BAB 1. PENDAHULUAN Herpetofauna yang terdiri dari reptilia dan amphibia merupakan salah satu jenis potensi keanekaragaman hayati hewani yang kurang dikenal dan jarang diketahui.
Herpetofauna
seringkali
dianggap
mengganggu,
menjijikkan,
menakutkan bahkan berbahaya sehingga minat terhadap herpetofauna lebih rendah dibandingkan dengan satwa lain seperti mamalia, burung atau ikan. Sebagian besar reptilia dan amphibia dapat dijumpai di hutan-hutan tropis, rawarawa, dan sungai-sungai. Sebaran habitat yang sangat luas ini merupakan faktor utama penentu keanekaragaman jenis. Herpetofauna sendiri memiliki peranan penting dalam ekosistem, yaitu secara ekologi berperan penting dalam ekosistem dan sebagai bioindikator lingkungan, predator hama dan serangga yang merugikan manusia (Duelman dan Trueb, 1976). Pengertian Populasi adalah kumpulan individu yang sejenis dan hidup di suatu daerah dengan waktu tertentu. Populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi berhubungan dengan data yang memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri dari populasi tersebut. Taxydromus sexlineatus adalah sejenis kadal bertubuh panjang ramping yang merupakan anggota dari suku Lacertidae. Kadal berbadan kurus lampai dengan ekor yang panjang menjuntai, sering ditemukan berlari cepat menyusup rerumputan atau di atas semak-semak rendah. Terkadang memanjat rumputrumputan yang agak tinggi untuk berburu serangga yang menjadi mangsanya. Dorsal kadal berwarna coklat kehitaman dan ventral berwarna kuning kehijauan terang. Pada batas antara warna coklat dan kuning, di sisi lateral, terdapat garis hitam tipis mulai dari bagian kepala sampai bagian belakang. Warna-warna ini semakin pucat, warna hitamnya sering terputus-putus. Sisi bawah ekor berwarna merah jambu. Hewan yang termasuk kedalam subordo Lacertidae memiliki kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu, juga memiliki lidah yang panjang dan dapat dilontarkan untuk menangkap mangsa. Kebanyakan hewan dari subordo ini
juga bersifat autotomi yaitu dapat melepaskan ekornya ketika ada bahaya. (Mattison, 1992).
BAB 2. METODE PENGAMATAN 2.1 Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat dilakukannya pengamatan adalah : Hari, tanggal : Senin, 21 November 2016 Tempat: Halaman depan Rusunawa Universitas Jember (Semak)
(Gambar 1. Lokasi sampling) 2.1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat pengamatan adalah : a. b. c. d.
GPS Metlein Hp Samsung A316 Alat Tulis
2.3 Metode
Metode yang dilakukan pada saat pengamatan menggunakan metode tracking (jelajah), adapun langkah-langkah pada saat pengamatan sebagai berikut : a. Tentukan daerah yang akan dilakukan pengamatan dan hitung luas daerah menggunakan GPS. b. Lakukan pengambilan sampel menggunakan menggunakan metode jelajah, tandai daerah menggunakan GPS tempat ditemukannya spesimen. c. Catat jumlah spesimen yang ditemukan dan diambil minimal 2 spesimen untuk diidentifikasi. d. Identifikasi spesimen di laboratorium ekologi dan lakukan analisis data.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan Adapun hasil yang didapatkan pada saat pengamatan adalah : Jumlah spesimen yang didapatkan sebanyak 9 ekor
(Gambar 2. Luas daerah sampling)
(Gambar 3. Tempat ditemukannya spesimen) Nama Spesimen : Takydromus sexlineatus (kadal rumput ekor panjang) a. Morfologi
N O 1. 2. 3. 4.
Parameter Panjang Keseluruhan Panjang Truncus Panjang Caput Panjang Caudal
Jenis Kelamin (cm) Jantan 19 3 1 15 Hijau kecoklatan dengan garis hijau
5.
Warna
kekuningan (lebih muda dibandingkan
Betina 10 3,5 1 5,5 (putus)
kecoklatan dengan garis hijau kekuningan
kadal betina) Hijau Takydromus sexlineatus Jumlah Takydromus sexlineatus Jumlah individu
Jenis kelamin Jantan Betina Unsex(Anak kadal) 2 ekor 4 ekor 3 ekor Umur Prareproduksi Reproduksi postreproduksi 3 ekor 6 ekor -
b. Stratifikasi Umur c. Struktur Kelamin d. Kelimpahan K = n/luas lokasi pencuplikan = 9 / 3.253 m² = 0, 00276
3.2 Pembahasan Praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap populasi kadal rumput ekor panjang (Takydromus sexlineatus) yang terdapat di area semak, halaman Rusunawa Universitas Jember. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui jumlah populasi dan dapat menentukan struktur populasi dari herpetofauna yang diamati. Populasi adalah semua individu sejenis yang menempati suatu daerah tertantu. Suatu organisme disebut sejenis apabila menempati daerah atau habitat yang sama, mempunyai persamaan morfologi, anatomi, dan fisiologi dan mampu
menghasilkan keturunan yang fertil, yaitu keturunan yang mampu berkembang biak secara kawin(McCullough, 1996). Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada Takydromus sexlineatus diketahui bahwa ukuran tubuh jantan dengan betina berbeda. Kadal rumput ekor panjang jantan memiliki ukuran tubuh 19 cm dari caput hingga caudal, truncus ramping dan kecil dan berwarna lebih terang dibandingkan dengan betina. Sedangkan pada Takydromus sexlineatus memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada jantan. Truncus pada betina melebar dan jelas batas antara truncus dengan caudal, selain itu betina memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan dengan jantan. Jumlah populasi Takydromus sexlineatus yang ditemukan pada saat pengamatan berjumlah 9 ekor yang terdiri dari 2 ekor jantan, 4 ekor betina dan 3 ekor berukuran kecil(unsex). Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan mengamati ciri morfologi dan didukung dengan pengecekan langsung ada tidaknya hemi penis pada kadal. Dari total kadal, 2 ekor yang berhasil ditangkap. Anak kadal lebih susah ditangkap dibandingkan dengan kadal dewasa. Hal ini dikarenakan ukuran tubuh yang masih kecil sehingga mempermudah pergerakan anak kadal. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui struktur populasi dan juga kelimpahannya dalam suatu area pengamatan. Struktur populasi merupakan komposisi populasi yang meliputi jenis kelamin (jantan, betina) dan umur (kategori anak, kategori muda, kategori dewasa, dan kategori tua) yang merupakan proporsi antara tahapan hidup suatu jenis fauna. Struktur populasi dipengaruhi empat faktor yaitu natalitas, migrasi, imigrasi dan mortalitas(Bahagiawati, et al.,2010). Berdasarkan data yang diperoleh struktur populasi kadal rumput ekor panjang yang ada diarea semak, halaman Rusunawa Universitas Jember adalah stabil. populasi dikatakan stabil apabila populasi memiliki jumlah individu tingkatan yang lebih muda selalu lebih banyak dibanding jumlah individu yang lebih tua. Data menunjukan bahwa umur kadal yang reproduktif lebih banyak dibandingkan dengan yang pascareproduktif(Bahagiawati, et al.,2010).
