BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kelangsungan hidup setiap sel bergantung pada terpeliharanya isi intrasel yang khas untuk jenis sel yang bersangkutan meskipun komposisi cairan ekstrasel ekstrasel yang mengelilinginya sangat berubah-ubah. Setiap sel dalam tubuh manusia dikelilingi oleh membran plasma yang membatasi sel dari cairan interstisial. Fungsi utama dari membran plasma adalah berperan aktif menentukan komposisi sel dengan secara selektif mengizinkan bahan-bahan tertentu berpindah antara sel dan lingkungan. Selain mengontrol masuknya molekul nutrien dan keluarnya produk sekretorik dan bahan sisa, membran plasma juga mempertahankan perbedaan konsentrasi ion antara interior dan eksterior sel. Molekul-molekul dapat melewati membran plasma baik secara aktif maupun pasif. Dalam transpor aktif, molekul-molekul melewati membran plasma menggunakan energi atau ATP untuk melawan gradien konsentrasi. Dalam transpor pasif, molekul-molekul melewati membran plasma dengan kemampuannya sendiri yakni secara difusi menuruni gradien konsentrasi dan/atau perpindahan mengikuti gradien listrik tanpa menggunakan energi atau ATP. Contoh transpor pasif adalah difusi, osmosis dan difusi terfasilitasi. Difusi adalah gerakan spontan molekul yang melewati membran plasma melalui membran lipid bilayer dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Osmosis adalah difusi air / difusi netto melalui membran semipermeabel. Difusi terfasilitasi adalah gerakan molekul melewati membran selektif permeable dengan bantuan protein pembawa/perantara yang terdapat di dalam membran. Dalam praktikum ini, akan dilakukan simulasi dari tiap-tiap mekanisme transpor membran dengan menggunakan program simulasi untuk praktikum fisiologi yaitu Physio Ex.8.0. 2. TUJUAN Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Mengerti permeabilitas membran plasma 2. Mengerti mekanisme transpor pasif molekul melewati membran plasma 3. Mengerti mekanisme transpor aktif molekul melewati membran plasma
4. Mengerti dan dapat menjelaskan berbagai macam jenis transpor molekul melewati membran plasma 3. MANFAAT Adapun manfaat yang didapatkan melalui praktikum ini adalah : 1. Dapat mempelajari dan mengetahui permeabilitas membran plasma 2. Dapat mempelajari dan mengetahui mekanisme transpor pasif molekul melewati membran plasma 3. Dapat mempelajari dan mengetahui mekanisme transpor aktif molekul melewati membran plasma 4. Dapat mempelajari dan mengetahui berbagai macam jenis transpor molekul melewati membran plasma
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TRANSPOR MEMBRAN Semua bahan yang berpindah antara sebuah sel dan cairan ekstrasel di sekitarnya harus mampu menembus membran plasma. Jika suatu bahan dapat menembus membran, maka membran dikatakan permeabel terhadap bahan tersebut, sebaliknya jika bahan tersebut tidak dapat lewat maka membran bersifat impermeabel terhadapnya. Membran plasma bersifat permeabel selektif yaitu memungkinkan sebagian partikel lewat sementara mencegah yang lain. Dua sifat partikel yang mempengaruhi apakah partikel dapat menembus membran plasma tanpa bantuan yaitu: (1) kelarutan relatif partikel dalam lemak dan (2) ukuran partikel. Partikel yang mudah larut dalam lemak dapat larut dalam lapis ganda lemak dan menembus membran. Molekul tak bermuatan atau nonpolar (misalnya O2, CO2, dan asam lemak) sangat mudah larut dalam lemak dan cepat menembus membran. Partikel bermuatan (ion misalnya Na+ dan K+) dan molekul polar (misalnya glukosa dan protein) memiliki daya larut lemak yang rendah tetapi sangat larut dalam air. Lapis ganda lemak berfungsi sebagai sawar impermeabel terhadap partikel yang sulit larut dalam lemak. Untuk ion larut air ( dan karenanya tak larut lemak) dengan garis tengah kurang dari 0,8 nm, saluran protein berfungsi sebagai rute alternatif untuk melewati membran. Hanya ion yang memiliki saluran spesifik dan terbuka yang dapat menembus membran. Dalam menyelesaikan transpor menembus membran terdapat dua jenis gaya umum yang berperan : (1) gaya yang tidak mengharuskan sel mengeluarkan energi untuk menimbulkan perpindahan (gaya pasif) dan (2) gaya yang mengharuskan sel mengeluarkan energinya (ATP) untuk memindahkan suatu bahan melewati membran (gaya aktif). 2.2. PERMEABILITAS MEMBRAN Fungsi membran sel adalah pengatur keluar masuknya zat. Membran memiliki sifat permeabilitas dan semi permeabilitas. Permeabilitas dan semi permeabilitas merupakan kemampuan yang dimiliki oleh membran sel dalam menyaring partikel-partikel yang akan melalui mkembran sel. Permeabilitas membran tergantung pada fluiditas inti hidrofobik membran dan aktivitas protein pengangkutnya.
