoniae, dan Chlamydophila pneumoniae.
Pneumonia Infeksi Virus
Sebagian besar virus pernafasan akan menyerang saluran pernapasan bagian atas, namun beberapa menyebabkan pneumonia jika dibiarkan, terutama pada bayi baru lahir. Sebagian besar pneumonia ini tidak serius dan berlangsung dalam waktu singkat namun tidak menutup kemungkinan akan bertambah parah, terutama yang disebabkan oleh virus influenza kadang berakhir fatal. Jika seseorang menderita pneumonia virus, maka dia juga berisiko terkena pneumonia bakteri.
Mycoplasma Pneumonia
Mycoplasma adalah agen penyakit hidup bebas terkecil yang ada di manusia (Rudan et al, 2008). Mereka tidak tergolong apakah itu bakteri atau virus, cenderung timbul dengan agak tersembunyi. Diagnosa dapat diperkuat denga respon antibodi spesifik. Mycoplasma biasanya menyebabkan bentuk pneumonia ringan, namun mungkin parah dengan gejala tertentu yang berlangsung lama.
Jenis Pneumonia Lain
Tuberkulosis (TB) jarang bisa menyebabkan pneumonia (pneumonia tuberkulosis) . Ini adalah infeksi paru-paru yang sangat serius dan sangat berbahaya kecuali diobati dini. Kemudian pneumocystis jiroveci pneumonia, yang disebabkan oleh jamur, kadang-kadang terlihat pada orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya terganggu (karena infeksi HIV atau obat tertentu yang menekan sistem kekebalan tubuh). Berbagai pneumonia khusus disebabkan oleh menghirup makanan, cairan, gas atau debu (Rudan et al, 2008). Pneumonia disebabkan oleh kombinasi paparan faktor risiko yang terkait dengan hospes, lingkungan, dan infeksi (Rudan et al, 2008). Contohnya lingkungan yang kotor kurang ventilasi, padat penduduk, dan terdapat orang terdekat yang merokok akan sangat rentan menyebabkan penyakit tersebut pada anak. Hindari juga keluarga atau teman anak-anak yang sedang menderita ISPA agar tidak menular. Selain itu, aspirasi pada anak dengan masuknya zat makanan atau susu ke saluran pernafasan akan memicu pertumbuhan bakteri.
Menjelaskan patofisiologi pneumonia
AspirasiAspirasiFungiFungiVirusVirusBakteriBakteri
Aspirasi
Aspirasi
Fungi
Fungi
Virus
Virus
Bakteri
Bakteri
Masuk ke Paru-paruMasuk ke Paru-paru
Masuk ke Paru-paru
Masuk ke Paru-paru
Sekresi ToksinSekresi Toksin
Sekresi Toksin
Sekresi Toksin
Area Pertukaran Gas BerkurangArea Pertukaran Gas BerkurangEdema Paru & Akumulasi EksudatEdema Paru & Akumulasi EksudatPermeabilitas Kapiler MeningkatPermeabilitas Kapiler MeningkatPelepasan Pirogen, Prostaglandia, Mediator kimia lainPelepasan Pirogen, Prostaglandia, Mediator kimia lainEksudat/TransudatEksudat/TransudatTerakumulasi dengan Jaringan MatiTerakumulasi dengan Jaringan MatiFagositosis PatogenFagositosis PatogenLeukosit – Makrofag AktifLeukosit – Makrofag AktifPelepasan SitokinPelepasan SitokinMembran Mukosa/Alveoli RusakMembran Mukosa/Alveoli RusakInflamasi/PeradanganInflamasi/Peradangan
Area Pertukaran Gas Berkurang
Area Pertukaran Gas Berkurang
Edema Paru & Akumulasi Eksudat
Edema Paru & Akumulasi Eksudat
Permeabilitas Kapiler Meningkat
Permeabilitas Kapiler Meningkat
Pelepasan Pirogen, Prostaglandia, Mediator kimia lain
Pelepasan Pirogen, Prostaglandia, Mediator kimia lain
Eksudat/Transudat
Eksudat/Transudat
Terakumulasi dengan Jaringan Mati
