LAPORAN PARASITOLOGI PARASITOLOGI I PRAKTIKUM “ENTEROBIUS VERMICULARIS”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Parasitologi I Praktikum Dosen: Anita Oktari, M.Si
Disusun: Achmad Gilman Harish
[1511E1022]
Lita Nur Indahsari
[1511E1029]
Kelompok 4 D3A-Analis Kesehatan
SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tentang “Parasitologi I Praktikum”, dan manfaatnya untuk masyarakat. Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga laporan tentang “Parasitologi I Praktikum”, dan manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bandung, Agustus 2017 Penyusun,
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3
Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................... 3 PEMBAHASAN .................................................................................................... 3 2.1
Pengertian Enterobius vermicularis ................................................................ 3
2.2
Morfologi Enterobius vermicularis ................................................................. 3
2.3
Morfologi telur Enterobius vermicularis ........................................................ 3
2.4
Daur Hidup Enterobius vermicularis ............................................................. 4
2.5
Epidemiologi ...................................................................................................... 4
2.6
Diagnosa Laboratorium ................................................................................... 5
2.7
Gejala Klinis ...................................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................... 7 METODOLOGI .................................................................................................... 7 3.1
Metode ................................................................................................................ 7
3.2
Alat dan Bahan .................................................................................................. 7
3.3
Langkah Kerja .................................................................................................. 7
BAB IV ................................................................................................................... 8 PEMBAHASAN .................................................................................................... 8 4.1
Hasil Pengamatan ............................................................................................. 8
4.2
Bahan diskusi .................................................................................................... 9
BAB V ................................................................................................................... 11 PENUTUP ............................................................................................................ 11 5.1
Kesimpulan ...................................................................................................... 11
5.2
Saran ................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit ini dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. Parasit ini lebih banyak didapatkan diantara kelompok dengan tingkat sosial yang rendah, tetapi tidak jarang ditemukan pada orang-orang dengan tingkat sosial yang tinggi. Cacingan, penyakit yang cukup akrab di kalangan anak-anak Indonesia. Mulai dari yang berukuran besar seperti cacing perut, sampai yang kecil setitik seperti cacing kremi (pinworm). Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis adalah parasit yang hanya menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oxyuriasis atau enterobiasis. Oleh awam, kita sering mendengar, Kremian (Sudarto, 1995). Enterobiasis juga merupakan penyakit keluarga yang disebabkan oleh mudahnya penularan telur baik melalui pakaian maupun alat rumah tangga lainnya. Anak berumur 5-14 tahun lebih sering mengalami infeksi cacing Oxyuris vermicularis dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih bisa menjaga kebersihan dibandingkan anak-anak. Berdasarkan hal tersebut, kami mengangkat makalah tentang cacing Oxyuris vermicularis (Sudarto, 1995). 1.2
Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Enterobius vermicularis? 2. Bagaimanakah morfologi dari Enterobius vermicularis? 3. Bagaimanakah morfologi dari telur telur cacing Enterobius vermicularis? 4. Bagaimanakah daur hidup dari Enterobius vermicularis? 5. Bagaimanakah epidemiologi dari Enterobius vermicularis? 6. Bagaimanakah diagnosa laboratorium dari Enterobius vermicularis? 7. Bagaimanakah gejala klinis dari Enterobius vermicularis? 8. Bagaimanakah cara pengobatan dan pencegahan Enterobius vermicularis?