Keadaan
lingkungan
yang
menggangu
mempengaruhi permeabilitas membran terhadap suatu solut.
keduanya
akan
Permeabilitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh membran sel dalam menyaring partikel-partikel yang akan memalului membaran. Semi permeabilitas merupakan
kemampuan
membran
sel
menyaring
partikel-partikel,
yang
mempnyai sifat permeabilitas membran. 2.3. DIFUSI Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion), difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated difusion). Difusi melalui membran berlangsung karena molekul-molekul yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, membran sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2, HO, dan H 2O. Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel . Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam – garam mineral, tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus membran. Proses masuknya molekul besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi, yaitu pelaluan zat melalui rnembran plasma yang melibatkan protein pembawa atau protein transporter. Protein transporter tergolong protein transmembran yang memiliki tempat perlekatan terhadap ion atau molekul yang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau ion memiliki protein transporter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein transporter yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel. Protein transporter untuk glukosa banyak
ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung, sel-sel lemak dan sel-sel hati, karena sel – sel tersebut selalu membutuhkan glukosa untuk diubah menjadi energi.(anonim,2010) 2.4. DIALISIS
2.5. DIFUSI TERFASILITASI
2.4. OSMOSIS
2.5. FILTRASI Molekul berpindah melalui membran dengan difusi atau osmosis karena pergerakan acak. Pada contoh yang lain, molekul didorong melewati membran melalui proses filtrasi. Filtrasi pada umumnya terjadi pada proses pemisahan partikel terlarut padat dari larutan. Metode pertama adalah menuangkan larutan, campuran cairan dan partikel terlarut ke suatu corong (fig. 3.26).
Kertas saringan berlaku sebagai suatu pori-pori membran dimana molekulmolekul air dapat melewati dan meninggalkan partikel padat yang lebih besar. Tekanan hidrostatis yang diciptakan dari berat air karena grativasi mendorong molekul air melewati sisi yang lain. Proses filtrasi memerlukan energi, tetapi energi yang dibutuhkan tidak datang secara langsung dari ATP. Energi dari filtrasi berasal dari tekanan mekanis. Filtrasi mengkondisikan air dan materi terlarut untuk didorong melalui suatu membran dari suatu area bertekanan tinggi ke suatu area lain bertekanan rendah. Di dalam tubuh, cairan di sekitar jaringan terbentuk saat air dan zat terlarut didorong keluar melalui dinding berpori tipis dinding kapiler darah, tetapi partikel yang lebih besar seperti molekul protein darah tertinggal di dalamnya (fig. 3.27). Dorongan perpindahan ini berasal dari tekanan darah, dipicu oleh aksi jantung yang lebih besar dari pada tekanan luarnya. (Meskipun aksi jantung dalah proses tubuh yang aktif, filtrasi masih dianggap pasif karena hal itu bisa terjadi karena tekanan disebabkan oleh gravitasi itu sendiri).