Terakumulasi dengan Jaringan Mati
Fagositosis Patogen
Fagositosis Patogen
Leukosit – Makrofag Aktif
Leukosit – Makrofag Aktif
Pelepasan Sitokin
Pelepasan Sitokin
Membran Mukosa/Alveoli Rusak
Membran Mukosa/Alveoli Rusak
Inflamasi/Peradangan
Inflamasi/Peradangan
Merangsang Pusat BatukMerangsang Pusat Batuk
Merangsang Pusat Batuk
Merangsang Pusat Batuk
Mengaktifkan Sistem Imun Non-SpesifikMengaktifkan Sistem Imun Non-SpesifikSet Termostat Meningkat (terjadi di hipotalamus)Set Termostat Meningkat (terjadi di hipotalamus)
Mengaktifkan Sistem Imun Non-Spesifik
Mengaktifkan Sistem Imun Non-Spesifik
Set Termostat Meningkat (terjadi di hipotalamus)
Set Termostat Meningkat (terjadi di hipotalamus)
BatukBatuk
Batuk
Batuk
VasokontriksiVasokontriksiMetabolisme MeningkatMetabolisme Meningkat
Vasokontriksi
Vasokontriksi
Metabolisme Meningkat
Metabolisme Meningkat
Resiko Penularan InfeksiResiko Penularan Infeksi
Resiko Penularan Infeksi
Resiko Penularan Infeksi
DemamDemamMenggigilMenggigil
Demam
Demam
Menggigil
Menggigil
Suplai O2 ke Jaringan MenurunSuplai O2 ke Jaringan MenurunEvaporasi MeningkatEvaporasi Meningkat
Suplai O2 ke Jaringan Menurun
Suplai O2 ke Jaringan Menurun
Evaporasi Meningkat
Evaporasi Meningkat
Cairan Tubuh MenurunCairan Tubuh Menurun
Cairan Tubuh Menurun
Cairan Tubuh Menurun
Penurunan Metabolisme SelPenurunan Metabolisme SelGangguan Pada Difusi O2Gangguan Pada Difusi O2
Penurunan Metabolisme Sel
Penurunan Metabolisme Sel
Gangguan Pada Difusi O2
Gangguan Pada Difusi O2
KelelahanKelelahanGangguan Pertukaran Gas/Gangguan Pola NafasGangguan Pertukaran Gas/Gangguan Pola Nafas
Kelelahan
Kelelahan
Gangguan Pertukaran Gas/Gangguan Pola Nafas
Gangguan Pertukaran Gas/Gangguan Pola Nafas
Tidak Nafsu MakanTidak Nafsu Makan
Tidak Nafsu Makan
Tidak Nafsu Makan
Intoleransi AktifitasIntoleransi Aktifitas
Intoleransi Aktifitas
Intoleransi Aktifitas
AnoreksiaAnoreksia
Anoreksia
Anoreksia
Gangguan Pemenuhan NutrisiGangguan Pemenuhan Nutrisi
Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Menjelaskan patomekanisme dari tanda dan gejala pneumonia
No
Patomekanisme
Tanda dan Gejala Bayi Zaskia
1
Inflamasi/peradangan
Leuksit 15000/mm3
Foto thoraks : bercak infiltrate pada lobus kanan
2
Gangguan pertukaran gas/ Gangguan pola nafas
Suara nafas ronchi +/+
Pernafasan cuping hidung (+)
Retraksi Intercostal dan subclavial
Hasil pemeriksaan AGD : Pao2 60 mmHg, PCO2 60 mmHg (Normal: Pao2 80-100 mmHg, PCO2 35-45 mmHg)
3
Kelelahan
Lemas
4
Tidak nafsu makan
Menetek kurang kuat pada seminggu ke belakang
5
Gangguan pemenuhan nutrisi
Berat badan pada usia 36 minggu = 8,6 kg (Normal: BB usia 36 minggu >10 kg)
6
Demam
Suhu 39oC (Normal: 36,5oC-37,5oC)
7
Batuk
Batuk dan pilek pada seminggu ke belakang
Menjelaskan dari pemeriksaan diagnostic pada pneumonia
Pemeriksaan Fisik
Pada kasus bayi zaskia, pemeriksaan yang telah dilakukan adalah
Data
Nilai Normal
Interpretasi
BB : 8,6 kg dari 8,9 (2 miggu yang lalu)
8.8 kg
Rendah dan menurun
HR : 110x/menit
115x/menit
Bradikardi
RR : 48x/menit
50x/menit
Takipnea
Suhu : 39ºC
35.5ºC – 37.5ºC
Hipotensi
Pernafasan cuping hidung (+)
Tidak ada pernafasan cuping hidung
Abnormal
Retraksi Intercostal dan Subclavia
Tidak ada retraksi intercostal dan subclavia pada saat bernafas.