Selain struktur umur, mengetahui struktur jenis kelamin sangat penting dalam suatu populasi. Hal ini berkaitan dengan keseimbangan jumlah produksi dalam suatu populasi. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa kadal berjenis kelamin betina lebih banyak dibandingkan dengan jantan. Kadal jantan dapat mengawini beberapa betina, sehingga kadal jantan melakukan kompetisi dengan kadal jantan yang lain untuk mendapatkan betina. Kelimpahan organisme adalah jumlah individu pada suatu area. Cara menghitung kelimpahan yang paling akurat adalah dengan cara menghitung setiap individu pada area tersebut. Umumnya tidak dapat menghitung semua individu dalam ekosistem dan walaupun mungkin, maka dibutuhkan waktu yang banyak(). Menurut analisis data, bahwa kelimpahan Takydromus sexlineatus yang ada di area semak, Rusunawa Universitas Jember adalah 0,00276 dengan membagi jumlah spesies yang ditemukan dengan luas area 3.253 m². Tinggi rendahnya kelimpahan dipengaruhi oleh natalitas, mortalitas, imigrasi maupun emigrasi. Natalitas menentukan jumlah melalui produksi individu–individu baru hasil perkembangbiakan. Pengertian natalitas mencakup dua aspek perkembangbiakan yaitu yang disebut fekunditas yang menunjukan potensi populasi untuk menghasilkan individu baru dan fertilitas yang lebih menunjukan kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalam populasi(Soetjipta, 1994). Natalitas merupakan kemampuan populasi untuk bertambah. Salah satu cara kadal menambah populasinya dengan bereproduksi, sehingga kelahiran individu baru dapat menambah jumlah populasi dari kadal tersebut. Selain itu juga dipengaruhi oleh lingkungan, salah satunya suhu untuk mendukung daya tetas telur kadal. Mortalitas merupakan kematian spesies dalam suatu populasi. Dalam kondisi lingkungan yang bagaimanapun ideal dan optimum, spesies dalam populasi akan mengalami kematian yang disebabkan oleh umur(Soetjipta, 1994). Mortalitas merupakan kebalikan dari natalitas yaitu menunjukkan kematian individu dalam suatu populasi. Selain disebabkan umur, mortalitas pada kadal disebabkan oleh adanya penyakit yang mengakibatkan turunnya jumlah populasi kadal di suatu area.
Selain natalitas dan mortalitas, migrasi merupakan salah satu faktor tinggi rendahnya kelimpahan dan struktur dalam suatu populasi. Migrasi merupakan perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan kembali dari populasi. Migrasi terdiri dari imigrasi dan emigrasi, imigrasi adalah masuknya individu ke dalam suatu area populasi dan mengakibatkan meningkatkan kerapatan. Sedangkan emigrasi merupakan keluarnya individu dari suatu area populasi dan mengakibatkan menurunkan kerapatan dari suatu populasi(Soetjipta, 1994). Migrasi kadal disebabkan karena kerusakan habitat akibat aktivitas peternak mencari pakan ternak di area semak di halaman Rusunawa Universitas Jember. Sehingga beberapa kadal ada yang tetap bertahan dan pergi meninggalkan habitatnya baik untuk sementara ataupun seterusnya. Migrasi juga dipengaruhi oleh faktor makanan. Namun, berdasarkan pengamatan dilokasi terdapat banyak sumber makanan yang melimpah yaitu nyamuk dan serangga. Selain itu didukung dengan keberadaan sumber air yang mengalir.
DAFTAR PUSTAKA Bahagiawati., Dwinita, W., Utami, dan Damayanti B. 2010. Pengelompokan dan Struktur Populasi Parasitoid Telur Trichogrammatoidea armigera pada Telur Helicoverpa armigera pada Jagung Berdasarkan Karakter Molekuler. Journal Entomology. Indonesia.,Bogor. Vol. 7 (1) : 54-65. McCullough, D. R. 1996. Metapopulations and WildlifeConservation. Washington DC: Island press. Soetjipta.1994. Dasar- Dasar Ekologi Hewan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Duellman, W.E and L. Trueb. 1976. Biology of Amphibians. McGraw-hill book Company. New York. P: 1, 197 – 225.
Mattison, C. 1992. Lizards of The World. London: Blandford. Susanto, P. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.