Tekanan darah berasal dari dari proses pemompaan jantung. Filtrasi terjadi saat darah melalui kapiler, suatu dinding sel yang sangat permeabel. Tekanan darah di kapiler-kapiler lebih tinggi dari tekanan di cairan sekitar kapiler. Pada kapiler yang menyebar di seluruh tubuh, tekanan darah mendorong plasma dan material terlarut melalui membran kapiler ke dalam ruang sekitar jaringan kapiler (lihat Fig. 3 – 3). Hal ini memicu lebih banyak cairan di sekitar jaringan dan lebih baik untuk sel-sel menerima glukosa, asam amino dan nutrisi lain. Tekanan darah di kapiler ginjal juga terjadi proses filtrasi dalam tahap pertama pembentukan urin.
Filtrasi terjadi saat air dan partikel terlarut lain didorong melalui membran sel atau sistem pori oleh perbedaan tekanan hidrostatis. Pori-pori terjadi saat ruang-ruang kecil di antara sel endotel atau pori dalam membran sel. Proses tersebut ditemukan di dalam jaringan kapiler. Ultrafiltasi terjadi saat proses filtrasi seperti kapiler ginjal. Komponen darah yang lebih besar tertahan atau molekul terlarut terpisah atas dasar ukuran dan muatannnya.[3]
Gambar filtrasi pada kapiler dalam jaringan
Tabel 3-2 Mekanisme Transpor Sel
2.6. TRANSPOR AKTIF
BAB III METODOLOGI 3.1.ALAT DAN BAHAN
Pada praktikum ini,mahasiswa akan menggunakan program simulasi untuk praktikum fisiologi, yaitu Physio Ex.8.0. Program ini akan disediakan oleh Departemen Fisiologi FK Untan. 3.2.CARA KERJA Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah dengan mengikuti petunjuk praktikum ( worksheet ) Physio Ex.8.0 yang telah tersedia.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL
4.1.1. SIMULASI DIFUSI SEDERHANA
Apakah terjadi difusi? Membran (MWCO) 50 100
Aktivitas 1 Larutan ( 9Mm ) NaCl Urea Albumin Glukosa
20 Tidak terjadi difusi Tidak terjadi difusi Tidak terjadi difusi Tidak terjadi difusi
Keseimbangan pada 10 min Tidak terjadi difusi Tidak terjadi difusi Tidak terjadi difusi
200
Keseimbangan pada 10 min Keseimbangan pada 16 min Tidak terjadi difusi Tidak terjadi difusi
Keseimbangan pada 10 min Keseimbangan pada 16 min Tidak terjadi difusi Keseimbangan pada 37 min
4.1.2. SIMULASI DIALISIS Apakah terjadi difusi? Membran (MWCO) 200 Tidak terjadi difusi Keseimbangan pada 17 min Tidak terjadi difusi Tidak terjadi difusi
Aktivitas 2 Larutan ( 10 Mm ) NaCl Urea Albumin Glukosa
4.1.3. SIMULASI DIFUSI TERFASILITASI Aktivitas 3 Konsentrasi Glukosa ( mM ) 3
9
Hasil difusi terfasilitasi Jumlah protein pembawa glukosa 500 700
300
Na+/Cl- : 10 min Na+/Cl- : 10 Glukosa : tidak min tercapai Glukosa : 47 min Na+/Cl- : 10 min Na+/Cl- : 10 Glukosa : tidak min tercapai Glukosa : 59 min
Na+/Cl- : 10 min Glukosa : 36 min Na+/Cl- : 10 min Glukosa : 44 min
900 Na+/Cl- : 10 min Glukosa : 29 min Na+/Cl- : 10 min Glukosa : 36 min
4.1.4. SIMULASI OSMOSIS Aktivitas 4
Hasil osmosis ( tekanan dalam mm Hg) Membran ( MWCO )
Larutan ( 9 Mm) Na+/ClAlbumin
Glukosa
20
50
100
200
Tidak terjadi difusi Tidak terjadi difusi Pa = 153 Tidak terjadi difusi Pa = 153
10 min
10 min
10 min
Tidak terjadi difusi Pa = 153 Tidak terjadi difusi Pa = 153
Tidak terjadi difusi Pa = 153 Tidak terjadi difusi Pa = 153
Tidak terjadi difusi Pa = 153 Keseimbangan pada 37 min
4.1.5. SIMULASI FILTRASI Hasil Filtrasi Membran ( MWCO ) 50 100
Aktivitas 5 Tekanan ( mm Hg ) 50 100
20 100 min 50 min
40 min 20 min