Abnormal
Pemeriksaan Radiologis
Pada kasus bayi zaskia, pemeriksaan radiologis yang telah dilakukan adalah pemeriksaan foto thoraks dimana terdapat bercak infiltrat pada lobus kanan dan seharusnya pada orang normal tidak terdapat bercak tersebut.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada kasus bayi zaskia, pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan, yaitu
Data
Nilai Normal
Interpretasi
Hb : 11,5 gr%
12 gr%
Hb rendah
Leukosit : 15.000/mm3
9.000 – 12.000/mm3
Leukosit naik
Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis, bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Tujuannya untuk
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus dapat berupa Analisis Gas Darah (AGD) untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen
Data
Nilai Normal
Interpretasi
pH : 7,33
7,35 – 7,45
Rendah (Asidosis)
PaO2 : 60 mmHg
80 – 100 mmHg
Rendah (Hipoksia)
PCO2 : 60 mmHg
35 – 45 mmHg
Tinggi
Menjelaskan terapi pada klien dengan pneumonia
Terapi dada Postural Drainage
Merupakan metode untuk membersihkan paru-paru dengan mengubah posisi klien dengan menggunakan gravitasi untuk membantu menguras lendir ke bagian atas paru-paru agar bisa dikeluarkan lebih mudah. Clapping dan Vibrase akan membantu melonggarkan lendir dan membuatnya menjadi kendur. Gerakkan ini dapat membantu mukosa dari kantung udara ke saluran napas atas sehingga bisa dikeluarkan dengan melalui cara dibatukkan melalui batuk efektif atau disedot melalui metode suction.
Terapi Oksigen menggunakan Nasal Canul
Terapi ini digunakan untuk mempertahankan saturasi oksigen pada pasien. Selain itu juga untuk membantu pasien yang kesulitan bernapas dengan ditandai adanya pernapasan menggunakan cuping hidung.
Hidrasi
Tingkat pernapasan pada pasien pneumonia meningkat karena terjadinya peningkatan beban kerja yang dipicu oleh pernapasan dan demam. Oleh karena itu, pasien dapat dehidrasi sehingga dibutuhkan hidrasi cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
Terapi Antibiotik
Obat-obatan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran napas klien dan mencegah terjadinya komplikasi. Terapi antibiotik ini harus sesuai dengan resep dokter.
Menjelaskan cara-cara pencegahan pneumonia
Data World Health Organization (WHO) tahun 2013, menunjukkan bahwa pneumonia di negara berkembang menyebabkan angka kematian bayi diatas 40 per 1.000 kelahiran hidup yaitu sekitar 15%-20% per tahun pada golongan usia balita. Kejadian pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10%-20% per tahun. Pneumonia ini menjadi penyebab kedua terbesar kematian pada balita di Indonesia yaitu sebanyak 15,5%. Setiap 1,2 juta anak meninggal akibat pneumonia setiap tahunnya di Indonesia (WHO, 2013).
Upaya pencegahan merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia pada anak terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan non-imunisasi. Imunisasi terhadap patogen yang bertanggung jawab terhadap pneumonia merupakan strategi pencegahan spesifik. Pencegahan non-imunisasi merupakan pencegahan non-spesifik misalnya mengatasi berbagai faktor-risiko seperti polusi udara dalam-ruang, merokok, kebiasaan perilaku tidak sehat/bersih, perbaikan gizi dan dan lain-lain.