1
1.3
Tujuan 1. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa itu Enterobius vermicularis. 2. Untuk mengetahui morfologi dari Enterobius vermicularis. 3. Untuk mengetahui morfologi dari telur cacing Enterobius vermicularis. 4. Untuk mengetahui daur hidup dari Enterobius vermicularis. 5. Untuk mengetahui epidemiologi Enterobius vermicularis. 6. Untuk mengetahui diagnosa laboratorium dari Enterobius vermicularis. 7. Untuk mengetahui gejala klinis dari Enterobius vermicularis. 8. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan Enterobius vermicularis.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pengertian Enterobius vermicularis
Enterobius vermicularis atau sering disebut cacing kremi adalah salah satu hewan dari kelas nematoda filum “ Nemathelminthes”. Enterobius vermicularis disebut cacing kremi karena ukurannya sangat kecil. Cacing kremi hidup di dalam usus besar manusia (Faust dan Russel, 1992). Enterobius vermicularis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
2.2
Phylum
: Nematoda
Kelas
: Plasmidia
Ordo
: Rabtidia
Super family : Oxyuroidea
Family
: Oxyuridea
Genus
: Enterobius
Species
: Enterobius vermicularis
Morfologi Enterobius vermicularis
Cacing dewasa Enterobius vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh lebih besar dari pada yang jantan. Ukuran cacing jantan adalah 25 mm, cacing jantan mempunyai sayap yang dan ekornya melingkar seperti tanda tanya. Sedangkan ukuran cacing betina adalah 8-13 mm x 0,4 mm, cacing betina mempunyai sayap , bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing betina berbentuk gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk khas dari cacing dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi dijumpai adanya 3 buah bibir, bentuk esofagus bulbus ganda (double bulb oesophagus), didaerah anterior sekitar leher kutikulum cacing melebar, pelebaran yang khas disebut sayap leher (Srisari G, 2006). 2.3
Morfologi telur Enterobius vermicularis
Ukuran telur Enterobius vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron (rata-rata 55 x 26 mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu: lapisan luar berupa lapisan albuminous, translucent, bersifat mechanical protection. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir setiap
3
harinya selama 2 sampai 3 minggu, sesudah itu cacing betina akan mati. (Soedarto, 1995). 2.4
Daur Hidup Enterobius vermicularis
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Enterobius vermicularis dan tidak diperlukan hospes perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak telur pada malam hari dan akan melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah: perianal dan perinium. Migrasi ini disebut Nocturnal migration. Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus, kemudian telur melekat didaerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada tempat tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 ºC dalam waktu 6 jam (Soedarto, 1995). Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan (Srisari G, 2006). Cara penularan Enterobius vermicularis:
2.5
Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau pada orang lain sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau pakaian dalam penderita. Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri, oleh karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasi kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
Epidemiologi
Insiden tinggi di negara-negara barat terutama USA 35-41 %.
Merupakan penyakit keluarga.
Tidak merata dilapisan masyarakat.
Yang sering diserang yaitu anak-anak umur 5-14 tahun.
Pada daerah tropis insiden sedikit oleh karena cukupnya sinar matahari, udara panas, kebiasaan ke WC (yaitu sehabis defekasi dicuci dengan air tidak dengan kertas toilet). Akibat hal-hal tersebut diatas maka pertumbuhan telur terhambat, sehingga dapat dikatakan penyakit ini tidak berhubungan dengan
4
·
keadaan sosial ekonomi masyarakat tapi lebih dipengaruhi oleh iklim dan kebiasaan (Soejoto dan Soebari, 1996). Udara yang dingin, lembab dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan telur (Soejoto dan Soebari, 1996). 2.6
Diagnosa Laboratorium
Cara memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau telur dari cacing Enterobius vermiculsris. Adapun caranya adalah sebagai berikut: Cacing Dewasa Cacing dewasa dapat ditemukan dalam feses, dicuci dalam larutan NaCl agak panas, kemudian dikocok sehingga menjadi lemas, selanjutnya diperiksa dalam keadaan segar atau dimatikan dengan larutan fiksasi untuk mengawetkan. Nematoda kecil seperti Enterobius vermicularis dapat juga difiksasi dengan diawetkan dengan alkhohol 70% yang agak panas (Harold W. Brown, 1979).
Telur Cacing Telur Enterobius vermicularis jarang ditemukan didalam feses, hanya 5% yang positif pada orang-orang yang menderita infeksi ini. (Soejoto dan Soebari, 1996) Telur cacing Oxyuris vermicularis lebih mudah ditemukan dengan tekhnik pemeriksaan khusus, yaitu dengan menghapus daerah sekitar anus dengan “ Scotch adhesive tape swab” (Lynne & David, 1996).