20 min 10 min
200 10 min 5 min
4.1.6. SIMULASI TRANSPOR AKTIF
4.2 PEMBAHASAN 4.2.1. DIFUSI SEDERHANA Berdasarkan tabel dalam percobaan simulasi difusi sederhana, dapat dilihat bahwa pada membran dengan 20 MWCO, tidak ada molekul yang dapat melewati membran tersebut. Pada membran dengan 50 MWCO, molekul yang dapat melewati membran tersebut adalah senyawa NaCl. Pada membran dengan 100 MWCO, molekul yang dapat melewati membran tersebut adalah senyawa NaCl dan urea. Sedangkan pada membran dengan 200 MWCO, senyawa NaCl, urea serta glukosa dapat melewati membran tersebut kecuali albumin. Terdapat dua sifat partikel yang mempengaruhi apakah partikel dapat menembus membran plasma tanpa bantuan : (1) kelarutan relatif partikel dalam lemak dan (2) ukuran partikel . (Sherwood,2014).
Dalam percobaan diatas dapat dilihat bahwa pada membran dengan 20 MWCO (molecular weight cut off) tidak ada satu pun senyawa atau molekul yang dapat melewati membran sehingga tidak terjadi difusi dari gelas beker kiri ke kanan. Hal ini disebabkan karena berat molekul yang dimiliki oleh semua senyawa yang ada dalam gelas beker kiri melebihi kapasitas membran, yakni 20. Seperti yang kita ketahui bahwa berat molekul Na+ adalah 22,99 ; berat molekul Cl- adalah 35,45; berat molekul urea ( CO(NH 2)2 ) adalah 60,062 ; berat molekul albumin adalah sekitar 69 kDa dan berat molekul glukosa ( C 6H12O6 ) adalah 180,156. Pada membran dengan 50 MWCO, molekul yang dapat melewati membran tersebut adalah senyawa NaCl dan mencapai titik keseimbangan (equilibrium ) pada 10 min. Hal ini disebabkan karena baik Na+ (22,99) maupun Cl- (35,45)mempunyai berat molekul yang lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas membran yakni 50 sehingga senyawa NaCl dapat berdifusi dari gelas beker kiri ke kanan. Sementara itu, senyawa lain berupa urea, albumin dan glukosa tidak dapat melewati membran karena memiliki berat molekul yang melebihi kapasitas membran 50 MWCO. Pada membran dengan 100 MWCO, molekul yang dapat melewati membran tersebut adalah senyawa NaCl yang mencapai tiitik keseimbangan (equilibrium) pada 10 min dan senyawa urea yang mencapai titik keseimbangan (equilibrium) pada 16 min. Hal ini disebabkan karena baik NaCl (22,99/35,45) dan urea (60,062) mempunyai berat molekul yang lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas membran yakni 100 sehingga senyawa NaCl dan urea dapat berdifusi dari gelas beker kiri ke kanan. Pada membran dengan 200 MWCO, senyawa NaCl, urea serta glukosa dapat melewati membran tersebut kecuali albumin. Senyawa NaCl yang mencapai tiitik keseimbangan (equilibrium) pada 10 min ; senyawa urea yang mencapai titik keseimbangan (equilibrium) pada 16 min dan senyawa glukosa mencapai titik keseimbangan (equilibrium) pada 37 min. Hal ini disebabkan karena baik NaCl (22,99/35,45), urea (60,062) serta glukosa (180,156) mempunyai berat molekul yang lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas membran yakni 200 sehingga senyawa NaCl dan urea dapat berdifusi dari gelas beker kiri ke kanan. Senyawa albumin sama sekali tidak mengalami difusi baik pada membran 20, 50, 100 serta 200 MWCO. Hal ini disebabkan karena albumin memiliki berat molekul serta ukuran partikel yang besar sehingga tidak dapat melewati membran sehingga tidak terjadi difusi dari gelas beker kiri ke kanan.