Imunisasi
Dari beberapa studi vaksin (vaccine probe) diperkirakan vaksin pneumokokus konjungat dapat mencegah penyakit dan kematian 20-35% kasus pneumonia pneumokokus dan vaksin Hib mencegah penyakit dan kematian 15-30% kasus pneumonia Hib. Pneumonia termasuk kedalam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga apabila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Hardinegoro, 2011). Serta imunisasi berperan untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi DPT-HB-HIB bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada balita terhadap penyakit dan menurunkan angka kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh penyakit pneumonia yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Imunisasi DPT-HB-HIB dapat mencegah penyakit pneumonia. Imunisasi ini diberikan pada balita saat berusia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Imunisasi DPT-HB-HIB lengkap dapat menurunkan angka kejadian pneumonia pada balita. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap, apabila menderita pneumonia dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat (Maryunani, 2010; Rudan, et al., 2008).
Non-Imunisasi
Di samping imunisasi sebagai pencegahan spesifik pencegahan non-imunisasi sebagai upaya pencegahan non-spesifik merupakan komponen yang masih sangat strategis. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan kepada berbagai komponen masyarakat, terutama pada ibu anak-balita tentang besarnya masalah pneumonia dan pengaruhnya terhadap kematian anak, perilaku preventif sederhana misalnya kebiasaan mencuci tangan dan hidup bersih, perbaikan gizi dengan pola maka nan sehat; penurunan faktor risiko-lain seperti men cegah berat-badan lahir rendah, menerapkan ASI eksklusif, men cegah polusi udara dalam-ruang yang berasal dari bahan bakar rumah tangga dan perokok pasif di lingkungan rumah dan pencegahan serta tatalaksana infeksi HIV.
(Iswari, 2017)
Menjelaskan pengkajian focus pada klien dengan pneumonia
Keluhan Utama klien demam, batuk pilek dan tampak lemas.
Riwayat kesehatan sekarang klien sudah satu minggu klien demam, batuk pilek dan anak tampak lemas, Ibu juga mengatakan sudah satu minggu anak menetek kurang kuat.
Riwayat kesehatan keluarga klien Ibu mengatakan suami dan bapak mertua perokok dan sering mmerokok didalam ruang TV
Data
Nilai normal
Masalah
BB 8,6 kg Sedangkan 2 minggu lalu 8,9 kg
Ideal 8,0 – 8,9 kg
Berat badan mengalami penurunan
HR = 110 x / menit
80 – 150 x/ menit
-
RR = 48 x / menit
20 – 30 x / menit
Napas diatas normal
Suhu = 39 ° C
36, 5 ° C - 37, 5 ° C
Suhu diatas normal
Hb = 11,5 gram / dL
12 – 15 gram/ dL
Hb dibawah normal
Leukosit = 15.000 mm³
9.000 – 12.000 mm³
Eukosit diatas normal
Suara Ronchi (+/+)
(-/-)
adanya sekret dalam alveoli
Pernapasan cuping hidung (+)
(-)
-
Retraksi intercostal dan subclavia
Tidak terjadinya retraksi
-
Foto thoraks terdapat bercak infiltrat pada lobus kanan
Tidak adanya bercak
-
Hasil AGD pH = 7,33 PaO2=60 mmHg PCO2 = 60 mmHg
pH = (7,35 – 7,45)
PaO2= (80 – 100 mmHg)
PCO2= (35 – 45 mmHg)
Asidosis respiratorik
Membuat asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
ANALISIS DATA
Symptoms
Etiologi
Masalah
DS:
Ibu bayi Zaskia mengatakan sudah satu minggu klien batuk pilek
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya memang sering batuk pilek
Ibu mengatakan di rumah suami dan bapak mertuanya perokok dan sering merokok di dalam ruang TV
DO:
Hasil pemeriksaan suara nafas ronchi (+/+)
Tanda-tanda vital HR: 48x/menit
Pernafasan bayi Z. Cuping hidung (+)
Terdapat retraksi intercostal dan subclavia pada bayi Z.