2.7
Gejala Klinis
Enterobiasis sering tidak menimbulkan gejala (asimptomatis). Gejala klinis yang menonjol berupa pruritus ani, di sebabkan oleh iritasi di sekitar anus akibat migrasi cacing betina ke perianal untuk meletakkan telur-telurnya. Gatalgatal di daerah anus terjadi saat malam hari, karena migrasi cacing betina terjadi di waktu malam (DB Jelliffe, 2000). Cacing betina gravid, sering mengembara dan bersarang di vagina serta tuba fallopi. Sementara sampai di tuba fallopi menyebabkan salphyngitis. Kondisi ini sangat berbahaya, terutama pada wanita usia subur, sebab dapat menyebabkan kemandulan, akibat buntunya saluran tuba. Cacing juga sering ditemukan di appendix. Hal ini bisa menyebabkan apendisitis, meskipun jarang di temukan (Purnomo et al, 2003). 2.1
Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan enterobiasis efektif jika semua penghuni rumah juga di obati, infeksi ini dapat menyerang semua orang yang berhubungan dengan
5
penderita. Obat-obatan yang di gunakan antara lain piperazin, pirvinium, tiabendazol dan stilbazium iodida (Gandahusada et al., 2006). Pengobatan enterobiasis adalah sebagai berikut:
·
Piperazin sulfat diberikan dengan dosis 2 x 1 g/hari selama 8 hari, Pirvinium pamoat, di berikan dengan dosis 5 mg/kg berat badan (maksimum 0,25 g) dan di ulangi 2 minggu kemudian, Piranthel pamoat, di berikan dengan dosis 11 mg/kg berat badan single dose, dan maksimum 1 gram, Stilbazium Iodida, dengan dosis tunggal 10-15 mg/kg berat badan. Warna tinja akan menjadi merah karena obat ini (Noer, 2007).
Pencegahan dengan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, ganti sprei teratur, ganti celana dalam setiap hari, membersihkan debu-debu kotoran di rumah, potong kuku secara rutin, hindari mandi cuci kakus (MCK) di sungai. Kalau perlu toilet dibersihkan dengan menggunakan desinfektan (Noer, 1999). Selain itu, peningkatan kesehatan perorangan dan kelompok digabung dengan terapi kelompok dapat membantu pencegahan (Garcia dan Bruckner, 1999).
6
BAB III METODOLOGI 3.1
Metode
3.2
Preparat awetan
Alat dan Bahan
Alat
Bahan
3.3
Mikroskop Atlas parasitologi Preparat awetan telur cacing Enterobius vermicularis Preparat cacing dewasa Enterobius vermicularis jantan dan betina
Langkah Kerja 1. Amati preparat terlur Enterobius vermicularis dimikroskop dengan pembesaran 10x40 2. Amati morfologi Enterobius vermicularis dewasa,bedakan cacing jantan dan cacing betina 3. Gambarkan hasil pengamatan serta keterangan gambar yang memperlihatkan ciri khas
7
BAB IV PEMBAHASAN 4.1
Hasil Pengamatan GAMBAR
Bagian posterior cacing Enterobius vermicularis dewasa jantan
Bagian posterior cacing Enterobius vermicularis dewasa betina
Keteterangan gambar: Keterangan gambar: Bagian posteriornya melengkung Bagian posteriornya ± 1/5 panjang seperti tanda tanya terbalik, ekor tubuh, runcing seperti duri terdiri atas tumpul menggulung jaringan hialin GAMBAR
Bagian anterior cacing Enterobius vermicularis dewasa (jantan dan betina)
Keterngan gambar:
1. Ala cephalic lateral 2. Bulbus esophagus 3. Dikelilingi 3 mulut (1 bibir dorsal dam 2 bibir lateroventral)
8
GAMBAR
Telur cacing Enterobius vermicularis
Keterangan gambar:
1. 2. 3. 4. 4.2
Vitelin Hialin Embrio Bentuk seperti huruf
“D”
Bahan diskusi 1. Sebutkan: a. Bagian tubuh cacing Enterobius vermicularis dewasa yang digunakan sebagai alat identifikasi! Ala cephalic lateral dan bulbus esophagus b. Bagian tubuh cacing Enterobius vermicularis dewasa yang doigunakan untuk membedakan cacing jantan dan betina Pada bagian posterior jantan melengkung dan betina lurus