4.2.2. DIALISIS Berdasarkan percobaan simulasi dialisis yang dilakukan, pada gelas beker kiri mengandung larutan NaCl, urea , albumin dan glukosa yang masing-masing dengan konsentrasi 10 Mm. Sementara pada gelas beker kanan mengandung larutan NaCl, albumin dan glukosa dengan konsentrasi 10 Mm, kecuali urea yakni 0 Mm. Yang terjadi dalam percobaan simulasi dialisis tersebut adalah senyawa urea mengalami difusi dari gelas beker kiri ke gelas beker kanan melalui membran dengan 200 MWCO dan mencapai tiitk keseimbangan (equilibrium) yakni pada 17 min, hal ini disebabkan karena urea memiliki berat molekul yang lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas membran yakni 60,062 sehingga dapat melewati membran tersebut. Selain itu urea dapat berdifusi dari gelas beker kiri ke kanan karena disebabkan oleh konsentrasi urea dalam gelas beker kanan yang rendah (hipotonis) dibandingkan dengan konsentrasi urea dalam gelas beker kiri yang lebih tinggi (hipertonik). Hal ini disebabkan karena difusi adalah perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi akan berhenti setelah terjadi keadaan stabil dinamis dimana konsentrasi larutan baik di gelas beker kiri maupun kanan sama, dimana dalam percobaan diatas, keseimbangan terjadi pada 17 min. Sementara itu senyawa NaCl, albumin dan glukosa tidak mengalami difusi karena konsentrasi ketiga senyawa tersebut sama ( isotonik ) baik pada gelas beker kiri dan kanan. 4.2.3. DIFUSI TERFASILITASI Berdasarkan percobaan simulasi difusi terfasilitasi yang dilakukan, dapat dilihat bahwa senyawa glukosa merupakan senyawa polar yang tidak larut dalam lemak dan molekulnya terlalu besar untuk melewati saluran/membran yang ada. Oleh karena itu senyawa glukosa dibantu oleh molekul pembawa glukosa berupa protein yang akan mempermudah transpor glukosa menembus membran. Sesuai karakteristik transpor dengan bantuan, laju difusi terfasilitasi dibatasi oleh saturasi tempat pengikatan di molekul pembawa, tidak seperti laju difusi sederhana yang selalu berbanding lurus dengan gradien konsentrasi . Jumlah bahan yang dapat diangkut menembus membran dalam kurun waktu terbatas. Batas ini dikenal dengan maksimum transpor (Tm). Sebelum Tm tercapai, jumlah tempat pengikatan di molekul pembawa yang ditempati oleh suatu bahan dan karenanya, laju transpor bahan tersebut menembus membran, berbanding lurus dengan konsentrasinya. Semakin banyak bahan yang yang tersedia untuk transpor, semakin banyak yang akan diangkut. Ketika Tm tercapai, pembawa mengalami penjenuhan (semua tempat pengikatannya terisi penuh) dan laju transpor bahan menembus membran maksimal.