Infeksi saluran atas
Peningkatan jumlah bakteri atau virus padabronkus
Proses peradangan (inflamasi)
Peningkatan sekret
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
DS:
Ibu mengatakan anak tampak lemas
DO:
Hasil pemeriksaan AGD: pH = 7,33, PaO2 = 60 mmHg, PCO2 = 60 mmHg
Pemeriksaan laboratorium Hb = 11,5 gr%
Pada pemeriksaan foto thoraks: terdapat bercak infiltrat pada lobus kanan
Infeksi saluran napas bawah
Aktivasisel mast dan basophil di alveolus
Melepaskan reseptor kimiawi (histamin, bradikinin)
Vasodilatasi
Peningkatan membran kapiler
Eksudat plasma keinterstisial
Edema alveoli
Penurunan Difusi O2
Gangguan pertukaran gas
DS:
Ibu mengatakan bayi Z. Demam dan anak tampak lemas
Ibu juga mengatakan satu minggu ini anak menetek kurang kuat
DO:
Tanda-tanda vital Suhu: 390C
Pemeriksaan laboratorium Leukosit = 15.000/mm3
Infeksi saluran atas
Peningkatan jumlah bakteri atau virus padabronkus
Proses peradangan (inflamasi)
Peningkatan sekret
Aktivasi prostaglandin
Rangsang set point di hypothalamus akibat proses inflamasi (peradangan)
Hipertermi
DIAGNOSA
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan secret ditandai dengan Ibu bayi Zaskia mengatakan sudah satu minggu klien batuk pilek, sebelumnya anaknya memang sering batuk pilek, dan rumah suami dan bapak mertuanya perokok dan sering merokok di dalam ruang Tv serta hasil pemeriksaan suara nafas ronchi(+/+), tanda-tanda vital HR: 48x/menit, pernafasan bayi Z. Cuping hidung (+), dan terdapat retraksi intercostal dan subclavia pada bayi Z.
Gangguan pertukaran gas b.d penurunan difusi O2 ditandai dengan Ibu mengatakan anak tampak lemas, Hasil pemeriksaan AGD: pH = 7,33, PaO2 = 60 mmHg, PCO2 = 60 mmHg, Pemeriksaan laboratorium Hb = 11,5 gr%, dan pada pemeriksaan foto thoraks: terdapat bercak infiltrat pada lobus kanan.
Hipertermi b.d proses inflamasi ditandai dengan Ibu mengatakan bayi Z. Demam dan anak tampak lemas dan juga mengatakan satu minggu ini anak menetek kurang kuat, serta tanda-tanda vital Suhu: 390C, dan pemeriksaan laboratorium Leukosit = 15.000/mm3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN/ NURSING CARE PLAN
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan secret ditandai dengan Ibu bayi Zaskia mengatakan sudah satu minggu klien batuk pilek, sebelumnya anaknya memang sering batuk pilek, dan rumah suami dan bapak mertuanya perokok dan sering merokok di dalam ruang Tv serta hasil pemeriksaan suara nafas ronchi(+/+), tanda-tanda vital HR: 48x/menit, pernafasan bayi Z. Cuping hidung (+), dan terdapat retraksi intercostal dan subclavia pada bayi Z.
Mengembalikan fungsi normal jalan nafas klien (Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan dalam rentang normal.)
Kolaboratif
-Rencanakan dan berikan terapi obat sesuai indikasi
Independen
-Lakukan fisioterapi dada
-Lakukan penghisapan, sesuai indikasi
-Aturtempat tidur klien senyaman mungkin
-Pantau efek dari terapi obat dan fisioterapi pernafasaan.
-Dengan perencanaan dan pemberian obat yang tepat dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.
-Dengan dilakukan fisioterapi dada akan mempermudah pengeluaran secret/ cairan eksudat yang menyumbat jalan nafas.
-Dengan posisi yang nyaman, dapat membantu klien untuk bernafas dengan baik.