2. Berdasarkan pengetahuan tentang siklus hidup cacing kremi, sebutkan: a. Stadium infektif dan stadium diagnostik cacing Enterobius vermicularis Stadium infektif : Telur berembrio Stadium diagnostik : Telur berembrio b. Habitat cacing Enterobius vermicularis dewasa Habitatnya pada usus caecum c. Dua strategi yang dilakukan cacing kremi dalam upaya melestariakan spesiesnya agar tidak punah Retograd infeksi Autoinfeksi 3. Lengkapi tabel perbandingan siklus hidup dibawah ini: Pembanding Enterobius vermicularis Nematoda usus lain Stadium Infektif Telur berembrio Telur berembrio Daerah perianal Tanah Tempat pematangan
9
stadium infektif Tipe penyebaran (berdasarkan media tempat pematangan stadium infektif) Bahan pemeriksaan
Non soil transmitted helmint
Soil transmitted helmint
Apus anus
Feses
Anal swab Preparat dan feses Metode pemeriksaan 4. Jelaskan minimal 3 syarat yang harus dilakukan analis sebelum melakukan pengambilan pada pasien dugaan enterobiasis dengan metode selotif! Menggunakan APD Pastikan pasien tidak mandi terlebih dahulu Selotif bening yang digunakan dan saat pengambilan harus ditekan supaya mendapatkan hasil yang akurat 5. Jelaskan 3 penyebaran enterobiasis! Autoinfeksi, daerah perianal gatal, digaruk, telur menempel pada tangan atau dibawah kuku, kemudian telur ini termakan oleh hospes yang sama Telur tersebar pada tempat tidur, pakaian, debu makanan, minuman, lalu menginfeksi orang lain Retograd infeksi (retrofeksi), jika larva menetas diperianal, masuk kembali ke usus melalui anus (infeksi baru) 6. Mengapa feses kurang efektif dalam mendiagnosis enterobiasis? Karena telur spesies tersebut tersembunyi dalam lipatan perianal sehingga jarang didapatkan di tinja
10
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan
Oxyuris vermicularis atau Enterbius vermicularis adalah salah satu hewan dari kelas nematoda filum “ Nemathelminthes” yang sering disebut cacing kremi. Cacing dewasa Enterobius vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh lebih besar dari pada yang jantan, dan ujung posterior cacing jantan melingkar sedangkan yang betina lurus meruncing. Telur Enterobius vermicularis berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Daur hidup Oxyuris vermicularis dimulai dari terinfeksinya manusia sebagai hospes oleh cacing kremi kemudian cacing dewasa akan bertelur di daerah perianal. Jika telur cacing tertelan oleh hospes yang tidak terinfeksi maka cacing akan berkembang di dalam hospes lain dan mengulang kembali daur hidupnya tersebut. Cara memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau telur dari cacing Oxyuris vermicularis dengan metode “Scotch adhesive tape swab”. Pengobatan enterobiasis efektif jika semua penghuni rumah juga di obati, infeksi ini dapat menyerang semua orang yang berhubungan dengan penderita. 5.2
Saran
Untuk menghindari infeksi dari Enterobius vermicularis, disarankan dengan menjaga kebersihan secara rutin dan meningkatkan kesehatan diri sendiri dan orang lain.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_kremi (diakses Kamis, 3 Agustus 2017) http://aditya-pandhu.blogspot.com/2010/04/oxyuris-vermicularis-cacingkremi.html (diakses Kamis, 3 Agustus 2017) http://www.scribd.com/doc/101285925/Enterobiusvermicularis#download (diakses Kamis, 3 Agustus 2017) http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-farikhahlu-56532-babii.pdf (diakses Kamis, 3 Agustus 2017) http://vivisolikhati.blogspot.com/2011/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html (diakses Kamis, 3 Agustus 2017) http://softwaredevilz.blogspot.com/2012/05/enterobius-oxyurisvermicularis.html (diakses Kamis, 3 Agustus 2017)
12