Dalam percobaan simulasi difusi terfasilitasi yang telah dilakukan, pada konsentrasi glukosa yang telah diberikan yakni 3 mM dan 9 mM, waktu yang diperlukan oleh molekul glukosa untuk melewati membran dengan bantuan protein pembawa semakin berkurang (laju difusinya bertambah hingga mencapai maksimum transpor). Pada saat jumlah molekul pembawa glukosa sebanyak 300, baik glukosa pada konsentrasi 3 mM dan 9 mM tidak mencapai titik keseimbangan, hal ini menandakan bahwa laju difusi yang berjalan sangat lambat dan melebihi waktu yang diatur dalam percobaan simulasi (>60 min). Namun seiring dengan bertambahnya jumlah molekul pembawa glukosa, laju difusi senyawa glukosa semakin bertambah cepat. Namun, lain halnya dengan laju difusi Na+/Cl- yang tetap konstan meskipun ditambahkan jumlah molekul pembawa glukosa. Hal ini disebabkan karena ion Na+/Cl- merupakan ion yang dapat berdifusi melewati membran dengan cepat tanpa bantuan molekul protein pembawa (difusi sederhana) s ehingga meskipun jumlah molekul pembawa glukosa bertambah, tidak akan memberikan pengaruh apapun pada laju difusi Na+/Cl- yang menggunakan mekanisme difusi sederhana. Apabila pada gelas beker kanan maupun kiri memiliki konsentrasi/jumlah glukosa yang sama, maka tidak akan terjadi difusi. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi yang sama pada kedua gelas beker, sesuai dengan teori yang ada, prinsip mekanisme difusi adalah menuruni gradien konsentrasi, apabila konsentrasi yang ada telah mencapai titik keseimbangan (equilibrium) / larutan dalam keadaan isotonik maka difusi tidak akan terjadi. Hal ini juga sesuai dengan prinsip saturasi yang telah dijabarkan diatas. Apabila dalam simulasi diatas, tidak dapat diamati ada tidaknya difusi itu berlangsung, baik melalui tabel pengamatan ataupun pertambahan laju difusi, menandakan bahwa difusi memang tidak terjadi. Hal ini juga dapat dipastikan dengan melihat konsentrasi dari kedua gelas beker (menandakan cairan intrasel dan ekstrasel). 4.2.4. OSMOSIS
4.2.5. FILTRASI Kecepatan filtrasi dipengaruhi oleh membran MWCO. Membran MWCO adalah besar pori-pori membran yang dalam simulasi ini adalah membran dialisis yang diwakili oleh 20, 50, 100 dan 200 MWCO. Semakin besar MWCO maka semakin besar pori-pori membran. Dengan semakin besarnya MWCO maka
semakin tinggi pula kecepatan filtrasi. Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa waktu filtrasi 9 mg/ml Na+/Cl-, 5 mg/ml urea dan glukosa serta mg/ml bubuk karbon yang diperlukan pada tekanan 50 mg/ml Hg dengan membran MWCO sebesar 20 adalah 100 menit sementara pada keadaan yang sama Dengan membran yang lebih besar yaitu 50 waktu filtrasi yang diperlukan adalah 40 menit. Selain dipengaruhi oleh membran MWCO, tekanan yang diberikan juga mempengaruhi laju filtrasi. Filtrasi terjadi saat air dan partikel terlarut lain didorong melalui membran sel atau sistem pori oleh perbedaan tekanan hidrostatis. Tekanan hidrostatis diciptakan dari berat air karena grativasi mendorong molekul air melewati sisi yang lain Filtrasi mengkondisikan air dan materi terlarut untuk didorong melalui suatu membran dari suatu area bertekanan tinggi ke suatu area lain bertekanan rendah. Tekanan yang tinggi menyebabkan peningkatan pada kecepatan filtrasi. Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa waktu filtrasi 9 mg/ml Na +/Cl-, 5 mg/ml urea dan glukosa serta mg/ml bubuk karbon yang diperlukan pada tekanan 50 mg/ml Hg dengan membran MWCO sebesar 20 adalah 100 menit sementara pada keadaan yang sama Dengan tekanan lebih besar yaitu 100 mg/ml Hg waktu filtrasi yang diperlukan adalah 50 menit. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya tekanan yang diberikan berbanding lurus dengan laju filtrasi. Pada waktu yang tercatat dalam tabel terlihat peningkatan kecepatan filtrasi sebesar 2 kali dengan tekanan yang ditingkatkan sebesar 2 kali pula. Tidak semua jenis larutan dapat melewati membran sel. Semua jenis larutan baik Na+/Cl- , urea dan glukosa dan bubuk karbon tidak dapat melewati semua jenis membran baik 20, 50, 100 dan 200 secara sempurna. Dapat dilihat dengan masih adanya kandungan dari keempat jenis pada analisis residu membran. Bubuk karbon tidak bisa sama sekali melewati membran pada semua ukuran baik 20, 50, 100, 200. Pada larutan Na+/Cl- dapat melewati membran pada ukuran 50, 100, 200 tetapi masih menyisakan ion-ion pada membran. Pada larutan glukosa dan urea juga dapat melewati membran pada ukuran 50, 100, 200 tetapi masih menyisakan ion-ion pada membran. Intinya adalah bahwa tidak semua larutan Na+/Clglukosa dan urea yang dapat melewati hadangan pori membran. Tubuh dapat secara selektif meningkatkan kecepatan filtrasi pada organ atau sistem organ karena di dalam tubuh, cairan di sekitar jaringan terbentuk saat air dan zat terlarut didorong keluar melalui dinding berpori tipis dinding kapiler darah, tetapi partikel yang lebih besar seperti molekul protein darah tertinggal di dalamnya (fig. 3.27). Dorongan perpindahan ini berasal dari tekanan darah, dipicu oleh aksi jantung yang lebih besar dari pada tekanan luarnya. (Meskipun aksi
jantung dalah proses tubuh yang aktif, filtrasi masih dianggap pasif karena hal itu bisa terjadi karena tekanan disebabkan oleh gravitasi itu sendiri). Tekanan darah berasal dari dari proses pemompaan jantung. Filtrasi terjadi saat darah melalui kapiler, suatu dinding sel yang sangat permeabel. Tekanan darah di kapiler-kapiler lebih tinggi dari tekanan di cairan sekitar kapiler. Pada kapiler yang menyebar di seluruh tubuh, tekanan darah mendorong plasma dan material terlarut melalui membran kapiler ke dalam ruang sekitar jaringan kapiler (lihat Fig. 3 – 3). Hal ini memicu lebih banyak cairan di sekitar jaringan dan lebih baik untuk sel-sel menerima glukosa, asam amino dan nutrisi lain. Tekanan darah di kapiler ginjal juga terjadi proses filtrasi dalam tahap pertama pembentukan urin. 4.2.6. TRANSPOR AKTIF
BAB V PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang di dapatkan dalam praktikum ini adalah : 1. 2. 3. * Difusi terfasilitasi adalah * Glukosa merupakan senyawa polar yang tidak larut dalam lemak dan molekulnya terlalu besar untuk melewati saluran/membran yang ada sehingga dibantu oleh molekul pembawa glukosa berupa protein yang akan mempermudah transpor glukosa menembus membran. * Mekanisme difusi Na+/Cl- merupakan difusi sederhana yang menuruni gradien konsentrasi tanpa menggunakan molekul pembawa/ transporter.
5.2. SARAN Adapun saran dari kelompok kami ialah : 1. Untuk praktikum fisiologi selanjutnya yang menggunakan program Physio.Ex.08, sebaiknya menggunakan lebih dari satu laptop sehingga semua mahasiswa dapat berpartisipasi dalam praktikumnya.
DAFTAR PUSTAKA C. Scanlon, Valerie. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology, 5th ed. Philadelphia, United States of America: F. A. Davis Company Faller. 2004. The Human Body, An Introduction to Structure and Function. Kiel, Spring: Thieme Guyton, H , Sherwood, L . 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Ed 6 . Jakarta : EGC Shier, Butler dan Lewis. 2001. Hole’s Human Anatomy and Physiology , Ninth Edition The McGraw−Hill Companies Tim Pembina Mata Kuliah Fisiologi Hewan.2008. Pedoman praktikum fisiologi hewan. Surabaya:Universitas Muhammadiyah Surabaya