Gangguan pertukaran gas b.d penurunan difusi O2 ditandai dengan Ibu mengatakan anak tampak lemas, Hasil pemeriksaan AGD: pH = 7,33, PaO2 = 60 mmHg, PCO2 = 60 mmHg, Pemeriksaan laboratorium Hb = 11,5 gr%, dan pada pemeriksaan foto thoraks: terdapat bercak infiltrat pada lobus kanan.
Mengatasi defisit oksigenasi pada klien
Pertukaran gas menjadi adekuat.
Kolaboratif
-Beri terapi oksigen dengan cara yang tepat.
-Pantau GDA dan oksimetri nadi.
Independen
-Tinggikan kepala dan lakukan perubahan posisi dengan cukup sering.
-Monitor frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan
-Pemberian terapi oksigen dapat membantu pemenuhan kebutuhan oksigen pada klien.
-Dengan dilakukan pemantauan GDA dan oksimetri nadi, membuat tenaga kesehatan (perawat) mengetahui kebutuhan oksigen klien sudah terpenuhi atau belum.
Karena dengan dilakukannya tindakan tersebut, akan mempermudah klien untuk menarik nafas dengan baik.
-Dengan monitoring keadaan umum dari klien dapat diketahui
Hipertermi b.d proses inflamasi ditandai dengan Ibu mengatakan bayi Z. Demam dan anak tampak lemas dan juga mengatakan satu minggu ini anak menetek kurang kuat, serta tanda-tanda vital Suhu: 390C, dan pemeriksaan laboratorium Leukosit = 15.000/mm3
Mengembalikan suhu tubuh klien dalam keadaan normal (Tidak panas), dengan rentang suhu 36-370C.
Kolaboratif
-Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
Independen
-Memberikan kompres air hangat untuk merangsang penurunan panas atau demam
-pantau tanda tanda vital terutama suhu klien
Pemberian antipiretik dapat membantu proses penurunan suhu (panas) pada klien
Dengan dilakukan kompres, akan terjadi perpindahan panas secara konduksi dan dengan kompres air hangat akan membuat pembuluh darah berdilatasi.
Tanda tanda vital merupakan aluan untuk mengetahui keadaan umum pasien terutama suhu tubuhnya
Menjelaskan pendidikan kesehatan yang diperlukan pada kasus tersebut.
Mengajarkan kepada orang tua tentang discharge planning yang penting untuk membantu perawatan optimal setelah pulang dari rumah sakit.
Mencegah terjadinya hal yang sama dengan vaksinasi. Vaksin influenza dianjurkan untuk anak usia 6 bulan dan lebih tua. Vaksin konjugasi pneumokokus (PCV13) direkomendasikan untuk semua anak di bawah 59 bulan. Vaksin polisakarida 23-valent (PPV23) direkomendasikan untuk anak-anak berusia 24 bulan atau lebih yang berisiko tinggi terkena penyakit pneumonia.
Memberi pengertian langsung kepada suami dan bapak mertua untuk tidak merokok di ruangan yang sama dengan si bayi. Karena salah satu faktor penyebab pneumonia adalah masuknya asap rokok secara langsung ke paru-paru.
Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat, seperti dosis, rute dan waktu yang cocok. Jika dokter anak meresepkan antibiotik, berikan pada anak pada waktu yang benar setiap hari dan untuk seluruh durasi yang sudah ditentukan. Jangan menghentikan antibiotik setelah beberapa hari bahkan jika anak merasa lebih baik. Antibiotik harus dihabiskan.
Berikan gizi seimbang dan cukup sesuai usia anak.
Menjaga anak tetap terhidrasi dengan baik untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Ventilasi dan kelembaban udara harus terjaga dengan baik agar anak dapat bernafas dengan lebih baik.
Tutup mulut saat batuk karena penyebaran pneumonia banyak berasal dari percikan batuk atau bersin.
Jika anak memperlihatkan gejala kesulitan bernafas (kenaikan dada yang cepat, perut bergerak masuk dan keluar dengan cepat, mengisap atau di bawah tulang rusuk dengan pernapasan cuping hidung), segera bawa ke ruang gawat darurat untuk dievaluasi kembali.
