BAB I PENDAHULUAN
I.
Tujuan
Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan paham dan terampil melakukan produksi ekstrak nabati secara infundasi. Mahasiwa juga diharapkan mampu membuat formulasi obat tradisional dan kontrol kualitasnya.
II. Dasar Teori
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yg cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter atau campuran etanol dan air (FI III, 1979). Infusa adalah sediaan cair yang di buat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu selama 15 menit (FI III, 1979). Selain merupakan proses penyarian, hasil sari dari proses ini sudah dalam bentuk sediaan siap dikonsumsi. Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasikan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak. Sesuai Farmakope Indonesia edisi III, Untuk pembuatan 100 bagian infus, digunakan sejumlah yang tertera berikut: Kulit kina .......................................................................................6 bagian Daun digitalis .................................................... .................................................................................0,5 .............................0,5 bagian Akar ipeka ............................................... .......................................0,5 bagian Daun Kumis Kucing ................................................ ..................... 0,5 bagian Sekale kornutum ............................................................................3 bagian Daun Sena .....................................................................................4 bagian
Temulawak .............................................. .......................................4 bagian Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat halus sebagai berikut (FI III, 1979). Serbuk (5/8)
: Akar manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun sena.
Serbuk (8/10
: dringo, kelembak.
Serbuk (10/22)
: Laos, akar valerian, temulawak, jahe.
Serbuk (22/60
: kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum.
Serbuk (85/120) : daun digitalis.
Keuntungan metode infundasi : 1. Unit alat yang dipakai sederhana 2. Biaya operasionalnya relatif rendah
Kerugian metode infundasi : 1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali, apabila kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh). 2. Hilangnya zat-zat minyak atsiri 3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping itu simplisia yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.
BAB II METODE KERJA I.
Alat dan bahan
1. Alat a. Panci b. Timbangan digital c. Stopwatch d. Termometer e. Hot plate f. Corong g. Kain planel h. Batang pengaduk i.
Erlenmeyer
j.
Pisau / gunting
2. Bahan a. Rimpang temulawak segar
20 gram
b. Asam jawa
10 gram
c. Gula
30 gram
d. Aquadest ad
250 ml
II.
Prosedur kerja
Rimpang temulawak diiris-iris
Asam jawa dan gula merah diiris-iris d iiris-iris
Menimbang temulawak yang telah diiris sebanyak 20 gram
Menimbang asam jawa yang telah diiris sebanyak 10 gram
Menimbang gula yang telah diiris sebanyak 30 gram
Lalu memasukan kedalam panci
Kemudian masukan aquadest ad 250 ml
Panaskan dan ukur suhu sampai 90, sesekali diaduk
Setelah suhu 90, diamkan selama 15 menit
Serkai selagi panas mealui kain flanel
Jika volume air yang didapat kurang dari 250 ml, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga volume yang didapat mencapai 250 ml
BAB III HASIL PERCOBAAN
I.
II.
Penimbangan bahan
No.
Nama Bahan
Berat (gram)
1
Temulawak
20,0725 gram
2
Asam jawa
10,0619 gram
3
Gula merah
30,0647 gram
Uji organoleptis
Uji organoleptis Warna Bau Bentuk Rasa III.
Hasil penyarian
Coklat muda Khas temulawak Cair Asam manis
BAB IV PEMBAHASAN Pada praktikum pembuatan infusum Curcumae, digunakan temulawak sebagai bahan utama berkhasiat, adapun klasifikasi temulawak sebagai berikut : Nama simplisia
: Rimpang Temulawak
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Family
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma xanthorriza roxb
Makroskopis : Keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan keras, rapuh, garis tengah sampai 6 cm, tebal 2 mm – 5 5 mm, permukaan luar berkerut, warna coklat kuning sampai coklat, bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan. (MMI JILID III HALAMAN 67) Mikroskopis : Berwarna kuning kejinggaan sampai coklat kejinggaan, berbau khas, bau aromatis, rasa agak pahit, epidermis bergabus, terdapat sedikt rambut yang berbentuk kerucut, bersel satu, hipedermis agak menggabus, dibawahnya terdapat periderm yang kurang berkembang. (MMI JILIDIII HALAMAN HALAMAN 68). Kandungan kimia : Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid, mineral, minyak atsiri, serta minyak lemak. Tepung merupakan kandungan utama, jumlahnya bervariasi antara 48 – 54% tergantung ketinggian tempat tumbuhnya, makin tinggi tempat tumbuhnya makin rendah kadar
tepungnya,. Selain itu temulawak juga mengandung zat gizi antara lain
karbohidrat, protein,
lemak, serta serat kasar dan mineral seperti seperti K, Na, Fe, mangan dan
cadmium. Pembuatan infusa ekstrak temulawak dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menitterhitung mulai suhu mencapai 90º C sambil sekali – sekali di aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume infuse yang dikehendaki. Infus asam jawa dan infuse simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas. Asam jawa sebelum dibuat infuse dibuang bijinya dan diremas dengan air hingga massa seperti bubur.
BAB V PENUTUP
I.
Kesimpulan Infundasi adalah sediaan cair yang di buat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Dari hasil percobaan kali ini didapatkan ekstrak temulawak dengan warna coklat muda, berbau khas temulawak, memiliki rasa asam manis, dan berbentuk cair.
II.
Saran Pada saat praktikum yang harus diperhatikan suhu yang terjadi ketika sari rimpang temulawak dipanaskan, agar didapat hasil yang sesuai dengan yang diperlukan. Pengamatan juga penting dalam ketepatan dan ketelitian ketelitian pada penentuan penentuan suhu agar didapat hasil yang benar dan sesuai dengan dengan apa yang diharapkan. diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohammad. 2003. Farmasetika 2003. Farmasetika.. UGM Press : Yogyakarta.
Direktorat jenderal pengawasan obat dan makanan. makanan. Farmakope Farmakope Indonesia edisi ketiga. ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.