Menjelaskan peran perawat anak pada asuhan keperawatan pada kasus tersebut terkait dengan pengobatan dan pendidikan kesehatan pada keluarga.
Edukator : memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga terutama pada ibu untuk mengetahui lebih baik dalam mengenali gangguan pernafasan pada anak agar penanganan dapat dilakukan lebih dini. Serta pada ayah dan ayah mertua untuk lebih memperhatihan kondisi lingkungan jika saat ingin merokok untuk menghindari bayi ikut terkena hirupan asap rokok.
Care giver : memperhatikan serta memberikan apa yang menjadi kebutuhan pasien, memberikan pelayanan sederhana memperhatikan keadaan bayi dan hingga kompleks penanganan lebih lanjut.
Kolaborator : melakukan kolaborasi terhadap tenaga kesehatan fisioterapis untuk penanganan lebih lanjut pada anak.
Konselor : memberikan solusi pada pasien untuk mengahadapi kesulitan dalam menangani keadaan situasi rumah yang ada perokok aktif serta untuk discharge terhadap Ibu untuk memperhatiakan sirkulasi udara dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Agil, Maulidia, Rizka., Kusumawardana, Iin., Soraya, D. (12AD). Penatalaksanaan Pneumonia pada Bayi dan Anak. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/39862-ID-pneumonia-pada-anak-balita-di-indonesia.pdf
American lung association. (2016). Pneumonia : Diagnosing and Treating Pneumonia. Scientific and Medical Editorial Review Panel. Retrieved from http://www.lung.org/lung-health-and-disease/lung-disease-lookup/pneumonia/diagnosing-and-treating.html
Blood Gas Anlysis For Bedside Diagnosis. (2013). In National Journal of Maxillofacial Surgery. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3961885/table/T1/
Freedman, N. Pneumonia Prevention and How to Care for Your Child. Retrieved from https://www.chla.org/blog/rn-remedies/pneumonia-prevention-and-how-care-your-child
Hospital care for children. (2016). Pneumonia Berat : Diagnosis dan Tatalaksana. Retrieved from http://www.ichrc.org/422-pneumonia-berat-diagnosis-dan-tatalaksana
IDAI. 2015. Kurva Pertumbuhan WHO. Retrieved from http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-who
Iswari, B. M. (2017). Hubungan Status Imunisa: DPT-HB-HIB dengan Pneumonia pada Balita Usia 12-24 Bulan di Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung, 8(2) ejournal, 3-5 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view. diakses pada tanggal 6 Maret 2018.
Reynolds, J. H., Mcdonald, G., Alton, H. Gordon, S. B. Pneumonia in the immunocompetent patient, 83(996): 998–1009. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3473604/ diakses pada tanggal 7 Maret 2018.
Rudan, I., Boschi-Pinto, C., Biloglav, Z., Mulholland, K., Campbell, H. (2008). Bulletin of the World Health Organization. Epidemiology and etiology of childhood pneumonia, 86(5), 321-416. http://www.who.int/bulletin/volumes/86/5/07-048769/en/ diakses pada tanggal 7 Maret 2018.
Shelov, S. P. (2009). Caring for Your Baby and Young Child: Birth to Age Five. Adapted by American Academy of Pediatrics https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/chest-lungs/Pages/Pneumonia.aspx diakses pada tanggal 7 Maret 2018.
Shepherd centre. (n.d.). Postural Drainage, Clapping and Vibration. Retrieved from http://www.myshepherdconnection.org/respiratory/postural-drainage-clapping
Simon, H., Zieve, D. (2012). Pneumonia: Defining Pneumonia by Origin of Infection. https://www.umm.edu/health/medical/reports/articles/pneumonia. diakses pada tanggal 7 Maret 2018.
Vital Sign. (2014). In SickKids Policies and Procedures: Vital Sign Monitoring. Retrieved from http://www.sickkids.ca/Nursing/Education-and-learning/Nursing-Student-Orientation/module-two-clinical-care/vitals/index.html